You are on page 1of 36

e-book series

e
k
d
em
ie
sr
id e k a a n
In d on e s i a
#MERDEKATapi
Temukan
kami di
Kontributor
Project Manager
Muhammad Reza
Catatan Redaksi
“Kita bikin apa nih untuk 17 Agustus nanti?’

Editor Pertanyaan siang bolong itu langsung berbuah meeting seketika, dan
Hardiana Noviantari kelar sesingkat-singkatnya. Kami sudah sepakat sejak malas untuk lagi-
lagi merayakan Hari Kemerdekaan dengan artikel hura-hura, semisal
“Inilah 7 Lomba Kemerdekaan yang Harus Kamu Tahu...” atau “Aku
Editorial Cinta Indonesia Seperti Aku Cinta Kamu...”.
Darin Rania
Pertama, merayakan tak harus selalu dengan keriaan.
Audina Galeshita
Kedua, harus diakui Indonesia sedang memprihatinkan.

Maka kami rilis e-book edisi terbaru ini dengan tagar #MerdekaTapi.
Sedemikian banyak “tapi” di balik status administrasi Indonesia yang
Design & layout merdeka. Kami ajak kamu merenung, mempertanyakan kembali apa
Zulfahri Akbar yang sebenarnya kita rayakan di tiap 17 Agustus. Apakah benar kita
sudah merdeka? Seyakin apa bahwa rakyat Indonesia sudah tak
terbelenggu dan leluasa memperjuangkan kemakmuran bersama?

Lewat konsep #MerdekaTapi di sini, kami suguhkan 10 artikel perihal


problem-problem di Indonesia yang membuat kita belum jua mencapai
kemerdekaan yang sesungguhnya. Sebenarnya--entah harus senang atau
sedih-- begitu mudah menemukan persoalan-persoalan itu, bahkan
tanpa harus letih mencari. Membuat 100 saja memungkinkan, maka
kami pilih yang sekiranya paling punya urgensi untuk disampaikan dan
bisa kami pertanggungjawabkan argumennya, seperti membanjirnya
produk asing, penggusuran tanah, dan sulitnya memilih pemimpin.

Ingat, kami menyuarakan itu tanpa bermaksud mempolitisasinya


menjadi tendensius terhadap pemerintahan yang sekarang (ini harus
ditegaskan, karena lagi banyak yang baper di luar sana), toh faktanya
banyak kekacauan ini yang sudah bermekaran sejak era Orde Baru
dipimpin presiden yang itu tuh.
Kontak Dengan ini, kami sekalian hendak kembali merekahkan budaya kritik
Kami yang sempat terecoki akan propaganda “kritik membangun”. Kritik
tidak harus membangun. Kritik tidak harus disertai solusi. Kritik yang
baik adalah yang tepat masalah, tidak bias, dan bisa memantik dialog
hipwee lebih lanjut.

Tujuan #MerdekaTapi adalah menjadi bahan refleksi dan perbenahan,


sehingga kelak Hipwee akan sampai di 17 Agustus yang lain,
hipwee menyudahi meeting konten dengan tagar #MerdekaTanpaTapi!

@hipwee
Hipwee E-book| 2

hipwee

Editor in Chief
hipwee
Soni Triantoro
1
10+ Barang Sehari-hari di

2
5 Bukti Kita Tidak Lagi
Indonesia dan Asal Bisa 100% Berbahasa
Perusahaan Pemiliknya, Indonesia. Coba Sendiri
Dari Aqua Sampai Big Cola Deh, Sulit Banget!

4
Selalu Percaya Bahwa
Negara Kita Kaya Sumber

3
5 Alasan Kenapa Orang Asia Daya Alam itu Bahaya. Cek
Kayak Indonesia, Demen Dulu Faktanya Sekarang!
Pakai Jasa ART. Beda dari
Amrik atau Eropa

6
6 Kebiasaan Kita yang

5
8 Bukti Kalau Orang Negeri
Ini Masih Sering Merasa Sebenarnya Termasuk
Inferior. Suka Minder Nggak Korupsi. Nggak Heran Kalau
Jelas ke Orang Asing Koruptor Terus Bermunculan

8
11 Potret Kemerdekaan yang

7
Realita Pendidikan di
Indonesia yang Hobi Ganti- Tidak Merata di Indonesia.
ganti Aturan. Sering Berasa Seakan-akan Berasa Hidup di
Kayak Kelinci Percobaan Negara Lain

Memilih Pemimpin

9 10
Merdeka tapi Mau Punya di Indonesia Tak
Tanah di Negeri Sendiri Lebih Mudah dari
Saja Susahnya Minta Judi Bola
Ampun
10+ Barang Sehari-hari di Indonesia ini
Ternyata Dimiliki Oleh Asing, Dari Aqua
Sampai Big Cola

Kalau lagi bahas gimana caranya memajukan negeri ini, kayaknya sering deh dengar imbauan
untuk selalu 'mencintai produk dalam negeri'. Meski jelas itu prinsip yang baik untuk selalu dipraktikkan,
tapi sebenarnya apakah orang-orang tahu atau bisa membedakan, mana yang produk dalam negeri dan
produk luar negeri. Soalnya, lihat aja cara kita seringkali menyebut (semua) air minum dengan merek air
mineral kemasan populer- Aqua. Kira-kira pada tahu nggak ya orang-orang kalau Aqua itu termasuk
produk asing?

Cuma sekadar mau ngecek aja sih, kamu tahu nggak asal perusahaan multinasional yang bikin
produk kita sehari-hari?

1 2
Aqua

Aqua awalnya merupakan perusahaan


asli Indonesia, tapi tahun 1998
perusahaan ini dibeli oleh perusahaan
asal Perancis yaitu Danone

Susu Dancow

Kalau urusan susu, Dancow adalah salah satu yang jadi


andalan warga negeri ini. Nah susu Dancow ini buatan
Nestle, perusahaan makanan asal Swiss

Coca-Cola

Siapa sih yang nggak kenal Coca-Cola? Nah minuman


soda yang paling populer di dunia ini berasal dari
perusahaan Amerika Serikat
4

Pepsodent

Big Cola Sama seperti Aqua, kayaknya banyak deh orang


Indonesia yang nyebut semua pasta gigi dengan
Akhir-akhir ini ada Big Cola yang memecah dominasi Coca- 'Pepsodent'. Produk ini punya Unilever, perusahaan
Cola di Indonesia. Ternyata produk ini dari perusahaan asli gabungan Inggris dan Belanda
Peru lho

7
Sabun Rinso

Di Indonesia, Unilever bikin banyak banget produk sehari-


hari. Dari sampo sampai sabun cuci Rinso, sebenarnya
merek milik perusahaan Unilever

Pampers

Popok bayi yang terkenal di Indonesia adalah Pampers.


