You are on page 1of 6

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESI BADAN PENGAWAS PASAR

MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN,


SALINAN SALINAN PERATURAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN
LEMBAGA KEUANGAN NOMOR : PER- 02/BL/2009 TENTANG PEDOMAN
PERHITUNGAN BATAS TINGKAT SOLVABILITAS MINIMUM BAGI PERUSAHAAN
ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No 36


AKUNTANSI ASURANSI JIWA

Usaha asuransi memiliki karateristik khusus yang membuat transaksi asuransi dan akuntansi
asuransi menjadi khas. Premi diterima dan/atau diketahui, sementara klaim atau manfaat asuransi
belum terjadi dan diliputi ketidakpaastian kejadiannya. PSAK ini mengatur perlakuan akuntansi
untuk transaksi-transaksi berkaitan secara khusus dengan industri asuransi jiwa. Hal-hal yang
bersifat umum, atau hal-hal yang tidak diatur dalam Pernyataan ini, diperlakukan dengan menace
pada prinsip akuantansi yang berlaku umum.

KARATERISTIK USAHA ASURANSI JIWA

1. Usaha asuransi jiwa merupakan suatu sistim proteksi menghadapi resiko keuangan atas
hidup atau meninggalnya seseorang dan sekaligus merupkan upaya penghimpunan dana
masyrakat.
2. Premi merupakan pendapatan perusahaan asuransi
3.  Laporan keuangan sangat dipengaruhi unsur estimasi

RUANG LINGKUP DAN PENERAPAN

Usaha asuransi jiwa dilakukan dalam salah satu bentuk badan hokum perusahaan perseroan,
koperasi , perseroan terbatas, atau usaha bersama. Konmtrak asuransi jiwa diklasifikasikan 
sebagai kontrak jangka pendek atau jangka panjang. Factor yang yang harus dipertimbangkan
dalam menentukan apakah suatu kontrak diharapkan tetap berlaku untuk sautu jangka waktu
tertentu adalah :

1. Kontrak jangka pendek. Jumlah premi yang dibebankan, jumlah pertanggungan yang
diberikan dapat diseuaikan oleh perusahaan asuransi pada saat ulang tagun polis.
2. Kontrak jangka panjang. Kontrak biasanya tidak dapat dibatalkan, dijamin dapat
diperbaharui, dan persyaratan lain tidak dapat diubah sepihak syarat-syratnya. Kontrak ini
meliputi juga pelayanan dan fungsi lain oleh perusahaan asuransi.

PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN

NERACA

Dalam penyajian neraca asset dan kewajiban tidak dikelompokan menurut lancar tidak lancar
tetapi mendahulukan kelompok akun investasi dan kelompok akun kewajiban kepda pemegang
polis, sedangkan akun yang lain disajikan berdasarkan urutan likuiditas

LAPORAN LABA-RUGI

Laporan laba-rugi disusun dalam bentuk single step. Pendapatan disajikan sehingga menunjukan
jumlah premi bruto, premi reassuransi dan keanikan (penurunan) preim yang belum merupakan
pendapatan. Premi reasuransi disajikan sebagai pengurang premi bruto.

PENDAPATAN

Premi kontrak Jangka Pendek : Premi ini daikui sebgai pendapatan dalam periode kontrak
sesuai dengan proporsi jumlah proteksi asuransi yang diberikan.

Premi Kontrak Jangka Panjang : Premi ini diakui  sebagai pendapatan pada saat jatuh tempo
dari pemegang polis. Kewajiban untuk biaya yang diharapkan timbukl sehubungan dengan
kontak tersebut dauki selama periode sekarang dan periode diperbaharuinya kontrak.

