You are on page 1of 36

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pelayanan kesehatan merupakan hak dasar masyarakat yang harus dipenuhi
dalam pembangunan kesehatan. Hal tersebut harus dipandang sebagai suatu investasi
untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia dan mendukung pembangunan
ekonomi, serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan.
Berbagai permasalahan penting dalam pelayanan kesehatan antara lain
disparitas status kesehatan; beban ganda penyakit; kualitas, pemerataan dan
keterjangkauan pelayanan kesehatan; pelindungan masyarakat di bidang obat dan
makanan; serta perilaku hidup bersih dan sehat. Beberapa masalah penting lainnya
yang perlu ditangani segera adalah peningkatan akses penduduk miskin terhadap
pelayanan kesehatan, penanganan masalah gizi buruk, penanggulangan wabah
penyakit menular, pelayanan kesehatan di daerah bencana, dan pemenuhan jumlah
dan penyebaran tenaga kesehatan.
Puskesmas dan Rumah Sakit adalah salah satu fasilitas pelayanan kesehatan
yang memiliki peranan penting dalam sistem kesehatan nasional. Selain itu masih
banyak fasilitas pelayanan kesehatan yang berkembang di Indonesia, oleh karena itu
perlu dibahas hal-hal yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan guna mencapai
derajat kesehatan yang optimal.

1.2 Rumusan Masalah

1) Apa yang dimaksud dengan fasilitas pelayanan kesehatan?


2) Apa jenis dan tingkatan fasilitas pelayanan kesehatan?
3) Bagaimana penyelenggaraan fasilitas pelayanan kesehatan?

1
BAB II

ISI

2.1 Definisi Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu alat dan/ atau tempat yang
digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif,
preventif, kuratif, maupun rehabilitatif yang ditakukan oleh Pemerintah Pusat,
Pemerintah Daerah dan/atau masyarakat. Untuk mencapai derajat kesehatan
masyarakat yang baik, diperlukan Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang dapat
menyediakan pelayanan kesehatan yang terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat
dalam rangka peningkatan kesehatan, pemeliharaan kesehatan, pengobatan penyakit,
dan pemulihan kesehatan.

Penyediaan Fasilitas Pelayanan Kesehatan merupakan tanggung jawab


Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sesuai ketentuan Undang-Undang Nomor
36 Tahun 2009 tentang Kesehatan yang menyatakan bahwa Pemerintah bertanggung
jawab atas ketersediaan Fasilitas Pelayanan Kesehatan bagi masyarakat untuk
mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Selanjutnya Undang-Undang
Nomor 36 Tahun 2009 menyatakan bahwa Pemerintah Daerah dapat menentukan
jumlah dan jenis Fasilitas Pelayanan Kesehatan serta pemberian izin beroperasi di
daerahnya dengan mempertimbangkan luas wilayah, kebutuhan kesehatan, jumlah
dan persebaran penduduk, pola penyakit, pemanfaatannya, fungsi sosial, dan
kemampuan dalam memanfaatkan teknologi.

Dalam rangka memberikan kepastian hukum dan menjamin akses masyarakat


terhadap kebutuhan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh Fasilitas
Pelayanan Kesehatan, maka perlu mengatur Fasilitas Pelayanan Kesehatan termasuk

2
upaya persebaran jenis-jenis Fasilitas Pelayanan Kesehatan dalam suatu Peraturan
Pemerintah.

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah bertanggung jawab atas ketersediaan


fasilitas pelayanan kesehatan dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya. Pemerintah pusat bertanggung jawab menyediakan fasilitas
pelayanan kesehatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pemerintah daerah dapat menentukan jumlah dan jenis fasilitas pelayanan kesehatan
serta pemberian izin beroperasi di daerahnya. Kewenangan Pemerintah Daerah dalam
menentukan jumla dan jenis fasilitas pelayanan kesehatan didasarkan pada kebutuhan
dan tanggung jawab daerah masing-masing sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan. Penentuan jumlah dan jenis fasilitas pelayanan kesehatan dilakukan
Pemerintah Daerah dengan mempertimbangkan unsur-unsur sebagai berikut:

a. Luas wilayah
b. Kebutuhan kesehatan
c. Jumlah dan persebaran penduduk
d. Pola penyakit
e. Pemanfaatannya
f. Fungsi sosial
g. Kemampuan dalam memanfaatkan teknologi

Pemerintah Daerah kabupaten/kota wajib menyediakan paling sedikit satu pusat


kesehatan masyarakat pada setiap kecamatan. Pendirian lebih dari satu pusat
kesehatan masyarakat didasarkan pada pertimbangan kebutuhan pelayanan, jumlah
penduduk, dan aksesibilitas. Pemerintah Daerah kabupaten/kota menentukan jumlah
klinik berdasarkan kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan pada satu
wilayah. Penyediaan tersebut dilakukan melalui penetapan rasio antara jumlah klinik
disbanding dengan jumlah penduduk. Rasio ditetapkan dengan pertimbangan sebagai
berikut:

3
a. Kondisi geografis dan aksesibilitas masyarakat
b. Tingkat utilitas
c. Jam kerja pelayanan
d. Jumlah praktik mandiri dokter/dokter gigi atau dokter spesialis/dokter gigi
spesialis di wilayah tersebut.

Pemerintah Daerah bertanggung jawab menyediakan rumah sakit paling sedikit


satu rumah sakit dengan klasifikasi paling rendah kelas D untuk setiap kabupaten/kota
dan paling sedikit 1 (satu) rumah sakit dengan klasifikasi paling rendah kelas B untuk
setiap provinsi. Selain itu swasta dapat mendirikan rumah sakit sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pemerintah Daerah kabupaten/kota bertanggung jawab menyediakan apotek
sesuai dengan kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kefarmasian. Penyediaan
apotek berdasarkan pemetaan daerah dengan mempertimbangkan jumlah Fasilitas
Pelayanan Kesehatan berupa tempat praktik mandiri Tenaga Kesehatan, klinik, pusat
kesehatan masyarakat, dan rumah sakit.
Pemerintah Daerah kabupaten/kota wajib menyediakan paling sedikit 1 (satu)
unit transfusi darah pada setiap kabupaten/kota. Dalam kondisi tertentu Pemerintah
Daerah kabupaten/kota dapat mendirikan lebih dari 1 (satu) unit transfusi darah
berdasarkan pertimbangan:
a. kecukupan pemenuhan kebutuhan darah
b. waktu tempuh rumah sakit dengan unit transfusi darah.
Pemerintah Daerah bertanggung jawab menyediakan laboratorium kesehatan
sesuai dengan kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan. Penyediaan
laboratorium kesehatan berdasarkan pemetaan daerah dengan mempertimbangkan
jumlah Fasilitas Pelayanan Kesehatan berupa tempat praktik mandiri Tenaga
Kesehatan, klinik, pusat kesehatan masyarakat, dan rumah sakit.
Pemerintah Daerah bertanggung jawab menyediakan optikal sesuai dengan
kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan. Penyediaan optikal berdasarkan

