Professional Documents
Culture Documents
4
5
menghilangkan unsur berbahaya pada slag dan untuk memulihkan kadar besi
yang berharga dengan penambahan unsur alumunium pada reduksi oksida besi
dan recovery dari kadar besi pada slag tembaga pada suhu 1.773o K dengan
mempertimbangkan sifat thermophycical terak. Penentuan recovery besi ini
digunakan diagram kesetimbangan bahan (material balance) yang
merepresentasikan kandungan besi pada ingot. Hasil analisis proses ASR ini
diketahui menggunakan XRD dan metode perhitungan termokimia.
Xiu-jing, Z., Nai-jun, L., Xu, Z., Yan, F. Dan Lan, J. 2011 dalam Scholarly
Articles dengan judul “Recovery of Cobalt from converter slag of Chambishi
Copper Smelter Using Smelter Reducing Process” memaparkan pengurangan efek
reduksi agen, suhu peleburan, dan penambahan waktu perubahan terak (CaO dan
TiO2) sudah dilakukan untuk reduksi cobalt dari converter slag. Selain itu, paduan
logam cobalt-bearing dan slag ditandai dengan difraksi sinar-X, scanning dengan
mikroskop elektron, dan dispersif spektroskopi energi. Di bawah kondisi yang
ditentukan, 94,02% Co, 95,76% Cu, dan kurang dari 18% Fe pada terak
konverter. Ditemukan bahwa fase utama dari slag yaitu Fe-Co-Cu dengan
sejumlah kecil sulfida.
2.1.2 Sejarah Perusahaan
PT Prima Timah Utama adalah perusahaan yang bergerak dibidang
penambangan, peleburan dan pemurnian timah. Perusahaan ini beroperasi di
Bangka Belitung, khususnya di daerah industri Ketapang, Pangkalpinang. PT
Prima Timah Utama itu sendiri merupakan perusahaan swasta yang didirikan pada
tahun 2003 dengan perizinan IUP (Izin Usaha Pertambangan)-Operasi Produksi
Khusus: 188.44/755/DPE/2011 (1.35 ha) dengan wilayah izin pertambangan
seluas 116.7 ha dan IUP kerjasama seluas 3,619.7 ha, dimana terdapat 7 lokasi
wilayah IUP. Adapun masa berlaku IUP OPK yaitu dari tanggal 31 Oktober 2006
s/d 30 Oktober 2026.
Wilayah penambangan PT Prima Timah Utama yang saat ini beroperasi
hanya Tambang Mapur di Kab. Bangka Induk dan mitra milik PT MGM di Blok
Sadai serta PT NAM di Blok Petar. Adapun metode penambangan timah yang
digunakan oleh PT Prima Timah Utama yaitu Tambang Semprot (gravel pump)
6
skala TN yang dimana cara ini menggunakan monitor, bulldozer dan pompa
tanah. Kegiatan pencucian bijih timah dilakukan langsung di lokasi penambangan.
PT Prima Timah Utama juga memiliki tempat peleburan dan pemurnian
timah sendiri yang beroperasi di daerah industri Ketapang. Pabrik Pengolahan dan
Pemurnian PT Prima Timah Utama memiliki 5 tanur terpasang, satu buah kettle
pemurnian, satu unit crystallizer serta tanur mini untuk lebur ulang.
Adapun pengolahan dan pemurnian disesuaikan dengan Rencana Kerja dan
Anggaran Biaya pada tahun yang berjalan. Untuk Proses kegiatan pengolahan dan
pemurnian bijih timah di pabrik diawali dengan memberi kode bijih timah yang
telah ditimbang di gudang pasir dengan kadar Sn 70-74%, kemudian bijih timah
tersebut dibawa ke unit peleburan (smelting) untuk dileburkan dan dicetak
menjadi balok timah dan menghasilkan slag dan dross, dimana dross akan dilebur
ulang sedangkan slag dari tanur akan dibawa ke tin slag area.
