Professional Documents
Culture Documents
7 Mini Project
Oleh :
Pendamping :
PUSKESMAS LAMPA
KABUPATEN PINRANG
2018
1
F.7 Mini Project
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Laporan
“Analisis Hubungan Paritas Dan Usia Ibu Hamil Dengan Kejadian Anemia
Dalam Kehamilan Di Wilayah Kerja Puskemas Lampa Periode Maret – Mei
2018”
Mini Project ini telah disetujui guna melengkapi tugas Dokter Internsip Dalam
Pelayanan Kesehatan Masyarakat Primer (PKMP) Dan Usaha Kesehatan
Masyarakat (UKM)
Mengetahui,
2
F.7 Mini Project
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anemia pada kehamilan masih merupakan masalah utama di dunia
hingga saat ini. Menurut World Health Organization (WHO) (2011) anemia
pada kehamilan didefinisikan sebagai suatu kondisi ketika kadar hemoglobin
di dalam darah kurang dari 11 g/dl. Angka kejadian anemia di seluruh dunia
cukup tinggi dan terjadi hampir di seluruh negara. Secara global prevalensi
anemia pada ibu hamil di seluruh dunia adalah sebesar 41,8%. Prevalensi
anemia pada ibu hamil diperkirakan di Asia sebesar 48,2%, Afrika 57,1%,
Amerika 24,1%, dan Eropa 25,1% (WHO, 2011).
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menyebutkan prevalensi
anemia pada ibu hamil di Indonesia sebesar 37,1% (Kementerian Kesehatan
RI, 2013). Hal ini menunjukkan bahwa anemia merupakan masalah kesehatan
serius yang memerlukan perhatian khusus karena dapat meningkatkan angka
kesakitan dan kematian ibu serta dapat memengaruhi pregnancy outcome.
Anemia dalam kehamilan memberi pengaruh pada ibu, baik dalam
kehamilan, persalinan, maupun nifas dan masa selanjutnya. Masalah yang
dapat timbul akibat anemia adalah keguguran (abortus), kelahiran prematur,
persalinan yang lama akibat kelelahan otot rahim dalam berkontraksi (inersia
uteri), perdarahan pasca melahirkan karena tidak adanya kontraksi otot rahim
(atonia uteri), syok, infeksi baik saat bersalin maupun pasca bersalin, serta
anemia yang berat dapat menyebabkan dekompensasi kordis (Wiknjosastro,
2010). Hipoksia akibat anemia dapat menyebabkan syok dan kematian ibu
pada persalinan (Saifudin, 2006). Anemia yang tidak tertangani juga
merupakan salah satu penyebab kematian ibu.
Brabin, et al. (2001) menyebutkan anemia sebagai penyebab kematian
langsung dan tidak langsung memiliki angka rata-rata 6,37% di Afrika, 7,26%
di Asia dan 3,0% di Amerika Latin. Risiko relatif terhadap kematian yang
terkait dengan anemia sedang adalah 1,35 [95% Confidence Interval (CI):
0,92-2,00] dan untuk anemia berat adalah 3,51 (95% CI: 2,05-6,00). Dari hasil
3
F.7 Mini Project
estimasi risiko populasi diketahui ada hubungan yang kuat antara anemia berat
dengan kematian ibu, namun tidak untuk anemia ringan dan sedang. Anemia
berat karena malaria pada primigravida diperkirakan dapat menyebabkan 9
kematian dari 100.000 kelahiran hidup sedangkan anemia berat akibat selain
malaria (sebagian besar karena masalah nutrisi) menyebabkan 41 kematian
dari 100.000 kelahiran hidup. Selain berdampak pada ibu, kondisi anemia juga
berdampak pada janin yang dikandung ibu, diantaranya dapat menyebabkan
terjadinya aborsi, lahir mati, berat badan lahir rendah dan perdarahan sebelum
ataupun saat persalinan (Brabin, et al., 2001). Dampak lain yang mungkin
terjadi adalah kurangnya oksigen dalam Rahim (hipoksia intrauterus) dan
kegagalan nafas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat
setelah lahir (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2009).
Titaley dan Dibley (2012) melakukan penelitian yang bertujuan menilai
kontribusi pelayanan postnatal terhadap risiko kematian neonatal dan
kontribusi relatif konsumsi zat besi/asam folat pada periode antenatal dalam
mencegah kematian neonatal di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan ibu
yang mengkonsumsi zat besi/asam folat selama periode kehamilan memiliki
risiko penurunan terhadap kematian neonatal hingga 51%.
