You are on page 1of 39

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN Ny.

“N”
DENGAN DIAGNOSA VERTIGO
DI POLIKLINIK SARAF RSPAU DR. S.HARJOLUKITO

Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Laboratorium Klinik Keperawatan


Medikal Bedah III

DISUSUN OLEH :
Priska Cesaria Safitrii
NIM P07120112031

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA
JURUSAN KEPERAWATAN
2014
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN Ny. “N”


DENGAN DIAGNOSA VERTIGO
DI POLIKLINIK SARAF RSPAU DR. S.HARJOLUKITO

Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Laboratorium Klinik Keperawatan

Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah III

Disusun Oleh :

Priska Cesaria Safitri

NIM.P07120112031

TINGKAT II REGULER

Telah mendapat persetujuan pada tanggal Juli 2014

Oleh :

Pembimbing Klinik, Pembimbing Pendidikan,

( ) (Ns. Harmilah, S.Pd., M.Kep., Sp.MB)


BAB I

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Vertigo

”Vertere” suatu istilah dalam bahasa latin yang merupakan bahasa


lain dari vertigo, yang artinya memutar. Vertigo dalam kamus bahasa
diterjemahkan dengan pusing (Wahyono, 2007). Definisi vertigo adalah
gerakan (sirkuler atau linier), atau gerakan sebenarnya dari tubuh atau
lingkungan sekitarnya diikuti atau tanpa diikuti dengan gejala dari organ
yang berada di bawah pengaruh saraf otonom dan mata (nistagmus)
(Jenie, 2001). Sedangkan menurut (Gowers,2005), mendefinisikan vertigo
adalah setiap gerakan atau rasa gerakan tubuh penderita atau objek-
objek disekitar penderita yang bersangkutan dengan gangguan sistem
keseimbangan (ekuilibrum).

Vertigo dapat digolongkan sebagai salah satu bentuk gangguan


keseimbangan atau gangguan orientasi di ruangan. Banyak system atau
organ tubuh yang ikut terlibat dalam mengatur dan mempertahankan
keseimbangan tubuh kita. Keseimbangan diatur oleh integrasi berbagai
sistem diantaranya sistem vestibular, system visual dan system somato
sensorik (propioseptik). Untuk memperetahankan keseimbangan
diruangan, maka sedikitnya 2 dari 3 sistem system tersebut diatas harus
difungsikan dengan baik. Pada vertigo, penderita merasa atau melihat
lingkunganya bergerak atau dirinya bergerak terhadap lingkungannya.
Gerakan yang dialami biasanya berputar namun kadang berbentuk linier
seperti mau jatuh atau rasa ditarik menjauhi bidang vertikal. Pada
penderita vertigo kadang-kadang dapat kita saksikan adanya nistagmus.
Nistagmus yaitu gerak ritmik yang involunter dari pada bolamata (Tobing,
2003).

Vertigo adalah perasaan seolah-olah penderita bergerak atau


berputar, atau seolah-olah benda di sekitar penderita bergerak atau
berputar, yang biasanya disertai dengan mual dan kehilangan
keseimbangan. Vertigo bisa berlangsung hanya beberapa saat atau bisa
berlanjut sampai beberapa jam bahkan hari. Penderita kadang merasa
lebih baik jika berbaring diam, tetapi vertigo bisa terus berlanjut meskipun
penderita tidak bergerak sama sekali (Israr, 2008).

Vertigo adalah keadaan pusing yang dirasakan luar biasa.


Seseorang yang menderita vertigo merasakan sekelilingnya seolah-olah
berputar, ini disebabkan oleh gangguan keseimbangan yang berpusat di
area labirin atau rumah siput di daerah telinga. Perasaan tersebut kadang
disertai dengan rasa mual dan ingin muntah, bahkan penderita merasa
tak mampu berdiri dan kadang terjatuh karena masalah keseimbangan.
Keseimbangan tubuh dikendalikan oleh otak kecil yang mendapat
informasi mengenai posisi tubuh dari organ keseimbangan di telinga
tengah dan mata. Vertigo biasanya timbul akibat gangguan telinga tengah
dan dalam atau gangguan penglihatan (Putranta, 2005)

Vertigo adalah sensasi atau perasaan yang mempengaruhi


orientasi ruang dan mungkin dapat didefinisikan sebagai suatu ilusi
gerakan. Keluhan ini merupakan gejala yang sifatnya subyektif dan
karenanya sulit dinilai. Walupun pengobatan sebaiknya langsung pada
penyebab yang mendasari penyebab atau kelainannya, asal atau
penyebab vertigo sering tidak diketahui ataupun tidak mungkin diobati
(CDK, 2009)

B. Anatomi Vertigo

Jaringan saraf yang terkait dalam proses timbulnya sindrom vertigo:

1. Reseptor alat keseimbangan tubuh yang berperan dalam proses


transduksi yaitu mengubah rangsangan menjadi bioelektrokimia:
a. Reseptor mekanis divestibulum
b. Resptor cahaya diretina
c. Resptor mekanis dikulit, otot dan persendian (propioseptik)
2. Saraf aferen, berperan dalam transmisi menghantarkan impuls ke
pusat keseimbangan di otak:
a. Saraf vestibularis
b. Saraf optikus
c. Saraf spinovestibulosrebelaris.
3. Pusat-pusat keseimbangan, berperan dalam proses modulasi,
komparasi, integrasi/koordinasi dan persepsi: inti vestibularis,
serebelum, kortex serebri, hypotalamusi, inti akulomotorius, formarsio
retikularis

C. Jenis vertigo

Vertigo diklasifikasikan menjadi dua kategori berdasarkan saluran


vestibular yang mengalami kerusakan, yaitu

1. Vertigo Periferal

Vertigo periferal terjadi jika terdapat gangguan di saluran yang


disebut kanalis semisirkularis, yaitu telinga bagian tengah yang bertugas
mengontrol keseimbangan. Gangguan kesehatan yang berhubungan
dengan vertigo periferal antara lain penyakitpenyakit seperti benign
parozysmal positional vertigo (gangguan akibat kesalahan pengiriman
pesan), penyakit meniere (gangguan keseimbangan yang sering kali
menyebabkan hilang pendengaran), vestibular neuritis (peradangan pada
sel-sel saraf keseimbangan), dan labyrinthitis (radang di bagian dalam
pendengaran).

2. Vertigo Sentral

Saluran vestibular adalah salah satu organ bagian dalam telinga


yang senantiasa mengirimkan informasi tentang posisi tubuh ke otak
untuk menjaga keseimbangan. Vertigo sentral terjadi jika ada sesuatu
yang tidak normal di dalam otak, khususnya di bagian saraf
keseimbangan, yaitu daerah percabangan otak dan serebelum (otak
kecil).

