You are on page 1of 36

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK 1

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK: ASTHMA, TBC


Dosen: Killi Astarani, S.Kep.,Ns.,M.Kep

OLEH :
1. David BayuKristanto (01.2.16.00529)
2. EndroNopfantiyanto Akas (01.2.16.00537)
3. Meilinda Krisna Puspasari (01.2.16.00547)
4. Milkha Oktariyanti (01.2.16.00548)
5. Yuliana Kristin Hariyanti (01.2.16.00568)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RS BAPTIS KEDIRI


PRODI KEPERAWATAN SRATA 1
TAHUN AKADEMIK 2017/2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-NYA sehingga
makalah “ASUHAN KEPERAWATAN ANAK: ASTHMA, TBC” ini dapat tersusun
hingga selesai. Tidak lupa juga kami mengucapkan terimakasih atas masukan dan
sumber dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan materi dengan baik.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca, karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami,
kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.Kami mengucapkan terima kasih pada dosen pembimbing yang telah
memberikan arahan dan bimbingannya selama kami mengikuti mata kuliah tersebut.

Sekian dan terima kasih.

Kediri,20 maret 2018

Penyusun

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... I


DAFTAR ISI .................................................................................................................... II

BAB I
PENDAHULUAN ............................................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .............................................................................................. 2
1.3. Tujuan ................................................................................................................ 2

BAB II
PEMBAHASAN............................................................................................................... 4
2.1. Asuhan Keperawatan Tuberkulosis ................................................................... 4
2.1.1. Pengertian ................................................................................................... 4
2.1.2. Etiologi ....................................................................................................... 5
2.1.3. Patofisiologi ................................................................................................ 7
2.1.4. Manifestasi Klinis ..................................................................................... 10
2.1.5. Pencegahan ............................................................................................... 12
2.1.6. Konsep Asuhan Keperawatan ................................................................... 13
2.2. Asuhan Keperawatan Asma ............................................................................. 18
2.2.1. Pengertian ................................................................................................. 18
2.2.2. Etiologi ..................................................................................................... 19
2.2.3. Patofisiologi .............................................................................................. 20
2.2.4. Manifestasi Klinis ..................................................................................... 22
2.2.5. Perawatan sehari hari anak penderita asma .............................................. 24
2.2.6. Komplikasi ............................................................................................... 25
2.2.7. Pengobatan ............................................................................................... 26
2.2.8. Konsep Asuhan Keperawatan ................................................................... 26

II
BAB III
PENUTUP ...................................................................................................................... 29
3.1. Kesimpulan ...................................................................................................... 29
3.2. Saran ................................................................................................................ 30
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 31
LAMPIRAN ................................................................................................................... 32

III
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Penyakit TBC adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri
Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam
sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA). Bakteri ini pertama kali
ditemukan oleh Robert Koch pada tanggal 24 Maret 1882, sehingga untuk
mengenang jasanya bakteri tersebut diberi nama baksil Koch. Bahkan, penyakit
TBC pada paruparu kadang disebut sebagai Koch Pulmonum (KP). Penyakit TBC
dapat menyerang siapa saja (tua, muda, laki-laki, perempuan, miskin, atau kaya) dan
dimana saja. Setiap tahunnya, Indonesia bertambah dengan seperempat juta kasus
baru TBC dan sekitar 140.000 kematian terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh
TBC. Bahkan, Indonesia adalah negara ketiga terbesar dengan masalah TBC di
dunia

Asma adalah pemnyebab utama penyakit kronik pada anak, yang


menimbulkan sebagain besar hilangnya hari sekolah akibat penyakit kronik.
Diperkirakan 5-10 anak pada suatu waktu selama masa anak akan mendapatkan
gejala dan suatu tanda yang sesuai dengan asma. Sebelum pubertas sekitar 2 kali
lebih banyak anak pria dibanding dengan anak wanita yang menderita. Sesudah
pubertas , insiden pada kedua jenis kelamin adalah asma. Asma dapat menyebabkan
gangguan psokososial yang berat dalam keluarga. Bagaimanapun dengan
pengobatan yang tepat banyak perbaikan dapat dicapai. Tidak ada definisi asma
yang dpat diterima secara universal.

Asma mungkin dianggap sebagai penyakit paru kontroktif difus dengan:

(1) Hippereaaktifitas jalan udara terhadap berbagai rangsangan dan

(2) Reversibilitas yang baik dari proses obstruktif, yang dapat terjadi spontan
maupun sebagai hasil pengobatan.

Jalan udara besar dan kecil mungkin tertekan sesuatu irritabilitas atau
hiperreaktivitas jalan udara bermanifestasi sebagai bronkokontriksi sesudah latihan.
Kontak alamiah terhadap bau-bau keras atau uap merangsang, seperti sulfur

1
dioksida (SO2), asap tembakau atau udar dingin. Hiperrektefitas jalan udara
wlaupun tidak terbatas pada penderita asma, sebenarnya terdapat pada semua
penderita asma. Hiperreaktivitas jalan nafas adalah idikator objektif asma yang
paling sebsitif dan pada tingkat tertentu terdapat pada penderita asimtomatik, yang
tidak terdapat kelainan Pemeriksaan fisik dan mempunyai spinometri normal,yang
berhubungan dengan keseluruhan berat penyakit, mungkin berbeda dari penderita
tetapi umumnya stabil untuk waktu yang lama kevuali fluktasi sementara sebagai
berikut: kenaikan respons terjadi selama infeksi virus saluran nafas, sesudah kontak
dengan kotoran udara dan allergen atau zat-zat kimia di tempat kerja pada individu
yang sinsitif, dan sesudah pemberian antagonis β-reseptor. Pengrangan mendadak
respons saluran nafas terlihat sesudah pemberian tersebut,teofilin, antikolinergik dan
sesudah pemberian kronik kromolin dan beklometason.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari TBC ?
2. Apa etiologi dari TBC?
3. Apa Patofisiologi dari TBC
4. Apa manifestasi klinis dari TBC
5. Bagaimana cara mencegah terjadinya TBC?
6. Apa Konsep askep TBC?
7. Apa pengertian dari Asma?
8. Apa etiologi dari Asma?
9. Apa patofisiologi dari Asma?
10. Apa manifestasi klinis dari Asma?
11. Bagaimana Perawatan sehari – hari bagi anak penderita Asma?
12. Apa saja komplikasi dari penyakit Asma?
13. Apa pengobatan dari penyakit Asma?
14. Apa konsep askep Asma?

1.3. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari TBC ?
2. Mengetahui etiologi dari TBC?
3. MengetahuiPatofisiologi dari TBC
4. Menetahui manifestasi klinis dari TBC

2
5. Mengetahui cara mencegah terjadinya TBC?
6. Mengetahui Konsep askep TBC?
7. Mengetahui pengertian dari Asma?
8. Mengetahui etiologi dari Asma?
9. Mengetahui patofisiologi dari Asma?
10. Mengetahui manifestasi klinis dari Asma?
11. Mengetahui Perawatan sehari – hari bagi anak penderita Asma?
12. Mengetahui saja komplikasi dari penyakit Asma?
13. Mengetahui pengobatan dari penyakit Asma?
14. Mengetahui konsep askep Asma?