Anemia dalam kehamilan dapat disebabkan oleh berbagai macam
faktor, seperti infeksi dan kekurangan zat besi. Penyebab utama anemia pada
ibu hamil di Indonesia adalah anemia defisiensi besi dan upaya
penanggulangan dilakukan dengan pemberian tablet besi yang pada tahun
2012 upaya ini mencapai 85%. Persentase tersebut mengalami peningkatan
dibandingkan pada tahun 2011 yaitu sebesar 83,3%.
Meskipun pemerintah sudah melakukan program penanggulangan
anemia pada ibu hamil melalui pemberian 90 tablet besi selama periode
kehamilan namun angka kejadian anemia masih tergolong tinggi di Indonesia
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013).
Gizi merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap proses
pertumbuhan dan perkembangan anak. Sebelum lahir, anak tergantung pada
zat gizi yang terdapat dalam darah ibu. Setelah lahir, anak tergantung pada
tersedianya bahan makanan dan kemampuan saluran cerna. Hasil penelitian
4
F.7 Mini Project
5
F.7 Mini Project
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan
pertanyaan penelitian sebagai berikut :
“ Adakah Hubungan antara Paritas Dan Usia Ibu Hamil Dengan Kejadian
Anemia Dalam Kehamilan Di Di Wilayah Kerja Puskemas Lampa?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui Hubungan antara Paritas Dan Usia Ibu Hamil Dengan
Kejadian Anemia Dalam Kehamilan Di Wilayah Kerja Puskemas Lampa
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui karakteristik ibu hamil di Wilayah Kerja Puskemas Lampa
b. Mengetahui karakteristik ibu hamil di Wilayah Kerja Puskemas Lampa
berdasarkan Paritas
c. Mengetahui Kadar Hemoglobin Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskemas
Lampa
d. Mengetahui keluhan yang paling sering dirasakan Ibu Hamil di
Wilayah Kerja Puskemas Lampa
D. Manfaat Penelitian
a. Bagi Ibu Hamil
1. Memberikan informasi tambahan bagi Ibu hamil mengenai Bahaya
anemia dalam kehamilan
2. Memberikan informasi bagi ibu hamil mengenai gejala anemia
3. Memberikan informasi bagi ibu hamil mengenai cara mencegah dan
penanganan anemia
4. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi tentang
pentingnya penanganan anemia selama kehamilan sehingga dapat
memperoleh tumbuh kembang bayi yang baik.
6
F.7 Mini Project
7
F.7 Mini Project
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Usia Ibu
Istilah usia diartikan dengan lamanya keberadaan seseorang diukur dalam
satuan waktu dipandang dari segi kronologik, individu normal yang
memperlihatkan derajat perkembangan anatomis dan fisiologik sama (Dorland,
2010). Penyebab anemia sampai kematian maternal dari faktor reproduksi
diantaranya adalah maternal age atau usia ibu. Dalam kurun reproduksi sehat
dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20 tahun sampai
dengan 30 tahun. Kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada usia
di bawah 20 tahun ternyata 2 sampai 5 kali lebih tinggi dari pada kematian
maternal yang terjadi pada usia 20 sampai 29 tahun. Kematian maternal
meningkat kembali sesudah usia 30 sampai 35 tahun (Prawirohardjo, 2012).
8
F.7 Mini Project
menuju uterus pada ibu muda masih belum sempurna sehingga hal ini
dapat mengganggu proses penyaluran nutrisi dari ibu ke janin yang
dikandungnya. Nutrisi remaja hamil juga berperan karena ibu muda masih
membutuhkan nutrien yang akan dibagi pada janin yang dikandungnya
dibanding dengan ibu hamil dewasa yang tidak membutuhkan lagi nutrien
untuk pertumbuhan
endometrium tidak sempurna, maka aliran darah ke uterus juga akan ikut
menurun sehingga dapat mempengaruhi penyaluran nutrisi dari ibu ke
janin.
B. Paritas
Paritas adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi yang dapat
hidup (viable). Jenis paritas bagi ibu yang sudah partus antara lain yaitu :
a) Nullipara adalah wanita yang belum pernah melahirkan bayi yang mampu
hidup;
b) Primipara adalah wanita yang pernah satu kali melahirkan bayi yang telah
mencapai tahap mampu hidup;
c) Multipara adalah wanita yang telah melahirkan dua janin viabel atau lebih;
d) Grandemultipara adalah wanita yang telah melahirkan lima anak atau
lebih. Pada seorang grande multipara biasanya lebih banyak penyulit
dalam kehamilan dan persalinan (Prawiroharjo, 2012).
