You are on page 1of 7

F.

2 Upaya Kesehatan Lingkungan

Laporan Kegiatan Pelayanan Kesehatan Masyarakat Primer (PMKP) Dan


Usaha Kesehatan Masyarakat (UKM)

PENYULUHAN KESEHATAN, KEBERSIHAN LINGKUNGAN DAN


PEMBAGIAN BUBUK ABATE DI DESA TATAE

Diajukan sebagai salah satu persyaratan dalam menempuh Program Dokter


Internsip Indonesia

Oleh :

dr. Andi Rizki Tenryayu

Pendamping :

dr. Hj. A. Silviani

PUSKESMAS LAMPA

KABUPATEN PINRANG

PROVINSI SULAWESI SELATAN

2018

HALAMAN PENGESAHAN
F.2 Upaya Kesehatan Lingkungan

Nama : dr. Andi Rizki Tenryayu

Judul Laporan : Penyuluhan Kesehatan, Kebersihan Lingkungan Dan


Pembagian Bubuk Abate Di Desa Tatae

Laporan Penyuluhan Kesehatan, Kebersihan Lingkungan Dan Pembagian Bubuk


Abate Di Desa Tatae telah disetujui guna melengkapi tugas Dokter Internsip
Dalam Pelayanan Kesehatan Masyarakat Primer (PKMP) Dan Usaha Kesehatan
Masyarakat (UKM) Di Bidang Upaya Kesehatan Lingkungan.

Pinrang, Juni 2018

Mengetahui,

Pendamping Dokter Internsip

dr. Hj. A. Silviani

LAPORAN KEGIATAN
DOKTER INTERNSIP PUSKESMAS LAMPA
F.2 Upaya Kesehatan Lingkungan

KABUPATEN PINRANG
PERIODE FEBRUARI 2018 – JUNI 2018

UPAYA KESEHATAN LINGKUNGAN

PENYULUHAN KESEHATAN, KEBERSIHAN LINGKUNGAN DAN


PEMBAGIAN BUBUK ABATE DI DESA TATAE

A. Latar Belakang
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit
menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan
nyamuk Aedes aegypti. Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati
urutan pertama dalam jumlah penderita Demam Berdarah Dengue setiap
tahunnya. Sementara itu, terhitung sejak tahun 1968 hingga tahun 2009,
World Health Organization (WHO) mencatat Negara Indonesia sebagai
Negara dengan kasus Demam Berdarah Dengue tertinggi di Asia Tenggara.
Pada tahun 2005 sampai 2009, Pusat Data dan Surveilans Epidemiologi
Kemenkes RI tahun 2010 mencatat angka kesakitan DBD per 100.000
penduduk Indonesia cenderung meningkat terutama 3 provinsi tertinggi yaitu
DKI Jakarta (313,41), Kalimantan Barat (228,3), dan Kalimantan Timur
(173,84) dan sejak tahun 2009 Kalimantan Barat ditetapkan sebagai daerah
yang beresiko tinggi untuk kejadian DBD. Kalimantan Barat merupakan
daerah endemik untuk penyakit DBD, Salah satu daerah di Provinsi
Kalimantan Barat yang terdapat laporan kasus DBD adalah Kota Pontianak.
Kasus DBD di kota Pontianak pada tahun 2009 berjumlah 3.893 kasus.
Adapun pada tahun 2009 ini, kasus demam DBD sudah dalam kategori
kejadian luar biasa dimana pada tahun 2008 terdapat kasus demam DBD
sebnyak Incidence Rate 54,8 (per 100.000 penduduk) kasus naik menjadi
Incidence Rate 738,6 (per 100.000 penduduk) pada tahun 20094 . Banyak
faktor yang menyebabkan semakin tingginya jumlah penderita DBD, salah
satunya adalah perilaku masyarakat tersebut. Perilaku pencegahan yang dapat
dilakukan berupa kegiatan 3M (Menguras, Menutup, dan Mengubur) serta
F.2 Upaya Kesehatan Lingkungan

tindakan pencegahan lainnya seperti pemakaian kelambu ketika tidur siang,


menggantung pakaian bekas pakai didalam rumah, menggunakan minyak atau
lotion pencegah gigitan nyamuk, memelihara ikan pemakan jentik dan
menabur bubuk abate.

B. Permasalahan di Masyarakat
Demam Berdarah Dengue merupakan masalah kesehatan yang menjadi
salah satu fokus perhatian oleh Indonesia. Pada tahun 2014, sampai
pertengahan bulan Desember tercatat penderita DBD di 34 provinsi di
Indonesia sebanyak 71.668 orang, dan 641 diantaranya meninggal dunia.
Salah satu provinsi yang berada di bawah batas minimal Case Fatality Rate
(CFR) adalah Sulawesi Selatan yaitu 0,49, tetapi tetap saja menjadi fokus bagi
Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan. Data diperoleh dari Dinas
Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan mulai tahun 2003-2016. Berdasarkan
hasil analisis diperoleh data bahwa pola penyebaran DBD dari tahun ke tahun
tidak menentu, dengan jumlah penderita DBD tertinggi terjadi pada tahun
2016 yaitu sebanyak 7685 kasus di 24 kabupaten kota Sulawesi Selatan.
Masih adanya kejadian DBD di Sulawesi Selatan diakibatkan masih
kurangnya kesadaran masyarakat dalam melakukan tindakan preventif
walaupun sudah sering dilakukan penyuluhan mengenai cara mencegah
penularan penyakit tersebut.

C. Pemilihan Intervensi
Oleh karena permasalahan yang terjadi di atas, maka diadakan
penyuluhan mengenai kebersihan lingkungan, pembagian dan cara
penggunaan bubuk abate dengan mengunjungi rumah warga Tatae satu
persatu.

D. Pelaksanaan
Kunjungan di Desa Tatae dilaksanakan pada tanggal 12 Mei 2018
pukul 10.00 wita – 12.00 wita. Sasaran pelayanan adalah warga desa Tatae
yang berada di rumah selama kunjungan.
F.2 Upaya Kesehatan Lingkungan

E. Evaluasi
 Dokter dan tim pelaksana kegiatan Kesehatan Lingkungan dari
Puskesmas tiba di desa tatae pukul 10.00 wita .
 Rumah yang dikunjungi sebanyak 10 rumah
 Para warga memiliki cukup kesadaran dan semangat dalam mengikuti
pelayanan yang dilakukan.
 Melalui kegiatan tersebut, warga tidak sungkan bertanya mengenai cara
menggunakan bubuk abate yang benar, cara penularan penyakit DBD dan
bagaimana mencegah penularan penyakit tersebut

Peserta Pembimbing

dr. Andi Rizki Tenryayu dr. Hj. A. Silviani

F. Dokumentasi
F.2 Upaya Kesehatan Lingkungan

LAPORAN KEGIATAN
F.2 Upaya Kesehatan Lingkungan

Peserta dr. Andi Rizki Tenryayu Tanda Tangan :

Pendamping dr. Hj. A. Silviani Tanda Tangan :

Nama Wahana Puskesmas Lampa

Tujuan Pelaksanaan Melakukan Kunjungan dan penyuluhan mengenai


kebersihan lingkungan, pembagian dan cara
penggunaan bubuk abate
Hari / Tanggal 12 Mei 2018

Waktu Pukul 10.00 wita – 12.00 wita.

Tempat Desa Tatae

Jumlah Peserta 10 Rumah

You might also like