Professional Documents
Culture Documents
10 Mei 2008
https://mbojo.wordpress.com/2008/05/10/penyebab-variabilitas-hujan-di-
indonesia/
Liong, dkk (2003) mengatakan bahwa pengaruh ENSO cukup kuat untuk
berbagai tempat di Indonesia. Dengan melihat anomali SST pada Niño 3.4,
perioda 1961 sd 2001 wilayah Maritime Continent bagian timur mempunyai
koefisien korelasi sekitar –0,6 pada waktu terjadi El Niño sedangkan wilayah
NAIM (North Australia-Indonesian Monsoon) hanya sekitar –0,3. Untuk
wilayah Maritime Continent bagian barat dan SEAM (South East Asia
Monsoon) masih belum ada kesimpulan yang jelas karena ada yang
berkorelasi –0.7 untuk Padang pada tahun El Niño 97/98 tetapi berkorelasi –
0.2 pada tahun El Niño 82/83 demikian juga untuk Medan berkorelasi –0.45
pada tahun 97/98 tetapi berkorelasi 0.11 pada tahun 82/83, sehingga dapat
dikatakan korelasinya dengan El Niño sangat lemah. Untuk Maritime
Continent barat khususnya Jawa Barat dan Sumatra Selatan pengaruh IOD
diperhitungkan. Pada umumnya ketika terjadi El Niño, DMI (Dipole Mode
Index) positif sehinga efeknya saling memperkuat tetapi ada kasus ketika
bukan tahun El Niño Indonesia kering, ternyata ketika itu DMI positif, jadi
tahun Indonesia kering ketika bukan tahun El Niño dapat dijelaskan dari
pengaruh IOD. Menurut Hendon (2003) dalam Aldrian dan Susanto
(2003) variabilitas SST di Niño 3.4 diperkirakan mempengaruhi 50% variasi
curah hujan seluruh Indonesia, sedangkan variabilitas SST di Samudera
Hindia hanya mempengaruhi 10-15% curah hujan di seluruh Indonesia.