3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Asuhan Keperawatan Tuberkulosis

2.1.1. Pengertian
Tuberkulosis paru (TBC) merupakan penyakit infeksi menular pada
sistem pernafasan yang disebabkan oleh mikrobakterium tuberkulosa yang dapat
mengenai bagian paru. Proses penularan melalui udara atau langsung seperti saat
batuk. Penyakit ini dikelompokkan dalam dua kelompok besar yaitu:

1. Tuberkulosis paru primer yang sering terjadi pada anak. Proses ini dapat
dimulai dari proses yang disebut droplet nuklei yaitu suatu proses
terinfeksinya partikel yang mengandung dua atau lebih kuman tuberkulosis
yang hidup dan terhirup serta diendapkan pada permukaan alveoli.
Kemudian terjadi eksudasi dan dilatasi pada kapiler, pembengkakan sel
endotel dan alveolar, keluar fibrin, makrofag ke dalam ruang alveolar.
2. Tuberkulosis pascaprimer, terjadi pada klien yang sebelumnya terinfeksi
oleh kuman mikrobakterium tuberkulosa

Tuberkolosis masih merupakan penyakit yang sangat luas didapatkan


dinegeri yang sedang berkembang seperti Indonesia, baik pda anak maupun pada
orang dewasa yang juga dapat menjadi sumber infeksi. Menurut penyelidikan
WHO dan Unicef didaerah Yogyakarta 0,6% penduduk menderita tuberkolosis
positif dalam dahaknya, dengan perbedaan prevalensi antara dikota dan desa
masing-masing 0,5-0,8% dan 0,3-0,4%. Uji tuberkolin (uji Mantoux) pada 50%
penduduk menunjukkan hasil positif dengan perincian berdasarkan golongan
umur sebagai berikut:
1-6 tahun :25,9%
7-14tahun :42,4%
15 tahun keatas :58,6%
Tuberkolosis primer biasanya mulai secara perlahan-lahan, sehingga
sukar menentukan saat timbulnya gejala pertama. Kadang terdapat demam yang
tidak diketahui sebabnya dan sering disertai tanda-tanda infeksi saluran nafas

4
bagian atas.oleh karena itu bila ditemukan gejala seperti tersebut diatas biasanya
tidak dipikirkan kearah diagnosis tuberkolosis.

2.1.2. Etiologi
Faktor yang menyebabkan anak mengalami TBC:
a) Mycobacterium Tuberculosa
b) Mycobacterium Bovis
c) Tertular dari ibu saat dalam kandungan
d) Sebelum atau selama persalinan menghirup air ketuban yang terinfeksi
e) Setelah lahir karena menghirup udara yang terkontaminasi oleh percikan
saliva yang terinfeksi.
Faktor-faktor yang menyebabkan seseorang terinfeksi oleh Mycobacterium
Tuberculosis yaitu:
1. Herediter
Resistensi seseorang terhadap infeksi kemungkinan diturunkan secara
genetik.
2. Jenis kelamin
Pada akhir masa kanak-kanak dan remaja, angka kematian dan kesakitan
lebih
banyak terjadi pada anak perempuan.
3. Usia
Pada masa bayi kemungkinan terinfeksi sangat tinggi. Pada masa puber dan
remaja dimana terjadi masa pertumbuhan yang cepat, kemungkinan infeksi
cukup tinggi karena diit yang tidak adekuat.
4. Keadaan stress
Situasi yang penuh stress (injury atau penyakit, kurang nutrisi, stress
emosional, kelelahan yang kronik). Meningkatnya sekresi steroid adrenal
yang menekan reaksi inflamasi dan memudahkan untuk penyebarluasan
infeksi. Anak yang mendapatkan terapi kortikosteroid kemungkinan
terinfeksi lebih mudah.
5. Nutrisi
Status nutrisi yang kurang.

5
6. Kontak dengan penderita TBC
Sumber penularan yang paling berbahaya adalah penderita TB dewasa dan
orang dewasa yang menderita TB paru dengan kavitas. Kasus seperti ini
sangat infeksius dan dapat menularkan penyakit melalui batuk, bersin dan
percakapan. Semakin sering dan lama kontak, makin besar pula
kemungkinan terjadi penularan. Sumber penularan bagi bayi dan anak yang
disebut dengan kontak erat adalah orang tuanya, orang serumah atau orang
yang paling sering berkunjung.
7. Lingkungan yang tidak sehat
TBC menyebar dengan cepat pada tempat tinggal yang kurang ventilasi,
sempit dan sesak. Angka penularan tinggi juga terjadi pada orang yang hidup
di daerah yang penuh sesak dan kumuh.

TB disebabkan oleh Mikrobakterium tuberkulosis dan anak-anak sangat


rentan untuk terinfeksi bakteri ini (M. Tuberculosis) dan bovin (Micobacterium
bovis). Dalam beberapa bagian di dunia dimana kuman tuberculosis yang ada
dalam tempat untuk memasak tidak terkontrol atau tidak melakukan pemanasan
terhadap susu sebelum dikonsumi maka bakteri tipe bovin adalah penyebab
infeksi yang paling sering ditemukan. Meskipun agen penyebabnya adalah
bacillus tuberkel, namun ada beberapa faktor lain yang mempengaruhi terjadinya
TB paru ini diantaranya; hereditas (resistensi/ ketahanan terhadap infeksi
mungkin disebabkan karena adanya perpindahan genetik), stres: situasi yang
penuh stress (emosional atau fisik), status nutrisi yang kurang, jenis kelamin
(pada akhir masa kanak-kanak dan remaja, angka kematian dan kesakitan lebih
banyak terjadi pada anak perempuan karena pada masa ini terjadi masa
pertumbuhan yang cepat, sehingga kemungkinan infeksi cukup tinggi karena diit
yang tidak adekuat), usia (sangat tinggi pada infant dan tinggi pada usia ebelum
dewasa), dan riwayat penyakit sekarang (khususnya HIV, meassles dan
pertusis). Konsumi obat-obatan yang banyak juga dapat menyebabkan terinfeksi
Mikrobakterium tuberkulosis. Meningkatnya sekresi steroid adrenal yang
menekan reaksi inflamasi danmemudahkan untuk penyebarluasan infeksi; dan
anak yang mendapatkan terapi kortikosteroid kemungkinan untuk terinfeksi
lebih mudah.