Pampers merupakan produksi dari P&G, sebuah perusahaan
asal Amerika yang juga membuat sampo Rejoice dan
Pantene
8 9

Philips

Lampu Philips yang banyak menerangi rumah kita adalah Tupperware


produksi perusahaan Belanda, Philips. Philips juga
membuat beberapa alat elektronik seperti setrika dan Pasti nih kalian kenal dengan peralatan makan dari
catok rambut Tupperware. Penasaran nggak sih, Tupperware yang sangat
terkenal di Indonesia ini perusahaan dari mana? Ternyata,
Tupperware ini asalnya dari Amerika lho

10

11
Samsung
Sabun Rinso
Merek ponsel Android satu ini mungkin pada banyak yang
tahu asalnya. Yup, Samsung itu berasal dari negeri Gingseng Di Indonesia, Unilever bikin banyak banget produk
Korea Selatan sehari-hari. Dari sampo sampai sabun cuci Rinso,
sebenarnya merek milik perusahaan Unilever

Lagi-lagi, nggak ada salahnya memakai produk-produk luar negeri di zaman yang serba
terkoneksi kayak sekarang. Toh kini sebenarnya mungkin tidak ada negara yang bisa bertahan
tanpa produk atau jasa negara lain. Cuma memang penting banget untuk terus memupuk rasa cinta
terhadap produk asli Indonesia, supaya perusahaan atau merek asli Indonesia juga bisa 'besar' dan
terkenal di dunia seperti produk-produk di atas.
Hanya ada dua pilihan, menjadi apatis atau mengikuti arus.
Tetapi aku memilih menjadi manusia merdeka

Soe Hok Gie


#MERDEKATapi

Ini 5 Bukti Kita Tidak Lagi Bisa


100% Berbahasa Indonesia.
Coba Sendiri deh, Sulit Banget!

Bisakah kamu bicara hanya dengan menggunakan Bahasa Indonesia?


Tanpa pakai satu pun kosa kata asing?

Bisa dong, 'kan kita orang asli Indonesia. Fenomena terkikisnya bahasa nasional
Tapi begitu dicoba, kamu bakal langsung ini tidak hanya terjadi di Indonesia.
sadar betapa susahnya berbicara dengan Hampir semua negara juga sedang
100% Bahasa Indonesia. Lihat saja kata- mengalami 'dilema bahasa' di tengah-
kata yang banyak mewarnai keseharian tengah tuntutan persaingan global. Wah
generasi 'now' seperti download, online, apakah itu memang nasib bahasa
atau gagdet? Apa coba Bahasa nasional seperti Bahasa Indonesia? Atau
Indonesianya? Yakin deh, pasti banyak ada cara untuk mencegahnya?
yang tidak tahu.
1
Sebagian besar generasi muda di Indonesia
lebih familiar dengan istilah bahasa asing
daripada Bahasa Indonesia
baik. Sedangkan saat berbicara dengan orang
asing, gunakan bahasa asing agar komunikasi
bisa terjalin dengan baik

Akun Youtube Famous ID pernah meminta para


kreator Indonesia untuk menebak padanan
kata istilah bahasa asing dengan Bahasa
Indonesia dalam video yang diberi judul
'Kreator Gatau Bahasa Indonesia “Edit”??!'.
4
Bahasa Indonesia ternyata golongan yang
sulit dipelajari, tapi bukan berarti hal itu
jadi halangan buat lebih baik dalam
menggunakan Bahasa Indonesia. Kalau
Hasilnya, sedikit banget yang tahu padanan bukan kita, siapa lagi?
Bahasa Indonesia dari istilah bahasa asing
populer seperti online, offline, gadget, timeline, Bahasa Indonesia termasuk dalam 10 besar
update, edit, dan loading. bahasa yang sulit dipelajari karena banyak
Ini menunjukkan bahwa kosa kata Bahasa imbuhan, penyusunan, dan sebagainya.Tapi
Indonesia generasi muda Indonesia kini mulai seharusnya hal ini nggak bikin kita jadi malas
sedikit dan tergantikan dengan kosakata belajar Bahasa Indonesia. Siapa dong yang
bahasa asing. menguasai Bahasa Indonesia kalau bukan kita,

2
Nggak bisa disangkal, penguasaan bahasa
asing adalah salah satu bagian dari
tuntutan era globalisasi. Tapi bukan berarti
melupakan Bahasa Indonesia ‘kan?
generasi muda Indonesia?

5
Nggak salah kok fasih berbahasa asing. Yang
penting jangan sampai melupakan Bahasa
Indonesia. Bagaimanapun sebagai orang
Indonesia, Bahasa Indonesia harus jadi
Era globalisasi memang memaksa generasi bahasa utama
muda untuk bisa berbahasa asing. Perusahaan
juga pasti meminta sertifikasi bahasa asing Mengutamakan Bahasa Indonesia,
sebagai syarat pelamarnya. Wajar aja generasi melestarikan bahasa daerah, dan menguasai
muda lebih peduli buat menguasai bahasa bahasa asing
asing untuk bisa mengikuti tuntutan zaman.
Tapi seharusnya hal itu nggak membuat kita Tiga prinsip itu harus jadi pedoman dalam
lupa menggunakan Bahasa Indonesia. Seperti menggunakan bahasa untuk kebutuhan sehari-
yang diungkapkan dalam Sumpah Pemuda, hari. Nggak ada yang salah dengan fasih
Bahasa Indonesia seharusnya jadi bahasa berbahasa asing, asalkan nggak bikin kita lupa
persatuan nusantara. dengan Bahasa Indonesia, bahasa persatuan,
sekaligus bahasa ibu kita. Nggak perlu sampai

3
Kebanyakan anak muda saat ini
menyelipkan bahasa asing cuma karena
ingin terdengar lebih gaul, meski
konteksnya tidak sesuai
jadi ahli Bahasa Indonesia, yang penting bisa
berbahasa Indonesia dengan baik untuk
berkomunikasi yang benar.

“Menurut gue, dia itu literally cocok sama lo.


High quality lah. Udah pinter, tajir, ganteng, dan halo!
baik banget which is itu yang lo cari kan buat Ola!
jadi calon pasangan.”

