You are on page 1of 19

Makalah

ETIK DALAM KEPERAWATAN PALIATIF DAN KEBIJAKAN


NASIONAL TERKAIT PERAWATAN PALIATIF
Makalah Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan
Menjelang Ajal Dan Paliatif

Disusun Oleh:

1. Agung Aprianto 01.2.16.00522


2. Cindy Nova A 01.2.16.00528
3. Febri Tri Hamunangan 01.2.16.00540
4. Lolita Fabiola Rohani 01.2.16.00546
5. Novita Purwiningsih 01.2.16.00552
6. Stefanus Aperian 01.2.16.00559
7. Yeremia Tito Satria H. 01.2.16.00565
8. Dinda Desi Wijaya P 01.2.16.00534

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RS BAPTIS KEDIRI


PROGRAM STUDI STRATA 1 KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2018/2019
DAFTAR ISI
BAB I ...................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN .................................................................................................. 3
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................................ 3
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 4
1.3Tujuan penulisan ............................................................................................ 4
BAB II ..................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 5
Etik Dalam Perawatan Paliatif............................................................................. 5
2.1.1 Pengertian ............................................................................................... 5
2.1.2 Dasar Hukum Keperawatan Paliatif ....................................................... 5
2.1.3 Kajian Etik Tentang Perawatan Paliatif .................................................. 6
kebijakan nasional terkait perawatan paliatif .................................................... 10
2.2.1 Tujuan kebijakan................................................................................... 11
2.2.2 Sasaran kebijakan pelayanan paliatif .................................................. 12
2.2.3 Lingkup Kegiatan Perawatan Paliatif ................................................... 12
2.2.4 Sumber Daya Manusia .......................................................................... 12
2.2.5 Tempat Dan Organisasi Perawatan Paliatif .......................................... 13
2.2.6 Pembinaan Dan Pengawasan ................................................................ 14
2.2.7 Pengembangan Dan Peningkatan Mutu Perawatan Paliatif .................. 14
2.2.8 Pendanaan ............................................................................................. 14
2.2.9 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
812/Menkes/Sk/Vii/2007 ............................................................................... 15
BAB III ................................................................................................................. 17
PENUTUP ............................................................................................................. 17
3.1 Kesimpulan .................................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 18
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


paliatif adalah perawatan kesehatan terpadu yang bersifat aktif dan
menyeluruh,dengan pendekatan multidisiplin yang terintegrasi. Meski pada
akhirnya pasien meninggal dunia, yang terpenting sebelum meninggal dia
sudah siap secara psikologis dan spiritual,serta tidak setres menghadapi
penyakit yang di deritanya. Prinsip perawatan paliatif : Menghargai setiap
kehidupan, Mengganggap kematian sebagai proses yang normal, Tidak
mempercepat atau menunda kematian, Menghargai keinginan pasien dalam
mengambil keputusan, Menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang
mengganggu, Mengintegrasikan aspek psikologis , social, dan spiritual dalam
perawatan pasien dan keluarga, Menghindari tindakan medis yang sia sia,
Memberikan dukungan yang di perlukan agar pasien tetep aktif sesuai dengan
kondisinya sampai akhir hayat, Memberikan dukungan kepada keluarga
dalam masa duka cita.
Masyarakat menganggap perawatan paliatif hanya untuk pasien dalam
kondisi terminal yang akan segera meninggal. Namun konsep baru perawatan
paliatif menekankan pentingnya integrasi perawatan paliatif lebih dini agar
masalah fisik, psikososial dan spiritual dapat diatasi dengan baik. Perawatan
paliatif adalah pelayanan kesehatan yang bersifat holistik dan terintegrasi
dengan melibatkan berbagai profesi dengan dasar falsafah bahwa setiap
pasien berhak mendapatkan perawatan terbaik sampai akhir hayatnya.
Keadaan sarana pelayanan perawatan paliatif di Indonesia masih
belum merata sedangkan pasien memiliki hak untuk mendapatkan pelayanan
yang bermutu, komprehensif dan holistik, maka diperlukan kebijakan
perawatan paliatif di Indonesia yang memberikan arah bagi sarana pelayanan
kesehatan untuk menyelenggarakan pelayanan perawatan paliatif.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa pengertian etik dan Paliatif ?
b. Apa Dasar Hukum Keperawatan Paliatif?
c. Bagaimana Kajian Etik Tentang Perawatan Paliatif?
d. Bagaimana kebijakan nasional terkait perawatan paliatif?