6
2.1.3. Patofisiologi
Penyakit TBC biasamya menyerang melalui udara yang tercemar dengan
bakteri mycobacterium tuberculosis yang dilepaskan pada saat penderita TBC
batuk,dan pada anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC
dewasa.bakteri ini bila sering masuk dan terkumpul didalam paru-paru akan
berkembang biak menjadi banyak (terutama pada orang yang dengan daya tahan
tubuh rendah),dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah
bening.oleh sebab itulah TBC dapat menginfeksi hampir seluruh organ tubuh
seperti paruparu,otak,ginjal,saluran pencernan,tulang,kelenjar getah bening,dan
lain-lain.meskipun demikian organ tubuh yang paling sering terkena yaitu paru-
paru. Saat ini mycobacterium tuberculosa berhasil menginfeksi paru-paru,maka
dengan segera akan tumbuh koloni bakteri yang berbentuk globular
(bulat).biasanya melalui serangkaian reaksi immunologis bakteri ini akan
berusaha dihambat melalui pembentukan dinding itu membuat jaringan
disekitarnya menjadi jaringan parut, terjadi penekakan dinding abdomen lalu
menekan gaster, dan bakteri TBC ini akan menjadi dormant (istirahat).bentuk-
bentuk dormant inilah yang sebenarnya terlihat sebagai tuberkel pada
pemeriksaan foto rontgen.
Pada sebagian orang dengan sistem imun yang baik, bentuk ini akan
tetap dormant sepanjang hidupnya. Sedangkan pada orang-orang dengan sistem
kekebalan tubuh yang kurang ,bakteri ini akan mengalami perkembangbiakan
sehingga tuberkel bertambah banyak. Tuberkel yang banyak ini membentuk
sebuah ruang didalam paruparu.ruang inilah yang nantinya menjadi sumber
produksi sputum(dahak).seseorang yang telah memproduksi sputum dapat
diperkirakan sedang mengalami pertumbuhan tuberkel berlebih dan positif
terinfeksi TBC.

7
8
PATHWAY

Penderita TBC dewasa (aktif) batuk

Sistem imun Droplet di udara terhirup anak-anak


menurun

M. Tuberculosa masuk melalui saluran

pernafasan

Menyebar melalui darah dan pembuluh getah


bening

Menginfeksi paru-paru

Tumbuh koloni bakteri


berbentuk globular

9
2.1.4. Manifestasi Klinis
Gejala umum TBC pada anak:
1. Berat badan turun selama 3 bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas, dan
tidak naik dalam 1 bulan meskipun sudah mendapatkan penanganan gizi
yang baik (failure to thrive).
2. Nafsu makan tidak ada (anorexia) dengan gagal tumbuh dan berat badan
tidak naik (failure to thrive) dengan adekuat.
3. Demam lama/berulang tanpa sebab yang jelas (bukan tifus, malaria atau
infeksi saluran nafas akut), dapat disertai keringat malam.
4. Pembesaran kelenjar limfe superfisialis yang tidak sakit. Biasanya multipel,
paling sering didaerah leher, ketiak dan lipatan paha (inguinal).
5. Gejala-gejala dari saluran nafas, misalnya batuk lama lebih dari 30 hari
(setelah disingkirkan sebab lain dari batuk), tanda cairan di dada dan nyeri
dada.
6. Gejala-gejala dari saluran cerna, misalnya diare berulang yang tidak sembuh
dengan pengobatan diare, benjolan (massa) di abdomen, dan tanda-tanda
cairan dalam abdomen

Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus yang

timbul sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis tidak terlalu
khas terutama pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk menegakkan
diagnosa secara klinik.

Gejala sistemik/umum

1. Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan


malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam
seperti influenza dan bersifat hilang timbul.
2. Penurunan nafsu makan dan berat badan.
3. Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah).
4. Perasaan tidak enak (malaise), lemah.
Gejala khusus
1. Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan
sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan

10
kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara "mengi",
suara nafas melemah yang disertai sesak.
2. Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai
dengan keluhan sakit dada.
3. Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang
pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di
atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah.
4. Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan
disebutsebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam
tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang.

Pada pasien anak yang tidak menimbulkan gejala, TBC dapat terdeteksi
kalaudiketahui adanya kontak dengan pasien TBC dewasa. Kira-kira 30-50%
anak yangkontak dengan penderita TBC paru dewasa memberikan hasil uji
tuberkulin positif.Pada anak usia 3 bulan – 5 tahun yang tinggal serumah dengan
penderita TBC parudewasa dengan BTA positif, dilaporkan 30% terinfeksi
berdasarkan pemeriksaanserologi/darah.

Gejala dan tanda Sakit TB pada anak sangat luas variasinya, mulal dari
yangsangat ringan sampai sangat berat. Gejala dan tanda yang mengawali
kecurigaan SakitTB pada anak di antaranya adalah MMBB (Masalah Makan dan
Berat Badan), demam lama atau berulang, gampang / sering tertular sakit batuk
pilek, adanya benjolan yangbanyak di leher, diare yang sulit sembuh dll. TB
juga dapat menyerang berbagai organdi seluruh tubuh sehingga bisa timbul
gejala pincang jika mengenai sendi panggul ataulutut, benjolan banyak di leher,
bisa juga terjadi kejang jika mengenai susunan sarafpusat / otak.

Tuberkulosis sering dijuluki “the great imitator” yaitu suatu penyakit


yangmempunyai banyak kemiripan dengan penyakit lain yang juga memberikan
gejalaumum seperti lemah dan demam. Pada sejumlah penderita gejala yang
timbul tidak jelassehingga diabaikan bahkan kadang-kadang asimtomatik.

Gambaran klinik TB paru dapat dibagi menjadi 2 golongan, gejala respiratorik


dangejala sistemik:

11
1. Gejala respiratorik, meliputi:
a. Batuk

Gejala batuk timbul paling dini dan merupakan gangguan yang paling
seringdikeluhkan. Mula-mula bersifat non produktif kemudian berdahak
bahkanbercampur darah bila sudah ada kerusakan jaringan.

b. Batuk darah
Darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi, mungkin tampak
berupagarisatau bercak-bercak darak, gumpalan darah atau darah segar
dalam jumlah sangatbanyak. Batuk darak terjadi karena pecahnya
pembuluh darah. Berat ringannyabatuk darah tergantung dari besar
kecilnya pembuluh darah yang pecah.
c. Sesak napas
Gejala ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau
karena adahal-hal yang menyertai seperti efusi pleura, pneumothorax,
anemia dan lain-lain.
d. Nyeri dada
Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik yang ringan. Gejala ini
timbulapabila sistem persarafan di pleura terkena.
2. Gejala sistemik, meliputi:
a. Demam
Merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul pada sore dan
malam harimirip demam influenza, hilang timbul dan makin lama makin
panjangserangannya sedang masa bebas serangan makin pendek.
b. Gejala sistemik lain
Gejala sistemik lain ialah keringat malam, anoreksia, penurunan berat
badan sertamalaise. Timbulnya gejala biasanya gradual dalam beberapa
minggu-bulan, akan tetapi penampilan akut dengan batuk, panas, sesak
napas walaupun jarang dapatjuga timbul menyerupai gejala pneumonia.

2.1.5. Pencegahan
1. Vaksinsi BCG

12
Pemberian BCG meninggikan daya tahan tubuh terhadap infeksi oleh
basil tuberlulosis yang virulen. Imunitas timbul 6-8 minggu setelah pemberian
BCG. Imunitas yang terjadi tidaklah lengkap sehingga masih mungkin terjadi
superinfeksi meskipun biasanya tidak progresif dan menimbulkan komplikasi
yang berat.