Obrolan seperti itu kerap terdengar di antara


generasi muda masa kini. Kalau nggak ada
istilah bahasa asing yang diselipkan dalam
kalimatnya, rasanya kurang gaul dan terdengar
aneh. Padahal, sebenarnya bisa kok pakai
Bahasa Indonesia aja. Ketika berada di
lingkungan yang berbahasa Indonesia,
sebaiknya gunakan Bahasa Indonesia yang
5 Alasan Kenapa
Orang Asia Kayak Indonesia,
Demen Pakai Jasa ART.
Beda dari Amrik atau Eropa

Kehangatan hubungan Ashanty dengan Asisten Rumah Tangga (ART)-nya, seringkali jadi objek
kekaguman warganet Indonesia. Cuma itu jelas bukan gambaran umum dari nasib ART atau pekerja
domestik di negeri ini. Banyak ART yang masih diperlakukan semena-mena dan benar-benar hidup
layaknya babu. Tanpa kontrak, jam kerja, atau sistem yang jelas.

Uniknya, tahukah kamu kalau kultur seperti ini, memiliki ART atau nanny untuk membantu urusan
rumah tangga, tampaknya banyak ditemui di negara-negara Asia seperti Indonesia? Di negara-negara
Eropa maupun Amerika Serikat, orang sekaya apapun biasa mengerjakan semua hal sendiri. Kenapa ya
bisa begitu?

Biaya buruh yang murah. Di negara maju, Perbedaan kultur negara-negara Barat

1 semua orang minta bayaran tinggi jadi


orang kaya sekalipun tidak kuat hire
asisten rumah tangga

Ada orang yang mau dibayar rendah atau


4 dan Timur. Orang-orang Barat 'kan
terkenal individualismenya kuat, apa-apa
sendiri~

Memiliki ART atau nanny yang tinggal bersama


hanya sebatas UMR untuk melakukan di bawah satu atap, kayaknya memang tidak
pekerjaan domestik atau rumah tangga orang cocok dengan budaya Barat yang
lain. Kualifikasinya pun minimal dan tidak individualistik dan sangat menjaga privasi.
perlu lulus sekolah. Di negara-negara maju Bahkan tinggal dengan orangtua sendiri pun
yang warganya bisa dibilang punya kualifikasi termasuk hal yang tidak pantas dilakukan jika
berimbang, semua orang bakal minta bayaran sudah beranjak dewasa.
tinggi.
Jangan-jangan mental harus 'dilayani' dan

2 5
Jurang lebar antara orang kaya dan 'melayani' itu justru mengakar kuat di
miskin di negara-negara berkembang Asia negara-negara Asia karena
seringkali membuat warganya putus asa pengalamannya sebagai kaum terjajah
dan rela kerja apa aja
Yang lebih unik, negara yang punya kultur
Karena tingkat kesejahteraan yang tidak 'pembantu' ini justru negara-negara yang
merata, banyak rakyat ekonomi bawah rela dulunya terjajah lho. Negara penjajah seperti
melakukan pekerjaan apapun demi sesuap Belanda atau Inggris yang dulunya selalu
nasi. Dari pekerjaan kasar sampai dilayani 'dayang-dayang' pribumi kini punya
mengerjakan hal-hal kecil untuk orang lain. warga yang malah lebih suka hidup mandiri.
Bisa jadi, mental untuk selalu punya bawahan
Minimnya sistem keamanan sosial juga itu memang warisan zaman penjajahan.

3
jadi masalah. Bayangkan jika ada fasilitas
seperti day care profesional murah atau
gratis, keluarga muda mungkin tak harus
bergantung pada bantuan nanny
Kalau memang begitu adanya,
Di sisi lain, ketergantungan banyak warga
Indonesia terhadap tenaga ART sebenarnya semoga ke depan kita benar-
juga bisa sangat dipahami. Jika tidak ada jasa benar bisa jadi bangsa yang lebih
ART atau tenaga pengasuh yang terjangkau,
pasti banyak ibu muda yang tidak bisa merdeka ya. Bukan cuma satu
menyeimbangkan kehidupan berkeluarga dan kelompok saja yang merdeka,
karier profesionalnya. Beda ceritanya dengan
situasi di negara maju dengan program sejahtera, dan mampu berkarya,
jaminan sosial yang oke. tapi semua tanpa terkecuali.
Power isn't determined by your size,
but by the size of your heart and dreams
Luffy (One Piece)
#MERDEKATapi

Selalu Percaya Bahwa Negara Kita


Kaya Sumber Daya alam itu Bahaya
Cek Dulu Faktanya Sekarang

“Indonesia 'kan kaya sumber daya alam


jadi jangan mau kalah lah sama negara lain..."
Sejak zaman dahulu kala, kita selalu hidup dengan Karena SDM kurang mumpuni buat mengelola SDA
kepercayaan kalau Indonesia punya kekayaan alam yang sendiri, akhirnya pemerintah memutuskan menarik
melimpah ruah. Dari ajaran leluhur di Jawa yang menyebut investor seluas-luasnya, atau bahkan utang dalam
bumi pertiwi ini 'gemah ripah loh jinawi', sampai gambaran jumlah besar
ideal negara agraris yang dipenuhi hamparan sawah hijau,
kebanyakan orang Indonesia pasti mengaku bangga Kalaupun ada pikiran buat mengelola SDA itu, tapi
dengan keindahan dan kekayaan alam negeri ini. kalau SDM-nya terbatas ya terpaksa minta bantuan asing,
pilihannya mungkin menarik investor atau utang dalam
Tapi mungkin, kepercayaan ini harus rajin-rajin jumlah besar, misal buat membangun pabrik pengelolaan
direvisi atau dicek kebenarannnya, bukan malah terus SDA, dll. Sedangkan orang-orang Indonesia? Kebanyakan
menerus diucapkan layaknya mantra. Bisa jadi sudah tidak malah "dipekerjakan" di tanah sendiri, mengelola SDA dari
relevan lagi di zaman yang makin maju ini. Bahkan negara sendiri.
kekayaan sumber daya alam kini malah seringkali jadi
bumerang dan ‘kutukan’ lho.
Sedangkan orang-orang
Ibarat anak yang terbiasa dimanja dengan harta Indonesia? Kebanyakan
keluarganya yang melimpah, begitu hartanya habis malah "dipekerjakan" di
atau orangtuanya meninggal, mereka tidak bisa
menghasilkan apa-apa tanah sendiri, mengelola
SDA dari negara sendiri.
Analogi di atas bisa dikatakan tepat untuk
menggambarkan kondisi dengan sumber daya alam “Kutukan" lain yang katanya rawan terjadi di negara-
melimpah. Indonesia yang katanya kaya, kalau cuma negara kayak SDA ini adalah konflik sipil, kayak
mengandalkan SDA-nya, malah bisa jadi berantakan. Ini perebutan kekuasaan, korupsi, dll
karena SDA sifatnya sangat fluktuatif. Harga minyak
misalnya, bisa naik bisa turun, tergantung faktor-faktor Penduduk yang hidup di negara kaya, kemungkinan
eksternal seperti hubungan bilateral Indonesia dengan rebutan SDA itu jauh lebih besar dibanding negara yang
negara-negara dunia, dll. Intinya, tidak selamanya solusi biasa-biasa aja. Awalnya konflik kekuasaan, lalu akhirnya
buat jadi kaya itu dengan menjual SDA yang dimiliki. Bisa merembet ke konflik bersenjata. Hasil penjualan SDA
sih untung, tapi sifatnya sementara. bukannya dipakai buat meningkatkan kualitas SDM tapi
malah buat mendukung kepentingan konflik dan politik
Hasil dari SDA tadi ternyata malah bisa memperlambat tertentu.
pertumbuhan ekonomi dan memperluas kesenjangan
sosial lho Saking percayanya kalau SDA kita melimpah, kita
sampai lupa kalau kualitas SDM justru belum mumpuni.
Secara logika memang rakyat bisa jadi kaya dengan Beda ceritanya dengan kondisi di Jepang, negara yang
menjual hasil-hasil alam yang dimiliki. Tapi pada justru percaya dari dulu bahwa karena SDA-nya terbatas,
kenyataannya, hanya pihak-pihak tertentu aja yang mereka harus lebih dulu mengembangkan kualitas
biasanya menikmati. Kondisi ini juga bisa memperlambat manusianya. Alhasil, Jepang justru bisa jadi negara
pertumbuhan ekonomi. Kualitas SDM juga tidak terdepan dalam teknologi. Ini adalah buah dari pikiran yang
ditingkatkan, karena asumsinya "udah kaya ngapain tidak puas dan selalu mau belajar serta berinovasi.
belajar?".
Few are made for independence,
it is the privilege of the strong
Friedrich Nietzche
#MERDEKATapi