1.3 Tujuan penulisan


a. mengetahui pengertian etik dan Paliatif
b. mengetahui Dasar Hukum Keperawatan Paliatif
c. mengetahui Kajian Etik Tentang Perawatan Paliatif
d. mengetahui kebijakan nasional terkait perawatan paliatif
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 EtikDalam Perawatan Paliatif

2.1.1 Pengertian
Perawatan paliatif adalah adalah kesehatan terpadu yang aktif dan
menyeluruh, degan pendekatan multidisiplin yang terintregrasi. Tujuannya
untuk mengurangi penderitaan pasien, memperpanjang umurnya,
meningkatkan kualitas hidup nya,juga memberikan support kepada
keluarganya. Meski pada akhirnya pasien meninggal, sebelum meninggal
sudah siap secara psikologis dan spiritual. Etik adalah Kesepakatan
tentang praktik moral, keyakinan, sistem nilai,standar perilaku individu
dan atau kelompok tentang penilaian terhadap apa yang benar dan apa
yang salah, mana yang baik dan mana yang buruk, apa yang merupakan
kejahatan, apa yang dikehendaki dan apa yang ditolak.
Etika Keperawatan adalah Kesepakatan / peraturan tentang
penerapan nilai moral dan keputusan keputusan yang ditetapkan untuk
profesi keperawatan (Wikipedia,2008).

2.1.2 Dasar Hukum Keperawatan Paliatif

Dasar hukum keperawatan paliatif diantanya meliputi :


1. Aspek Medikolegal dalam perawatan paliatif ( Kep. Menkes NOMOR :
812/Menkes/SK/VII/2007 )
a) Persetujuan tindakan medis/infomed consent untuk pasien paliatif.
Pasien harus memahami pengertian, tujuan dan pelaksanaan
perawatan paliatif.
b) Resusitasi/Tidak resisutasi pada pasien paliatif.
Keputusan dilakukan atau tidak dilakukan tindakan resusitasi dapat
dibuat oleh pasien yang kompeten atau oleh Tim perawatan paliatif.
Informasi tentang hal ini sebaiknya telah di informasikan pada saat
pasien memasuki atau memulai perawatan paliatif.
c) Perawatan pasien paliatif di ICU
Pada dasarnya perawatan paliatif pasien di ICU mengikuti ketentuan
umum yang berlaku.
d) Masalah medikolegal lainnya pada perawatan pasien paliatif.
Tindakan yang bersifat kedokteran harus dkerjakan oleh tenaga
medis, tetapi dengan pertimbangan yang mempertimbangkan
keselamatan pasien tindakan tindakan tertentu dapat didelegasikan
kepada tenaga kesehatan yang terlatih.
2. Medikolegal Euthanasia
Euthanasia adalah dengan sengaja tidak melakukan sesuatu untuk
memperpanjang hidup seseorang pasien atau sengaja melakukan
sesuatu untukmemperpendek hidup atau mengakhiri hidup seorang
pasien, dan ini dilakukan untuk kepentingan pasien sendiri.

2.1.3 Kajian Etik Tentang Perawatan Paliatif

1. Prinsip Dasar Dari Perawatan Paliatif


Perawatan paliatif terkait dengan sluruh bidang perawatan mulai dari
medis, perawatan, psikologis sosial, budaya dan spiritual, sehingga
secara praktis, prinsip dasar perawatan paliatif dapat dipersamakan
dengan prinsip pada praktek medis yang baik.
Prinsip dasar perawatan paliatif : ( Rasjidi,2010 )

a) Sikap peduli terhadap pasien


Termasuk sensifitas dan empati. Perlu dipertmbangkan segala
aspek dari penderitaan pasien, bukan hanya masalah kesehatan.
Pendekatan yang dilakukan tidak boleh bersifat menghakimi
.Faktor karakteristik, kepandaian, suku, agama, atau faktor
induvidal lainnya tidak boleh mempengaruhi perawatan.

b) Menganggap pasien sebagai seorang individu.