D. Etiologi Vertigo

Tubuh merasakan posisi dan mengendalikan keseimbangan


melalui organ keseimbangan yang terdapat di telinga bagian dalam.
Organ ini memiliki saraf yang berhubungan dengan area tertentu di otak.
Vetigo bisa disebabkan oleh kelainan di dalam telinga, di dalam saraf
yang menghubungkan telinga dengan otak dan di dalam otaknya sendiri.
Vertigo juga bisa berhubungan dengan kelainan penglihatan atau
perubahan tekanan darah yang terjadi secara tibatiba. Penyebab umum
dari vertigo: (Israr, 2008)

1. Keadaan lingkungan
Motion sickness (mabuk darat, mabuk laut)
2. Obat-obatan
a. Alkohol
b. Gentamisin
3. Kelainan sirkulasi
Transient ischemic attack (gangguan fungsi otak sementara karena
berkurangnya aliran darah ke salah satu bagian otak) pada arteri
vertebral dan arteri basiler
4. Kelainan di telinga
a. Endapan kalsium pada salah satu kanalis semisirkularis di
dalam telinga bagian dalam (menyebabkan benign paroxysmal
positional vertigo)
b. Infeksi telinga bagian dalam karena bakteri
c. Herpes zoster
d. Labirintitis (infeksi labirin di dalam telinga)
e. Peradangan saraf vestibuler
f. Penyakit Meniere
5. Kelainan neurologis
a. Sklerosis multipel
b. Patah tulang tengkorak yang disertai cedera pada labirin,
persarafannya atau keduanya
c. Tumor otak
d. Tumor yang menekan saraf vestibularis.
Anatomi telinga (sumber : http://lpkeperawatan.blogspot.com)
E. Patofisiologi Vertigo
Dalam kondisi fisiologi/ normal, informasi yang tiba dipusat
integrasi alat keseimbangan tubuh yang berasal dari resptor vestibular,
visual dan propioseptik kanan dan kiri akan diperbandingkan, jika
semuanya sinkron dan wajar akan diproses lebih lanjut secara wajar
untuk direspon. Respon yang muncul beberapa penyesuaian dari otot-
otot mata dan penggerak tubuh dalam keadaan bergerak. Di samping itu
orang menyadari posisi kepala dan tubuhnya terhadap lingkungan
sekitarnya. Tidak ada tanda dan gejala kegawatan (alarm reaction) dalam
bentuk vertigo dan gejala dari jaringan otonomik.
Namun jika kondisi tidak normal/ tidak fisiologis dari fungsi alat
keseimbangan tubuh dibagian tepi atau sentral maupun rangsangan
gerakan yang aneh atau berlebihan, maka proses pengolahan informasi
yang wajar tidak berlangsung dan muncul tanda-tanda kegawatan dalam
bentuk vertigo dan gejala dari jaringan otonomik. Di samping itu respon
penyesuaian otot-otot menjadi tidak adekuat sehingga muncul gerakan
abnormal dari mata disebut nistagnus.
(sumber: http://lpkeperawatan.blogspot.com)
F. Tanda Dan Gejala Vertigo
1. Vertigo Sentral
Gejala yang khas bagi gangguan di batang otak misalnya diplopia,
paratesia, perubahan serisibilitas dan fungsi motorik. Biasanya pasien
mengeluh lemah, gangguan koordinasi, kesulitan dalam gerak
supinasi dan pronasi tanyanye secara berturut-turut
(dysdiadochokinesia), gangguan berjalan dan gangguan
kaseimbangan. Percobaan tunjuk hidung yaitu pasien disuruh
menunjuk jari pemeriksa dan kemudian menunjuk hidungnya maka
akan dilakukan dengan buruk dan terlihat adanya ataksia. Namun
pada pasien dengan vertigo perifer dapat melakukan percobaan
tunjuk hidung sacara normal. Penyebab vaskuler labih sering
ditemukan dan mencakup insufisiensi vaskuler berulang, TIA dan
strok. Contoh gangguan disentral (batang otak, serebelum) yang
dapat menyebabkan vertigo adalah iskemia batang otak, tumor
difossa posterior, migren basiler.

2. Vertigo perifer
Lamanya vertigo berlangsung:
a. Episode (Serangan ) vertigo yang berlangsung beberapa detik.
Vertigo perifer paling sering disebabkan oleh vertigo posisional
berigna (VPB). Pencetusnya adalah perubahan posisi kepala
misalnya berguling sewaktu tidur atau menengadah mengambil
barang dirak yang lebih tinggi. Vertigo berlangsung beberapa detik
kemudian mereda. Penyebab vertigo posisional berigna adalah
trauma kepala, pembedahan ditelinga atau oleh neuronitis
vestibular prognosisnya baik gejala akan menghilang spontan.
b. Episode Vertigo yang berlangsung beberapa menit atau jam.
Dapat dijumpai pada penyakit meniere atau vestibulopati
berulang. Penyakit meniere mempunyai trias gejala yaitu
ketajaman pendengaran menurun (tuli), vertigo dan tinitus. Usia
penderita biasanya 30-60 tahun pada permulaan munculnya
penyakit.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan penurunaan pendengaran dan
kesulitan dalam berjalan “Tandem” dengan mata tertutup. Berjalan
tandem yaitu berjalan dengan telapak kaki lurus kedepan, jika
menapak tumit kaki yang satu menyentuh jari kaki lainnya dan
membentuk garis lurus kedepan.
Sedangkan pemeriksaan elektronistagmografi sering memberi
bukti bahwa terdapat penurunan fungsi vertibular perifer.
Perjalanan yang khas dari penyakit meniere ialah terdapat
kelompok serangan vertigo yang diselingi oleh masa remisi.
Terdapat kemungkinan bahwa penyakit akhirnya berhenti tidak
kambuh lagi pada sebagian terbesar penderitanya dan
meninggalkan cacat pendengaran berupa tuli dan timitus dan
sewaktu penderita mengalami disekuilibrium (gangguan
keseimbangan) namun bukan vertigo. Penderita sifilis stadium 2
atau 3 awal mungkin mengalami gejala yang serupa dengan
penyakit meniere jadi kita harus memeriksa kemungkinana sifilis
pada setiap penderi penyakit meniere.
c. Serangan Vertigo yang berlangsung beberapa hari sampai
beberapa minggu.
Neuronitis vestibular merupakan kelainan yang sering
dijumpai pada penyakit ini mulanya vertigo, nausea, dan muntah
yang menyertainya ialah mendadak. Gejala ini berlangsung
beberapa hari sampai beberapa minggu. Sering penderita merasa
lebih lega namun tidak bebas sama sekali dari gejala bila ia
berbaring diam.
Pada Neuronitis vestibular fungsi pendengaran tidak
terganggu kemungkinannya disebabkan oleh virus. Pada
pemeriksaan fisik dijumpai nistagmus yang menjadi lebih basar
amplitudonya. Jika pandangan digerakkan menjauhi telinga yang
terkena penyakit ini akan mereda secara gradual dalam waktu
beberapa hari atau minggu.
Pemeriksaan elektronistagmografi (ENG) menunjukkan
penyembuhan total pada beberapa penyakit namun pada sebagian
besar penderita didapatkan gangguan vertibular berbagai tingkatan.
Kadang terdapat pula vertigo posisional benigna. Pada penderita dengan
serangan vertigo mendadak harus ditelusuri kemungkinan stroke
serebelar. Nistagmus yang bersifat sentral tidak berkurang jika dilakukan
viksasi visual yaitu mata memandang satu benda yang tidak bergerak
dan nigtamus dapat berubah arah bila arah pandangan berubah. Pada
nistagmus perifer, nigtagmus akan berkurang bila kita menfiksasi
pandangan kita suatu benda contoh penyebab vetigo oleh gangguan
system vestibular perifer yaitu mabok kendaraan, penyakit meniere,
vertigo pasca trauma