4
pemetaan daerah dengan mempertimbangkan jumlah Fasilitas Pelayanan Kesehatan
berupa tempat praktik mandiri Tenaga Kesehatan, klinik, pusat kesehatan masyarakat,
dan rumah sakit.
Pemerintah Daerah bertanggung jawab menyediakan fasilitas pelayanan
kedokteran untuk kepentingan hukum yang dilaksanakan oleh rumah sakit atau
institusi lain paling sedikit satu setiap provinsi.
Pemerintah Daerah kabupaten/kota bertanggung jawab menyediakan Fasilitas
Pelayanan Kesehatan tradisional sesuai dengan kebutuhan pelayanan. Pemerintah
Daerah kabupaten/kota bertanggung jawab dalam melakukan sebaran Fasilitas
Pelayanan Kesehatan tradisional secara merata di setiap wilayah kabupaten/kota
berdasarkan pemetaan daerah sesuai dengan kebutuhan pelayanan.
Jenis Fasilitas Pelayanan Kesehatan
a. tempat praktik mandiri Tenaga Kesehatan;
b. pusat kesehatan masyarakat;
c. klinik;
d. rumah sakit;
e. apotek;
f. unit transfusi darah;
g. Iaboratorium kesehatan;
h. optikal;
i. fasilitas pelayanan kedokteran untuk kepentingan hukum; dan
j. Fasilitas Pelayanan Kesehatan tradisional.

Fasilitas pelayanan kesehatan didirikan untuk:

a. Pelayanan kesehatan promotif, suatu kegiatan dan/atau serangkaian


kegiatan pelayanan kesehatan yang lebih mengutamakan kegiatan yang
bersifat promosi kesehatan.
b. Pelayanan kesehatan preventif, suatu kegiatan pencegahan terhadap suatu
masalah kesehatan/penyakit.

5
c. Pelayanan kesehatan kuratif, suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan
pengobatan yang ditujukan untuk penyembuhan penyakit, pengurangan
penderitaan akibat penyakit, pengendalian penyakit, pengendalian
kecacatan agar kualitas penderita dapat terjaga seoptimal mungkin.
d. Pelayanan kesehatan rehabilitatif, kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan
untuk mengembalikan bekas penderita ke dalam masyarakat sehingga dapat
berfungsi lagi sebagai anggota masyarakat yang berguna untuk dirinya dan
masyarakat, semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuannya.

2.2 Definisi Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan (health care service) merupakan hak setiap orang yang
dijamin dalam Undang Undang Dasar 1945 untuk melakukan upaya peningkatkan
derajat kesehatan baik perseorangan, maupun kelompok atau masyarakat secara
keseluruhan. Definisi Pelayanan kesehatan menurut Departemen Kesehatan Republik
Indonesia Tahun 2009 (Depkes RI) yang tertuang dalam Undang-Undang Kesehatan
tentang kesehatan ialah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara
bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan,
perorangan, keluarga, kelompok ataupun masyarakat. Berdasarkan Pasal 52 ayat (1)
UU Kesehatan, pelayanan kesehatan secara umum terdiri dari dua bentuk pelayanan
kesehatan yaitu:

a. Pelayanan kesehatan perseorangan (medical service)


Pelayanan kesehatan ini banyak diselenggarakan oleh perorangan secara
mandiri (self care), dan keluarga (family care) atau kelompok anggota
masyarakat yang bertujuan untuk menyembuhkan penyakit dan
memulihkan kesehatan perseorangan dan keluarga. Upaya pelayanan
perseorangan tersebut dilaksanakan pada institusi pelayanan kesehatan
yang disebut rumah sakit, klinik bersalin, praktik mandiri.

6
b. Pelayanan kesehatan masyarakat (public health service)
Pelayanan kesehatan masyarakat diselenggarakan oleh kelompok dan
masyarakat yang bertujuan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan
yang mengacu pada tindakan promotif dan preventif. Upaya pelayanan
masyarakat tersebut dilaksanakan pada pusat-pusat kesehatan masyarakat
tertentu seperti puskesmas.

2.2.1 Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama


Pelayanan kesehatan tingkat pertama adalah pelayanan kesehatan yang
diberikan oleh fasilitas pelayanan kesehatan dasar dan pelayanan kesehatan
perorangan yang bersifat non spesialistik (primer) meliputi pelayanan rawat jalan dan
rawat inap. Pelayanan kesehatan tingkat pertama diselenggarakan oleh fasilitas
kesehatan (faskes) tingkat pertama tempat peserta terdaftar.
Pelayanan medis tingkat pertama meliputi:
a. Kasus medis yang dapat diselesaikan secara tuntas di Pelayanan Kesehatan
Tingkat Pertama;
b. Kasus medis yang membutuhkan penanganan awal sebelum dilakukan
rujukan;
c. Kasus medis rujuk balik;
d. Pemeriksaan, pengobatan, dan tindakan pelayanan kesehatan gigi tingkat
pertama;
e. Pemeriksaan ibu hamil, nifas, ibu menyusui, bayi dan anak balita oleh bidan
atau dokter;
f. Rehabilitasi medik dasar
g. Rawat inap pada pengobatan/perawatan kasus yang dapat diselesaikan secara
tuntas di Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama;
h. Rawat inap pada pertolongan persalinan pervaginam bukan risiko tinggi;
i. Rawat inap pada pertolongan persalinan dengan komplikasi dan/atau penyulit
pervaginam bagi Puskesmas PONED;

7
j. Rawat inap pada pertolongan neonatal dengan komplikasi; dan
k. Rawat inap pada pelayanan transfusi darah sesuai kompetensi Fasilitas
Kesehatan dan/atau kebutuhan medis.