Setiap pasien adalah unik. Meskipun memiliki penyakit ataupun
gejala-gejala yang sama, namun tidak ada satu pasienpun yang
sama persis dengan pasien lainnya. Keunikan inilah yang harus
inilah yang harus dipertimbangkan dalam merencanakan
perawatan paliatif untuk tiap individu.

c) Pertimbangan kebudayaan
Faktor etnis, ras, agama, dan faktor budaya lainnya bisa jadi
mempengaruhi penderitaan pasien. Perbedaan ini harus
diperhatikan dalam perencanaan perawatan .

d) Persetujuan
Persetujuan dari pasien adalah mutlakdiperlukan sebelum
perawatan dimulai atau diakhiri. Pasien yang telah diberi
informasi dan setuju dengan perawatan yang akan diberikan akan
lebih patuh mengikuti segala usaha perawatan.

e) Memilih tempat dilakukannya perawatan


Untuk menentukan tempat perawatan, baik pasien dan
keluarganya harus ikut serta dalam diskusi ini. Pasien dengan
penyakit terminal sebisa mungkin diberi perawatan di rumah.

f) Komunikasi
Komunikasi yang baik antara dokter dan pasien maupun dengan
keluarga adalah hal yang sangat penting dan mendasr dalam
pelaksanaan perawatan paliatif.

g) Aspek klinis :
Perawatan yang sesuaisemua perawatan paliatif harus sesuai
dengan stadium dan prognosis dari penyakit yang diderita pasien
.hal ini penting karena karena pemberian pareawatan yang tidak
sesuai, baik itu lebih maupun kurang, hanya akan menambah
penderitaan pasien. Pemberian perawatn yang berlebihan
beresiko untuk memberikan harapan palsu kepada pasien.Hal ini
berhubungan dengan masalah etika yang akan dibahas
kemudian. Perawatan yang diberikan hanya karena dokter
merasa harus melakukan sesuatu meskipun itu sia sia adalah
tidak etis.
h) Perawatan komprehensif dan terkoordinasi dari berbagai bidang
profesi perawatan palitif memberikan perawtan yang bersifat
holistik dan intergratif sehingga dibutuhkan sebuah tim yang
mencakup keseluruhan aspek hidup pasien serta koordinasi yang
baik dari masing masing anggota tim tersebut untuk memberikan
hasil yang maksimal kepada pasien dan keluarga .
i) Kualitas perawatan yang ebaik mungkin
Perawatan medis secara konsisten, terkoordinasi dan
berkelanjutan. Perawatn medis yang konsisten akan mengurangi
kemungkinan terjadinya perubahan kondisi yang tidak terduga,
dimana hal ini akan sangat mengganggu baik pasien maupun
keluarga.
j) Perawatan yang berkelanjutan.
Pemberian perawtan simtomatis dan suportif dari awal hingga
akhir. merupakan dasr tujuan dari parawtan paliatf.Masalah yang
sering terjadi adalah pasien dipindahkan dari satu tempat
ketempat lain sehingga sulit untuk mempertahankan komunitas
perawatan .
k) Mencegah terjadinya kegawatan
Perwatan paliatif yang baik mencakup perencanaan teliti untuk
mencegah terjadinya kegawatan fisik dan emosional yang
mungkin terjadi dalam perjalanan penyakit. Pasien dan keluarga
harus diberituaukan sebelumnya mengenai masalah yang sering
terjadi dan membentuk rencana untuk meminimalisasi stress fisik
dan emosional.
l) Bantuan kepada sang perawat
Keluarga pasien dengan penyakit lanjut sering kali rentan
terhadap stress fisik dan emosianal terutama apabila pasien
dirawat di rumah sehingga perlu diberikan perhatian khusus
kepada mereka, mengingat keberhasilan dari perawatan paliatif
tergantung dari pemberi perawatan.
m) Pemeriksaan ulang
Perlu dilakukan pemeriksaan mengenai kondisi pasien secara
terus menerus mengingat pasien dengan penyakit lanjut karen