Paritas merupakan salah satu faktor penting dalam kejadian anemia zat
besi pada ibu hamil. Menurut Manuaba (2010), wanita yang sering mengalami
kehamilan dan melahirkan makin anemia karena banyak kehilangan zat besi,
hal ini disebabkan selama kehamilan wanita menggunakan cadangan besi
yang ada di dalam tubuhnya (Salmariantyty, 2012).
Hasil penelitian Ridayanti (2012), menyebutkan ada hubungan antara
paritas dengan kejadian anemia. Hasil penelitian menunjukkan ibu
primigravida yang mengalami anemia kehamilan sebesar 12,8%.
(Cunninggham, 2013). Dan pada kasus ibu hamil multigravida yang
mengalami anemia kehamilan sebesar 44,6%.
Menurut Prawiroharjo (2009) kehamilan berulang dalam waktu singkat
menyebabkan cadangan zat besi ibu yang belum pulih akhirnya terkuras untuk
keperluan janin yang dikandung.
10
F.7 Mini Project
11
F.7 Mini Project
mengapa kurang darah dapat menyebabkan gejala lemah dan lesu yang
tidak biasa. Paru-paru dan jantung juga terpaksa kerja keras untuk
mendapatkan oksigen dari darah yang menyebabkan nafas terasa pendek.
Walaupun gejalanya tidak terlihat atau samar-samar dalam jangka waktu
lama. Kondisi ini tetap dapat membahayakan jiwa jika dibiarkan dan tidak
diobati.
Anemia pada ibu hamil yang paling sering adalah anemia defisiensi besi
yang merupakan kondisi dimana berkurangnya sel darah merah (eritrosit) di
dalam sirkulasi darah atau massa hemoglobin ibu hamil < 11 gr% pada
trimester I dan III, dan kadar hemoglobin <10,5 gr% pada trimester II.
Sehingga tidak mampu memenuhi fungsinya sebagai pembawa oksigen
keseluruh jaringan tubuh. (Wasnidar, 2007)
Penyebab anemia defisiensi zat besi pada ibu hamil adalah kekurangan
zat besi dapat terjadi karena tidak atau kurang mengonsumsi zat besi dalam
bentuk sayuran, makanan atau suplemen. Terutama pada wanita hamil dan
anak-anak. Wanita hamil sering terjadi kekurangan zat besi ini karena bayi
memerlukan sejumlah zat besi yang besar untuk pertumbuhan. Defisiensi besi
pada wanita hamil dapat menyebabkan bayi berat lahir rendah dan persalinan
premature.
2. Etiologi
Pada umumnya anemia disebabkan oleh tidak tersedianya zat-zat dalam
tubuh yang berperan dalam pembentukan sel darah merah. Zat-zat yang
berperan dalam pembentukan sel darah merah adalah protein, vitamin
(asam folat, vitamin B12, vitamin C, vitamin E) dan mineral. Tetapi dari
sekian banyak penyebab terjadinya anemia adalah anemia defisiensi besi.
(Mochtar,1998) Secara terperinci penyebab terjadinya anemia adalah
sebagai berikut:
a. Jumlah besi dalam darah tidak cukup, hal ini disebabkan oleh:
Ketersediaan zat besi dalam makanan yang kurang
Praktek pemberian makanan yang kurang baik
Sosial ekonomi yang rendah
b. Absorbsi zat besi rendah yang disebabkan oleh:
13
F.7 Mini Project
3. Klasifikasi Anemia
Berdasarkan klasifikasi WHO tahun 1972 kadar hemoglobin pada wanita
hamil dapat dibagi menjadi 3 kategori sebagai berikut :
a. Normal : ≥ 11 gr/100 ml
b. Anemia ringan : 8-10 gr/100 ml
c. Anemia berat : < 8 gr /100 ml
14
F.7 Mini Project
tentang zat besi (Fe) yang rendah akan berperilaku kurang patuh
dalam mengonsumsi tablet zat besi (Fe) serta dalam pemilihan
makanan sumber zat besi (Fe) juga rendah. Sebaliknya ibu hamil
yang memiliki pengetahuan tentang zat besi (Fe) yang baik, maka
cenderung lebih banyak menggunakan pertimbangan rasional dan
semakin patuh dalam mengonsumsi tablet zat besi (Fe).
3) Pendidikan
Pendidikan adalah proses perubahan perilaku menuju
kedewasaan dan penyempurnaan hidup. Biasanya seorang ibu
khususnya ibu hamil yang berpendidikan tinggi dapat
menyeimbangkan pola konsumsinya. Apabila pola konsumsinya
sesuai maka asupan zat gizi yang diperoleh akan tercukupi,
sehingga kemungkinan besar bisa terhindar dari masalah anemia.