Unit pemurnian (refinery) akan memproses balok timah tadi agar menjadi
produk timah batang (Pure Tin ingot) yang berkadar (Sn) 99.90% ke atas sesuai
dengan Permendag No.33/M-Dag/5/2014. Alat-alat yang digunakan pada unit ini
diantaranya kettle, crystallizer dan tanur mini. Tin ingot yang sudah jadi akan
disimpan di gudang dan siap untuk diekspor, rata-rata ekspor PT Prima Timah
Utama setiap bulannya sekitar ± 250 ton logam timah.
2.1.3 Mineral Timah
Menurut Azis, M. Dan Ardha, I.GN. 2007, timah adalah unsur kimia dengan
nomor atom 50 dan nomor massa 118,69. Merupakan unsur logam, dengan warna
putih keabuan. Timah banyak berada di pulau Bangka dan Belitung. Biji timah
terdapat dalam bentuk kasiterit. Penggunaan timah sendiri sering digunakan untuk
membuat campuran atau paduan logam yaitu kuningan, perunggu, campuran
timah putih dan timah hitam, patri, logam-logam yang dapat melebur, serta logam
untuk lonceng.
Mineral utama dari timah yaitu biasa dikenal dengan cassiterite. Dimana
ketika dilebur mineral ini disebut dengan timah putih yaitu logam dengan warna
keperakan cerah dengan suhu leleh rendah yang tahan terhadap korosi. Mineral ini
memiliki terkstur yang rapuh sehingga jarang dimanfaatkan dengan hanya
7
mengandung logam timah secara tunggal tetapi biasanya biasa digunakan untuk
bahan logam paduan. Awal mula paduan dari logam ini biasanya dipadu dengan
tembaga, perunggu, dan campuran timah tembaga (Newman, P. 2013).
2.1.4 Genesa Pembentukan Timah
Keberadaan pulau-pulau timah erat kaitannya dengan sabuk bagian tengah
Semenajung Malaysia yang mempunyai umur kisaran 207 – 230 Juta Tahun
(Cobbing, E.J., Ph’field, P.E., Darbyshire, D.P.F, dan Mallick D.I.J. 1992),
dimana rangkaian sabuk-sabuk sebaran granit membentuk kelompok-kelompok
granit yang berbeda terdistribusikan secara luas sebagai pluton dan batolit
(Gambar 2.1). Granit pembawa timah mempunyai komposisi kisaran kandungan
SiO2 umumnya di atas 70%, yang kemudian dikorelasikan mempunyai kesamaan
dengan sabuk bagian tengah (main range provinces) dimana granit pada sabuk ini
dikenal sebagai granit tipe S yang mengandung timah (Hutchison, C.S. 1989).
Perbedaan geologi (lingkungan pengendapan, litologi dan tektonik) erat
hubungannya dengan genesa pembentukan bahan galian mineral logam, maka
daerah mineralisasi logam tertentu dapat dibedakan berdasarkan jenis/tipe
endapan dan geologi seperti magmatik, tektonik dan erosi-sedimentasi akan
membentuk jenis-jenis endapan magmatik skarn dan greisen, endapan hidrotermal
berkaitan dengan stockwork, urat, breksi pipa, endapan volkanogenik, sedangkan
proses pengayaan membentuk endapan laterit, placer, sedangkan proses rombakan
menghasilkan endapan pasir pantai.
Pembentukan timah di Indonesia, terjadi pada mineralisasi logam pada
perioda Trias Tengah hingga Kapur Akhir. Mineralisasi kasiterit pada perioda
tersebut terjadi pada batuan sedimen dan vulkanik Periode Akhir-Mesozoik yang
diintrusi batuan plutonik, terjadi proses pegmatitik, kontak metasomatik, alterasi
hidrotermal dan mineralisasi logam timah yang berasosiasi dengan logam jarang
di pulau-pulau timah. Mineralisasi dalam jalur plutonik batuan granitik Asia
Tenggara ini sangat karakteristik, yaitu terbentuknya kasiterit yang umumnya
berasosiasi dengan scheelite, xenotime, columbite, monazite.