VERTIGO PERIFERAL VERTIGO SENTRAL


NO
(VESTIBULOGENIK) (NON-VESTIBULER)
1 Pandangan gelap Penglihatan ganda
2 Rasa lelah dan stamina menurun Sukar menelan
3 Jantung berdebar wajah Kelumpuhan otot-otot
4 Hilang keseimbangan Sakit kepala yang parah
5 Tidak mampu berkonsentrasi Kesadaran terganggu
6 Perasaan seperti mabuk Tidak mampu berkata-kata
7 Otot terasa sakit Hilangnya koordinasi
8 Mual dan muntah-muntah Mual dan muntah-muntah
9 Memori dan daya pikir menurun Tubuh terasa lemah
10 Sensitif pada cahaya terang dan
11 Suara
Berkeringat

G. Pemeriksaan Penunjang Vertigo


1. Tes Romberg yang dipertajam
Sikap kaki seperti tandem, lengan dilipat pada dada dan mata
kemudian ditutup. Orang yang normal mampu berdiri dengan sikap
yang romberg yang dipertajam selama 30 detik atau lebih
2. Tes Melangkah ditempat (Stepping Test)
Penderita disuruh berjalan ditempat dengan mata tertutup sebanyak
50 langkah. Kedudukan akhir dianggap abnormal jika penderita
beranjak lebih dari satu meter atau badan berputar lebih dari 30
derajat
3. Salah Tunjuk(post-pointing)
Penderita merentangkan lengannya, angkat lengan tinggi-tinggi
(sampai fertikal) kemudian kembali kesemula
4. Manuver Nylen Barang atau manuver Hallpike
Penderita duduk ditempat tidur periksa lalu direbahkan sampai kepala
bergantung dipinggir tempat tidur dengan sudut 300 kepala ditoleh
kekiri lalu posisi kepala lurus kemudian menoleh lagi kekanan pada
keadaan abnormal akan terjadi nistagmus
5. Tes Kalori = dengan menyemprotkan air bersuhu 300 ketelinga
penderita
6. Elektronistagmografi
Yaitu alat untuk mencatat lama dan cepatnya nistagmus yang timbul
7. Posturografi
Yaitu tes yang dilakukan untuk mengevaluasi system visual, vestibular
dan somatosensorik.
H. Penatalaksanaan Vertigo
1. Vertigo posisional Benigna (VPB)
a. Latihan : latihan posisional dapat membantu mempercepat remisi
pada sebagian besar penderita VPB. Latihan ini dilakukan pada pagi
hari dan merupakan kagiatan yang pertama pada hari itu. Penderita
duduk dipinggir tempat tidur, kemudian ia merebahkan dirinya pada
posisinya untuk membangkitkan vertigo posisionalnya. Setelah
vertigo mereda ia kembali keposisi duduk \semula. Gerakan ini
diulang kembali sampai vertigo melemah atau mereda. Biasanya
sampai 2 atau 3 kali sehari, tiap hari sampai tidak didapatkan lagi
respon vertigo.
b. Obat-obatan : obat anti vertigo seperti miklisin, betahistin atau
fenergen dapat digunakan sebagai terapi simtomatis sewaktu
melakukan latihan atau jika muncul eksaserbasi atau serangan akut.
Obat ini menekan rasa enek (nausea) dan rasa pusing. Namun ada
penderita yang merasa efek samping obat lebih buruk dari
vertigonya sendiri. Jika dokter menyakinkan pasien bahwa kelainan
ini tidak berbahaya dan dapat mereda sendiri maka dengan
membatasi perubahan posisi kepala dapat mengurangi gangguan.
2. Neurotis Vestibular
Terapi farmokologi dapat berupa terapi spesifik misalnya pemberian
anti biotika dan terapi simtomatik. Nistagmus perifer pada neurinitis
vestibuler lebih meningkat bila pandangan diarahkan menjauhi telinga
yang terkena dan nigtagmus akan berkurang jika dilakukan fiksasi
visual pada suatu tempat atau benda.
3. Penyakit Meniere
Sampai saat ini belum ditemukan obat khusus untuk penyakit meniere.
Tujuan dari terapi medik yang diberi adalah:
a. Meringankan serangan vertigo: untuk meringankan vertigo dapat
dilakukan upaya : tirah baring, obat untuk sedasi, anti muntah dan
anti vertigo. Pemberian penjelasan bahwa serangan tidak
membahayakan jiwa dan akan mereda dapat lebih membuat
penderita tenang atau toleransi terhadap serangan berikutnya.
b. Mengusahakan agar serangan tidak kambuh atau masa kambuh
menjadi lebih jarang. Untuk mencegah kambuh kembali, beberapa
ahli ada yang menganjurkan diet rendah garam dan diberi diuretic.
Obat anti histamin dan vasodilator mungkin pula menberikan efek
tambahan yang baik.
c. Terapi bedah: diindikasikan bila serangan sering terjadi, tidak
dapat diredakan oleh obat atau tindaka konservatif dan penderita
menjadi infalid tidak dapat bekerja atau kemungkinan kehilangan
pekerjaannya.
4. Presbiastaksis (Disekuilibrium pada usia lanjut)
Rasa tidak setabil serta gangguan keseimbangan dapat dibantu obat
supresan vestibular dengan dosis rendah dengan tujuan meningkatkan
mobilisasi. Misalnya Dramamine, prometazin, diazepam, pada enderita
ini latihan vertibuler dan latihan gerak dapat membantu. Bila perlu beri
tongkat agar rasa percaya diri meningkat dan kemungkinan jatuh
dikurangi.
5. Sindrom Vertigo Fisiologis
Misalnya mabok kendaraan dan vertigo pada ketinggian terjadi karena
terdapat ketidaksesuaian antara rangsang vestibuler dan visual yang
diterima otak. Pada penderita ini dapat diberikan obat anti vertigo.
6. Strok (pada daerah yang didarahi oleh arteria vertebrobasiler)
a. TIA: Transient Ischemic Atack yaitu stroke ringan yang gejala klinisnya
pulih sempurna dalam kurun waktu 24 jam
b. RIND: Reversible Ischemic Neurologi Defisit yaitu penyembuhan
sempurna terjadi lebih dari 24 jam.
Meskipun ringan kita harus waspada dan memberikan terapi atau
penanganan yang efektif sebab kemungkinan kambuh cukup besar,
dan jika kambuh bisa meninggalkan cacat.
7. Latihan fisik vestibular pada penderita vertigo:
Tujuannya:
a. Melatih gerakan kepala yang mencetuskan vertigo atau
disekuilibrium untuk meningkatkan kemampuan mengatasinya
secara lamban laun
b. Melatih gerakan bola mata, latihan viksasi pandangan mata
c. Melatih meningkatkan kemampuan keseimbangan