8 Bukti Kalau Orang Negeri Ini Masih


Sering Merasa Inferior. Suka Minder
Nggak Jelas ke Orang Asing
Bukan artis atau selebgram, tiba-tiba aja ada kisah pernikahan orang Indonesia dengan
bule cakep, cantik, atau yang terbaru oppa-oppa Korea yang diangkat jadi berita. Judul dan
temanya pun mirip-mirip, seputar betapa romantis dan beruntungnya orang asli Indonesia
menikah dengan orang-orang asing dari negeri nun jauh di sana. Seakan-akan, menikah dengan
bule itu mimpi semua orang di Indonesia.

Banyak orang yang merasa rendah diri dan menganggap segala sesuatu yang berbau asing
lebih baik. Meski bukan berarti harus membabi buta membenci segala sesuatu yang asing, ada
baiknya kita memikirkan kembali perilaku-perilaku di bawah ini guys. Jangan suka minder
nggak jelas sama orang asing gitu..

Berita pernikahan orang Indonesia dan orang luar


negeri sering dibuat heboh oleh warganet seolah-olah
menggaet hati mereka itu sangat hebat

1 Sebenarnya kejadian pernikahan antar negara seperti ini


sudah biasa, apalagi di era globalisasi yang memungkinkan
kita bertemu lebih banyak orang dari berbagai belahan
dunia.

Bahkan sampai ada juga fenomena "Bule Hunter",


orang yang cuma mau pacaran atau nikah sama bule

Ada kok sekelompok orang yang mau melakukan apa aja


demi menggaet bule, termasuk soal seks dan percintaan.
Fenomena yang ternyata nyata ada di tengah-tengah
masyarakat ini pernah ditulis oleh seorang wartawan,
Elisabeth Oktofani, dalam sebuah buku berjudul 'Bule
Hunter' dan juga diangkat dalam film berjudul 'Kenapa
2
Harus Bule?'.

Para bule ini selalu dianggap cantik dan ganteng,


bahkan kerap mendapat perlakuan bak artis. Sering
lho ada yang minta foto bersama

3 Orang Indonesia kerap menganggap orang dari luar negeri


itu lebih cantik dan cakep. Nggak jarang lho, para 'bule' ini
dimintai foto bersama dengan orang Indonesia. Padahal ya
bukan siapa-siapa, cuma karena mereka adalah orang
asing
Karena itu deh standar kecantikan kita mengacu pada
bentuk fisik orang-orang luar negeri: kulit putih,

4
hidung mancung, dan wajah lonjong

Sadar nggak kalau standar kecantikan kita itu patokannya


‘bule-bule Barat’? Mulai dari kulit yang putih bersih, hidung
mancung, rambut pirang, dan sebagainya. Punya kulit
eksotis dan wajah yang Indonesia banget juga cantik kok
sebenarnya. Setuju 'kan?

Selain dianggap lebih cakep, orang luar negeri juga


dianggap kaya. Padahal ada juga lho fenomena
'begpacker' yang berkunjung ke Indonesia lalu

5
mengemis buat bisa jalan-jalan

Nggak semua orang luar negeri yang ke Indonesia itu kaya


raya di negara asalnya. Mereka berkesan punya banyak
uang karena pengaruh kurs mata uang aja kok. Bahkan,
fenomena begpacker juga pernah ada di Indonesia.

Nggak hanya itu, orang luar negeri dicap lebih pandai


dan ahli. Bahkan pemain bola klub di Indonesia

6
kebanyakan bukan orang Indonesia sendiri

Tren pemain sepak bola di Indonesia yang kebanyakan


berasal dari negara lain juga jadi indikasi. Masa sih
diantara jutaan orang di Indonesia, nggak ada yang punya
potensi jadi pemain sepak bola sampai-sampai kita
mengimpor dari negara lain~

Barang dari luar negeri juga dianggap lebih bagus


secara kualitas. Sebenarnya di Indonesia juga ada kok
dengan harga lebih murah tapi kualitas setara

7 Banyak lho orang yang suka pamer dan bangga memakai


barang-barang yang dibeli dan diproduksi dari luar negeri.
Biasanya hal itu dilakukan demi gengsi.

Bisa sekolah di luar negeri jadi kebanggaan tersendiri.