Fasilitas kesehatan yang termasuk pelayanan fasilitas kesehatan Tingkat


Pertama adalah:

a. Puskesmas
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang
bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu
wilayah kerja. (Permenkes No. 128 Tahun 2004)
b. Praktik dokter umum
Praktik dokter umum adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh dokter
umum terhadap pasien dalam melaksanakan upaya kesehatan. (UU No. 29
Tahun 2004)
c. Praktik dokter gigi
Praktik dokter gigi adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh dokter gigi
terhadap pasien dalam melaksanakan upaya kesehatan. (UU No. 29 Tahun
2004)
d. Klinik umum
Klinik umum adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan yang menyediakan pelayanan medis dasar,
diselenggarakan oleh lebih dari satu jenis tenaga kesehatan dan dipimpin oleh
seorang tenaga medis. (Permenkes No. 28 tahun 2011)
e. RS Kelas D pratama
RS Pratama adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan kesehatan dasar yang tidak membedakan kelas
perawatan dalam upaya menjamin peningkatan akses bagi masyarakat dalam
rangka penyelenggaraan kegiatan upaya kesehatan perorangan yang

8
memberikan pelayanan gawat darurat selama 24 jam, pelayanan rawat jalan,
dan rawat inap.

2.2.2 Pelayanan Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan


Pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjutan adalah upaya pelayanan kesehatan
perorangan yang bersifat spesialistik atau subspesialistik yang meliputi rawat jalan
tingkat lanjutan, rawat inap tingkat lanjutan, dan rawat inap di ruang perawatan
khusus.
Pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjutan terdiri atas:
a. Pelayanan kesehatan tingkat kedua (spesialistik)
Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh fasilitas pelayanan kesehatan
spesialistik.
 Klinik Spesialis
Klinik spesialis adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan yang menyediakan
pelayanan medis spesialistik, diselenggarakan oleh lebih dari satu jenis
tenaga kesehatan dan dipimpin oleh seorang tenaga medis. (Permenkes
No. 28 Tahun 2011)
 Rumah sakit umum
Rumah sakit umum adalah institusi pelayanan kesehatan yang
memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit.
(UU No. 44 Tahun 2009)
 Rumah sakit khusus
rumah sakit khusus dalah institusi pelayanan kesehatan yang memberikan
pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu
berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit, atau
kekhususan lainnya. (UU No. 44 Tahun 2009)
b. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga (subspesialitik).

9
Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh fasilitas pelayanan kesehatan sub
spesialistik. Fasilitas keseahtan tingkat 3 diisi oleh rumah sakit tipe A, rumah
sakit ini adalah rumah sakit yang paling lengkap dengan sarana dan prasarana
ini adalah rujukan terakhir pasien BPJS jika pasien tdak bsa ditangai di PPK1
dan juga PPK2.

2.3 Dasar Hukum Pelayanan Kesehatan

Semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan, maka


semakin berkembang juga aturan dan peranan hukum dalam mendukung peningkatan
pelayanan kesehatan, alasan ini menjadi faktor pendorong pemerintah dan institusi
penyelenggara pelayanan kesehatan untuk menerapkan dasar dan peranan hukum
dalam meningkatkan pelayanan kesehatan yang berorientasi terhadap perlindungan
dan kepastian hukum pasien. Dasar hukum pemberian pelayanan kesehatan secara
umum diatur dalam Pasal 53 UU Kesehatan, yaitu:

a. Pelayanan kesehatan perseorangan ditujukan untuk menyembuhkan


penyakit dan memulihkan kesehatan perseorangan dan keluarga.

b. Pelayanan kesehatan masyarakat ditujukan untuk memelihara dan


meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit suatu kelompok dan
masyarakat.

c. Pelaksanaan pelayanan kesehatan harus mendahulukan pertolongan


keselamatan nyawa pasien dibanding kepentingan lainnya.

Kemudian dalam Pasal 54 UU Kesehatan juga mengatur pemberian


pelayanan kesehatan, yaitu:
a. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan dilaksanakan secara bertanggung
jawab, aman, bermutu, serta merata dan nondiskriminatif.

10
b. Pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawab atas
penyelenggaraan pelayanan kesehatan.
c. Pengawasan terhadap penyelenggaraan pelayanan kesehatan dilakukan oleh
pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat.

Pelayanan kesehatan itu sebenarnya juga merupakan perbuatan hukum, yang


mengakibatkan timbulnya hubungan hukum antara pemberi pelayanan kesehatan
dalam hal ini rumah sakit terhadap penerima pelayanan kesehatan, yang meliputi
kegiatan atau aktivitas professional di bidang pelayanan prefentif dan kuratif untuk
kepentingan pasien. Secara khusus dalam Pasal 29 ayat (1) huruf (b) UU Rumah
Sakit, rumah sakit mempunyai kewajiban memberikan pelayanan kesehatan yang
aman, bermutu, antidiskriminasi, dan efektif dengan mengutamakan kepentingan
pasien sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.
Peraturan atau dasar hukum dalam setiap tindakan pelayanan kesehatan di
rumah sakit wajib dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Pasal 53 dan Pasal 54 UU
Kesehatan sebagai dasar dan ketentuan umum dan ketentuan Pasal 29 ayat (1)
huruf (b) UU Rumah Sakit dalam melakukan pelayanan kesehatan. Dalam
penyelenggaraan kesehatan di rumah sakit mencakup segala aspeknya yang
berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan.
Melalui ketentuan UU Kesehatan dan UU Rumah Sakit dalam hal ini
pemerintah dan institusi penyelenggara pelayanan kesehatan yakni rumah sakit,
memiliki tanggung jawab agar tujuan pembangunan di bidang kesehatan mencapai
hasil yang optimal, yaitu melalui pemanfaatan tenaga kesehatan, sarana dan
prasarana, baik dalam jumlah maupun mutunya, baik melalui mekanisme
akreditasi maupun penyusunan standar, harus berorientasi pada ketentuan hukum
yang melindungi pasien, sehingga memerlukan perangkat hukum kesehatan yang
dinamis yang dapat memberikan kepastian dan perlindungan hukum untuk
meningkatkan, mengarahkan, dan memberi dasar bagi pelayanan kesehatan.