Contoh latihan:

a. Berdiri tegak dengan mata dibuka, kemudian dengan mata


ditutup
b. Olah raga yang menggerakkan kepala (gerak rotasi, fleksi,
eksfensi, gerak miring)
c. Dari sikap duduk disuruh berdiri dengan mata terbuka, kemudian
dengan mata tertutup
d. Jalan dikamar atau ruangan dengan mata terbuka kemudian
dengan mata tertutup
e. Berjalan “tandem”
f. Jalan menaiki dan menuruni lereng
g. Melirikkan mata kearah horizontal dan vertical
h. Melatih gerakan mata dengan mengikuti obyek yang bergerak
dan juga menfiksasi pada objek yang diam
Semua gerakan tersebut diatas harus dilakukan hati-hati
Penatalaksanaan Vertigo
http://lpkeperawatan.blogspot.com
Daftar Pustaka

Kang L S. 2004. Pengobatan Vertigo dengan Akupunktur, Cermin Dunia


Kedokteran. Jakarta.

Lumban Tobing. S.M, 2003, Vertigo Tujuh Keliling, Jakarta : FK UI

Lynda Juall carpernito. 2007. Rencana Asuhan keperawatan dan dokumentasi


keperawatan, Diagnosis Keperawatan dan Masalah Kolaboratif, ed.
7, EGC, Jakarta.

Manjoer, Arif, et al. 2002. Kapita Selekta Kedokteran, Ed 3. EGC : Jakarta

Marilynn E. 2000. Doenges, Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk


perencanaan dan pendokumentasian pasien, ed.3, EGC: Jakarta.

Muttaqin, Arif. (2008). Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan


Sistem Persyarafan. Jakarta: Salemba Medika

Perhimpunan Dokter Spesialis Syaraf Indonesia, 1998, Vertigo Patofisiologi,


Diagnosis dan Terapi, Malang : Perdossi

Sanders, Valeria C. Scanlon Tina. (2006). Buku Ajar Anatomi dan Fisiologi, edisi
3. Jakarta: EGC

Smelzzer, Suzanna C and Brenda G Barel. (2001) Buku Ajar Keperawatan


Medikal Bedah Brunner dan Sudart, Edisi 8. Jakarta: EGC
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN VERTIGO

A. Pengkajian
1. Keluhan utama
Keluhan yang dirasakan pasien pada saat dilakukan pengkajian.
2. Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk rumah sakit. Pada
pasien vertigo tanyakan adakah pengaruh sikap atau perubahan sikap
terhadap munculnya vertigo, posisi mana yang dapat memicu vertigo.
3. Riwayat kesehatan yang lalu
Adakah riwayat trauma kepala, penyakit infeksi dan inflamasi dan
penyakit tumor otak. Riwayat penggunaan obat vestibulotoksik missal
antibiotik, aminoglikosid, antikonvulsan dan salisilat.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah riwayat penyakit yang sama diderita oleh anggota keluarga
lain atau riwayat penyakit lain baik
5. Aktivitas / Istirahat
a. Letih, lemah, malaise
b. Keterbatasan gerak
c. Ketegangan mata, kesulitan membaca
d. Insomnia, bangun pada pagi hari dengan disertai nyeri kepala.
e. Sakit kepala yang hebat saat perubahan postur tubuh, aktivitas
(kerja) atau karena perubahan cuaca.
6. Sirkulasi
a. Riwayat hypertensi
b. Denyutan vaskuler, misal daerah temporal.
c. Pucat, wajah tampak kemerahan.
7. Integritas Ego
a. Faktor-faktor stress emosional/lingkungan tertentu
b. Perubahan ketidakmampuan, keputusasaan, ketidakberdayaan
depresi
c. Kekhawatiran, ansietas, peka rangsangan selama sakit kepala
d. Mekanisme refresif/dekensif (sakit kepala kronik).
8. Makanan dan cairan
a. Makanan yang tinggi vasorektiknya misalnya kafein, coklat,
bawang,keju, alkohol, anggur, daging, tomat, makan berlemak,
jeruk, saus,hotdog, MSG (pada migrain).
b. Mual/muntah, anoreksia (selama nyeri)
c. Penurunan berat badan5.
9. Neurosensoris
a. Pening, disorientasi (selama sakit kepala)
b. Riwayat kejang, cedera kepala yang baru terjadi, trauma, stroke.
c. Aura ; fasialis, olfaktorius, tinitus.
d. Perubahan visual, sensitif terhadap cahaya/suara yang keras,
epitaksis.
e. Parastesia, kelemahan progresif/paralysis satu sisi tempore
f. Perubahan pada pola bicara/pola pikir
g. Mudah terangsang, peka terhadap stimulus.
h. Penurunan refleks tendon dalam
i. Papiledema.
10. Nyeri/ kenyamanan
a. Karakteristik nyeri tergantung pada jenis sakit kepala, misal
migrain,ketegangan otot, cluster, tumor otak, pascatrauma,
sinusitis.
b. Nyeri, kemerahan, pucat pada daerah wajah.
c. Fokus menyempit
d. Fokus pada diri sendiri
e. Respon emosional / perilaku tak terarah seperti menangis, gelisah.
f. Otot-otot daerah leher juga menegang, frigiditas vokal.
11. Keamanan
a. Riwayat alergi atau reaksi alergi
b. Demam (sakit kepala)
c. Gangguan cara berjalan, parastesia, paralisis
d. Drainase nasal purulent (sakit kepala pada gangguan sinus).8.
12. Interaksi sosial
a. Perubahan dalam tanggung jawab/peran interaksi sosial yang
berhubungan dengan penyakit.
b. Penyuluhan / pembelajaran
c. Riwayat hypertensi, migrain, stroke, penyakit pada keluarga
d. Penggunaan alcohol/obat lain termasuk kafein.
Kontrasepsioral/hormone, menopause.
13. Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum

a. Pemeriksaan Persistem
1) Sistem persepsi sensori
Adakah rasa tidak stabil, disrientasi, osilopsia yaitu suatu ilusi
bahwa benda yang diam tampak bergerak maju mundur.
2) Sistem Persarafan
Adakah nistagmus berdasarkan beberapa pemeriksaan baik
manual maupun dengan alat.
a) Pening, disorientasi (selama sakit kepala)
b) Riwayat kejang, cedera kepala yang baru terjadi, trauma,
stroke.
c) Aura ; fasialis, olfaktorius, tinitus.
d) Perubahan visual, sensitif terhadap cahaya/suara yang keras,
epitaksis.
e) Parastesia, kelemahan progresif/paralysis satu sisi tempore
f) Perubahan pada pola bicara/pola piker
g) Mudah terangsang, peka terhadap stimulus.
h) Penurunan refleks tendon dala
i) Papiledema.
3) Sistem Pernafasan
Adakah gangguan pernafasan.
4) Sistem Kardiovaskuler
Adakah terjadi gangguan jantung.
5) Sistem Gastrointestinal
Adakah Nausea dan muntah
6) Sistem integumen
7) Sistem Reproduksi
8) Sistem Perkemihan

b. Pola Fungsi Kesehatan


1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Adakah kecemasan yang dia lihatkan oleh kurangnya
pemahaman pasien dan keluarga mengenai penyakit,
pengobatan dan prognosa.
2) Pola aktivitas dan latihan
Adakah pengaruh sikap atau perubahan sikap terhadap
munculnya vertigo, posisi yang dapat memicu vertigo.
3) Pola nutrisi metabolisme
Adakah nausea dan muntah
4) Pola eliminasi
5) Pola tidur dan istirahat
6) Pola Kognitif dan perseptua
Adakah disorientasi dan asilopsia
7) Persepsi diri atau konsep diri
8) Pola toleransi dan koping stress
9) Pola sexual reproduksi
10) Pola hubungan dan peran
11) Pola nilai dan kenyakinan

B. Diagnosa Keperawatan (Doengoes, 1999:2021)


1. Nyeri (akut/kronis) berhubungan dengan stress dan ketegangan,
iritasi/ tekanan syaraf, vasospressor, peningkatan intrakranial ditandai
dengan menyatakan nyeri yang dipengaruhi oleh faktor misal,
perubahan posisi, perubahan pola tidur, gelisah.
2. Koping individual tak efektif berhubungan dengan ketidak-adekuatan
relaksasi, metode koping tidak adekuat, kelebihan beban kerja.
3. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi dan
kebutuhan pengobatan berhubungan dengan keterbatasan kognitif,
tidak mengenal informasi dan kurang mengingat ditandai oleh
memintanya informasi, ketidak-adekuatannya mengikuti instruksi.
C. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


Tanggal : ............... Tanggal : ............... Tanggal : ............... a. Mengenal dan memudahkan dalam
Nyeri (akut/kronis) a. Pantau tanda-tanda vital,
Setelah dilakukan asuhan melakukan tindakan keperawatan.
berhubungan dengan intensitas/skala nyeri. b. istirahat untuk mengurangi intesitas
keperawatan nyeri pasien hilang
b. Anjurkan klien istirahat
stress dan nyeri
atau berkurang
ditempat tidur c. posisi yang tepat mengurangi
ketegangan, iritasi/
Kriteria hasil : c. Atur posisi pasien senyaman
penekanan dan mencegah ketegangan
tekanan syaraf,
a. Klien mengungkapkan rasa mungkin
otot serta mengurangi nyeri.
vasospasme, d. Ajarkan teknik relaksasi dan
nyeri berkurang d. relaksasi mengurangi ketegangan dan
peningkatan b. Tanda-tanda vital normal napas dalam
membuat perasaan lebih nyaman
c.Pasien tampak tenang dan e. Kolaborasi untuk pemberian
intrakranial ditandai e. analgetik berguna untuk mengurangi
rileks analgetik.
dengan menyatakan nyeri sehingga pasien menjadi lebih
Perawat Perawat
nyeri yang nyaman.
dipengaruhi oleh ............ ............
faktor misal,
perubahan posisi,
perubahan pola tidur,
gelisah.
Perawat

............
Tanggal : ............... Tanggal : ............... Tanggal : ............... a. Mengenal sejauh dan
Koping individual tak a. Kaji kapasitas fisiologis yang
Setelah dilakukan asuhan mengidentifikasi penyimpangan
efektif berhubungan bersifat umum.
keperawatan koping individu fungsi fisiologis tubuh dan
b. Sarankan klien untuk
dengan ketidak-
menjadi lebih adekuat memudahkan dalam melakukan
mengekspresikan perasaannya.
adekuatan relaksasi,
Kriteria Hasil : c. Berikan informasi mengenai tindakan keperawatan.
metode koping tidak b. klien akan merasakan kelegaan
a. Mengidentifikasi prilaku penyebab sakit kepala,
adekuat, kelebihan setelah mengungkapkan segala
yang tidak efektif penenangan dan hasil yang
beban kerja. b. Mengungkapkan kesadaran perasaannya dan menjadi lebih
diharapkan.
Perawat
tentang kemampuan koping d. Dekati pasien dengan ramah tenang
c. klien mengetahui kondisi dan
............ yang di miliki dan penuh perhatian, ambil
c. Menunjukkan perubahan pengobatan yang diterimanya, dan
keuntungan dari kegiatan yang
gaya hidup yang diperlukan memberikan klien harapan dan
dapat diajarkan.
atau situasi yang tepat. Perawat semangat untuk pulih.
Perawat d. membuat klien merasa lebih berarti
............ dan dihargai.
............
Tanggal : ............... Tanggal : ............... Tanggal : .............. a. Respon emosi, sosial, dan spiritual
Intoleransi aktivitas setelah dilakukan tindakan a. Kaji respon emosi, sosial, mempengaruhi kehendak klien
b.d tirah baring keperawatan masalah intoleransi dan spiritual terhadap dalam melakukan aktivitas
b. Klien dapat bersemangat untuk
Perawat aktivitas dapat teratasi aktivitas
b. Berikan motivasi pada melakukan aktivitas
a. Meyadari keterbatasan
c. Energi yang tidak stabil dapat
............ klien untuk melakukan
energi
menghambat dalam melakukan
b. Klien dapat termotivasi aktivitas
dalam melakukan aktivitas c. Ajarkan tentang aktivitas, sehingga perlu dilakukan
Perawat
pengaturan aktivitas dan manajemen waktu
d. Terapi okupasi dapat menentukan
teknik manajemen waktu
............ tindakan alternatif dalam melakukan
untuk mencegah
aktivitas.
kelelahan.
d. Kolaborasi dengan ahli
terapi okupasi
Perawat