Sttt, nggak semua universitas di luar negeri itu lebih
baik lho dari universitas di Indonesia

8
Punya kesempatan buat sekolah di luar negeri itu nggak
salah, tetapi kalau terlalu bangga dan sombong itulah yang
jadi masalah. Indonesia punya universitas unggulan seperti
UI, ITB, dan UGM yang prestasinya di rangking dunia nggak
jelek. Toh kalau menganggap lulusan universitas luar akan
lebih sukses itu nggak selalu benar. Sukses nggak cuma
soal dimana belajarnya, tapi juga kualitas diri
#MERDEKATapi

6 Kebiasaan Kita yang Sebenarnya Termasuk Korupsi.


Nggak Heran Kalau Koruptor Terus Bermunculan
Banyaknya berita soal koruptor di media, seringkali buat kita geram. Kita boleh aja marah sama
kelakuan para koruptor. Tapi sadar nggak sih kalian kalau korupsi itu tidak melulu menyangkut hal
besar seperti penggelapan uang negara yang jelas-jelas merugikan? Korupsi bisa ditemukan pada hal-hal
kecil yang mungkin menurut kita wajar dan lumrah dalam kehidupan sehari-hari.

Bahkan mungkin sering kita praktikkan sendiri. Mau tahu apa aja?

Setiap diberi mandat beli sesuatu oleh orangtua,


mungkin banyak dari kita yang menyepelekan uang
Disuruh beli gula, kembaliannya kembalian
buat beli pelmen ah!
Uang kembalian cuma seribu-dua ribu yang mungkin
tidak seberapa buat orangtua kita tetap harus
dikembalikan. Meski nominalnya kecil, tapi kalau diambil
dengan tidak jujur, tetap aja namanya penggelapan.
Soalnya kebiasaan korupsi yang lebih besar bisa jadi
malah berawal dari kebiasaan kecil di keluarga kayak gini.

Ada juga yang mungkin suka memakai benda milik


Pinjam duit kas dulu deh, bersama untuk kepentingan pribadi
nanti kalo udah ada duit
baru dibalikin
Mungkin ada di antara kalian yang diberi tugas
merawat benda milik bersama, misalnya saat menjabat
sebagai sekretaris kelas yang bertugas membawa alat-
alat tulis kelas. Tapi kalian ‘sekalian’ memakai alat-alat
tersebut buat kepentingan pribadi. Bahkan sesepele
dan semurah bolpoin atau spidol, kalau dipakainya
diam-diam tanpa izin yang lain, udah bisa dikatakan
korupsi lho.

30 menit setelah jadwal keberangkatan..


Saking seringnya dilakukan, terlambat kayak udah
jadi kebiasaan wajar masyarakat Indonesia. Padahal
hal sepele satu ini termasuk korupsi waktu lho

hehehe.. sori yaw ‘Jam Karet’ sayangnya sudah terlanjur jadi kepribadian
bangsa ini. Bahkan banyak yang sengaja ngaret dengan
alasan yang lain pasti telat dan malas menunggu
sendirian. Sadarkah kalian, kebiasaan terlambat ini
harus dihapuskan karena termasuk korupsi waktu?
Banyak pihak yang dirugikan karena kebiasaan
terlambat ini.
Eh, mas Iksan! Gimana kabarnya mas?
Anak istri baik? Masih sering nongkrong Kita seringkali memanfaatkan jabatan dan
di tempat biasa? Oh, iya saya hubungan kekeluargaan untuk memudahkan
Selanjutnya! pesan duluan yah! sesuatu

Lihat saja fenomena yang banyak terjadi saat


pendaftaran sekolah murid baru. Banyak orangtua yang
meminta ‘bantuan’ keluarga, teman, atau tetangga yang
punya jabatan di sekolah atau universitas bergengsi,
demi agar anaknya bisa masuk ke sana. Mungkin
'bayaran'-nya bukan uang, tapi sekadar bingkisan buah
atau oleh-oleh dari kampung halaman--tetap saja itu
termasuk bibit korupsi.

Saat ditilang, kita seringnya lebih pilih membayar


Hehe saya lagi buru-buru nih Pak! uang damai daripada harus repot-repot ke
Damai aja yah? hehehe persidangan

Tidak bisa dipungkiri, praktik 'uang damai' masih sering


terjadi di negeri ini. Alasannya? Tidak mau repot-repot
ke pengadilan untuk menjalani persidangan. Padahal ya
cara ini tidak ada bedanya dengan orang-orang yang
menyogok pejabat biar proyeknya disetujui.

Buat perantau, mungkin kalian sering bohong saat


minta uang ke orangtua. Hati-hati ya, kebiasaan itu
Assalamualaikum bu.. gimana kabarnya ? sehat kan ? sangat tidak sehat lho
ini aku perlu uang buat ikut seminar gitu bu di kampus,
lumayan bisa nambah ilmu, uang kemarin juga sudah habis..
Praktik curang ini masing sering dilakukan mereka yang
tinggal jauh dari orangtua. Saking butuh duit banget,
mereka sampai rela berbohong ke ortunya. Misalnya
dengan mengatakan harus beli buku ABCD, padahal
uangnya bakal dipakai untuk nongkrong dan foya-foya
aja.
Ohh gitu yah nak..
iya deh nanti siang ibu transfer..

Kebiasaan di atas memang kelihatannya sepele bagi sebagian orang, tapi itu tetap saja
bentuk korupsi. Kalau dibiasakan terus menerus, bukan tidak mungkin merembet ke hal-hal
yang lebih besar kayak penggelapan uang perusahaan, dan lain-lain. Makanya sebenarnya
tidak mengherankan kalau negara ini terus ‘melahirkan’ koruptor.
Realita Pendidikan di Indonesia
yang Hobi Ganti-ganti Aturan.
Sering Berasa Kayak
Kelinci Percobaan

“Harus pergi ke sekolah


pagi-pagi, diomelin guru,
dan dikasih PR seabrek
pula”
Itu mungkin tampak seperti keluhan rutin anak-anak usia sekolah zaman now, tapi
zaman dulu, bisa pergi ke sekolah untuk belajar itu mimpi yang harus diwujudkan dengan
perjuangan hidup dan mati. Kini setelah 73 tahun merdeka, pendidikan masih jadi polemik
tersendiri. Contohnya, masalah penerimaan siswa baru dengan sistem zonasi yang bikin
calon siswa dan orangtuanya pusing tujuh keliling tahun ini.

Tiap ganti tahun ajaran atau mungkin tiap ganti menteri pendidikan, sistemnya diganti
atau direvisi melulu. Kok kita jadi berasa kayak kelinci percobaan banget sih ya. Kira-kira
sistem mana sih yang menurut kamu paling pas buat diberlakukan di Indonesia? Yuk bahas
bareng Hipwee News & Feature!