4) Budaya
Faktor sosial budaya setempat juga berpengaruh pada
terjadinya anemia. Pendistribusian makanan dalam keluarga yang
tidak berdasarkan kebutuhan untuk pertumbuhan dan
perkembangan anggota keluarga, serta pantangan-pantangan yang
harus diikuti oleh kelompok khusus misalnya ibu hamil, bayi, ibu
nifas merupakan kebiasaan-kebiasaan adat-istiadat dan perilaku
masyarakat yang menghambat terciptanya pola hidup sehat
dimasyarakat.
b. Faktor tidak langsung
1) Kunjungan Antenatal Care
Antenatal care adalah pengawasan sebelum persalinan terutama
pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim
(Manuaba, 2009). Kasus anemia defisiensi gizi umumnya selalu
disertai dengan mal nutrisi infestasi parasit, semua ini berpangkal
pada keengganan ibu untuk menjalani pengawasan antenatal.
Apabila dilakukan antenatal care (ANC), kejadian anemia dapat
terdeteksi secara dini, karena anemia pada tahap awal tidak terlalu
16
F.7 Mini Project
yang berasal dari makanan dapat diserap tubuh maka jumlah zat
besi yang dimakan harus lebih besar jumlahnya dari angka
kebutuhan yang sebenarnya.
2) Penyakit infeksi
Beberapa infeksi penyakit memperbesar risiko anemia.
Infeksi itu umumnya adalah TBC, cacingan dan malaria, karena
menyebabkan terjadinya peningkatan penghancuran sel darah
merah dan terganggunya eritrosit. Cacingan jarang sekali
menyebabkan kematian secara langsung, namun sangat
mempengaruhi kualitas hidup penderitanya. Infeksi cacing akan
menyebabkan malnutrisi dan dapat mengakibatkan anemia
defisiensi besi. Infeksi malaria dapat menyebabkan anemia.
Hubungan antara penyakit ibu dengan kejadian anemia pada ibu
hamil diperoleh nilai p = 0,296 (p > 0,05) maka H0 diterima
artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan. (Nurhidayati,
2013).
3) Perdarahan
Perdarahan antepartum dan postpartum lebih sering
dijumpai pada wanita yang anemis dan lebih sering berakibat fatal,
sebab wanita yang anemis tidak dapat mentolerir kehilangan darah.
bahwa dampak anemia pada kehamilan bervariasi dari keluhan
yang sangat ringan hingga terjadinya gangguan kelangsungan
kehamilan (abortus, partus imatur/prematur), gangguan proses
persalinan (atonia, partus lama, perdarahan atoni), gangguan pada
masa nifas (subinvolusi rahim, daya tahan terhadap infeksi dan
produksi ASI rendah), dan gangguan pada janin (abortus,
dismaturitas, BBLR, kematian perinatal, dan lain-lain). (Almatsier,
2009)
Penyebab anemia besi juga dikarenakan terlampau banyak
besi keluar dari badan misalnya perdarahan (Wiknjosastro, 2005).
Penyebab utama kematian maternal antara lain adalah perdarahan
pasca partum (disamping eklampsi dan placenta previa)
20
F.7 Mini Project
4) Status gizi
Status gizi adalah ekspresi dalam keadaan seimbang dalam
bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari nutrient dalam
bentuk variabel tertentu. Status gizi ibu sebelum dan selama hamil
dapat mempengaruhi pertumbuhan janin yang sedang dikandung.
Bila status gizi ibu normal pada masa sebelum dan selama hamil
kemungkinan besar akan melahirkan bayi yang sehat, cukup bulan
dengan berat badan normal. Dengan kata lain kualitas bayi yang
dilahirkan sangat tergantung pada keadaan gizi sebelum dan
selama hamil. (Supariasa, 2002)
Penelitian Triwidayanti (2011) menyatakan ibu hamil
merupakan salah satu indikator yang rentan terkena anemia,
apalagi ibu hamil tersebut memiliki status gizi yang tidak baik.
Ada hubungan status gizi dengan anemia pada ibu hamil Trimester
III di Puskesmas Garuda Kota Bandung. Marlapan (2013)
menyimpulkan hasil penelitiannya bahwa sebagian besar termasuk
dalam kategori tidak beresiko KEK, kejadian anemia pada ibu
hamil sebagian memiliki rata-rata kadar hemoglobin 9,7 gr%
dengan kadar hemoglobin paling rendah 7,1 gr% dan paling tinggi
yaitu 10,9 gr%. Ada hubungan status gizi dengan kejadian anemia
pada ibu hamil di status gizi ibu hamil di Wilayah Kerja
Puskesmas Kecamatan Tuminting Kota Manado.