Pendapatan Lain : Komisi reasuransi dan komisi keuntungan diakui sebagai  pendapatan lain

BEBAN

Beban Klaim meliputi klaim yang telah disetujui, klaim dalam proses penyelesaian dan klaim
yang terjadi namun belum dilaporkan. Jumlah klaim dalam proses penyelesaian, termasuk klaim
yang terjadi namun belum dilaoprkan, ditentukan berdasarkan estimasi kewajiban klaim tersebut.
Perubahan jumlah estimasi kewajiban klaim diakui sebagai penambah atau pengurang beban
dalam laopran laba-rugi pada periode terjadinya perubahan. Klaim reassuransi diakui sebagai
pengurang beban klaim pada periode yang sama dengan pengakuan beban klaim.

Beban Akuisisi :  Beban ini dialokasikan berdasar perhitungan aktuaria karena Kewajiban
Manfaat Polis Masa Depan menggunkan Metode Tingkat Premi Murni.

ASSET

Investasi

Perlakuan akuntasi untuk investasi mengacu pada PSAK No 13 dan No 15 kecuali untuk surat
berharga yang perlakuannya sebagai berikut :

1. Sekuritas yang dimaksudkan untuk dimiliki hingga jatuh tempo dinyatakan berdasarkan
biaya perolehan setelah dikurangi dengan amortisasi premi atau diskonto.
2. Efek utang dan efek ekuitas yang dimaksudkan untuk segera diperdagangkan dinyatak
berdasarkan harga pasar.
3. Efek utang dan efek ekuitas yang tidak termasuk dalam dua kategori diatas
diklasifikasikan sebgai efek yang tersedia untuk dijual dan dinyatakan dalam harga pasar
Piutang Reasuransi : Piutang ini tidak boleh dikompensasikan dengan utang reaasuransi, kecuali
apabila kontrak reasuransi menyatakan adanya kompensasi. Apabila dalam kompensasi tersebut
timbul saldo kredit maka saldo tersebut harus disajikan pada kelompok kewajiban sebgai utang
reasuransi.

KEWAJIBAN

Kewajiban Manfaat Polis Masa Depan : Dinyatakan pada neraca berdasarkan perhitungan
aktuaria

Estiamsi Kewajiban Klaim :  Estimasi atas kontrak jangka pendek, khusus asuransi kesehatan
dan kecelakan dinyatakan sebesar jumlah taksiran berdasarkan perhitungan teknis akuntansi.

Premi yang Belum Merupakan Pendapatan

1. Secara agregat tanpa memperhatikan tanggal penutupannya dan besarnya dihitung


berdasarkan persentase tertentu dari jumlah premi retensi sendiri untuk tiap jenis
pertanggungan/asuransi
2. Secara individual dari tiap pertanggungan dan besarnya premi yang belum merupakan
pendapatan ditetapkan secara proporsional dengan jumlah protensi yang diberikan, selama
periode pertanggungan atau periode resiko,konsisten dengan pengakuan pendapatan
premi.

Utang Reasuransi : Utang ini tidak boleh dikompensasikan dengan piutang reasuransi kecuali
apabaila kontrak reasuransi menyatakan adanya kompensasi.

PENGUNGKAPAN

a. Kebijakan akuntansi mengenai

1. Pengakuan pendapatan premi dan penentuan kewajiban manfaaat polis masa depan serta
premi yang belum merupakan pendapatan.
2. Transaksi reasuransi
3. Pengakuan beban klaim dan penentuan estimasi klaim tanggungan sendiri.
4. Kebijakan akuntansi lain yang penting.

b. Biaya akuisisi ditangguhkan.

c. Kewajiban pemegang polis

d. Utang subordinsi

e. Ekuitas Asuransi Jiwa Bersama


f. Pendapatan premi Bruto

g. Klaim dan manfaat

Asuransi Jiwa adalah salah satu cara untuk mengelola risiko. Oleh karena itu, sebelum
memutuskan mengambil asuransi jiwa, ada baiknya anda memahami keperluan keluarga
dan menyesuaikannya dengan tawaran dari pihak penyelenggara asuransi.