Zaman penjajahan dulu, hanya orang Belanda Sistem ini juga cenderung menimbulkan persaingan
atau anak bangsawan yang bisa diterima di yang tidak sehat. Dari tingginya angka kecurangan,
sekolah sampai bagaimana hasil sekolah bertahun-tahun dan
masa depan sekolah selanjutnya hanya ditentukan
Benar adanya ketika orang bijak zaman dulu berujar dalam waktu satu hari.
'knowledge is power' untuk menggambarkan
bagaimana ilmu pengetahuan itu bisa jadi sumber
kekuatan. Makanya mungkin baru setelah lebih dari Karena ingin membangun sistem pendidikan
300 tahun menjajah Indonesia, Belanda yang lebih adil dan merata, pemerintah akhirnya
memperkenalkan sistem pendidikan formal untuk memperkenalkan zonasi
rakyat Indonesia sebagai Politik Balas Budi pada
tahun 1901. Bukan standar kualifikasi sekolah masing-masing
Namun sekolah-sekolah awal bikinan Belanda pun atau hasil nilai ujian nasional, sistem zonasi ini
hanya bisa dinikmati pribumi yang punya 'darah mengatur semua calon siswa harus mendaftar
biru'. Selama zaman penjajahan, garis keturunan sesuai zona atau wilayah domisili. Sistem tersebut
bisa dibilang jadi faktor utama yang menentukan diharapkan bisa menyetarakan input siswa dan
kamu bisa sekolah atau nggak. kualitas pendidikan di Indonesia. Tapi
pelaksanaannya tahun ini justru menyebabkan
Pasca kemerdekaan, pendidikan adalah hak kontroversi besar.
semua warga negara. Awalnya, sekolah biasanya
punya tes masuknya sendiri Tiap sistem punya pro-kontranya masing-masing.
Tapi kecenderungan 'ganti menteri, ganti
Nah sebelum ada sistem ujian akhir bertaraf kurikulum' dan kurangnya sosialisasi, bikin
nasional kayak EBTANAS, UAN, atau UN, ujian masuk pelaksanaannya sering carut marut
sekolah biasanya ada di tangan sekolah masing-
masing. Tiap sekolah punya kuasa untuk Aturan yang berubah-ubah hampir tiap tahun ajaran,
menentukan kualifikasi siswa yang akan diterima. jelas membuat banyak siswa merasa jadi 'kelinci
Sekilas sistem ini terlihat yang paling simpel, calon percobaan' dari pergantian kurikulum, standar
siswa tinggal mempersiapkan diri mengerjakan ujian kelulusan, atau sistem penerimaan siswa baru. Tiap
masuk di sekolah yang diminati. tahunnya, orangtua murid juga harus belajar keras
memahami sistem baru atau revisi-revisinya demi
Nah baru setelah itu, nilai ujian nasional dipakai memastikan buah hatinya mendapatkan pendidikan
untuk mendaftar jenjang sekolah berikutnya. terbaik.
Sekolah unggulan jadi makin unggul dengan
sistem ini Emang rumit banget sih kalau bahas pendidikan
Indonesia, tapi kalau menurut kalian gimana guys?
Mungkin supaya ada standar nasional yang jelas dan
bisa terukur, nilai hasil ujian nasional akhirnya
dipakai sebagai patokan masuk ke jenjang
pendidikan selanjutnya. Kesenjangan kualitas
sekolah tambah mengerucut dengan sistem ranking
nilai UN ini.
#MERDEKATapi

11 Potret Kemerdekaan yang


Tidak Merata di Indonesia.
Seakan-akan Berasa
Hidup di Negara Lain
Indonesia memang dikenal sebagai negara dengan ribuan
pulaunya, dari Sabang sampai Merauke. Kondisi geografis ini
memang membuat kita terlihat "kaya" di mata dunia. Kita punya
berbagai macam pulau, suku, adat, budaya, dan sumber daya. Tapi di
sisi lain, letak wilayah yang terpisah lautan ini menyulitkan
pembangunan di banyak daerah terpencil. Selama ini pembangunan
seolah hanya terpusat di pulau dan kota besar aja. Padahal ribuan
pulau kecil ini juga butuh uluran tangan pemerintah.

Agar mata benar-benar terbuka dan hati kita sadar kalau masih
banyak saudara kita di luar sana yang bahkan belum tersentuh air
bersih, yuk ini ketahui realita di daerah pedalaman dan perbatasan.
Pendidikan yang belum merata itu sebenarnya Supaya bisa bermimpi lebih tinggi, mereka
udah jadi "lagu lama". Tapi sedihnya, masalah satu
juga perlu difasilitasi
ini kayak belum ada solusi yang berarti.

Karena sekolah dan pendidikan masih belum memenuhi


standar, anak-anak di pedalaman juga jadi minim
Sebetulnya pemerintah udah punya Peraturan motivasi
Pemerintah RI No. 19 tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan. Tapi tetap aja rasanya standar
tersebut masih sulit diterapkan di sekolah-sekolah
pedalaman.

Selain itu, Bahasa Indonesia sebagai bahasa Di daerah perbatasan, mati listrik itu
ibu tampaknya juga masih jadi kendala di kejadian rutin
berbagai wilayah terutama yang memang
belum tersentuh teknologi Boro-boro teknologi atau transportasi canggih, listrik
dan lampu sebagai kebutuhan dasar saat ini aja masih
Seperti penduduk di pedalaman Aceh Timur yang masih sangat minim. Ada pun kadang cuma bisa dinikmati
belum bisa membedakan P, V, dan F. Siswa masih sering beberapa jam dalam sehari
salah menulis "Polisi" jadi "Volisi"
Air juga minim, padahal air yang kurang
Masih awam sama yang namanya internet
bersih bisa jadi sumber penyakit

Bahkan air sebagai kebutuhan dasar dan dibutuhkan


Kalau listrik dan lampu tidak ada, apalagi internet? Kita
hampir semua makhluk hidup aja seringkali sulit
yang di kota boleh mahir main social media, tapi saudara
didapatkan. Kalaupun ada, tentu tidak sejernih air PDAM
kita yang di pedalaman, mungkin malah belum tahu apa
itu internet

Kekurangan tenaga medis karena emang Jadi kendala juga kalau mau membangun
jarang ada yang mau ditempatkan di transportasi di sana
pedalaman terpencil
Mereka jadi tertinggal jauh sama kita juga karena akses
Tidak sedikit juga yang malah tidak punya tempat atau infrastruktur jalan dari/menuju ke sana masih
perawatan kesehatan. Kalau ada juga pasti fasilitas dan sangat buruk
tenaga medisnya kurang memadai
Tidak jarang juga karena edukasi masih kurang,
Harus bertahan tinggal di rumah yang kurang mereka malah kena tipu perusahaan besar yang
pengen memanfaatkan sumber daya alam di sana
layak

Contohnya daerah-daerah tambang seperti di Papua,


atau daerah perkebunan sawit di Bangka Belitung dan
Di saat Jakarta heboh DP rumah 0%-nya dan lahan
Kalimantan Mereka kadang juga dipekerjakan sebagai
perkotaan makin sempit, penduduk pedalaman masih
petani sawit. Tapi ya gitu, upahnya bisa dibilang minim.
harus survive tinggal di rumah tidak layak serta jadi
Padahal 'kan harusnya kebun itu jadi hak mereka yang
sarang penyakit
tinggal di sana. Duh, miris ya...