2. kemoprofilaksis

Sebagai kemoprofilaksi biasanya dipakai INH dengan dosis 10


mg/kgbb/-hari selama 1 tahun. Kemoprofilaksasi primer diberikan untuk
mencegah terjadinya infeksi pada anak dengan kontak tuberculosis dan uji
tuberculin masih negative yang berarti masih belum terkena infeksi atau masih
dalam masa inkubasi.

Basil tuberculosis dapat mencapai semua alat tubuh teutama apeks paru,
limpa dan kelenjar getah bening superficial. Pada keadaan ini dapt terjadi
pembesaran limpa dan kelenjar getah bening superfisia; kadang-kadang hepar
juga teraba. Focus pada apeks jarang terlihat pada foto rontgen paru, kecuali
kalau telah terjadi perkapuran yang disebut focus simon yang mungkin akn
menjadi tuberculosis pasca-primer dimasa yang akan dating.

Penyebaran hematogen umum (generalized hematogenic spread).

a. Tuberculosis milier akut


Tuberkel-tuberkel yang terjadi akibat penyebaran umum ini biasanya
mempunyai ukuran sama, meskipun tidak selalu sebesar miliarius (kurang
dari 2 mm), sehingga disebut tuberkulosis milier.
b. Tuberculosis milier kronik
Jarang terjadi pada anak-anak, biasanya didahului oleh tuberculosis milier
akut. Penyebaran hematogen berulang-ulang (protracted hematogenic
spread). Tiap focus tuberculosis dapat membesar dan menembus pembuluh
darah sehingga terjadi penyebaran hematogen yang dapat terjadi sewaktu-
waktu dan berulang-ulang.

2.1.6. Konsep Asuhan Keperawatan


a. Pengkajian keperawatan anak dengan gangguan TBC

13
Pada pengkajian anak dengan TB paru dapat ditemukan adanya tanda
seperti:

1. Batuk yang disertai riak atau tanpa riak lebih dari dua minggu
2. Malaise (lemas)
3. Demam yang ringan
4. Adanya tanda terkena flu
5. Adanya nyeri dada
6. Batuk darah
Pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya konsolidasi, terdapat
fremitus yang mengeras, perkusi redup, suara napas yang bronkial dan atau
tanpa ronki, adanya tanda penarikan paru, diafragma, mediastinum atau
pleura dada yang tidak simetris, adanya pergerakan nafas yang tertinggal,
adanya suara amforik pada daerah bronkus adanya ronki basah dan kering
pada saluran napas.

Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan adanya:

1. Anemia
2. Leukositosis
3. Laju endap darah meningkat pada fase akut dan akan kembali normal
pada tahap penyembuhan.

b. Diagnosis/ Masalah keperawatan

Diagnosis atau masalah keperawatan yang terjadi pada anak dengan


gangguan sistem pernapasan (tuberkulosis) adalah sebagai berikut:

1. Pola nafas tidak efektif


2. Takut/ cemas
3. Bersihan jalan nafas tidak efektif
4. Risiko infeksi
5. Intoleransi aktivitas
6. Nyeri
7. Perubahan roses keluarga
Rencana Tindakan Keperawataan

14
1. Pola nafas tidak efektif
Terjadi pola nafas tidak efektif dapat disebabkan karena adanya proses
inflamasi pada paru atau parenkim paru. Tujuan rencana keperawatan
adalah mengembalikan fungsi pernafasan secara normal.
Tindakan :
a. Aturlah posisi dengan memungkinkan ekspansi paru maksimum
dengan semifowler atau kepala agak tinggi kurang lebih 30 derajat.
b. Hindari pakaian anak yang terlalu ketat
c. Berikan bantal atau sokongan agar jalan napas memungkinkan tetap
terbuka
d. Berikan oksigenasi sesuai dengan kebutuhan anak
e. Berikan atau tingkatkan istirahat dan tidur sesuai dengan kebutuhan
anak atau dengan jadwal yang tepat
f. Berikan pelembap untuk melancarkan jalan pernapasan
g. Ajarkan teknik relaksasi pada anak yang sudah memahami, sudah bisa,
atau mengerti
h. Monitor pernapasan, irama, kedalaman atau gunakan oksimetri nadi
untuk memantau saturasi oksigen

2. Takut/ cemas
Kerakutan atau kecemasan dapat terjadi pada anak dengan gangguan
sistem pernapasan. Hal ini dapat disebabk oleh karena adanya kesulita
bernafas, atau prosedur yang dilakukan pada anak. Upaya tindakan yang
dpaat dilakukan adalah dengan menurunkan rasa takut atau cemas pada
anak dan orang tua sehingga tidak terjadi masalah yang serius.
Tindakan:
1. Jelaskan prosedur atau tindakan yang akan dilakukan serta ciptaan
hubungan dengan anak dan orang tua

2. Berikan kenyamanan pada lingkungan anak seperti digendong, atau


mengayun membelai dan memberikan musik
3. Libatkan orang tua dalam memberikan perawatan sehingga anak
merasakan ketenangan
4. Jangan berbuat yang menimbulkan anak menjadi cemas atau takut

15
5. Berikan obat yang memperbaiki ventilasi seperti bronkhodilator atau
ekspektoran sesuai dengan ketentuan pada anak
3. Bersihan jalan nafas tidak efektif
Masalah bersihan jalan nafas pada anak dengan peradangan pada paru
dapat disebabkan oleh adanya obstruksi, inflamasi dan peningkatan sekresi
atau nyeri yang membuat anak tidak mampu batuk secara efektif. Upaya
yang dilakukan adalah dengan cara mempertahankan napas atau kepatenan
jalan napas, sehingga diharapkan napasnya bersih dan mampu
mengeluarkan sekresi secara adekuat.
Tindakan:
1. Atur posisi dengan tubuh sejajar yang dapat membuat ekspansi paru
2. Lakukan penghisapan sekresi jalan napas
3. Bantu anak untuk mengeluarkan spuntum atau latih batuk secara
efektif bila sudah mengerti
4. Lakukan fisioterapi dada
5. Berikan ekspetoran yang sesuai untuk memudahkan pengeluaran
spuntum
6. Berukan cairan yang adekuat untyk mengencerkan sekresi
7. Berikan nebulasi dengan larutan dan alat yang tepat sesuai dengan
ketentuan
4. Risiko infeksi
Risiko terjadi infeksi sekunder pada anak dengan keradangan pernapasan
ini adalah kemungkinan adanya tumpangan mikroorganisme yang
disebabkan oleh menurunnya daya tahan tubuh pada anak. Rencana
pemecahan masalah tersebut dapat berupa tindakan yang bertujuan
menurunkan gejala infeksi sekunder.
Tindakan:
1. Isolasikan anak untuk mencegah penyebaran infeksi nosokomial
2. Pertahankan lingkungan yang aseptik
3. Berikan antibiotik yang sesuai untuk mencegah infeksi lanjut
4. Berikan diet yang seimbang
5. Anjurkan fisioterapi dada