11
2.4 Pihak-Pihak yang Berhubungan dengan Pelayanan Kesehatan
Pihak-pihak yang berhubungan dengan setiap kegiatan pelayanan kesehatan
baik itu di rumah sakit, puskesmas, klinik, maupun praktek pribadi, antara lain:
a. Dokter
Dokter adalah orang yang memiliki kewenangan dan izin sebagaimana
mestinya untuk melakukan pelayanan kesehatan, khususnya memeriksa dan
mengobati penyakit berdasarkan hukum dan pelayanan di bidang
kesehatan. Pasal 1 ayat (11) Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 tentang
Praktik
b. Perawat
Perawat adalah profesi yang sifat pekerjaannya selalu berada dalam situasi
yang menyangkut hubungan antar manusia, terjadi proses interaksi serta
saling memengaruhi dan dapat memberikan dampak terhadap tiap-tiap
individu yang bersangkutan. Menurut hasil Lokakarya Keperawatan
Nasional Tahun 1983, perawat adalah suatu bentuk pelayanan professional
yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan
pada ilmu pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif,
ditujukan kepada individu, keluarga, dan masyarakat baik yang sakit
maupun sehat yang mencakup seluruh siklus hidup manusia.

c. Bidan
Bidan adalah profesi yang diakui secara nasional maupun internasional
oleh sejumlah praktisi diseluruh dunia. Defenisi bidan menurut
InternationalConfederation of Midwife (ICM) Tahun 1972 adalah
seseorang yang telahmenyelesaikan program pendidikan bidan yang diakui
oleh negara serta memperoleh kualifikasi dan diberi izin untuk
menjalankan praktik kebidanan di negeri tersebut, bidan harus mampu
memberi supervisi, asuhan, dan memberi nasihat yang dibutuhkan wanita

12
selama hamil, persalinan, dan masa pasca persalinan, memimpin persalinan
atas tanggung jawabnya sendiri serta asuhan pada bayi lahir dan anak.
d. Apoteker
Menurut ketentuan Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 tentang
Pekerjaan Kefarmasian, apoteker ialah sarjana farmasi yang telah lulus
sebagai apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker. Adapun
tugas yang dimiliki oleh seorang apoteker dalam melakukan pelayanan
kesehatan diatur dalam PP
e. Ahli Teknologi Medik
Ahli Teknologi Laboratorium Medik menurut peraturan menteri kesehatan
republik indonesia nomor 42 tahun 2015 adalah setiap orang yang telah
lulus pendidikan Teknologi Laboratorium Medik atau analis kesehatan atau
analis medis dan memiliki kompetensi melakukan analisis terhadap cairan
dan jaringan tubuh manusia untuk menghasilkan informasi tentang
kesehatan perseorangan dan masyarakat sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

13
2.5 Laboratorium klinik

Laboratorium klinik adalah laboratorium kesehatan yang melakukan


pelayanan pemeriksaan spesemine klinik untuk mendapatkan informasi tentang
kesehatan perorangan terutama untuk menunjang upaya diagnosis penyakit,
penyembuhan penyakit, dan pemulihan kesehatan.
Laboratorium klinik berdasarkan jenis pelayanan terbagi menjadi :

a. Laboratorium klinik umum


Laboratorium yang melakukan pemeriksaan pelayanan pemeriksaan specimen
klinik di bidang hematologi, kimia klinik, mikrobiologi klinik, parasitologi
klinik, dan imunologi klinik.
Laboratorium klinik umum diklasifikasikan menjadi
1. Laboratorium klinik umum pratama
2. Laboratorium klinik umum madya
3. Laboratorium klinik umum utama
b. Laboratorium klinik khusus
Laboratorium yang melaksanaka pelayanan pemeriksaan specimen klinik pada
satu bidag pemeriksaan khusus dengan kemampuan tertentu.

2.5.1 Ruangan
Luas ruangan setiap kegiatan cukup menampung peralatan yang dipergunakan,
aktifitas dan jumlah petugas yang berhubungan dengan spesimen/pasien untuk
kebutuhan pemeriksaan laboratorium. Semua ruangan harus mempunyai tata ruang
yang baik sesuai alur pelayanan dan memperoleh sinar matahari/cahaya dalam jumlah
yang cukup.
Secara umum, tersedia ruang terpisah untuk:
1. ruang penerimaan terdiri dari ruang tunggu pasien dan ruang pengambilan
spesimen. Masing-masing sekurang-kurangnya mempunyai luas 6 m2.

14
2. ruang pemeriksaan/teknis: luas ruangan tergantung jumlah dan jenis
pemeriksaan yang dilakukan (beban kerja), jumlah, jenis dan ukuran
peralatan, jumlah karyawan, faktor keselamatan dan keamanan kerja serta
kelancaran lalu lintas spesimen, pasien, pengunjung dan karyawan, sekurang-
kurangnya mempunyai luas 15 m2.
3. untuk bank darah, pemeriksaan mikrobiologi dan molekuler sebaiknya
masing-masing memiliki ruangan terpisah.
4. ruang administrasi/pengolahan hasil sekurang-kurangnya mempunyai luas 6
m2 .

2.5.2 Fasilitas Penunjang


Fasilitas penunjang secara umum meliputi:
1. tersedia WC pasien dan petugas yang terpisah, jumlah sesuai dengan
kebutuhan.
2. penampungan/pengolahan limbah laboratorium.
3. keselamatan dan keamanan kerja.
4. ventilasi: 1/3 x luas lantai atau AC 1 PK/20m2 yang disertai dengan sistem
pertukaran udara yang cukup.
5. penerangan harus cukup (1000 lux di ruang kerja, 1000-1500 lux untuk
pekerjaan yang memerlukan ketelitian dan sinar harus berasal dari kanan
belakang petugas).
6. air bersih, mengalir, jernih, dapat menggunakan air PDAM atau air bersih
yang memenuhi syarat. Sekurang-kurangnya 20 liter/karyawan/hari.
7. listrik harus mempunyai aliran tersendiri dengan tegangan stabil, kapasitas
harus cukup. Kualitas arus, tegangan dan frekuensi sesuai dengan ketentuan
yang berlaku. Keamanan dan pengamanan jaringan instalasi listrik terjamin,
harus tersedia grounding/arde. Harus tersedia cadangan listrik (Genset, UPS)
untuk mengantisipasi listrik mati.
8. tersedia ruang makan yang terpisah dari ruang pemeriksaan laboratorium.