Penduduk di Sei Pancang, Kalimantan Utara misalnya,


kota terdekat dengan mereka adalah Nunukan,
padahal kota itu cuma bisa ditempuh lewat jalur
udara atau pakai kapal. Jelas butuh biaya dan waktu
yang tidak sedikit. Makanya, mereka lebih pilih
membeli kebutuhan pokok di Kampung Serudong
Laut, Malaysia, daripada di Nunukan. Ketergantungan
ini yang harus jadi perhatian pemerintah.

Memang tidak mudah kalau ingin


membangun Indonesia serentak secara
instan. Untuk bisa menjangkau
pedalaman, perlu transportasi memadai,
tenaga manusia yang mengendalikan,
pendampingan warga pedalaman agar mau
terbuka dengan globalisasi, dll. Tapi tidak
ada yang tidak mungkin jika pemerintah
dan seluruh elemen masyarakat mau
Lebih pilih belanja di negara tetangga. Selain mengerahkan segala tenaga yang dimiliki.
karena lebih cepat, harganya juga lebih 73 tahun bukan waktu yang sebentar untuk
murah katanya berbenah, 'kan? Jadi kapan nih kita maju
bareng? :)
Karena akses yang sulit, masyarakat perbatasan justru
banyak bergantung dengan negara tetangga untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari
Sekarang Hipwee bisa kamu
dengerin lewat streaming, loh!
Yuk buka link Swaragama FM
untuk dengerin di acara Your Tips!

http://dengerin.swaragamafm.com/
Kemerdekaan punya banyak tujuan,
salah satunya adalah untuk membuatmu berhenti
berpikir bahwa bangsa asing selalu lebih baik

Hipwee
#MERDEKATapi Mau Punya Tanah
di Negeri Sendiri Saja
Susahnya Minta Ampun

Merdeka tanpa tanah sama dengan main Instagram tanpa riya:


mustahil.

Penguasaan tanah adalah syarat utama sebuah klaim


kemerdekaan, apalagi dalam konteks bermasyarakat. Tentu saja
karena tanah berarti ruang, dan kemerdekaan hanya bisa
dirasakan jikalau kita punya ruang sendiri. Sesederhana kamu
pasti jauh merasa merdeka di kamar tidur sendiri dibanding kamar
tidur mertua. Kebebasan kita melakukan sesuatu bergantung pada
seberapa leluasa ruang yang kita punya. Itulah kenapa istilah-
istilah kenegaraan kerap meminjam kata “tanah”: Tanah Air, Tanah
Tumpah Darah, Land of The Free (Amerika Serikat), dan banyak
lainnya.

Memahami ini berarti memahami bahwasanya kemerdekaan


Indonesia sebenarnya makin ada dan tiada.

Ketika bicara tanah, maka kita disuguhi dua kategori yang paling
rentan: tanah untuk tinggal dan tanah untuk menghidupi (baca:
menanam). Dua-duanya tidak terdengar baik di Indonesia.
Mau tinggal
dimana?

Salah satu topik kongko terfavorit di usia-usia transisi mahasiswa-pekerja adalah membahas “mau
punya rumah di mana?”. Jenis obrolan ini kini membawa hawa suram dan pesimistis bagi tongkrongan.
Harga tanah terus melonjak dikarenakan penguasaan lahan yang terkonsentrasi secara besar-besaran pada
sekelompok orang dan perusahaan besar, termasuk para pengembang, investor serta kumpulan pemilik
modal. Mereka leluasa membeli lahan dalam skala ribuan hektare untuk diolah dan dijual kembali dengan
keuntungan dua-tiga kali lipat. Tak heran hotel dan apartemen baru menjamur di mana-mana, entah yang
menginap siapa. Tujuan utamanya memang investasi. Sampai muncul gerakan sosial bernama “Jogja Ora
Didol”. Laiya ora didol, lha sudah laku kok.

Fakta ngenesnya adalah tak sedikit pihak asing di balik investor dan para penguasa tanah-tanah itu.
Alangkah lucunya sebuah negeri mengaku merdeka di kala rakyatnya mencari tanah dan rumah untuk
sekadar tinggal saja susah sekali. Suatu kala, mungkin kita akan berpikir, “Ini masih di Indonesia kan?”, “Ini
negeri sendiri kan?” di tiap jengkalnya. Serasa orang kalah main monopoli, tiap kocokan dadu harus sangat
untung-untungan agar tak menginjak aset kepunyaan asing, sehingga tak kena kewajiban bayar sewa terus-
menerus sampai gameover.

Mau makan
apa?

Ini lebih mencekam lagi. Sementara masih empot-empotan memenuhi kebutuhan papan, persoalan
pangan pun bikin waswas. Biang keroknya sama, yakni masalah ketiadaan tanah, dalam hal ini adalah lahan
untuk menanam yang diganyang pembangunan tak berkesadaran lingkungan.

Ketahanan pangan nasional tengah terancam. Di dalam konteks Pulau Jawa saja, Konsorsium
Pembaruan Agraria (KPA) pada tahun 2016 mencatat bahwa jumlah konflik agraria terus meningkat sampai
ratusan kasus. Mulai dari perjuangan warga Kendeng menolak pembangunan dua pabrik semen level
internasional, yakni Indocement dan Semen Indonesia. Kasus limbah beracun di Lidarkowo, Jawa Timur pun
belum kelar, sementara warga Pesanggaran di Banyuwangi masih jatuh bangun melindungi gunung
Tumpang Pitu dari tambang emas sampai dituduh komunis segala.

Yang paling heboh belakangan adalah proyek bandara baru di Kulon Progo, New Yogyakarta
International Airport (NYIA) yang sudah menggusur ratusan rumah dan sawah (yang terbukti suburnya ).
Bandara ini memang dibangun lantaran Bandara Adi Sutjipto dipandang sudah tak lagi cukup memenuhi
kebutuhan penerbangan di Jogja. Naik pesawat memang penting, tapi--sejak kuota internet tidak bisa
dimakan—lebih penting mana dengan menjaga ketahanan pangan? Mudah-mudahan kamu sedang lapar
saat membaca artikel ini.