............
Tanggal : ............... Tanggal : .............. Tanggal : ............... a. Energi yang besar dapat
Resiko jatuh b.d Setelah dilakukan asuhan a. Kaji tingkat energi yang memberikan keseimbangan pada
Kerusakan keperawatan masalah risiko jatuh dimiliki klien tubuh saat istirahat
b. Berikan terapi ringan untuk b. Salah satu terapi ringan adalah
keseimbangan dapat teratasi.
mempertahankan menggerakan bola mata, jika sudah
Perawat Kriteria Hasil :
kesimbangan terbiasa dilakukan, pusing akan
a. Klien dapat
c. Ajarkan penggunaan alat-
............ berkurang.
mempertahankan
alat alternatif dan atau alat- c. Mengantisipasi dan meminimalkan
keseimbangan tubuhnya
alat bantu untuk aktivitas resiko jatuh
b. Klien dapat mengantisipasi
d. Nyeri yang berkurang dapat
klien.
resiko terjadinya jatuh
d. Berikan pengobatan nyeri meminimalisasi terjadinya jatuh.
Perawat
(pusing) sebelum aktivitas
Perawat
............
............
Tanggal : ............... Tanggal : ............... Tanggal : ............... a. megetahui seberapa jauh
a. Kaji tingkat pengetahuan klien
Kurang pengetahuan Setelah dilakukan asuhan pengalaman dan pengetahuan klien
dan keluarga tentang
(kebutuhan belajar) keperawatan pasien mengutarakan dan keluarga tentang penyakitnya.
penyakitnya. b. Dengan mengetahui penyakit dan
mengenai kondisi dan pemahaman tentang kondisi, efek
b. Berikan penjelasan pada klien
kondisinya sekarang, klien dan
kebutuhan prosedur dan proses pengobatan.
tentang penyakitnya dan
keluarganya akan merasa tenang
pengobatan Kriteria Hasil :
kondisinya sekarang.
dan mengurangi rasa cemas.
berhubungan dengan a. Melakukan prosedur yang c. Diskusikan penyebab individual
c. mengurangi kecemasan klien serta
keterbatasan kognitif, diperlukan dan menjelaskan dari sakit kepala bila diketahui.
menambah pengetahuan klien
d. Minta klien dan keluarga
tidak mengenal alasan dari suatu tindakan.
tetang penyakitnya.
b. Memulai perubahan gaya mengulangi kembali tentang
informasi dan kurang d. mengetahui seberapa jauh
hidup yang diperlukan dan materi yang telah diberikan.
mengingat ditandai pemahaman klien dan keluarga
e. Diskusikan mengenai
ikut serta dalam regimen
oleh memintanya serta menilai keberhasilan dari
pentingnya posisi atau letak
perawatan.
informasi, ketidak- tindakan yang dilakukan.
Perawat tubuh yang normal
e. klien mampu melakukan dan
adekuatannya f. Anjurkan pasien untuk selalu
merubah posisi/letak tubuh yang
mengikuti instruksi. ............ memperhatikan sakit kepala
kurang baik.
Perawat yang dialaminya dan faktor-
f. Dengan memperhatikan faktor yang
faktor yang berhubungan.
berhubungan, klien dapat
............ Perawat
mengurangi sakit kepala sendiri
............
dengan tindakan sederhana, seperti
berbaring, beristirahat pada saat
serangan.
Tanggal : ............... Tanggal : ............... Tanggal : ............... a. Kebiasaan makan yang disukai dapat
Risiko kurang nutrisi Setelah dilakukan tindakan a. Kaji kebiasaan makan yang meningkatkan nafsu makan
b. Untuk memantau status nutrisi pada
b.d tidak adekuatnya keperawatan maslah kurang nutrisi disukai klien
b. Pantau input dan output klien
input makanan dapat sedikit teratasi
c. Mempertahankan status nutisi pada klien
pada klien
Perawat a. Klien tidak merasa mual
c. Ajarkan untuk makan sedikit agar dapat meningkat atau stabil.
muntah. d. Ahli gizi dapat menentukan makanan
tapi sering
............ b. Nafsu makan meningkat.
d. Kolaborasi dengan ahli gizi yang tepat untuk meningkatkan
c. BB stabil atau bertahan
Perawat
Perawat kebutuhan nutrisi pada klien.
............
............
BAB II

TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian
Hari, tanggal :Selasa, 8 Juli 2014
Waktu :10.00 WIB
Tempat : poliklinik saraf
Oleh : Priska Cesaria Safitri
Sumber data : pasien dan buku rekam medik
Metode : anamnesa, observasi, pemeriksaan fisik

B. Idenditas Pasien
No Rekam Medis :02 8123
Nama Klien : Ny N.H.
Nama panggilan : Ny N.
Umur :31 tahun
Jenis Kelamin :perempuan
Alamat : Bantul
Suku :Jawa
Bahasa yang dimengerti: Indonesia
Pendidikan : S1
Agama : islam
Status pernikahan : menikah
Nama Suami : Tn S.
Pekerjaan : dosen

C. Keluhan Utama :
Pasien mengeluhkan pusing di bagian kepala dan nyeri leher dengan
skala 8. Leher terasa kaku. Pasien menyatakan ngliyer. Pasien
menyatakan takut jika tidak kuat dan pingsan. Pasien menyatakan belum
pernah mengalami sakit seperti ini sebelumnya. Pasien menyatakan
belum tau tentang penyakitnya dan pengobatannya.
D. Riwayat Keluhan Saat Ini
Pasien menyatakan pusing dan pingsan di kantor dan langsung dibawa
ke UGD RSPAU S. Harjo Lukito (7Juli 2014).
E. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Pasien tidak pernah mengalami sakit yang sama seperti saat ini. Pasien
menyatakan tidak pernah masuk RS kecuali saat melahirkan.
F. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien menyatakan keluarganya tidak ada yang menderita DM, asma,
hipertensi, TBC dan jantung. Keluarga pasien juga tidak ada yang
menderita penyakit yang sama seperti yang dialami pasien.
G. Aktivitas / Istirahat
Pasien menyatakan merasa lemas, dan takut untuk melakukan aktivitas, pasien
menyatakan jika membaca ngliyer , tidur hanya 2 jam dan sering terbangun
karena nyeri kepala, wajah tampak pucat, akral dingin.

No Aktivivitas 0 1 2 3 4 keterangan
1 Mandi V Pasien dibantu untuk kekamar man
disiapkan air. Pasien dapat mandi sen
akantetapi harus duduk di kursi.
2 Toileting V Pasien dapat bab dan bak sendiri tet
harus dengan kloset duduk dan deng
pengawasan suami.
3 Berpakaian V Pasien dibantu suami untuk memakai b
karena pusing.
4 Ambulansi V Pasien ambulansi dibantu oleh suami.
5 Makan minum V Pasien dapat makan dan minum sen
tetapi harus disiapkan oleh orang lain.
6 Mobilitas V Pasien dapat mobilisasi sendiri sep
berbalik badan.
Keterangan :
0 : mandiri, 1: di bantu alat, 2: dibantu orang lain, 3: di bantu alat dan orang
lain, 4: ketergantungan total

H. Integritas Ego
Pasien menyatakan tidakberdayaan jika melakukan sesuatu, pasien
menyatakan takut dan khawatir jika dia tidak kuat menahan sakit dan
hilang kesadaran.