Intrusi granit menerobos batuan yang lebih tua pada Zaman Trias – Yura
Atas, menghasilkan proses metamorfosa sentuh, bersamaan dengan proses
8
Gambar 2.2 Tipe granit yang terdapat di Pulau Bangka (Cobbing, 1992)
2.1.5 Endapan Timah Primer
Proses pembentukan endapan timah primer berasal dari magma cair yang
mengandung mineral cassiterite. Batuan pambawa mineral ini adalah batuan
granit yang berhubungan dengan magma asam dan menembus lapisan sedimen
(intrusi granit). Pada tahap akhir kegiatan intrusi, terjadi peningkatan konsentrasi
elemen di bagian atas, baik dalam bentuk gas maupun cair, yang akan bergerak
melalui pori – pori atau retakan. Karena tekanan dan tempratur berubah, maka
terjadilah proses kristalisasi yang akan membentuk deposit dan batuan samping.
Pada saat intrusi batuan granit naik ke permukaan bumi, maka akan terjadi
fase pneumatolitik, dimana terbentuk mineral – mineral bijih yang berharga
diantaranya mineral yang mengandung timah. Mineral ini terakumulasi dan
terisolasi pada batuan granit maupun di dalam batuan yang diterobosnya, yang
akhirnya membentuk vein – vein, yaitu pada batuan granit dan pada batuan
samping yang diterobosnya. Secara keseluruhan endapan timah yang membentang
dari Myanmar Tengah hingga Paparan Sunda merupakan keseluruhan sejumlah
intrusi granit. Batuan induk yang mengandung bijih timah adalah granit, adamelit,
dan granodiorit.
10
FEED
JIG HARZ
KONSENTRAT TAILING
JIG YUBA
ROTARY DRAYER PABRIK
ROUND SCREEN
SETLING POND
MIDDLING
MIDDLING TAILING
KONSENTRAT
Gambar 2.3 Diagram Alir Pengolahan Bijih Timah (Bidang Pengolahan Mineral
Unit Metalurgi-Muntok, 2005)
2.2.2 Metalurgi
Menurut Ajie, Mokh Winanto, 2001, metalurgi adalah suatu ilmu dan seni
yang mempelajari tentang cara mendapatkan metal dari bijih, konsentrat, scrap
maupun slag dengan mendasarkan atas sifat kimia dan sifat fisik, sehingga
bermanfaat bagi manusia. Dalam metalurgi tahapan awal adalah pengecilan
ukuran butir terhadap bijih, yang kemudian dilakukan konsentrasi sehingga
mineral berharga dapat dipisahkan dari pengotor dengan mengasaskan sifat fisik
mineral. Tahapan dalam metalurgi dapat terbagi sebagai berikut:
1. Tahapan mineral processing, tahapan dimana crude material diolah atas
sifat fisik mineral dengan hasil berupa konsentrat, midling, dan tailing.
14
2. Tahap ekstraksi metal, tahapan ekstraksi crude metal (pig iron, lead
bullion, blister cooper, matte). Ekstraksi metal dilakukan dengan cara :
Pirometalurgi, proses metalurgi dengan menggunakan panas berasal
dari bahan bakar padat, cair, dan gas.
Elektrometalurgi, pengambilan metal menggunakan arus panas dari
listrik
Hidrometalurgi, proses ekstraksi metal dengan cara pelarutan yang
umumnya dilakukan pada kondisi suhu kamar.
3. Tahap pemurnian crude metal
Pemurnian ini dilakukan dengan cara pemanasan atau elektrolisa. Tujuan
dari pemurnian ini agar didapat suatu logam yang memiliki sifat-sifat yang
sesuai untuk penggunaan selanjutnya. Proses pemurnian ini penting karena
logam-logam hasil ekstraksi biasanya masih mengandung unsur logam
pengotor. Tahap pemurnian crude metal dapat terbagi atas :
1) Pembentukan fase baru yang tidak saling melarut dengan fase logam
utama.
