You are on page 1of 16

LAPORAN KEGIATAN FOOD BANK

MKU PANCASILA
DOSEN PENGAMPU : KATARINA LEBA, S.AG, M.TH

DISUSUN OLEH :
1. DESVA K. VIJONTA 170810102060 (36)
2. SEPTHYA BELLA PUTRI R. 170210103133 (32)
3. KHARISMA AMALINA MAYANGSARI 170810301026 (49)
4. ADINDA DWI LESTARI 161710101029 (08)
5. ADELLIA PUTRI KARYADINI 170810201058(42)

UNIVERSITAS JEMBER
2018

1
KATA PENGANTAR

Pertama, mari kita panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah swt. Karena
atas rahmatnya dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan tepat
waktu. Shalawat serta salam kita panjatkan kepada junjungan kita, Nabi
Muhammad saw. kepada para sahabatnya, keluarganya dan para pengikutnya
hingga akhir zaman. Kami berterimakasih kepada semua pihak yang telah
mendukung kegiatan foodbank ini, khususnya kepada Dosen kami tercinta, Ibu
Katarina Leba.
Laporan ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Pendidikan Pancasila. Observasi ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 2 Juni 2018, di
desa Pakis, Kecamatan Panti, Kabupaten Jember, Jawa timur. Laporan ini bukan
karya yang sempurna karena memiliki banyak kekurangan baik dalam hal isi
maupun sistematika dan teknik penulisan. Oleh karena itu, kami meminta maaf
atas semua kesalahan. Akhir kata, semoga laporan ini bisa memberikan manfaat
bagi kita semua.

Jember, 2 Juni 2018

Penyusun

2
DAFTAR ISI

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 4
1.3 Tujuan Observasi ................................................................................ 5
1.4 Manfaat Observasi .............................................................................. 5
BAB 2. LANDASAN TEORI ................................................................. 6
BAB 3. METODOLOGI PELAKSANAAN .......................................... 10
BAB 4. PEMBAHASAN ......................................................................... 12
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan ......................................................................................... 14
5.2 Saran ................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA
DOKUMENTASI

3
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di dalam Pembukaan UUD 1945 pada alinea ke-4 tercantum tujuan negara
yang salah satu diantaranya adalah untuk memajukan kesejahteraan umum.
Pengertian yang lebih rinci lagi tentang tujuan negara tersebut yaitu untuk
mencapai masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Dalam
kenyataannya tujuan tersebut masih belum sepenuhnya tercapai. Ada pepatah
mengatakan, “Yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin”. Masalah
kemiskinan memang telah ada sejak dahulu kala. Pada masa lalu umumnya
masyarakat menjadi miskin bukan karena kurang pangan, tetapi miskin dalam
bentuk minimnya kemudahan atau materi. Kemiskinan termasuk malapetaka
sosial. Kemiskinan menjadi unsur vital terjadinya penderitaan berbagai bangsa.
Kemiskinan menyebabkan munculnya banyak permasalahan, mengantarkan pada
terjadinya sejumlah kriminalitas, mendorong terjadinya kerusakan,
penyimpangan, pengangguran, dan sebagainya.
Masalah-masalah yang terjadi di masyarakat: Masalah sosial, masalah
moral, masalah politik, masalah ekonomi, masalah agama, ataupun masalah-
masalah lainnya. Salah satu permasalahan sosial yang ada di Indonesia yaitu
semakin meningkatnya jumlah masyarakat miskin di negara ini. Kemiskinan
sudah menjadi hal yang wajar yang sering terjadi di Indonesia. Kemiskinan dapat
berupa kekurangan pangan, sandang, dan papan. Kemiskinan itu sangat merajalela
di kalangan masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana perekonomian masyarakat pada desa Pakis?
2. Bagaimana kegiatan sehari-hari mereka untuk memenuhi keadaan
ekonomi?

4
1.3 Tujuan Observasi
Sejalan dengan perumusan masalah diatas, observasi ini bertujuan untuk
mengetahui apa saja penyebab terjadinya kemiskinan di Desa Pakis, Kabupaten
Jember dan mengetahui kegiatan sehari-hari mereka untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Laporan ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan
Pancasila.

1.4 Manfaat Observasi


Kami dapat mengetahui dan belajar banyak dari orang-orang yang kurang
mampu, bahwa kita lebih beruntung dari mereka sehingga kita harus banyak
bersyukur untuk semua yang telat Allah swt berikan terhadap kita dan juga agar
kita dapat memahami keaadaan perekonomian yang terjadi di Desa Pakis,
Kabupaten Jember.