I. Nutrisi
Pasien menyatakan suka makan makan yang digoreng, pasien
menyatakan suka makan daging ayam dan sapi. Pasien menyatakan
tidak puasa karena sedang menyusui, pasien menyatakan tidak selera
makan selama sakit.
J. Cairan
Pasien menyatakan minum ±1500 mili liter. Pasien suka minum air putih.
K. Neurosensoris
Pasien menyatakan ngliyer, pening,pasien tidak memiliki riwayat kejang,
cedera kepala maupun , stroke.
L. Nyeri/ kenyamanan
Pasien menyatakan nyeri di kepala dengan skala 8, pucat pada daerah
wajah, Otot-otot daerah leher kaku, pasien terlihat jalan sempoyongan
dan di tuntun suaminya, pasien terlihat gelisah, mata pasien terlihat
kurang bercahaya,pasien terlihat sesekali meringis
M. Interaksi sosial
Pasien menyatakan selama sakit pekerjaan yang ada di rumah di
handleoleh suaminya.
N. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaaan umum :
a. Tingkat kesadaran : CM
b. Nadi :66x/ menit,
c. Suhu : 36ºC,
d. RR : 18x/menit
e. TD:140/100 mmHg
f. BB: 83 kg,
g. TB: 161 cm
2. Kepala :
a. Bentuk Kepala : Mesosephalus (normal)
b. Pertumbuhan rambut : Merata
c. Kesan wajah : pucat
d. Mata :tidak juling
e. Konjungtiva : merah (tidak anemis)
f. Sklera :tidak ikterik
3. Pemeriksaan neurologis :
a. Nilai GCS :
Motorik :1 2 3 4 5 6
Verbal :1 2 3 4 5
Buka Mata :1 2 3 4
Jumlah : 15
b. Pupil kanan : Isokor
Pupil Kiri : Isokor
c. Refleks Cahaya :
Kanan : Reaksi (+)
Kiri : Reaksi (+)
d. Klien merasa pusing
4. Telinga :
a. Tidak ada cairan yang keluar dari telinga
b. Fungsi pendengaran : fungsi pendengaran berfungsi dengan
baik,pasien dapat mendengar dan menjawab pertanyaan yang
diberikan.
5. Hidung :
a. Posisi septum : Simetris
b. Sekret hidung : terdapat sekret hidung
c. Tidak ada nyeri sinus, polip.
d. Fungsi pembauan: tidak ada masalah
6. Mulut dan tenggorokan :
a. Kemampuan bicara : normal (tidak ada gangguan dalam
kemampuan bicara)
b. Warna lidah : merah muda
c. mukosa bibir kering
7. Leher :
a. JVP: 5-2 cm H2O
b. Tidak ada pembesaran tyroid
c. benjolan teraba di kanan dan kiri sebesar telur puyuh
8. Dada :
Bentuk dada simetris
9. Sistem Pernafasan :
a. Tidak ada pernafasan cuping hidung
b. Pola nafas : Eupnea
c. Tipe pernafasan : dada
d. Tidak ada bunyi nafas abnormal
e. Tidak ada nyeri saat bernafas
f. Tidak ada retraksi dada
10. Sistem Kardiovaskuler : tidak ada gangguan sistem kardiovaskuler
(Bunyi Jantung I dan II). Tidak ada kardiomegali.
11. Abdomen
a. Inspeksi:
1) Simetri
2) Bentuk perut bikonkaf
3) Tidak terdapat lesi
4) Tidak terdapat benjolan atau massa
b. Auskultasi
1) Frekuensi peristaltic : 12 x/ Menit
c. Perkusi
1) Terdengar bunyi timpani
2) Tidak tampak pembesaran Hati
d. Palpasi
1) Tonus otot lemah
2) Tidak ada nyeri tekan
3) Tidak ada massa
e. Ekstremitas
f. Sistem Muskuloskeletal : tidak ada gangguan muskuloskeletal.
g. Kekuatan otot : 5 5
5 5
h. Atas :
1) Alat gerak lengkap
2) Warna kulit kuning langsat
3) Gerakan simetris
4) Turgor kulit sedang
5) Tidak terjadi kelainan jari tangan
i. Bawah :
1) Alat gerak lengkap
2) Gerakan simetris
3) Warna kulit kuning langsat
4) Turgor kulit sedang
5) Tidak terjadi kelainan jari kaki
12. Sistem Integumen : tidak ada Ikterik di kulit

O. Analisa Data
No Data Masalah Penyebab

1. DO: Nyeri akut Agen cidera


fisik
a. pasien terlihat gelisah,
b. mata pasien terlihat
kurang bercahaya,
c. pasien terlihat sesekali
meringis
d. pasien terlihat jalan
sempoyongan dan di
tuntun suaminya
e. Nadi :66x/ menit,
f. Suhu : 36ºC,
g. RR : 18x/menit
h. TD:140/100 mmHg

DS:

a. pasien menyatakan
otot-otot daerah leher
kaku,
b. pasien menyatakan
nyeri di daerah kepala
dengan skala 8,
c. pasien menyatakan
sering terbangun di
malam hari karena
nyeri,
d. pasien menyatakan
tidak selera makan.

2. DO: Gangguan Respon


pemenuhan psikologi
a. pasien tampak lemas, kebutuhan istirahat
b. muka pasien terlihat
tidur
pucat

DS:

a. pasien menyatakan
sering terbangun saat
tidur,
b. Pasien menyatakan
tidur 2jam sehari

3. DO: pasien terlihat gelisah Kurang Kurang pajanan


pengetahuan informasi
DS:
terhadap penyakit,
a. Pasien menyatakan
prognosis dan
belum tahu tentang
kebutuhan
penyakitnya dan
pengobatan
pengobatannya.
b. Pasien menyatakan
takut jika tidak kuat dan
pingsan
P. Prioritas Masalah
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik ditandai dengan
DO:
a. pasien terlihat gelisah,
b. mata pasien terlihat kurang bercahaya,
c. pasien terlihat sesekali meringis
d. pasien terlihat jalan sempoyongan dan di tuntun suaminya
e. Nadi :66x/ menit,
f. Suhu : 36ºC,
g. RR : 18x/menit
h. TD:140/100 mmHg
DS:
a. pasien menyatakan otot-otot daerah leher kaku,
b. pasien menyatakan nyeri di daerah kepala dengan skala 8,
c. pasien menyatakan sering terbangun di malam hari karena nyeri,
d. pasien menyatakan tidak selera makan.
2. Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat tidur berhubungan dengan
respon psikologi ditandai dengan
DO:
a. pasien tampak lemas,
b. muka pasien terlihat pucat
DS:
a. pasien menyatakan sering terbangun saat tidur,
b. Pasien menyatakan tidur 2jam sehari.
3. Kurang pengetahuan terhadap penyakit, prognosis dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kurang pajanan informasi ditandai
dengan:
DO: pasien terlihat gelisah
DS:
a. Pasien menyatakan belum tahu tentang penyakitnya dan
pengobatannya.
b. Pasien menyatakan takut jika tidak kuat dan pingsan
Q. Intervensi Keperawatan
DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