2) Pemisahan fisik antara kedua fase tersebut.
4. Tahap alloying (paduan)
Merupakan tahapan metalurgi yang bertujuan untuk mengendalikan sifat
bahan logam, sehingga dengan berbagai kombinasi pemaduan dapat
dihasilkan berbagai bahan logam yang jenisnya sangat bervariasi.
Menurut Ajie, 2001), metalurgi dapat diklasifikasikan menjadi beberapa
jenis sesuai dengan cara peleburan yang dilakukan. Klasifikasi metalurgi dapat
terdiri sebagai berikut :
A. Hidrometalurgi.
Hidrometalurgi merupakan cabang tersendiri dari metalurgi. Secara harfiah
hidrometalurgi dapat diartikan sebagai cara pengolahan logam dari batuan atau
bijihnya dengan menggunakan pelarut berair (aqueous solution). Atau secara
detilnya proses Hydrometalurgi adalah suatu proses atau suatu pekerjaan dalam
metalurgy, dimana dilakukan pemakaian suatu zat kimia yang cair untuk dapat
melarutkan suatu partikel tertentu.
15
Reduktan organik adalah hal yang sangat penting dalam proses ini.
Reduktan yang dipilih diusahakan tidak berbahaya bagi lingkungan, baik reduktan
itu sendiri maupun produk hasil oksidasinya. Kebanyakan reduktan yang
digunakan adalah kelompok monomer karbohidrat, turunan aldehid dan keton
karena punya gugus fungsi yang mudah teroksidasi. Contohnya adalah proses
reduksi mangan dengan adanya glukosa sebagai reduktan :
C6H12O6 + 12MnO2 + 24H+ = 6CO2 + 12Mn2+ + 18H2O
Larutan hasil leaching tersebut kemudian dipekatkan dan dimurnikan. Ada
tiga proses pemurnian yang umum digunakan yaitu evaporasi, ekstraksi pelarut
dan presipitasi (pengendapan). Di antara ketiganya, presipitasi adalah yang paling
mudah dilakukan, juga lebih cepat.
Kominusi atau pengecilan ukuran merupakan tahap awal dalam proses
pengolahan bahan galian yang bertujuan untuk :
a) Membebaskan / meliberasi mineral berharga dari material pengotornya.
b) Menghasilkan ukuran dan bentuk partikel yang sesuai dengan kebutuhan pada
proses berikutnya.
c) Memperluas permukaan partikel agar dapat mempercepat kontak dengan zat
lain, misalnya reagen flotasi.
B. Pirometalurgi
Merupakan proses ekstraksi metal dengan energi panas. Suhu yang dicapai
ada yang hanya 50º - 250º C, tetapi ada yang mencapai 2.000º C (proses
pembuatan paduan baja). Yang umum dipakai hanya berkisar 500º - 1.600º C ;
pada suhu tersebut kebanyakan metal atau paduan metal sudah dalam fase cair
bahkan kadang-kadang dalam fase gas.
Umpan yang baik adalah konsentrat dengan kadar metal yang tinggi agar
dapat mengurangi pemakaian energi panas. Penghematan energi panas dapat juga
dilakukan dengan memilih dan memanfaatkan reaksi kimia eksotermik
(exothermic).
𝑎 𝑆𝑛 . 𝑎 𝐹𝑒𝑂 𝑎 𝑆𝑛 𝑎 𝐹𝑒𝑂
X= = 𝑥 ................................................... (1)
𝑎 𝑆𝑛𝑂 . 𝑎 𝐹𝑒 𝑎 𝐹𝑒 [𝑙𝑜𝑔𝑎𝑚] 𝑎 𝑆𝑛𝑂 [𝑡𝑒𝑟𝑎𝑘]
Dimana :
a = aktivitas termodinamika masing-masing komponen
Dari tujuan tersebut peleburan timah dilakukan dengan dua tahap karena
reaksi yang ada harus terpisah satu sama lain agar didapat konsentrat timah yang
diharapkan. Peleburan ini merupakan salah satu proses dari sekian banyak proses
peleburan timah seperti Yunan-tin China menggunakan proses tin-fuming.