Orang memerlukan asuransi karena inilah salah satu cara untuk mengelola risiko. Risiko tidak
dapat ditolak, tetapi pengelolaan risiko mempunyai beberapa metode untuk mengantisipasinya.
Tujuan pengelolaan risiko adalah untuk mengurangi dampak kerugian finansial yang mungkin
terjadi.

Sayangnya, sebagian orang membeli polis asuransi dengan uang pertanggungan dibawah
kebutuhan (underinsured). Ini karena mereka tak dapat menentukan berapa sebenarnya proteksi
yang diperlukan.

Sebelum membeli polis asuransi dengan jumlah uang pertanggungan tertentu, sebaiknya anda
mengetahui lebih dulu berapa nilai proteksi yang diperlukan. Nyawa memang tak bisa dinilai
dengan suatu jumlah nominal, tetapi orang dapat “mengukurnya” dengan perhitungan yang
disebut nilai ekonomis (economical value).
Orang memiliki nilai ekonomis jika dia punya penghasilan dan ada orang lain yang bergantung
hidup padanya. Sebaliknya, anak balita belum punya nilai eknomis karena tak berpenghasilan
dan tak ada yang bergantung secara ekonomis kepadanya.

Untuk menghindari risiko kurang perlindungan, sebelum membeli polis asuransi sebaiknya anda
melakukan perhitungan jiwa atau nilai proteksi yang tepat.

Ada beberap cara perhitungan sehingga kekurangan proteksi bisa dihindari.

1.Human Live Value (HLV) : Menghitung nilai kehidupan seseorang.


HLV dihitung berdasarkan penghasilan bulanan, tahunan atau pengeluaran bulanan, tahunan
dikalikan lamanya perlindungan yang diperlukan. Misalnya, seseorang berusia 35 tahun
berpenghasilan Rp 5 juta dengan pasangan dan anak usia 5 tahun. Keluarga ini memerlukan
asuransi selama 20 tahun.
Berdasarkan metoda ini, kebutuhan proteksi asuransi jiwa yang harus dimiliki adalah:

Rp 5 juta per bulan X 12 bulan = Rp 60 juta per tahun X 20 tahun = Rp. 1,2 milyar.

Jadi, jika terjadi sesuatu pada orang tsb, dan dia tdk dapat menghasilkan uang lagi, harus ada
proteksi sebesar Rp 1,2 milyar agar keluarganya tetap dapat hidup layak seperti saat dia masih
ada, selama 20 tahun.
Mengapa 20 tahun?Sebab, dalam jangka waktu itu diharapkan si anak sudah selesai kuliah dan
dapat menghidupi diri sendiri.
Semakin tinggi nilai proteksi, semakin tinggi pula premi yang harus dibayarkan.Jika nilai
proteksi Rp 1,2 milyar tersebut dirasakan mahal, dapat pula dihitung berdasarkan rumus
sama,tetapi menggunakan pengeluaran bulanan. Apabila dari penghasilan Rp 5 juta per bulan
digunakan untuk biaya pengeluaran Rp 4 juta per bulan, maka perhitungannya :
Rp. 4 juta X 12 bulan X 20 tahun = Rp 960 juta.

Jika dengan perhitungan HLV premi yang harus dibayar masih dirasa besar, maka ada metode
lain, yaitu IBV.

2. Income Based Value (IBV)


Perhitungan IBV menggunakan penghasilan atau pengeluaran bulanan sebagai dasar
perhitungan. Caranya, hitung berapa investasi yang harus ditanamkan agar dapat menghasilkan
dana Rp 4 juta seperti contoh diatas.
Di Indonesia, salah satu investasi “bebas risiko” atau investasi dengan risiko paling minimal
adalah Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Akan tetapi dengan dikeluarkan Obligasi Ritel (ORI)
yang saat ini tingkat suku bunganya lebih tinggi, dapat juga dikategorikan sebagai investasi
beresiko paling minimal sehingga dapat digunakan dalam perhitungan IBV.