5
BAB 2. LANDASAN TEORI

Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk


memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan , pakaian , tempat berlindung,
pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat
pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan
pekerjaan. Kemiskinan merupakan masalah global. Sebagian orang memahami
istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya
dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut
ilmiah yang telah mapan,dll.
Kemiskinan dipahami dalam berbagai cara. Pemahaman utamanya
mencakup:
1. Gambaran kekurangan materi, yang biasanya mencakup kebutuhan pangan
sehari-hari, sandang, perumahan, dan pelayanan kesehatan. Kemiskinan
dalam arti ini dipahami sebagai situasi kelangkaan barang-barang dan
pelayanan dasar.
2. Gambaran tentang kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan sosial,
ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam
masyarakat. Hal ini termasuk pendidikan dan informasi. Keterkucilan
sosial biasanya dibedakan dari kemiskinan, karena hal ini mencakup
masalah-masalah politik dan moral, dan tidak dibatasi pada bidang
ekonomi.
3. Gambaran tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan yang memadai.
Makna "memadai" di sini sangat berbeda-beda melintasi bagian-bagian
politik dan ekonomi di seluruh dunia.
Mengukur kemiskinan.Kemiskinan bisa dikelompokan dalam dua
kategori , yaitu Kemiskinan absolut dan Kemiskinan relatif. Kemiskinan absolut
mengacu pada satu set standard yang konsisten , tidak terpengaruh oleh waktu dan
tempat / negara. Sebuah contoh dari pengukuran absolut adalah persentase dari
populasi yang makan dibawah jumlah yg cukup menopang kebutuhan tubuh
manusia.

6
Bank Dunia mendefinisikan Kemiskinan absolut sebagai hidup dg
pendapatan dibawah USD $1/hari dan Kemiskinan menengah untuk pendapatan
dibawah $2 per hari, dg batasan ini maka diperkiraan pada 2001 1,1 miliar orang
didunia mengonsumsi kurang dari $1/hari dan 2,7 miliar orang didunia
mengonsumsi kurang dari $2/hari." Proporsi penduduk negara berkembang yang
hidup dalam Kemiskinan ekstrem telah turun dari 28% pada 1990 menjadi 21%
pada 2001.Melihat pada periode 1981-2001, persentase dari penduduk dunia yang
hidup dibawah garis kemiskinan $1 dolar/hari telah berkurang separuh. Tetapi ,
nilai dari $1 juga mengalami penurunan dalam kurun waktu tersebut.
Meskipun kemiskinan yang paling parah terdapat di dunia bekembang, ada
bukti tentang kehadiran kemiskinan di setiap region. Di negara-negara maju,
kondisi ini menghadirkan kaum tuna wisma yang berkelana ke sana kemari dan
daerah pinggiran kota dan ghetto yang miskin. Kemiskinan dapat dilihat sebagai
kondisi kolektif masyarakat miskin, atau kelompok orang-orang miskin, dan
dalam pengertian ini keseluruhan negara kadang-kadang dianggap miskin. Untuk
menghindari stigma ini, negara-negara ini biasanya disebut sebagai negara
berkembang.
Penyebab kemiskinan banyak dihubungkan dengan penyebab individual,
atau patologis, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari perilaku, pilihan, atau
kemampuan dari si miskin, .
1. Penyebab keluarga, yang menghubungkan kemiskinan dengan pendidikan
keluarga.
2. penyebab sub-budaya (subcultural), yang menghubungkan kemiskinan
dengan kehidupan sehari-hari, dipelajari atau dijalankan dalam lingkungan
sekitar;
3. Penyebab agensi, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari aksi
penyebab struktural, yang memberikan alasan bahwa kemiskinan
merupakan hasil dari struktur sosial.
Meskipun diterima luas bahwa kemiskinan dan pengangguran adalah
sebagai akibat dari kemalasan, namun di Amerika Serikat (negara terkaya per
kapita di dunia) misalnya memiliki jutaan masyarakat yang diistilahkan sebagai