16
6. Ajarkan anak untuk mencegah penyebaran infeksi seperti mencuci
tangan, membunag tisu kotor
7. Batasi pengunjung
8. Berikan antimikroba bila diemukan kuma
5. Intoleransi aktivitas
Terjadinya intoleransi aktivitas ini akibat adanya proses inflamasi, ketidak
seimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen. Tujuan keperawatan
yang diharapkan untuk mengatasi masalah ini adalah dengan cara
mempertahankan tingkat energi yang adekuat serta pasien diharapkan
memperoleh istirahat yang optimal.
Tindakan:
1. Bantu anak dalam melakukan aktivitas yang sesuai dan berikan
aktivitas yang menyenangkan sesuai dengan kemampuan dan minat
anak
2. Anjurkan anak untuk beristirahat sesuai dengan kondisi yang sesuai
3. Berikan lingkungan yang tenang
4. Atur aktivitas yang sesuai agar tidur dapat maksimum
5. Anjurkan orang tua agar tetap bersama anak
6. Nyeri
Nyeri yang terjadi pada anak dengan penyakit keradangan paru ini akibat
proses inflamasi. Hal ini dapat diatasi dengan menurunkan ambang nyeri
sampai batas toleransi yang diterima anak
Tindakan:
1. Berikan kompres panas atau dingin pada daerah yang sakit
2. Berikan analgesik sesuai dengan ketentuan yang berlaku pada anak
3. Berikan aktivitas pengadilan sesuai dengan kondisi dan kemampuan
anak
7. Perubahan roses keluarga
Terjadinya perubahan proses keluarga dapat disebabkan adanya penyakit
yang diderita anak atau proses hospitalisasi pada anak. Untuk itu tindakan
yang dapat dilakukan adalah upaya peningkatan keluarga dalam
melakukan koping serta mengurangi kecemasan.

17
Tindakan:
1. Kaji perasaan keluarga dan masalah yang terjadi pada anak
2. Jelaskan tentang terapi yang dilakukan serta perilaku pada anak
3. Berikan dukungan pada keluarga
4. Libatkan keluarga dalam perawatan anak.

2.2. Asuhan Keperawatan Asma

2.2.1. Pengertian
Asma adalah penyakit paru dengan ciri khas yakni saluran napas sangat
mudah bereaksi terhadap rangsangan atau pencetus dengan manifestasi berupa
serangan asma. Serangan asma dapat berupa sesak napas ekspirator yang
paroksismal berulang-ulang dengan mengi (wheezing) dan batuk yang akibat
konstriksi atau spasme otot bronkus, inflamasi mukosa bronkus, dan produksi
lendir kental yang berlebihan. Asma merupakan penyakit keturunan. (Ngastiyah)

Asma adalah mengi berulang dan atau batuk persisten dalam keadaan di
mana asma adalah yang paling mungkin, sedangkan sebab lain yang lebih jarang
telah disingkirkan. (Arif Mansjoer, Kapita Selekta Kedokteran)

Asma merupakan penyakit dengan karakteristik meningkatnya rekasi


trakea dan bronkus oleh berbagai macam pencetus disertai dengan timbulnya
penyempitan luas saluran napas bagian bawah yang dapat berubah-ubah
derajatnya secara spontan atau dengan pengobatan. (Staf Pengajar, FKUI)

Asma adalah proses obstruksi reversibel yang ditandai dengan peningkatan


responsivitas dan inflamasi jalan napas, terutama jalan napas bagian bawah.
(Donna L. Wong)

Asma adalah penyakit paru dengan karakteristik:

1. Obstruksi saluran napas yang reversibel (tetapi tidak lengkap pada beberapa
pasien) baik secara spontan maupun dengan pengobatan.
2. Inflamasi saluran napas.
3. Peningkatan respons saluran napas terhadap berbagai rangsangan.

18
2.2.2. Etiologi
Asma adalah suatu penyakit komplek yang menyangkut berbagai tingkat
factor biokima, autonom, imunologik, infeksi, endokrin, dan psikologi pada
individu yang berlainan. Aktivitas bronkokontriktor saraf melalui bagian
kolinergik system saraf autonom. Ujung sensoris vagus dalakm epitel jalan
udara disebut reseptor batuk atau reseptor iritan, tergantung pada lokasi mereka,
memulai jalur aferen lengkung reflex yang pada ujung eferan merangsang
kontriksi otot polos bronkus. Pada sisi bronkodilator neural, suatu system
inhibitor nonadrenergik(purinergik) ditemukan seperti pada sel ganglion pleksus
mienterik. Faktor humoral yang menguntungkan bronkodilatasi termasuk
katekelamin endogen yang bekerja pada reseptor b-adrenergik menghasilkan
relaksasi otot polos bronkus. Teori szentivanyi mengganggap asma terutama
disebabkan oleh kelainan fungsi reseptor b adrenergik adeniat siklase, disertai
penurunan respons adrenergic.
Pada masing – masing penderita, sejumlah faktor umumnya ikut berperan dalam
berbagai tingkat aktifitas proses asma seperti:
a. Factor-faktor imunologik
Pada beberapa penderita dengan asma alergi atau asma ekstirnsik
serangan sesudah kontak dengan factor lingkungan seperti debu, tepung sari,
bulu binatang, dan makanan.. sering tetapi tidak terlalu, penderita ini
mempunyai kenaikan konsentrasi IgE total pada IgEspesifik terhadap
allergen yang bersangkutan. Pada penderita asma lain dengan gejala klinis
serupa asma, tidak ada bukti ditemukan keikutsertaan IgE, tes kulit negative
dan konsnetrasi rendah.
Agen virus adalah provokasi infeksi yang paling penting pada asma.
Pada usisa muda sering adalah RSV (respiratory syncytial virus) dan PV
(parainfluensa virus). Infeksi virus influenza dianggap penting dengan
pertambhan usia . agen virus mungkin bekerja memulai asma lewat stimulasi
reseptor aferen vagus dari system kolinergik saluran udara. Penyelidikan
terbaru menunjukan respon IgE terhadap RSV pada bayi dan anak dengan
wheezing yang berhubungan dengannon virus wheezing.

19
b. Factor endokrin
Eksaserbasi asma mungkin terjadi berhubungan dengan haid.
Terutama pramenstruasi atau asma mungkin mempunyai awitan pada wanita
sekitar menopause, .as ama membaik pada beberapa anak usai pubertas.
c. Factor psikologi
Asma banyak dipengaruhi oleh factor emosional, bagaimanapun
deviasi emosional atau tingkah laku tidak nyata berbeda dngan anak
pendertia asma dari pada umunya. Gangguan emosional atau tingkah laku
berhubungan dengan pengontrolan jelek dari asma dibandingkan beratnya
serangan asama itu sendiri dengan dewmikian campur tangan medis yang
padnai dapat mempunyai pengaruh yang penting.