15
2.6 Puskesmas
Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah
fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan
masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih
mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.
2.6.1 Persyaratan
1) Puskesmas harus didirikan pada setiap kecamatan.
2) Dalam kondisi tertentu, pada 1 (satu) kecamatan dapat didirikan lebih dari 1
(satu) Puskesmas.
3) Kondisi tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan
berdasarkan pertimbangan kebutuhan pelayanan, jumlah penduduk dan
aksesibilitas.
4) Pendirian Puskesmas harus memenuhi persyaratan lokasi, bangunan, prasarana,
peralatan kesehatan, ketenagaan, kefarmasian dan laboratorium.

Lokasi pendirian Puskesmas harus memenuhi persyaratan:

a. geografis;
b. aksesibilitas untuk jalur transportasi;
c. kontur tanah;
d. fasilitas parkir;
b. fasilitas keamanan;
c. ketersediaan utilitas publik;
d. pengelolaan kesehatan lingkungan; dan
e. kondisi lainnya.

Selain persyaratan di atas, pendirian Puskesmas harus memperhatikan


ketentuan teknis pembangunan bangunan gedung negara. Bangunan Puskesmas
harus memenuhi persyaratan yang meliputi:

16
a. persyaratan administratif, persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja, serta
persyaratan teknis bangunan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
b. bersifat permanen dan terpisah dengan bangunan lain; dan
c. menyediakan fungsi, keamanan, kenyamanan, perlindungan keselamatan dan
kesehatan serta kemudahan dalam memberi pelayanan bagi semua orang
termasuk yang berkebutuhan khusus, anak-anak dan lanjut usia.

Puskesmas harus memiliki prasarana yang berfungsi paling sedikit

terdiri atas:

a. sistem penghawaan (ventilasi); f. sistem pengendalian kebisingan;


b. sistem pencahayaan; g. sistem transportasi vertikal
c. sistem sanitasi; untuk bangunan lebih dari 1
d. sistem kelistrikan; (satu) lantai;
b. sistem komunikasi; h. kendaraan Puskesmas keliling;
c. sistem gas medik; dan
d. sistem proteksi petir; i. kendaraan ambulans.
e. sistem proteksi kebakaran;

Peralatan kesehatan di Puskesmas harus memenuhi persyaratan:

a. standar mutu, keamanan, keselamatan;


b. memiliki izin edar sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
c. diuji dan dikalibrasi secara berkala oleh institusi penguji dan pengkalibrasi
yang berwenang.

17
2.6.2 Jaringan Pelayanan, Jejaring Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan
Sistem Rujukan

Dalam rangka meningkatkan aksesibilitas pelayanan, Puskesmas didukung


oleh jaringan pelayanan Puskesmas dan jejaring fasilitas pelayanan kesehatan.
Jaringan pelayanan Puskesmas terdiri atas Puskesmas pembantu, Puskesmas
keliling, dan bidan desa.

a. Jejaring fasilitas pelayanan kesehatan terdiri atas klinik, rumah sakit,


apotek, laboratorium, dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.
b. Puskesmas pembantu memberikan pelayanan kesehatan secara permanen
di suatu lokasi dalam wilayah kerja Puskesmas.
c. Puskesmas keliling memberikan pelayanan kesehatan yang sifatnya
bergerak (mobile), untuk meningkatkan jangkauan dan mutu pelayanan
bagi masyarakat di wilayah kerja Puskesmas yang belum terjangkau
oleh pelayanan dalam gedung Puskesmas.
d. Bidan desa merupakan bidan yang ditempatkan dan bertempat tinggal
pada satu desa dalam wilayah kerja Puskesmas.

2.6.3 Laboratorium Puskesmas


Laboratorium Puskesmas adalah sarana pelayanan kesehatan di Puskesmas
yang melaksanakan pengukuran, penetapan, dan pengujian terhadap bahan yang
berasal dari manusia untuk penentuan jenis penyakit, penyebaran penyakit, kondisi
kesehatan, atau faktor yang dapat berpengaruh pada kesehatan perorangan dan
masyarakat.
Laboratorium Puskesmas diselenggarakan berdasarkan kondisi dan
permasalahan kesehatan masyarakat setempat dengan tetap berprinsip pada
pelayanan secara holistik, komprehensif, dan terpadu dalam rangka meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Setiap Laboratorium

18
Puskesmas harus diselenggarakan secara baik dengan memenuhi kriteria
ketenagaan, sarana, prasarana, perlengkapan dan peralatan, kegiatan pemeriksaan,
kesehatan dan keselamatan kerja, dan mutu.

2.7 Rumah sakit


Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan
rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Bangunan Rumah Sakit harus
menyediakan fasilitas yang aksesibel bagi penyandang cacat dan lanjut usia untuk
menjamin terwujudnya kemudahan bagi semua pengguna baik di dalam maupun
diluar Bangunan Rumah Sakit secara mudah, aman, nyaman dan mandiri.
Fasilitas yang aksesibel meliputi:
a. toilet; e. jalur pemandu;
b. koridor; f. rambu atau marka;
c. tempat parkir; g. pintu; dan
d. telepon umum; h. tangga, lift, dan/atau ram

Bangunan Rumah Sakit terdiri atas:


a. Ruang rawat jalan k. Ruang sterilisasi;
b. Ruang rawat inap; l. Ruang farmasi;
c. Ruang gawat darurat; m. Ruang rekam medis;
d. Ruang operasi; n. Ruang tenaga kesehatan;
e. Ruang perawatan intensif; o. Ruang pendidikan dan latihan;
f. Ruang kebidanan dan penyakit p. Ruang kantor dan administrasi;
kandungan; q. Ruang ibadah;
g. Ruang rehabilitasi medik; r. Ruang tunggu;
h. Ruang radiologi; s. Ruang penyuluhan kesehatan
i. Ruang laboratorium; masyarakat Rumah Sakit;
j. bank darah Rumah Sakit; t. Ruang menyusui;

19
u. Ruang mekanik; y. taman;
v. Ruang dapur dan gizi; z. pengelolaan sampah;
w. laundry; aa. pelataran parkir yang mencukupi
x. kamar jenazah;

Prasarana Rumah Sakit meliputi :


a. Instalasi air; f. pencegahan dan penanggulangan
b. Instalasi mekanikal dan kebakaran;
elektrikal; g. petunjuk, persyaratan teknis dan
c. Instalasi gas medik dan vakum sarana evakuasi saat terjadi
medik; keadaan darurat;
d. Instalasi uap; h. Instalasi tata udara;
e. Instalasi pengelolaan limbah; i. sistem informasi dan
komunikasi; dan ambulans.