Selasa, 8 Juli 2014, Selasa, 8 Juli 2014, Selasa, 8 Juli 2014,


Pukul : 10.10 WIB Pukul : 10.10 WIB Pukul : 10.10 WIB
a. Pantau a. Mengenal dan
Nyeri akut berhubungan dengan Setelah dilakukan asuhan tanda-tanda memudahkan dalam
agen cedera fisik ditandai dengan keperawatan selama 1x vital, melakukan tindakan
DO: pertemuan pasien dapat intensitas/ska keperawatan.
a. pasien terlihat gelisah, mengetahui cara mengatasi b. istirahat untuk
la nyeri.
b. mata pasien terlihat kurang b. Anjurkan mengurangi intesitas
nyeri, Kriteria hasil :
bercahaya, klien istirahat nyeri
c. pasien terlihat sesekali a. pasien dapat c. relaksasi mengurangi
ditempat tidur
meringis menyebutkan cara c. Ajarkan ketegangan dan
d. pasien terlihat jalan
mengatasi nyeri. teknik membuat perasaan
sempoyongan dan di tuntun b. Pasien dapat relaksasi dan lebih nyaman
suaminya mempraktikkan cara d. analgetik berguna
e. TD:140/100 mmHg napas dalam
f. Nadi : 66x/menit mengatasi nyeri. d. Kolaborasi untuk mengurangi
g. Suhu : 36ºC c. Pasien tampak tenang untuk nyeri sehingga pasien
h. RR : 18x/menit dan rileks pemberian menjadi lebih
DS:
Perawat analgetik. nyaman.
a. pasien menyatakan otot-otot Perawat
daerah leher kaku,
b. pasien menyatakan nyeri di
daerah kepala dengan skala
8,
c. pasien menyatakan sering
terbangun di malam hari
Priska
karena nyeri, Priska
d. pasien menyatakan tidak
selera makan.
Perawat

Priska

Selasa, 8 Juli 2014, Selasa, 8 Juli 2014, Selasa, 8 Juli 2014, a. Nyeri hebat
Pukul : 10.20 WIB Pukul : 10.20 WIB Pukul : 10.20 WIB
meningkatkan tingkat
a. Kaji tingkat
Gangguan pemenuhan Setelah dilakukan asuhan kelelahan dan
kecemasan.
b. Kafein dan nikotin
kebutuhan istirahat tidur keperawatan selama 1x
kebutuhan untuk
adalah stimulan SSP
berhubungan dengan respon pertemuan pasien
istirahat.
yang dapat
psikologi ditandai dengan mengetahui cara mengatasi b. Anjurkan untuk
DO: gangguann tidur pasien menghindari memperpanjang
a. pasien tampak lemas, dengan kriteria: makanan dan masalaten dan
b. muka pasien terlihat pucat a. Pasien mampu
minuman yang meningkatkan
DS: menyebutkan cara
mengandung frekuensi terjaga di
a. pasien menyatakan sering mengatasi gangguan tidur
kafein malam hari (Miller,
terbangun saat tidur, pasien.
(coklat,the, kopi) 1999).
b. Pasien menyatakan tidur b. Pasien mampu
c. Pola tidur yang tidak
saat siang dan
2jam sehari. menerapkan cara
teratur dapat
Perawat petang hari.
mengatasi gangguan tidur
c. Jelaskan pada mengganggu irama
Perawat
Priska
klien dan orang sirkardian
terdekat klien normal;kemungkinan
Priska
mengenai menyebabkan sulit
penyebabgangg tidur
uan
tidur/istirahat
berikut cara-cara
yang mungkin
dilakukanuntuk
menghindari
atau
meminimalkan
penyebab
tersebut.
Perawat

Priska
Selasa, 8 Juli 2014, Selasa, 8 Juli 2014, Selasa, 8 Juli 2014, a. megetahui seberapa
Pukul : 10.30 WIB Pukul : 10.30 WIB Pukul : 10.30 WIB
jauh pengalaman
a. Kaji tingkat
Kurang pengetahuan terhadap Setelah dilakukan asuhan dan pengetahuan
pengetahuan
penyakit, prognosis dan keperawatan selama 1x klien dan keluarga
klien dan
kebutuhan pengobatan pertemuan pasien tentang penyakitnya.
keluarga tentang
b. Dengan mengetahui
berhubungan dengan kurang mengutarakan pemahaman penyakitnya.
penyakit dan
pajanan informasi ditandai tentang kondisi, efek b. Berikan
kondisinya
dengan: prosedur dan proses penjelasan pada
sekarang, klien dan
DO: pasien terlihat gelisah pengobatan. klien tentang
keluarganya akan
DS: penyakitnya dan
Kriteria Hasil : merasa tenang dan
a. Pasien menyatakan belum kondisinya
mengurangi rasa
tahu tentang penyakitnya dan a. Pasien mampu sekarang.
c. Diskusikan cemas.
pengobatannya. menjelaskan kembali c. mengurangi
b. Pasien menyatakan takut jika penyebab
tentang penyakitnya dan kecemasan klien
tidak kuat dan pingsan. individual dari
Perawat pengobatannya. serta menambah
b. Memulai perubahan gaya sakit kepala bila
pengetahuan klien
hidup yang diperlukan diketahui. tetang penyakitnya.
Priska d. Minta klien dan d. mengetahui
dan ikut serta dalam
keluarga seberapa jauh
regimen perawatan.
Perawat mengulangi pemahaman klien
kembali tentang dan keluarga serta
Priska
materi yang menilai keberhasilan
telah diberikan. dari tindakan yang
e. Diskusikan
dilakukan.
mengenai e. klien mampu
pentingnya melakukan dan
posisi atau letak merubah posisi/letak
tubuh yang tubuh yang kurang
normal baik.
f. Anjurkan pasien f. Dengan
untuk selalu memperhatikan
memperhatikan faktor yang
sakit kepala berhubungan, klien
yang dialaminya dapat mengurangi
dan faktor-faktor sakit kepala sendiri
yang dengan tindakan
berhubungan sederhana, seperti
dengan berbaring,
pencetus beristirahat pada
vertigo.Perawat saat serangan.

Priska

You might also like