2.2.3. Patofisiologi
Asma adalah obstruksi jalan napas difus reversibel. Obstruksi disebabkan
oleh satu atau lebih dari yang berikut ini:
1. Konstraksi otot-otot yang mengelilingi bronki, yang menyemputkan jalan
napas.
2. Pembengkakan membran yang melapisi bronki.
3. Pengisian bronki dengan mukus yang kental.
Selain itu, otot-otot bronkial dan kelenjar mukosa membesar; sputum yang
kental, banyak dihasilkan dan alveoli menjadi hiperinflasi, dengan udara
terperangkap di dalam jaringan paru. Mekanisme yang pasti dari perubahan ini
tidak diketahui, tetapi apa yang paling diketahui adalah keterlibatan sistem
imunologis dan sistem saraf otonom. Obstruksi bertambah berat selama
ekspirasi karena secara fisiologis saluran napas menyempit pada fase tersebut.
Hal ini mengakibatkan udara distal tempat terjadinya obstruksi terjebak tidak
bisa diekspirasi. Selanjutnya terjadi peningkatan volume residu,kapasitas residu
fungsional (KRF), dan pasien akan bernapas pada volume yang tinggi mendekati
kapasitas paru total (KPT). Keadaan hiperinflasi ini bertujuan agar saluran napas
tetap terbuka dan pertukaran gas berjalan lancar. Untuk mempertahankan
hiperinflasi ini diperlukan otot-otot bantu napas.
Penyempitan saluran napas ternyata tidak merata diseluruh bagian paru.
Ada daerah-daerah yang kurang mendapat ventilasi, sehingga darah kapiler yang

20
melalui daerah tersebut mengalami hipoksemia. Penurunan PaO¬2 mungkin
merupakan kelainan pada asma supklinis. Untuk mengatasi kekurangan oksigen,
tubuh melakukan hiperventilasi, agar kebutuhan oksigen terpenuhi. Tetapi
akibatnya pengeluaran CO¬2 menjadi berlebihan sehingga PaCO2 menurun
yang kemudian menimbulkan alkalosis respiratorik. Pada serangan asma yang
lebih berat lagi banyak saluran napas dan alveolus tertutup oleh mukus sehingga
tidak memungkinkan lagi terjadinya pertukaran gas. Hal ini menyebabkan
hipoksemia dan kerja otot-otot pernapasan bertambah berat serta terjadi
peningkatan produksi CO2. Peningkatan produksi CO2 yang disertai dengan
penurunan ventilasi alveolus menyebabkan retensi CO2 (hiperkapnia) dan
terjadi asidosis respiratorik atau gagal napas. Hipoksemia yang berlangsung
lama menyebabkan asedosis metabolik dan konstriksi pembuluh darah paru yang
kemudian menyebabkan shunting yaitu peredaran darah tanpa melalui unit
pertukara gas yang baik, yang akibatnya memperburuk hiperkapnia.
Beberapa individu dengan asma mengalami respons imun yang buruk
terhadap lingkungan mereka. Antibody yang dihasilkan (IgE) kemudian
menyerang sel-sel mast dalam paru. Pemajanan ulang terhadap antigen
mengakibatkanikatan antigen dengan antibody, menyebabkan pelepasan produk
sel-sel mast (disebut mediator) seperti histamin, bradikinin, dan prostaglandin
serta anafilaksis dari substansi yang bereaksi lambat (SRS-A). Pelepasan
mediator ini dalam jaringan paru mempengaruhi otot polos dan kelenjar jalan
napas, menyebabkan bronkospasme, pembengkakan membran mukosa, dam
pembentukan mukus yang sangat banyak.
Sistem saraf otonom mempersarafi paru. Tonus otot bronkial diatur oleh
impuls saraf vagal melalui sistem parasimpatis. Pada asma idiopatik atau non-
alergi, ketika ujung saraf pada jalan napas dirangsang oleh faktor seperti infeksi,
latihan, dingin, merokok, emosi, dan polutan, jumlah asetilkolin yang dilepaskan
meningkat. Pelepasan asetilkolin ini secara langsung menyebabkan
bronkokanstriksi juga merangsang pembentukan mediator kimiawi. Individu
dengan asma dapat mempunyai toleransi rendah terhadap respons parasimpatis.
Selain itu, reseptor α- dan β-adrenergik dari sistem saraf simpatis terletak dalam
bronki. Ketika reseptor α-adrenergik dirangsang, terjadi bronkokonstriksi;

21
bronkodilatasi terjadi ketika reseptor β-adrenergik yang dirangsang.
Keseimbangan cairan reseptor α- dan β-adrenergik dikendalikan terutama oleh
siklik adenosin monofosfat (cAMP). Stimulasi reseptor-α mengakibatkan
penurunan cAMP, yang mengarah pada peningkatan mediator kimiawi yang
dilepaskan oleh sel-sel mast bronkokonstriksi. Stimulasi reseptor-β
mengakibatkan peningkatan tingkat cAMP, yang penghambat pelepasan
mediator kimiawi dan myenyebabkan bronkodilatasi. Teori yang diajukan
adalah bahwa penyekatan β-adrenergik terjadi pada inividu dengan asma.
Akibatnya, asmatik rentan terhadap peningkatan pelepasan mediator kimiawi
dan konstriksi otot polos.

2.2.4. Manifestasi Klinis


Pada anak yang rentan, inflamasi di saluran napas ini dapat
menyebabkan timbulnya episode mengi berulang, sesak napas, rasa dada
tertekan, dan batuk, khususnya pada malam hari atau dini hari. Gejala ini
biasanya berhubungan dengan penyempitan jalan napas yang luas namun
bervariasi, yang sebagian besar bersifat reversibel baik secara spontan maupun
dengan pengobatan. Gejala dan serangan asma biasanya timbul bila pasien
terpajan dengan faktor pencetus yang sangat beragam dan bersifat individual.
Tiga gejala umum asma adalah batuk, dispnea, dan mengi. Pada
beberapa keadaan, batuk mungkin merupakan satu-satunya gejala. Serangan
asma sering kali terjadi pada malam hari. Penyebabnya tidak dimengerti dengan
jelas, tetapi mungkin berhubungan dengan variasi sirkadian, yang
mempengaruhi ambang reseptor jalan napas. Serangan asma biasanya bermula
mendadak dengan batuk dan rasa sesak dalam dada, disertai dengan pernapasan
lambat, mengi, laborius. Ekspirasi selalu lebih susah dan panjang dibanding
inspirasi, yang mendorong pasien untuk duduk tegak dan menggunakan setiap
otot-otot aksesoris pernapasan. Jalan napas yang tersumbat menyebabkan
dispnea. Batuk pada awalnya susah dan kering tetapi segera menjadi lebih kuat.
Sputum, yang terdiri atas sedikit mukus mengandung masa gelatinosa bulat,
kecil yang dibatukkan dengan susah payah. Tanda selanjutnya termasuk sianosis
sekunder terhadap hipoksia hebat, dan gejala-gejala retensi karbon dioksida,
termasuk berkeringat, takikardia, dan pelebaran tekanan nadi.