2.7.1 Ruang Laboratorium


Letak ruang laboratorium harus memiliki akses yang mudah ke ruang gawat
darurat dan ruang rawat jalan. Desain tata ruang dan alur petugas dan pasien pada
ruang laboratorium harus terpisah dan dapat meminimalkan risiko penyebaran
infeksi. Ruang laboratorium harus memiliki:
1. saluran pembuangan limbah cair yang dilengkapi dengan pengolahan awal
(pre-treatment) khusus sebelum dialirkan ke instalasi pengolahan air limbah
rumah sakit; dan
2. fasilitas penampungan limbah padat medis yang kemudian dikirim ke tempat
penampungan sementara limbah bahan berbahaya dan beracun.

20
NAMA
NO PERSYARATAN RUANGAN KETERANGAN
RUANGAN
A. Laboratorium Terpadu
1. Ruangan • Luas ruangan disesuaikan dengan
Administrasi jumlah petugas, dengan
perhitungan 3-5 m2/ petugas.
• Total pertukaran udara minimal 6
kali per jam.
• Intensitas cahaya minimal 100
lux.
2. Ruangan Tunggu • Luas ruang tunggu menyesuaikan Untuk RS Kelas D
kebutuhan kapasitas pelayanan dapat bergabung
dengan perhitungan 1-1,5 dengan ruangan
m2/orang. tunggu RS
• Ruangan harus dijamin Terjadinya
pertukaran udara baik alami
maupun mekanik dengan total
pertukaran udara minimal 6 kali
per jam.
• Ruangan harus mengoptimalkan
pencahayaan alami.
• Ruang tunggu dilengkapi dengan
fasilitas desinfeksi tangan.

21
3. Ruangan • Tata letak ruangan harus dapat
Pengambilan/ meminimalkan terjadinya infeksi
Penerimaan silang.
Spesimen • Setiap jenis ruangan pengambilan
• Flebotomi specimen harus disediakan sesuai
• Urin atau tinja spesifikasi dan kebutuhan
• Spesimen genital ruangannya.
• Spesimen lain • Persyaratan ruangan sputum :
(pus, kerokan - Luas ruangan minimal 2 m2
kulit, dan lain- - Ruangan harus menggunakan
lain) pencahayaan alami.
- Ruangan mempunyai
pertukaran udara minimal 12
kali per jam.
- Tersedia wastafel dengan air
mengalir, dilengkapi handsrub
dan tissue.
4. Ruangan Konsultasi • Umum RS Kelas D,
ruangan ini tidak
harus ada.
5. Ruang Pemeriksaan

a. Laboratorium • Luas ruangan laboratorium


Hematologi minimal 16m2 dengan
memperhatikan ruang gerak
petugas, pasien dan peralatan.
• Persyaratan lantai tidak boleh
licin, non prosif, tahan terhadap

22
bahan kimia dan mudah
dibersihkan.
• Peryaratan dinding non porosif,
tahan terhadap bahan kimia dan
dan mudah dibersihkan.
• Disediakan meja kerja dengan
persyaratan dapat meredam
getaran untuk meletakkan
peralatan pemeriksaan.
• Disediakan wastafel dan fasilitas
desinfeksi tangan.
• Disediakan satu grounding
khusus (0,02 ohm) untuk
peralatan-peralatan laboratorium
yang dapat dipasang secara
paralel.
• Setiap ruangan disediakan kotak
kontak dengan jumlah sesuai
kebutuhan dan tidak boleh
menggunakan percabangan.
• Ruangan harus dijamin terjadinya
pertukaran udara baik alami
maupun mekanik dengan total
pertukaran udara minimal 6 kali
per jam.
• Ruangan harus mengoptimalkan
pencahayaan alami. Untuk
pencahayaan buatan dengan

23
intensitas cahaya 100 lux.

b. Laboratorium • Luas ruangan laboratorium Laboratorium ini


Urin/Feses minimal 9m2 dengan dapat digabungkan
memperhatikan ruang gerak dengan
petugas, pasien dan peralatan. laboratorium lain.
• Persyaratan ruangan dan prasarana
lainnya mengikuti persyaratan
laboratorium diatas.
c. Laboratorium • Luas ruangan laboratorium
Kimia Klinik minimal 9m2 dengan
memperhatikan ruang gerak
petugas, pasien dan peralatan.
• Persyaratan ruangan dan prasarana
lainnya mengikuti persyaratan
laboratorium diatas.
d. Laboratorium • Luas ruangan laboratorium
Imunologi minimal 9m2 dengan
memperhatikan ruang gerak
petugas, pasien dan peralatan.
• Persyaratan ruangan dan prasarana
lainnya mengikuti peraturan
laboratorium di atas.
e. Laboratorium • Luas ruangan laboratorium RS kelas C dan D
Mikrobiologi minimal 16 m2 dengan laboratorium ini
memperhatikan ruang gerak tidak
petugas, pasien dan peralatan. dipersyaratkan ada.
• Persyaratan ruangan dan prasarana

24
lainnya mengikuti persyaratan
laboratorium di atas.
f. Laboratorium • Luas ruangan disesuaikan dengan Untuk RS kelas D
Anatomik kebutuhan peralatan yang laboratorium ini
digunakan. tidak
• Persyaratan ruangan dan prasarana dipersyaratkan ada.
lainnya mengikuti persyaratan
laboratorium di atas.
g. Laboratorium • Luas ruangan disesuaikan dengan RS kelas C dan D
Biologi kebutuhan peralatan yang laboratorium ini
Molekuler digunakan tidak
• Persyaratan ruangan dan prasarana dipersyaratkan ada.
lainnya mengikuti persyaratan
laboratorium di atas.
6. Ruangan • Luas ruangan menyesuaikan
Penyimpanan Bahan kebutuhan kapasitas pealayanan.
Habis Pakai dan • Setiap ruangan disediakan minimal
Reagen 2 (dua) kotak kontak atau tidak
boleh menggunakan percabangan.
• Untuk stop kontak khusus alat
simpan biomaterial khusus
disediakan tersendiri dan harus
kompatibel dengan rencana alat
yang akan dipakai.
• Total pertukaran udara minimal 4
kali per jam dengan tekanan udara
positif.