7
pekerja miskin; yaitu, orang yang tidak sejahtera atau rencana bantuan publik,
namun masih gagal melewati atas garis kemiskinan.Tanggapan utama terhadap
kemiskinan adalah berupa bantuan kemiskinan, atau membantu secara langsung
kepada orang miskin. Ini telah menjadi bagian pendekatan dari masyarakat Eropa
sejak zaman pertengahan.
Bantuan terhadap keadaan individu. Banyak macam kebijakan yang
dijalankan untuk mengubah situasi orang miskin berdasarkan perorangan,
termasuk hukuman, pendidikan, kerja sosial, pencarian kerja, dan lain-lain.
Persiapan bagi yang lemah. Daripada memberikan bantuan secara langsung
kepada orang miskin, banyak negara sejahtera menyediakan bantuan untuk orang
yang dikategorikan sebagai orang yang lebih mungkin miskin, seperti orang tua
atau orang dengan ketidakmampuan, atau keadaan yang membuat orang miskin,
seperti kebutuhan akan perawatan kesehatan.
Suparlan (1981) menyatakan kemiskinan adalah sebagai suatu standar
tingkat hidup yang rendah, yaitu adanya suatu tingkat hidup yang rendah, yaitu
adanya suatu tingkat kekurangan materi pada sejumlah atau segolongan orang
dibandingkan dengan standar kehidupan yang umum berlaku dalam masyarakat
yang bersangkutan. Standar kehidupan yang rendah ini secara langsung nampak
pengaruhnya terhadap tingkat keadaan kesehatan, kehidupan moral dan rasa harga
diri dari mereka yang tergolong sebagai orang miskin. Kemiskinan bukanlah
sesuatu yang terwujud sendiri terlepas dari aspek-aspek lainnya, tetapi kemiskinan
itu terwujud sebagai hasil interaksi antara berbagai aspek yang ada dalam
kehidupan manusia. Aspek-aspek tersebut, terutama adalah aspek sosial dan
ekonomi. Aspek sosial ialah adanya ketidaksamaan sosial diantara sesama warga
masyarakat yang bersangkutan,seperti perbedaan suku bangsa, ras, kelamin, usia,
yang bersumber dari corak sistem pelapisan sosial yang ada dalam masyarakat.
Sedangkan yang dimaksud aspek ekonomi ialah, adanya ketidaksamaan antara
sesama warga masyarakat dalam hak dan kewajiban yang berkenaan dengan
pengalokasian sumber-sumber daya ekonomi.
Pendapat lain dikemukakan oleh Ala dalam Setyawan (2001: 120) yang
menyatakan kemiskinan adalah adanya gap atau jurang antara nilai-nilai utama

8
yang diakumulasikan dengan pemenuhan kebutuhan akan nilai-nilai tersebut
secara layak. Ada lima ketidakberuntungan yang melingkari kehidupan orang atau
keluarga miskin menurut Chambers dalam Ala (1996: 18) yaitu: kemiskinan
(poverty), fisik yang lemah (physical weakness), kerentanan (vulnerability),
keterisolasian (isolation), ketidakberdayaan (powerlessness). Sebab-sebab
kemiskinan itu sendiri menurut Sen dalam Ismawan (2003: 102) bahwa penyebab
kemiskinan dan keterbelakangan adalah persoalan aksesibilitas. Akibat
keterbatasan dan ketertiadaan akses maka manusia mempunyai keterbatasan
pilihan untuk mengembangkan hidupnya, kecuali menjalankan apa yang terpaksa
saat ini dilakukan bukan apa yang seharusnya dilakukan, akibatnya potensi
manusia untuk mengembangkan hidupnya manjadi terhambat. Itu semua bisa kita
lihat bahwa semakin banyak jumlah para pengamen jalanan yang diorganisir oleh
pihak tertentu yang memaksa mereka untuk bekerja seperti itu karena mereka juga
tidak punya pilihan lain untuk mendapatkan uang.

9
BAB 3. METODOLOGI PELAKSANAAN

3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan

Kegiatan foodbank ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 2 Juni 2018 pukul
06.30 WIB dan bertempat di Desa Pakis, Jember (Jawa Timur).

3.2 Metode Observasi

Metode yang dilakukan yaitu dengan observasi, wawancara, dan


dokumentasi. Wawancara (bahasa Inggris: interview) merupakan percakapan
antara dua orang atau lebih dan berlangsung antara narasumber dan pewawancara.
Tujuan dari wawancara adalah untuk mendapatkan informasi di mana sang
pewawancara melontarkan pertanyaan-pertanyaan untuk dijawab oleh orang yang
diwawancarai.
Bentuk-bentuk wawancara antara lain :
1. Wawancara berita dilakukan untuk mencari bahan berita.
2. Wawancara dengan pertanyaan yang disiapkan terlebih dahulu.
3. Wawancara telepon yaitu wawancara yang dilakukan lewat pesawat
telepon.
4. Wawancara pribadi.
5. Wawancara dengan banyak orang.
6. Wawancara dadakan / mendesak.
7. Wawancara kelompok dimana serombongan wartawan mewawancarai
seorang, pejabat, seniman, olahragawan dan sebagainya.
Sukses tidaknya wawancara selain ditentukan oleh sikap wartawan juga
ditentukan oleh perilaku, penampilan, dan sikap wartawan. Sikap yang baik
biasanya mengundang simpatik dan akan membuat suasana wawancara akan
berlangsung akrab alias komunikatif.Wawancara yang komunikatif dan hidup ikut
ditentukan oleh penguasaan permasalahan dan informasi seputar materi topik
pembicaraan baik oleh nara sumber maupun pihak yang bertanya.