22
Awitan serangan asma mungkin akut atau tersembunyi. Episode akut
paling sering disebakan oleh kontak dengan iritan seperti udara dingin atau uap
berbahaya ( asap tembakau, cat basah) atau kontak dengan allergen. Bila
obstruksi jalan udara timbul cepat dalam bebrapa menit, ini tampaknya paling
cenderung disebabkan oleh spasme otot polos pada jalan udara besar. Serangan
yang dipresitipasi oleh infeksi virus salluran nafas mempunyai awitan paling
lambat dengan kenaikan awitan lambat frekuensi , berat batuk dan wheezing
selama bebrapa hari. Gejala dan tanda asma termasuk bautk, yang berbunyi kuat,
wheezing , takipnea, dan dispnea dengan ekspirasi memanjang dan pemakaian
otot pernafasan tambahan, sianosis, hiperinflasi dada, takikardia, dan nyeri
abdomen, yang mungkin terdapat pada berbbagai tingkat, tergantung pada
stadium dan berat serangan.
Bila pernderita dalam keadaan pernafasan sangat cepat dan tertekan,
gejala utama asma wheezing mungkin tidak terdapat, pada penderita sep[erti ini
hanya sesudah pengobatan bronkodilaotr memberikan keringanan sebagian dari
obstruksi jalan udara, gerakan udara yang cukup dapat menimbulkan wheezing.
Sesak nafas mungkin demikain berat sehingga anak sulit berjalan atau bahkan
berbicara. Penderita duduk membungkuk ke depan, dalam posisi sep[erti tripod
yang memudahkan bernafas. Nyeri perut lazim ditemukan terutama pada aank
yang lebih muda, dan kemungkinan disebabkan penggunaan otot perut dan
diafragmaselama ekspirasi. Hati dan limfa mungkin teraba akibat hiperrinflasi
paaru. Muntah lazim ditemukan dan mungkin diikuti dengan peredaan gejala
sementara.
Selama serangan berat usaha bernafas mungkin besar dan anak mungkin
akibat kerja terlalu berat. Pernafasanmungkin menjadi sangat lelah. Di antara
serangan anak mungkin bebas gejala sama sekali dan tidak mempunyai bukti
kelainan pulmonal pada pemeriksaan fisik.barrel cest adalah tanda obtruksi jalan
udara kronik yang terus menerus dari penakit berat. Clubbing finger jarang
terlihat pada asma tanpa penyulit, walaupun pada kasus berat. Clubbing
menunjukan penyebab lain dari penyakit respiratory cronik terutama fibrosis

23
2.2.5. Perawatan sehari hari anak penderita asma
Atas daasar anamnesis peemriksaan fisik data laboratorium tes fungsi paru
dan keperluan obat penderita dapat digolongkan sebagai asma ringan, sedang,
atau berat. Perawatan seharihari dari berbagai tingkat penyakit berbeda.
1. Asma ringan.
Anak dengan asma ringan mendapat serangan danegna beragai frekuiensi
sampai sekali semininggu, yang tidak berat dan memberikan rwespon
terhadap pengobatan bronkodilaotr dalam 24-48 jam. Biasnaaya di antara
serangan tidak diperlukan obat dan anak pada pokoknya bebas dari gejala
obtruksi jalan udara . anak dengan asma ringan dapat beraktifirtas dan
bersekolahdengan baik toleransi aktivitas baik, dapat berolahraga dengan
baik. Mereka tidak mengalami hyperplasia daa foto torak merega normal
2. Asma sedang.
Anak dengan asma sedang lebih sering memiliki gejala, dan diantara
ekserbasi senring batuk dan wheezing rinbgan. Sekolah terganggu, tolerasni
aktivitas, dan gangguan tidur. Biasanasya lebih membutuhkan terapi
bronkodilaotr yang terus menerus. Hiperinflasi secara klinis dan rasdiologis
mungkin nyata. Tasnda obstruksi jalan udara pada tes fisiologi lebih nyata
dairipada kelompok asam rignan. Volume paru bertambah.
3. Asma berat.
Anak dewngan asma berat menderita wheezing dan ekserbasi yang lebih
brat. Memerlukan perawatan dirumah sakit. Terdaapt gangguan aktivitas
maupun sekolah. Tidur terganggu . mereka menderita diformits dada akibat
asma. Hiperinflasi kronik dan foto toraks abnormal. Pengobatan
bronkodilaotr diperlukan dan regimen mungki termasuk pemebrian
kartikosteroid aerosol atau sistemik. Tes fisiologi menunjukkan
obstruksijalan udara yang lebih berat daripada asma ringan atau sedang.
Anak dengan asma ringan harus mednapat pengobatan bronkodilaotr hanya
bila ada gejala, dan pada hamper nsemua ekserbasi diobati memuaskan
dengan adreanlion dengan aerososl dengan in jeksi. Untuk anak dengan
asma sedang yang memerlukan terapi saing dan malam teofilin adalah obat
ter[ilih. Dosis dan cara pemberian bersifat indivudal dan lebih perlu

24
dimonitor dengan pengukuran konsentrasi teofilin plasma. Pada asma berat
walaupun telah mednapatkan penatalaksanaan alergi terbaik batuk wheezing
yang tidak diutemia tetap ada. Yang sangat menggangu aktivitas bermain
dan sekolah.pemberian kortikosteroid yang bijaksana atas dasar pemberian
sering berhasil meredakan gejala dan memungkankan anak sehat.

2.2.6. Komplikasi
1. Emfisema.
Bila serangan asma sering terjadi dan telah berlangsung lama, maka akan
terjadi emfisema dan mengakibatkan perubahan bentuk toraks yaitu toraks
membungkuk ke depan dan memanjang. Pada foto rontgen toraks terlihat
diafragma letaknya rendah, gambaran jantung menyempit, corakan hilus kiri
dan kanan bertambah. Pada asma kronik dan berat dapat terjadi bentuk dada
burung dara dan tampak sulkus Harrison.

2. Atelektasis.
Bila sekret banyak dan kental, salah satu bronkus dapat tersumbat sehingga
dapat terjadi atelektasis pada lobus segmen yang sesuai. Mediastinum
tertarik ke arah atelektasis.

3. Bronkopneumonia.
Bila atelektasis berlangsung lama dapat berubah menjadi bronkiektasis, dan
bila ada infeksi akan terjadi bronkopneumonia.

4. Status asmatikus.
Status asmatikus adalah serangan asma yang terus-menerus dan berlangsung
beberapa hari serta berat dan tidak dapat diatasi dengan obat-obat yang
biasa. Bila tidak ditolong dengan semestinya dapat menyebabkan kematian,
kegagalan pernapasan dan kegagalan jantung.

5. Pneumotoraks.
6. Aspergilosis bronkopulmoner alergik.
7. Gagal napas.
8. Bronkitis.
9. Fraktur iga.

25
2.2.7. Pengobatan
Obat-obatan untuk asma anak terdiri dari:
1. Bronkodilator: adrenalin, orsipenalin, terbutalin, fenoterol.
2. Kortikosteroid: prednison, hidrokortison, deksametason, dsb.
3. Mukolitik: banyak minum air.
Cara pemberian sesuai petunjuk obat masing-masing.
Obat-obat yang disebutkan itu diberikan jika sedang mendapatkan serangan.
Obat untuk pencegahan serangan asma dapat:
1. Bronkodilator
2. Kortikosteroid
3. Ketotifen (zaditen)
4. DSCG (intal)
5. Mukolitik