25
7. Ruangan IT • Luas ruangan menyesuaikan RS kelas C dan D
kebutuhan kapasitas pealayanan. laboratorium ini
tidak
dipersyaratkan ada.

8. Ruangan Arsip • Umum Ruangan ini dapat


bergabung dengan
ruangan
administrasi.
9. Ruangan • Luas ruangan disesuaikan dengan Ruangan ini dapat
Pengambilan Hasil jumlah petugas, dengan bergabung dengan
perhitungan 3-5 m2/ petugas. ruangan
• Total pertukaran udara minimal 6 administrasi,
kali per jam. disediakan loket.
• Intensitas cahaya minimal 100
lux.
10. Ruangan Kerja • Untuk RS kelas A dan B perlu ada RS kelas D
Dokter ruangan khusus ruangan ini tidak
mikroskopik/diagnostik non dipersyaratkan ada.
infeksius.
• Persyaratan ruangan lainnya
bersifat umum.
B. Ruangan Khusus
1. Ruangan Produksi • Ruangan ini disediakan sebagai RS kelas C dan D
pendukung pelayanan ruangan ini tidak
2. Ruangan Penanaman mikrobiologi. dipersyaratkan ada.
Kuman TB • Persyaratan ruangan dan
prasarana lainnya mengikuti

26
persyaratan laboratorium diatas.

3. Ruangan Potong  Ruangan ini disediakan sebagai RS kelas D


Jaringan Patologi pendukung pelayanan patologi ruangan ini tidak
Anatomik anatomik. dipersyaratkan ada.
4. Ruangan  Persyaratan ruangan dan
Penyimpanan prasarana lainnya mengikuti
Jaringan Patologi persyaratan laboratorium diatas.
Anatomik
5. Ruangan Mikrotom

6. Ruangan Histologi

7. Ruangan  Ruangan ini disediakan sebagai RS kelas C dan D


Imunohistokimia pendukung pelayanan patologi ruangan ini tidak
anatomik. dipersyaratkan ada.
 Persyaratan ruangan dan
prasarana lainnya mengikuti
persyaratan laboratorium diatas.
C. Ruangan Lain-Lain

1. Ruangan  Umum Fungsi ruangan ini


Ganti/Loker dapat tersentral di
2. Pantri  Umum RS

3. Ruangan Cuci  Mengikuti persyaratan umum dan


Peralatan dilengkapi sink
4. Ruangan Kepala  Umum
Laboratorium Medik

27
5. Ruanagn Diskusi  Umum RS Kelas C dan D,
dan Istirahat Personil fungsi ruangan ini
6. Ruangan Petugas  Umum dapat tersentral di
Laboratorium RS
7. KM/WC (Toilet)  Persyaratan toilet pasien mengikuti
Pasien persyaratan tentang toilet akesibel
melihat poin di atas.
8. KM/WC (Toilet)  Persyaratan toilet umum lihat poin
Petugas di atas.
Keterangan:
Kebutuhan ruangan di ruang laboratorium disesuaikan dengan jenis dan kebutuhan
pelayanan serta ketersediaan SDM di Rumah Sakit.

28
2.7.2 Bank Darah Rumah Sakit
Letak bank darah rumah sakit harus memiliki akses yang mudah ke ruang
gawat darurat.

NAMA
NO PERSYARATAN RUANGAN KETERANGAN
RUANGAN
1. Ruangan • Luas ruangan disesuaikan dengan
Administrasi (Loket jumlah petugas, dengan
Permintaan, perhitungan 3-5 m2/ petugas.
penerimaan dan • Total pertukaran udara minimal 6
pendistribusian kali per jam.
darah) • Intensitas cahaya minimal 100
lux.

2. Ruangan Tunggu • Luas ruang tunggu menyesuaikan Untuk RS Kelas C


kebutuhan kapasitas pelayanan dan RS Kelas D
dengan perhitungan 1-1,5 dapat bergabung
m2/orang. dengan ruangan
• Ruangan harus mengoptimalkan tunggu RS
pencahayaan alami.

3. Ruangan • Luas ruangan disesuaikan dengan Dalam hal BDRS


Laboratorium kebutuhan peralatan yang belum mampu
digunakan yaitu untuk pemeriksaan melaksanakan
Golongan darah ABO dan rhesus pemeriksaan dan
serta untuk uji silang serasi. pengujian, maka
• Persyaratan lantai tidak boleh licin, dapat melakukan

29
non prosif, tahan terhadap bahan kerjasama dengan
kimia dan mudah dibersihkan. BDRS lain atau
• Peryaratan dinding non porosif, merujuk ke UTD
tahan terhadap bahan kimia dan wilayahnya.
dan mudah dibersihkan.
• Disediakan meja kerja dengan
persyaratan dapat meredam getaran
untuk meletakkan peralatan
pemeriksaan.
• Disediakan wastafel dan fasilitas
desinfeksi tangan.
• Disediakan satu grounding khusus
(0,02 ohm) untuk peralatan-
peralatan laboratorium yang dapat
dipasang secara paralel.
• Setiap ruangan disediakan kotak
kontak dengan jumlah sesuai
kebutuhan dan tidak boleh
menggunakan percabangan.
• Ruangan harus dijamin terjadinya
pertukaran udara baik alami
maupun mekanik dengan total
pertukaran udara minimal 6 kali per
jam.
4. Ruangan • Luas ruangan disesuaikan dengan
Penyimpanan kebutuhan peralatan yang
digunakan yaitu Antara lain :
1) Blood bank100-280 L

30
(tergantung kebutuhan)
2) Medical refrigerator
3) Platelet agitator
4) Freezer dengan suhu
penyimpanan ≤-300C (RS tipe
A dan B pendidikan)
• Disediakan kotak kontak khusus
alat simpan biomaterial sesuai
jumlah peralatan yang digunakan
dan tidak boleh menggunakan
percabangan.

