Professional Documents
Culture Documents
Kesehatan merupakan bagian terpenting dalam kehidupan manusia, sehat secara jasmani dan
rohani. Tak terkecuali anak-anak, setiap orangtua mengiginkan anaknya bisa tumbuh dan
berkembang secara optimal, hal ini dapat dicapai jika tubuh mereka sehat. Kesehatan yang
perlu diperhatikan selain kesehatan tubuh secara umum, juga kesehatan gigi dan mulut,
karena kesehatan gigi dan mulut dapat mempengaruhi kesehatan tubuh secara menyeluruh.
Dengan kata lain bahwa kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian integral dari kesehatan
tubuh secara keseluruhan yang tidak dapat dipisahkan dari kesehatan tubuh secara umum.
Gigi merupakan bagian yang terpenting dalam mulut yang dapat berfungsi untuk
makan dan berbicara. Kerusakan gigi merupakan salah satu masalah penyakit yang
disebabkan oleh kurangnya kebersihan gigi dan mulut. Anak usia sekolah merupakan usia
dimana mereka lebih cenderung untuk memilih makanan yang manis seperti coklat dan
permen. Hal ini menjadi faktor utama meningkatnya anak sekolah (terutama anak sekolah
dasar) dengan masalah kerusakan gigi. Oleh karena itu, kesehatan gigi dan mulut sangat
penting karena gigi dan gusi yang rusak dan tidak dirawat akan menyebabkan rasa sakit,
gangguan pengunyahan dan dapat mengganggu kesehatan tubuh lainnya. Hal ini dapat
dicegah dengan memelihara kesehatan gigi dan mulut, salah satunya dengan menggosok gigi.
Masalah tingginya angka penyakit gigi dan mulut saat ini sangat dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain faktor perilaku masyarakat. Berdasarkan SKRT 1995 dan Susenas
(Survei Sosial Ekonomi Nasional) 1998 dinyatakan bahwa masyarakat belum menyadari
pentingnya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut. Hal ini terlihat dari 22,8% penduduk
Indonesia tidak menyikat gigi dan dari 77,2% yang menyikat gigi hanya 8,1% yang menyikat
gigi tepat waktu (Herijulianti, 2001).
Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada tahun 1995, penyakit gigi dan mulut
yang ditemukan dimasyarakat masih berkisar penyakit yang menyerang jaringan keras gigi
(karies) dan penyakit periodontal, yangmenyatakan bahwa 63% penduduk Indonesia
menderita kerusakan gigi aktif atau kerusakan gigi yang belum ditangani (Herijulianti, 2001).
Sedangkan data terbaru yang dikeluarkan Departemen Kesehatan dari riskesdas (riset
kesehatan dasar) tahun 2007, sekitar 72 persen penduduk Indonesia mempunyai pengalaman
karies (gigi berlubang) dan 46,5 diantaranya merupakan karies aktif yang belum dirawat dan
pada umumnya diderita oleh anak-anak. Yang lebih memprihatinkannya lagi, Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 memperlihatkan bahwa sebanyak 89% anak-anak di
bawah usia 12 tahun (anak-anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar) mengalami
karies atau gigi berlubang. Dengan kata lain hanya 11% anak Indonesia yang terbebas dari
karies.
Masalah kesehatan gigi anak menunjukan kecenderungan yang terus meningkat di pedesaan
maupun perkotaan. Diwilayah perkotaan, prevalensi penyakit periodontal pada anak
meningkat dari 62%-72% dan prevalensi karies meningkat dari 72%-73%. Didaerah
pedesaan, prevalensi penyakit periodontal pada anak meningkat dari 68% - 89% dan
prevalensi karies meningkat dari 66%- 71% (Priyono dan Hendratini, 2001 cit. Edi , 2005).
Sedangkan di Aceh sendiri, Sebanyak 67 persen dari 4,5 juta penduduk Provinsi Aceh
menderita gigi berlubang dan bermasalah dengan gusi. Hal ini terjadi karena pemeriksaan
gigi secara berkala tidak dilakukan.
Selain itu, meski kesadaran masyarakat Aceh memahami pentingnya menyikat gigi, namun
tingkat pengetahuan bagaimana cara menyikatnya dengan benar masih rendah. Berdasarkan
data, baru 4,9 persen masyarakat Aceh paham menyikat gigi dengan benar. Sedangkan 87,6
persen menyadari pentingnya menyikat gigi. Selebihnya tidak menyadari sama sekali.