Contoh, tingkat bunga ORI 12 persen pertahun dikurangi pajak penghasilan 20 persen
didapatkan 9,6 persen pertahun atau 0,8 persen perbulan. Untuk mendapatkan dana Rp 4 juta
yang akan dijadikan pengeluaran per bulan, dengan bunga 0,8 persen per bulan, berapa investasi
yang diperlukan?

Perhitungannya, Rp 4 juta/0,8 persen = Rp 500 juta.


Jadi keluarga ini harus memiliki investasi “bebas risiko” untuk mendapatkan proteksi Rp 500
juta. Ini diperlukan agar keluarga itu tetap bisa memenuhi pengeluaran Rp 4 juta per bulan, apa
pun yang terjadi.

Jika premi untuk membeli perlindungan sebesar Rp 500 juta masih anda rasa mahal, dapat
dipakai cara lain, yaitu metode SBV.

3. Survival Based Value (SBV) : Kewajiban dan Utang.


Cara ini memperhitungkan berapa kewajiban yang harus dilindungi dan berapa penghasilan yang
harus dilindungi sampai orang yang ditinggalkan (survival) dapat bekerja. Metode ini
mengasumsikan orang yang ditinggalkan belum bekerja dan akan bekerja setelah ditinggalkan
kepala keluarga.
Hal yang harus diperhatikan dari metode ini, antara lain, adalah semakin besar kewajiban atau
utang yang harus dibayar, semakin besar nilai pertanggungan asuransi yg dibutuhkan. Selain itu,
semakin tinggi pendidikan dan makin banyak pengalaman kerja pasangan, semakin cepat dia
mendapat pekerjaan. Anda juga perlu menghitung dana darurat yang telah dimiliki.

Contoh, sebuah keluarga dengan dua anak, usia lima tahun dan tiga tahun. Sang ayah berusia 35
tahun berpenghasilan Rp 10 juta per bulan. Istri berusia 30 tahun dan baru setahun terakhir
menjadi ibu rumah tangga. Sebelumnya si istri bekerja dengan penghasilan Rp 5 juta.
Keluarga ini punya rumah yang dibeli dengan kredit pemilikan rumah (KPR) senilai Rp 500 juta
rupiah. Sisa utang KPR mereka sebesar Rp 350 juta itu dibayar dengan mencicil Rp 2 juta per
bulan.
Selain harus mencicil rumah, kebutuhan hidup keluarga ini sebesar Rp 5 juta per bulan. Masih
ada lagi kewajiban mencicil investasi dan premi asuransi sebesar R 3 juta per bulan. Total
pengeluaran per bulan mereka Rp. 10 juta. Mereka memiliki dana darurat sebesar Rp 50 juta.
Lalu, seberapa besar perlindungan yang harus dimiliki keluarga ini?
Dana darurat mereka sebesar Rp 50 juta cukup untuk menutup biaya hidup sehari-hari selama 5
bulan. Sementara itu, dengan memperhitungkan pengalaman kerja dan keahlian si istri, dapat
diasumsikan dia akan mudah dan dalam waktu relatif cepat bisa kembali bekerja seperti sebelum
berhenti dan memutuskan menjadi ibu rumah tangga.

Penghasilannya kini kemungkinan dapat lebih besar 10-20 persen. Ini berarti potensi penghasilan
baru keluarga ini adalah sebesar Rp 6 juta per bulan.
Setelah dikurangi biaya cicilan KPR sebesar Rp 2 juta per bulan karena biasanya sudah dilunasi
asuransi kredit, biaya hidup baru turun menjadi sebesar Rp 8 juta.
Pendapatan istri yang besarnya Rp 6 juta mengakibatkan keluarga ini masih mengalami
kekurangan pendapatan sebesar Rp 2 juta per bulan.

Perhitungannya, Rp 2 juta X 12 X 20 tahun = Rp. 480 juta. Dengan perhitungan ini, diperlukan
perlindungan sebesar Rp 480 untuk keluarga ini jika ditinggalkan oleh kepala keluarga dan si
istri kembali bekerja.

You might also like