Pertimbangan pemilihan proses dua tahap ini karena karakteristik komposisi
timah terutama kadar timah dan senyawa pengotornya. Pada konsentrat kadar Sn
yang rendah memungkinkan jalur proses yang berbeda. Tetapi konsentrat terlalu
rendah kadarnya tidak dapat diproses dengan peleburan. Peleburan dua tahap ini
terdiri atas peleburan tahap pertama menghasilkan timah kasar dan terak I dengan
kadar ± 20% Sn. Peleburan tahap kedua menghasilkan harhead dan terak II
dengan kadar < 1% Sn (Gambar 2.4). Timah hasil peleburan tahap pertama
sebelum dicetak sebagai hasil akhir terlebih dahulu dilakukan proses pemurnian
khususnya terhadap logam Fe, Pb, dan As. Pada peleburan tahap pertama umpan
tanur yang ditambahkan seperti debu, dross, hardhead, timah besi atau material
sirkulasi yang ditambahkan sama dengan jumlah material sirkulasi yang
dihasilkan dari jumlah komposisi yang sama. Batubara (anthracite) ditambahkan
sebagai bahan reduktor dengan komposisi ± 170 kg pada peleburan tahap pertama
dan ± 200 kg tiap komposisi pada peleburan tahap kedua. Pemakaian anthracite
pada peleburan tahap pertama relatif lebih sedikit dibandingkan peleburan tahap
kedua, hal ini merupakan salah satu faktor pengendalian terhadap tujuan dari
masing-masing tahap peleburan yangg hendak dicapai.
22
berupa alluvial placer. Hal ini dikarenakan kandungan cassiterite pada endapan
tersebut memiliki kadar yang tinggi dengan kualitas kelas atas ditambah dengan
adanya reverburatory furnace peleburan cassiterite akan semakin meningkat
karena tekstur kandungan bijih relatif halus sampai menengah.
tanur tetap karena konstruksi utama tanur ini diletakkan permanen dengan fondasi
di atas tanah (Gambar 2.6). Pembagian segmen-segmen untuk ruang reduksi dan
pemisahan logam cair dari terak cukup jauh, sehingga memberikan cukup waktu
untuk proses reduksi secara sempurna.
CHARGING HOLE
CROSS FLUES
ROOF WORKING DOOR
BURNER BLOCK
𝐶
R = 𝐹.𝑓 𝑥 100 %
............................................................................... (2)
Dimana :
R = Recovery (%)
C = Konsentrat yang didapat (kg)
F = Jumlah umpan (kg)
f = Kadar Sn (%)
Material balance merupakan suatu kesetimbangan pada pengolahan bahan
galian, dimana jumlah partikel umpan yang masuk dalam alat pengolahan
25
hasilnya sama dengan jumlah material yang keluar. Adapun persamaan yang
digunakan dalam pencarian nilai material balance adalah sebagai berikut :
F=C+T
....................................................................................... (3)
Dimana :
F = Berat mineral umpan / feed (ton)
C = Berat konsentrat (ton)
T = Berat Tailing (ton)
Dari persamaan di atas, penggunaan persamaan dalam perhitungan nilai
material balance dalam proses peleburan dapat dikertahui dengan persamaan
berikut ini :
F .f = C.c + T.t
..................................................................................... (4)
Dimana :
F = Jumlah feed yang digunakan (kg)
f = Kadar Sn pada feed yang digunakan (%)
C = Jumlah Konsentrat yang didapat (kg)
c = Kadar Sn dalam konsentrat yang didapat (%)
T = Nilai tailing yang didapat (kg)
t = Kadar Sn dalam tailing yang didapat (%)
4