Mengingat besarnya peran perilaku terhadap derajat kesehatan gigi maka diperlukan
pendekatan khusus dalam membentuk perilaku positif terhadap kesehatan gigi, khususnya
anak-anak yang sedang duduk di bangku sekolah dasar. Sikap yang positif akan
mempengaruhi niat untuk ikut dalam kegiatan yang berkaiatan dengan hal tersebut dan sikap
seseorang berhubungan erat dengan pengetahuan yang diterimanya dalam proses belajar
(Rahayu, 2005). Proses belajar ini hendaknya dilakukan sejak dini yaitu melalui proses
pendidikan kesehatan, khususnya kesehatan gigi (Notoatmodjo, 1997).
Penyuluhan kesehatan gigi pada anak sekolah dasar umur 6 - 12 tahun sangat penting karena
pada usia tersebut adalah masa kritis, baik bagi pertumbuhan gigi geliginya juga bagi
perkembangan jiwanya sehingga memerlukan berbagai metode dan pendekatan untuk
menghasilkan pengetahuan, sikap dan perilaku yang sehat khususnya kesehatan gigi dan
mulut (Rahayu, 2005).
Mengajarkan kebiasaan menggosok gigi pada anak-anak merupakan salah satu upaya agar
anak-anak, khususnya di Indonesia, mengurangi penyakit yang rentan terjadi pada anak-anak,
terutama anak yang berada di bangku sekolah dasar seperti mengalami gigi berlubang dan
lainnya.
B. Defenisi
Gigi adalah bagian keras yang terdapat di dalam mulut. Mereka memiliki struktur
yang bervariasi yang memungkinkan mereka untuk melakukan banyak tugas. Gigi
merupakan alat pencernaan makanan yang sangat penting karena dapat membantu alat-
alat pencernaan dalam yang lain untuk melumatkan makanan. Gigi yang baik, sehat,
berwarna putih dan tidak berlubang.
Menggosok gigi adalah rutinitas yang penting dalam menjaga dan memelihara
kesehatan gigi dari bakteri dan sisa makanan yang melekat dengan menggunakan sikat
gigi.
Menggosokkan gigi merupakan suatu upaya yang dilakukan untuk menjaga agar gigi
tetap dalam keadaan yang bersih dan sehat.
1. Sikat gigi dan gusi dengan posisi kepala sikat dengan membentuk sudut 45º di daerah
perbatasan antara gigi dengan gusi.
2. Gerakkan sikat dengan lembut dan memutar. Sikat bagian luar permukaan setiap gigi
atas dan bawah dengan posisi bulu sikat 45º berlawanan dengan garis gusi agar sisa
makanan yang masih menyelip dapat dibersihkan.
3. Gunakan gerakan yang sama untuk menyikat bagian dalam permukaan gigi.
4. Gosok semua bagian permukaan gigi yang digunakan untuk mengunyah. Gunakan
hanya ujung bulu sikat tidak membengkok. Biarkan bulu sikat membersihkan celah-
celah gigi. Rubah posisi sikat gigi sesering mungkin.
5. Untuk membersihkan gigi depan bagian dalam, gosok gigi bagian tegak dan gerakkan
perlahan ke atas dan ke bawah garis gusi.
6. Sikat lidah untuk menyingkirkan bakteri dan agar napas lebih segar.
7. Pilihlah sikat gigi dengan bulu sikat yang lembut, karena sikat gigi yang keras dapat
membuat gusi terluka dan menimbulkan abrasi pada gigi, yaitu penipisan struktur gigi
terutama di sekitar garis gusi. Abarasi dapat membuat bakteri dan asam menghabiskan
gigi karena lapisan keras pelindung enamel gigi telah terkikis.
8. Ganti sikat gigi jika bulu sikat telah rusak dan simpan di tempat yang kering.
9. Jangan pernah meminjamkan sikat gigi anda pada orang lain, karena sikat gigi
mengandung bakteri yang dapat berpindah dari orang yang satu ke yang lain meski
sudah dibersih.
Daftar Pustaka
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30865/5/Chapter%20I.pdf
http://www.waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=228857:67pers
en-penduduk-aceh-sakit-gigi-berlubang&catid=13:aceh&Itemid=26
http://www.unilever.co.id/id/MediaRelation/siaran-pers/2011/pepsodent_2011.aspx
PENYULUHAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT
Disusun oleh:
S Ranny Yulia E
( 130610012 )
2013