Epitel, yaitu warna pucat pada kulit dan mukosa, elastisitas kulit
menurun, serta rambut tipis dan halus
22
F.7 Mini Project
23
F.7 Mini Project
24
F.7 Mini Project
K. Kerangka Teori
Multipara Grandmultipara
25
F.7 Mini Project
L. Kerangka Konsep
a) Kerangka Konsep
Usia
Anemia dalam
Kehamilan Paritas
Faktor Lain
Keterangan:
M. Identifikasi Variabel
Menurut Suharsimi Arikunto, variabel disebut juga sebagai objek
penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Adapun
variabel dalam penelitian ini adalah:
Variabel Dependent : Kejadian Anemia dalam kehamilan
Variabel Independent : Usia Ibu dan Paritas Ibu
26
F.7 Mini Project
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
27
F.7 Mini Project
b. Kriteria Eksklusi
28
F.7 Mini Project
BAB IV
4.1.1. Usia
Tabel di bawah ini merupakan karakteristik responden yang menjadi
subjek penelitian berdasarkan usia.
Tabel 1
Karakteristik responden berdasarkan usia
1 ≤ 20 tahun 13 17.3
2 21 – 34 tahun 49 65.3
3 ≥ 35 tahun 13 17.3
Total 75 100.0
persentase 65.3 %. Dan jumlah responden dengan umur kurang dari 20 tahun dan
35 tahun atau lebih sama, yaitu masing – masing 13 orang, dengan persentase
sebesar 17.3%.
30
F.7 Mini Project
4.1.2. Paritas
Tabel di bawah ini merupakan karakteristik responden yang menjadi
subjek penelitian berdasarkan paritas
Tabel 2
Karakteristik responden berdasarkan paritas
jumlah persentase 38.7 %. Dan responden terkecil adalah responden dengan status
31
F.7 Mini Project
4.1.3. Hemoglobin
Tabel di bawah ini merupakan karakteristik responden yang menjadi
subjek penelitian berdasarkan kadar hemoglobin
Tabel 3
Karakteristik responden berdasarkan paritas
Total 75 100
persentase 64.0 %. Tetapi ada beberapa responden yang mengalami anemi dengan
kadar Hb kurang dari 11 gr/dl yaitu 27 orang dengan persentase sebesar 36.0%.
32
F.7 Mini Project
Hb Jumlah
Anemia Persentase 11 gr/dl (100%)
< 11 atau lebih
gr/dl (normal)
≤ 20 tahun 8 61 % 5 13
Usia 21 - 34 tahun 13 26 % 36 49
≥ 35 tahun 6 46 % 7 13
Total Responden 75
Data pada tabel di atas, menunjukkan bahwa angka kejadian anemia terbanyak
dialami oleh responden berusia ≤ 20 tahun dengan persentase sebanyak 61% dari
13 orang responden, dan pada usia ≥ 35 tahun sebanyak 46 % diantara 13 orang.
Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0.04 (p<0.05) maka dapat disimpulkan bahwa
ada perbedaan proporsi kejadian anemia antara orang yang berada pada rentang
usia beresiko (≤ 20 tahun dan ≥ 35 tahun) dengan yang berada di usia aman untuk
hamil.
33
F.7 Mini Project
Nullipara 12 41 % 17 29
Paritas Primipara 10 35 % 18 28
Multipara 4 25 % 12 16
Grandemultipara 1 50 % 1 2
Total Responden 75
Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0.07 (p<0.05). Maka dapat disimpulkan bahwa
tidak terdapat hubungan yang signifikan antara paritas responden dengan anemia
yang dialami. Hal ini dapat diartikan pula bahwa, berbeda dengan penelitian
Lampa pada bulan maret hingga mei 2018, diketahui tingkat paritas seorang
responden tidak mempunyai korelasi dengan kejadian anemia yang dialami ibu
34
F.7 Mini Project
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
65.3 %. Dan jumlah responden dengan umur kurang dari 20 tahun dan 35
tahun atau lebih, yaitu masing – masing 13 orang, dengan persentase sebesar
17.3%.
orang dengan jumlah persentase 64.0 %. Tetapi ada beberapa responden yang
d. Ada perbedaan proporsi kejadian anemia antara responden yang berada pada
rentang usia hamil dengan resiko (≤ 20 tahun dan ≥ 35 tahun) dengan yang
35
F.7 Mini Project
di wilayah kerja puskesmas Lampa pada bulan maret hingga mei 2018,
36
F.7 Mini Project
LAPORAN KEGIATAN
37