10
Saat melakukan wawancara, pewawancara harus dapat menciptakan suasana
agar tidak kaku sehingga responden mau menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan. Untuk itu, sikap-sikap yang harus dimiliki seorang pewawancara adalah
sebagai berikut:
1. Netral; artinya, pewawancara tidak berkomentar untuk tidak setuju
terhadap informasi yang diutarakan oleh responden karena tugasnya
adalah merekam seluruh keterangan dari responden, baik yang
menyenangkan atau tidak.
2. Ramah; artinya pewawancara menciptakan suasana yang mampu menarik
minat si responden.
3. Adil; artinya pewawancara harus bisa memperlakukan semua responden
dengan sama. Pewawancara harus tetap hormat dan sopan kepada semua
responden bagaimanapun keberadaannya.
4. Hindari ketegangan; artinya, pewawancara harus dapat menghindari
ketegangan, jangan sampai responden sedang dihakimi atau diuji. Kalau
suasana tegang, responden berhak membatalkan pertemuan tersebut dan
meminta pewawancara untuk tidak menuliskan hasilnya. Pewawancara
harus mampu mengendalikan situasi dan pembicaraan agar terarah.

11
BAB 4. PEMBAHASAN

Kelompok kami, berangkat dari Universitas Jember menju lokasi kegiatan


tepat pada jam 07.30, dengan mengendarai sepeda motor bersama teman-teman
dari kelompok (kelas) lain dengan dikawal polisi. Sampai di sana kami melewati
serangkaian acara seperti sambutan-sambutan dan pembagian sembako secara
simbolis kepada beberapa warga di desa Pakis kecamatan Panti.

Setelah rangkaian acara pembuka di Aula (kantor kepala desa), selanjutnya


adalah acara inti yaitu pembagian sembako dengan terjun secara langsung
mendatangi rumah-rumah warga. Kelompok kami mendapatkan 3 pack sembako
yang akan dibagikan masing-masing 1 pack sembako per KK (kartu keluarga).
Pertama kami menuju rumah Bu Sarep, beliau merupakan seorang janda dan
tinggal bersama anak beserta menantu dan cucunya. Kondisi beliau cukup
memprihatinkan karena sudah hanya bisa tidur dikasur yang disebabkan oleh
faktor umur. Kedua kami mendatangi rumah P Busir, beliau kebetulan seorang
duda dan tinggal hanya bersama cucunya. Karena faktor umur beliau hanya kuat
untuk duduk serta pendengarannya yang sudah tidak berfungsi dengan normal.
Dan yang terakir adalah Bu Ya Satimin, beliau merupakan janda yang sudah
berumur dan tinggal bersama anak dan cucunya. Kegiatan tidak hanya sekedar
datang lalu melaksanakan pembagian sembako tetapi kita juga melakukan
wawancara terhadap salah satu anggota keluarga yang bahasanya masih bisa kami
pahami. Dari rangkaian wawancara yang kelompok kami lakukan, bahwa
kegiaatan foodbank seperti pertama kali dilakukan di daerah Pakis, dan seluruh
warga yang mendapatkan bantuan tersebut merasa terbantu dengan adanya
kegiatan foodbank ini.

Setelah melakukan observasi dan wawancara dengan salah seorang


penduduk setempat, dapat kami simpulkan bahwa kondisi desa ini masih bisa
dibilang desa yang berkecukupan meskipun dalam kondisi warganya yang sangat
sederhana. Masyarakatnya juga mayoritas masih hidup berkeluarga dan tidak
hidup sebatang kara, sehingga, untuk memenuhi kebutuhannya dapat dibantu oleh

12
masing-masing anggota keluarga. Pekerjaan masyarakatnya adalah sebagai
pekerja yang pasti dibutuhkan oleh penduduk sekitar seperti tukang cukur,
penjahit, warung, toko, dll. Di Desa ini juga terdapat sebuah objek wisata yakni
Air Terjun Tancak Rengganis yang membuat Desa ini, tidak seperti hilang dari
peradaban, dan juga menjadi sumber penghasilan tambahan bagi Desa.

13
BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari kegiatan tersebut dapat disimpulkan bahwa :

1. Kegiatan foodbank dapat membantu perekonomian masyarakat Desa


Pakis, Jember
2. Masyarakat desa Pakis umumnya tinggal satu lingkup keluarga, dan
keaadaan mereka rata-rata berkecukupan.

5.2 Saran

Agar kegiatan Foodbank selanjutnya lebih baik, maka perlu dilakukan


konsep yang matang sehingga pada saat dilapangan tidak terjadi kesalahan teknis
dan juga survei terlebih dahulu masyarakat yang akan mendapat bantuan,
sehingga dapat lebih tepat sasaran pada keluarga yang benar kurang mampu.

14
DAFTAR PUSTAKA

Wahyu, MS, 1986. Wawasan Ilmu Sosial Dasar. Surabaya: Usana


Hartono. 2001. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: Bumi Aksara
Arnicun, Aziz. 2001. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: Bumi Aksara

15
DOKUMENTASI

16

You might also like