2.8 Pasien
2.8.1 Definisi Pasien

Pasien adalah seseorang yang menerima perawatan medis. Kata pasien dari
bahasa Indonesia analog dengan kata patient dari bahasa Inggris. Patient
diturunkan dari bahasa Latin yaitu patiens yang memiliki kesamaan arti dan kata
kerja pati yang artinya menderita. Sedangkan menurut KBBI, pasien adalah orang
sakit (yang dirawat dokter), penderita (sakit).Pasien adalah orang sakit yang
membutuhkan bantuan dokter untuk menyembuhkan penyakit yang dideritanya,
pasien dapat diartikan juga adalah orang sakit yang awam mengenai penyakitnya.
Menurut aturan Pasal 1 ayat (10)UU Praktik Kedokteran, pasien adalah setiap
orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk memperoleh
pelayanan kesehatan yang diperlukan baik secara langsung maupun tidak langsung
kepada dokter atau dokter gigi.

31
Pasien adalah subjek yang memiliki pengaruh besar atas hasil akhir layanan,
bukan hanya sekedar objek. Hak- hak pasien harus dipenuhi mengingat kepuasan
pasien menjadi salah satu barometer mutu pelayanan di rumah sakit. Oleh karena
itu harapan pasien sebagai penerima pelayanan medis meliputi:

1) Pemberian pelayanan yang dijanjikan dengan segera dan memuaskan.


2) Membantu dan memberikan pelayanan dengan tanggap tanpa membedakan
unsur SARA (suku, agama, ras, dan antar golongan).
3) Jaminan keamanan, keselamatan, dan kenyamanan.
4) Komunikasi yang baik dan memahami kebutuhan pasien.

Dengan demikian Pasien sebagai pihak atau subyek yang membutuhkan


bantuan pelayanan kesehatan, memiliki hak untuk memperoleh pelayanan
kesehatan yang optimal untuk menyembuhkan penyakit yang dideritanya.
ketidakpuasan pasien terhadap pelayanan yang diberikan oleh tenaga medis dan
rumah sakit dapat menjadi pangkal tuntutan hukum pasien untuk menuntut
kerugian yang telah dilakukan pihak rumah sakit.

2.8.2 Hak- Hak Pasien

Pada awalnya isu tentang hak-hak pasien muncul berdasarkan berbagai


peristiwa yang merugikan pasien, merugikan pasien dalam hal melanggar martabat
pasien sebagai manusia. Hak-hak pasien pada dasarnya memiliki kemiripan dan
merupakan bagian dari konsep hak asasi manusia. Hak-hak pasien cenderung
meliputi hak-hak warga negara, hak-hak hukum dan hak moral. Hak-hak pasien
yang secara luas dikenal menurut Megan meliputi:

a. Hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang adil, memadai dan


berkualitas.

b. Hak untuk diberi informasi.

32
c. Hak untuk dilibatkan dalam pembuatan keputusan tentang pengobatan dan
perawatan.
d. Hak untuk memberikan informed consent.
e. Hak untuk menolak suatu consent.
f. Hak untuk mengetahui nama dan status tenaga kesehatan penolong.

Menurut Pasal 32 UU Rumah Sakit, diatur tentang hak-hak pasien yaitu:

a. Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan pengaturan yang berlaku di


rumah sakit.
b. Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien.

c. Memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa diskriminasi.


d. Memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar
profesi dan standar prosedur operasional.
e. Memperoleh layanan efektif dan efisien sehingga terhindar dari kerugian
fisik dan materi.
f. Mengadukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan.
g. Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginan dan peraturan
yang berlaku di rumah sakit.
h. Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain
yang mempunyai Surat Izin Praktik (SIP) baik dalam maupun di luar
rumah sakit.
i. Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk
data-data medisnya.
j. Mendapatkan informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan
medis, tujuan tindakan medis, alternatif tindakan, risiko, dan komplikasi
yang mungkin terjadi, dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan
serta perkiraan biaya pengobatan.

33
k. Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan dilakukan
oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya.
l. Didampingi keluarganya dalam keadaan kritis.
m. Menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang dianutnya selama
hal itu tidak mengganggu pasien lainnya.
n. Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan
di rumah sakit.
o. Mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan rumah sakit terhadap
dirinya.
p. Menolak layanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama dan
kepercayaan yang dianutnya.
q. Menggugat dan/ atau menuntut rumah sakit apabila rumah sakit diduga
memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara
perdata ataupun pidana.
r. Mengeluhkan pelayanan rumah sakit yang tidak sesuai dengan standar
pelayanan melalui media cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

34
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Fasilitas pelayanan kesehatan merupakan suatu tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif,
kuratif, maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah
daerah, dan/atau masyarakat. Fasilitas pelayanan kesehatan dibagi menjadi
pelayanan kesehatan tingkat pertama, pelayanan kesehatan tingkat kedua, dan
pelayanan kesehatan tingkat ketiga. Fasilitas pelayanan kesehatan tersebut
dilaksanakan oleh pihak Pemerintah, Pemerintah daerah, dan swasta. Setiap
fasilitas pelayanan kesehatan wajib memberikan akses yang luas bagi kebutuhan
penelitian dan pengembangan di bidang kesehatan dan mengirimkan laporan
hasil penelitian dan pengembangan kepada pemerintah daerah atau Menteri.
Institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna dan menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan
dan gawat darurat salah satunya adalah Rumah Sakit.

35
DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesianomor 43 Tahun 2013 tentang Cara


Penyelenggaraan Laboratorium Klinik yang Baik

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesianomor 24 tentang Persyaratan


Teknis Bangunan dan Prasarana Rumah Sakit

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 411 tentang Laboratorium


Klinik

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 tentang


Pusat Kesehatan Masyarakat

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2012 tentang


Penyelenggaraan Laboratorium Pusat Kesehatan Masyarakat

Jamkes. Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama.


http://jkn.jamsosindonesia.com/home/cetak/82/Faskes%20%3E%20Faskes%20T
ingkat%20Pertama. Diakses 30 September 2017

Rizqia, Khoirunisa. 2016. Perbedaan Faskes Tingkat 1, 2 dan 3 BPJS Kesehatan.


http://www.pasienbpjs.com/2016/09/perbedaan-faskes-tingkat-1-2-dan-3-
bpjs.html. Diakses 30 September 2017

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2016 tentang


Fasilitas Pelayanan Kesehatan

digilib.unila.ac.id/10047/11/BAB%20II.pdf

36

You might also like