Salah besar jika mengira segala bentuk pembangunan Indonesia adalah seutuhnya kepentingan
masyarakat. Ini adalah kolaborasi berbagai kepentingan elit (pejabat politik, korporat, asing, dll.) yang
dibungkus dengan tuntutan kepada rakyat untuk mendukung tiap-tiap program pemerintah atas nama
“warga negara yang baik”, termasuk jika harus mengorbankan segala sesuatunya.

Pertanyaannya, apakah kita masih patut memakai diksi “tanah air” jika “tanah” dan “air” tak benar-
benar dimiliki oleh rakyat Indonesia sendiri? Kita perlu lebih peduli dan posesif terhadap tanah dan sumber
daya alam negeri, terutama tatkala menemui kebijakan atau kasus-kasus konflik terkaitnya, setidaknya agar
“merdeka” bagi Indonesia tak sekadar status administrasi.
Memilih Pemimpin
di Indonesia
Tak Lebih Mudah
dari Judi Bola
Babak genting pemilu 2019 sudah dimulai dengan adu kebijakan yang pasti dan layak kita jadikan panduan
pamer cawapres, dan--meminjam istilah acara pertimbangan menentukan pilihan dukungan. Asumsi
televisi,--ratingnya tinggi. Seperti ada Christopher ini didukung oleh temuan Lembaga Survei Indonesia
Nolan di balik ini semua, banyak plot twist. Tapi karena yang bekerja sama dengan Australian National
saya tak ada minat direkrut menjadi komentator University. Semua partai mengaku berpijak pada
politik oleh tiviwan, kita bahas yang adem-adem saja. pancasila, mendukung emansipasi, menyukai
kebaruan dibanding tradisi, dan menolak ideologi kiri
Kurang dari sepekan lagi, kita akan merayakan (kendati sejumlah indikator lain sebenarnya
peringatan 73 tahun Indonesia merdeka, tapi mengarahkan mereka ke sana, ealah). Semua juga
perkembangan pemilu 2019 mengingatkan bahwa mengklaim diri mendukung Reformasi dibanding
kita belum benar-benar beranjak. Masih hampir sama Orde Baru, meski itu Golkar, Gerindra dan Hanura
seperti zaman kolonial, hari ini pun kita tak benar- y a n g p u n y a s e j a r a h s e b a g a i "d a l a n g " d i
benar punya kuasa untuk menentukan pemimpin kita kepemimpinan Orde Baru.
sendiri. Merdeka seharusnya tidak seperti ini.
Satu-satunya jurang yang cukup memisahkan adalah
Nyoblos di pemilu adalah bentuk partisipasi politik perihal sebesar apa partai mendudukkan peran Islam
paling kentara yang bisa kita lakukan. Tapi tidak benar- dalam politik, PDI dan Nasdem di satu kutub jauh
benar mudah, agaknya cuma untung-untungan. berseberangan dengan kutub lainnya yang berisi PPP,
Semacam cap cip cup atau hitung kancing dalam ilusi PKS, dan PAN. Namun, ini tak berarti implementasi
demokrasi. Demokrasi yang semestinya tidak terhadap program dan kebijakannya berbeda. Besar
sesederhana terwujud dengan bisa "memilih tanpa kemungkinan omong doang.
paksaan", melainkan juga diberikan kondisi yang ideal
untuk menentukan pilihan. Misalnya, kita harus
mengantongi informasi yang cukup akan program- Tidak kaget, karena ideologinya
program dan arah ideologi yang ditawarkan oleh tiap- memang cuma menang dan bagi-bagi kursi
tiap calon.

Sementara, kini, yang kita dapatkan cuma kumpulan


bapak-bapak yang gaduh dan saling.berbantah- Dan Slater dan Kuskridho Ambardi bahkan dalam
bantah, Kita tak benar-benar tahu apa yang terjadi studi politiknya menyebut istilah "kartel" (semacam
sebenarnya di elit-elit partai itu. jual beli narkoba, gaes) untuk merumuskan pola kerja
partai-partai di Indonesia. Partai-partai ini hampir bisa
Atau lebih sederhana, kita tak benar-benar mengenal dikatakan bodo amat dengan ideologi dan kebijakan,
pilihan yang diberikan pada kita. lantaran yang penting adalah bagi-bagi jatah jabatan
sehingga skemanya menyerupai kartel. Tak heran jika
semua bisa bertindak sesuka hati, loncat ke sana-sini,
Apa bedanya satu partai dengan hiraukan semua masalah di muka bumi ini, menjalin
partai lainnya secara ideologis? koalisi yang rupa-rupa warnanya, tanpa ada loyalitas
terhadap pandangan politik tertentu.

Simak saja berita-berita terkini soal pemilu. Apa yang


Ambil contoh di Amerika Serikat, ketika kamu diperdebatkan dalam pertimbangan pemilihan
mendukung hak LGBT atau menentang hukuman mati cawapres selalu seberapa besar potensi ia meraup
misalnya, bolehlah kamu mendukung Partai suara, nyaris tak ada obrolan tentang apa yang bisa
Demokrat, Tapi jika sebaliknya, silakan mendukung diberikannya pada rakyat jika terpilih: "karena ia muda
Partai Republik. Tidak selalu hasil kebijakannya sesuai, dan bisa menarik para pemilih millenial, karena ia
tapi setidaknya kita bisa berekspektasi pada arah bakal disukai kaum Islam, karena ia didukung koalisi A
kebijakan dari masing-masing partai. dan B, karena ia tampan, duitnya banyak untuk
nyablon kaus, post-islamisme, post-rock, post-
Sementara apa bedanya Nasdem dengan Hanura? yandu,....".
PKB dengan PPP? Di Indonesia, hampir semua partai \
akan bilang mendukung kebebasan individu, "Ya konteksnya kan memang sedang persiapan
pemerataan ekonomi, anti-penggusuran, dan bersaing di pemilu?". Ow tidak, mereka terus terang
sebagainya. Semua partai akan mencitrakan dirinya kok. Ya memang itu saja yang ada di kepala mereka.
sesuai "permintaan pasar" atau apa yang laku dijual di
mata publik (baca: voter). Ini partai atau toko Jadi selamat memilih. Seperti judi bola, siapapun yang
kelontong? terpilih, yang menang selalu bandar :)

Partai-partai di Indonesia tidak punya haluan


Dengerin terus

Hipwee
Podcast
hanya di Spotify

True independence and freedom
can only exist in doing what's right

Albert Camus


e-book series

You might also like