2.2.8. Konsep Asuhan Keperawatan


a. Pengkajian
1. Pemeriksaan Fisik
Yang biasanya ditemukan: takipnea, retraksi interkostal/suprasternal,
mengi pada ekspirasi kurang lebih inspirasi. Umumnya ada demam
(terutama derajat rendah) dan krepitasi
Tanda bahaya :
a) napas cuping hidung, grunting, udara sulit masuk melalui jalan napas
b) kepucatan, kebiruan
c) agitasi/letargi persisten
d) kesulitan dalam pemberian makan pada bayi/berbicara dalam
kalimat/bermai
2. Pengkajian dada dan paru.
3. Pengkajian pernapasan.
4. Riwayat keluarga.
Adanya atopi dalam anggota keluarga.
5. Riwayat kesehatan.
a) Bukti-bukti atopi (mis., eksema, rinitis)

26
b) Bukti kemungkinan faktor pencetus.
c) Episode sesak napas sebelumnya.
d) Mengi
e) Batuk
f) Adanya keluhan gatal pada bagian depan leher atau bagian atas
punggung.
6. Observasi adanya manifestasi asma bronkial.
a) Batuk: keras, paroksimal, iritatif, dan nonproduktif. Menjadi
produktif dengan sputum yang banyak, jernih, kental.
b) Tanda-tanda yang berhubungan dengan pernapasan: napas pendek,
fase ekspirasi memanjang, mengi dapat didengar, sering tampak
pucat, telinga merah dan tonjolan pipi kemerahan, bibir bawah
berwarna merah tua, gelisah, ketakutan, ekspresi wajah cemas, dan
berkeringat (mungkin menonjol) saat serangan berlanjut.
c) Dada: hiperesonan pada perkusi, suara napas kasar dan keras, mengi
sepanjang lapang paru, eskpirasi memanjang, krekels.
d) Pada episode ulangan: dada barrel, peningkatan bahu, penggunaan
otot pernapasan aksesori, tampilan wajah (tulang pipi datar,
lingkaran di bawah mata, hidung menyempit, gigi atas menonjol)
7. Kaji lingkungan untuk adanya kemungkinan faktor alergen.
b. Diagnosa
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan dispnea.
2. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan respon alergik,
inflamasi bronkus dan produksi sekret yang berlebih.
3. Resiko tinggi asfiksia berhubungan dengan sekresi mukus dan edema.
4. Resiko tinggi asidosis respiratorik berhubungan dengan peningkatan
CO2, hipoksemia.
5. Resiko tinggi asidosis metabolik berhubungan dengan hipoksemia.
6. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penghentian aliran darah
dan penurunan suplai O2 ke otak.
7. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan napas dan
peningkatan volume residu.

27
8. Resiko tinggi alkalosis respiratorik berhubungan dengan penurunan CO2.
9. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan
pengeluaran keringat berlebih dan diaforesis.
10. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan supai dan
kebutuhan O2.
11. Resiko tinggi gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan
hospitalisasi.
12. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan kedaruratan
hospitalisasi anak.

28
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Tuberculosis adalah penyakit menular yang sebagian besar disebabkan oleh kuman
Mycobacterim tuberculosis. Kuman tersebut masuk ke tubuh manusia melalui udara
pernafasan ke dalam paru. Kemudian menyebar dari paru ke bagian tubuh lain
melalui system peredaran darah, system saluran limfa, saluran nafas atau
penyebaran langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya. TB dapat terjadi pada semua
kelompok umur, baik di paru maupun di luar paru. Ada tiga bentuk dasar TB paru
pada anak yaitu penyebaran limfohematogen, TB endobronkial, dan TB paru kronik.
Penyebab TB paru yaitu :
1. Tertular dari ibu saat dalam kandungan
2. Sebelum atau selama persalinan menghirup air ketuban yang terinfeksi
3. Setelah lahir karena menghirup udara yang terkontaminasi oleh percikan saliva
yang terinfeksi
4. Lingkungan yang tidak higienis
5. Kontak dengan penderita TBC

Perbedaan TB paru pada anak dengan orang dewasa :

a. Umumnya TB pada orang dewasa hanya terlokalisir di paru-paru,hal ini


disebabkan karena tubuh orang dewasa telah memiliki kekebalan,sehingga
basil TB masuk hanya terlokalisir di paru-paru saja,sedangkan pada anak-anak
selain di paru-paru,juga terdapat penyebaran ke seluruh tubuh hal ini terjadi
karena belum ada kekebalan alami tubuh.
b. TB pada anak tidak dapat ditularkan pada anak lainnya atau pada orang dewasa
sekalipun, TB pada anak tidak menular.
c. TB pada anak susah didiagnosis daripada TB dewasa, sehingga perlu
pemeriksaan lebih lanjut, pemeriksaan lengkap melalui 3 hal yaitu klinik,
laboratorium dan radiology. Pemeriksaan klinik antara lain menyangkut
perkembangan berat badan, sedang pengamatan laboratorium menyangkut
pengamatan sputum dan cairan lambung, terakhir pemeriksaan radiology untuk
melihat kondisi paru-paru.

29
d. Gambaran foto roentgen TB paru pada anak tidak khas dan interpretasi foto
biasanya sulit, paling mungkin terjadi infiltrate dengan pembesaran kelenjar
hilus atau kelenjar paratrakeal.

Asma adalah penyakit paru dengan ciri khas yakni saluran napas dengan mudah
bereaksi terhadap rangsangan atau pencetus dengan manifestasi berupa serangan
asma. Serangan asma berupa sesak napas ekspirator yang paroksismal berulang-
ulang dengan mengi (wheezing) dan batuk yang akibat konstriksi atau spasme otot
bronkus, inflamasi mukosa bronkus, dan produksi lendir kental tyang berlebihan.
Asma merupakan penyakit keturunan.

Asma adalah suatu penyakit kompleks yang menyangkut berbagai tingkat faktor
biokimia, autonom, imunologik, infeksi, endokrin dan pisikologi pada individu
yang berlainan. Tetapi serangan asma timbul bila ada faktor pencetus.

Pada anak yang rentang inflamasi di saluran napas ini dapat menyababkan
timbulnya episode mengi berulang, sesak napas, rasa dada tertekan, dan batuk,
khususnya pada malam hari atau dini hari.Serangan asma dapat dicegah dengan
cara menghindari faktor pencetus dan menggunakan obat-obatan atau tindakan
untuk meredakan atau mengurangi reaksi-reaksi yang akan atau yang sudah timbul
oleh pencetus.

3.2. Saran
Melalui penulisan ini, penulis berharap pembaca dapat mengaplikasikan asuhan
keperawatan yang baik dan benar pada anak dengan penyakit TBC dan Asma.

30
DAFTAR PUSTAKA
Behrman, Richard E.1988.Ilmu Kesehatan Anak.Jakarta.EGC

Hidayat, Aziz Alimul A.2006.Pengantar Ilmu Keperawatan Anak.Jakarta.Salemba


Medika

Dr. Abdul Latief.1985.Bagian Ilmu Kesehatan Anak.Jakarta.Info Medika

Amina Lalani.2011.Kegawat daruratan pediatri.Jakarta.EGC

file:///D:/semester%204/keperawatan%20anak%201/249741952-askep-anak-tb-paru-
pdf.pdf

https://www.scribd.com/doc/74833634/Askep-Tbc-Pada -Anak-dan-Bayi

31
LAMPIRAN

32

You might also like