2. Prinsip otonomi

Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu


mampu berpikirlogis dan mampu membuat keputusan
sendiri.prinsip otonomi merupakan bentuk respek terhadap
seseorang atau dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa dan
bertindak secara rasional.
a. Non maleficienci (tidak merugikan )
Prinsip ini berati tidak menimbulkan bahya / cedera fisik dan
psikologis pada klien. Prinsip tidak merugikan, bahwa kita
berkwaiban jika melakukan suatu tindakan agar jangan sampai
merugikan orang lain.
b. Veracity ( kejujuran )
Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran .Nilai ini
diperlikan oleh pemberi layanan kesehatan untuk
menyampaikan kebenaran pada setiap pasien dan untuk
menyakinkan bahwa pasien sangat mengerti.
c. Beneficienec ( berbuat baik )
Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang yang baik.
Kebaikan memerlukan pencegahan dari kesalahan atau
kejahatan, penghapusan kesalahan atau kejahatan dan
peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain.Terkadang dalam
situsi pelayanan kesehatan, terjadi konflikantara prinsip ini
dengan otonomi.
d. Justice ( keadilan )
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terapi yang sama dan adil
terhadap orang lain yang enjunjung prinsip–prinsip moral, legal
dan kemanusiaan. Nilai ini direfleksikan dalam praktek
profesional ketika tim perawatan paliatif bekerja untuk terapi
yang benar sesuai hukum,standar praktek dan keyakinan yang
benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.
e. Kerahasiaaan ( Confidentiality )
Aturan dalam prinsip kerahasiaan ini adalah bahwa informasi
tentang pasien harus dijaga privasinya. Apa yang terdapat
dalam dokumen catatan kesehatan pasien hanya boleh
dibacadalam rangka pengobatan pasien. Tak ada satu orangpun
dapat memperoleh informasi tersebut kecuali diijinkan oleh
pasien dengan bukti pesetujuannya.
f. Akuntabilitas (accountability )
Prinsip ini berhubungan erat dengan fidelity yang berarti bahwa
tanggung jawab pasti pada setiap tindakan dan dapat digunakan
untuk enilai orang lain.Akuntabilitas merupakan standar yang
pasti yang man tindakan seorang professional dapat dinilai
dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali.

2.2 kebijakan nasional terkait perawatan paliatif


Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan
memperbaiki kualitas hidup pasien dan keluarga yang menghadapi
masalah yang berhubungan dengan penyakit yang dapat
mengancam jiwa, melalui pencegahan dan peniadaan melalui
identifikasi dini dan penilaian yang tertib serta penanganan nyeri
dan masalah-masalah lain, fisik, psikososial dan spiritual (sumber
referensi WHO, 2002).

Kualitas hidup pasien adalah keadaan pasien yang


dipersepsikan terhadap keadaan pasien sesuai konteks budaya dan
sistem nilai yang dianutnya, termasuk tujuan hidup, harapan, dan
niatnya. Dimensi dari kualitas hidup menurut Jennifer J. Clinch,
Deborah Dudgeeon dan Harvey Schipper (1999), adalah : a. Gejala
fisik b. Kemampuan fungsional (aktivitas) c. Kesejahteraan
keluarga d. Spiritual e. Fungsi sosial f. Kepuasan terhadap
pengobatan (termasuk masalah keuangan) g. Orientasi masa depan
h. Kehidupan seksual, termasuk gambaran terhadap diri sendiri i.
Fungsi dalam bekerja.
Palliative home care adalah pelayanan perawatan paliatif
yang dilakukan di rumah pasien, oleh tenaga paliatif dan atau
keluarga atas bimbingan/ pengawasan tenaga paliatif.
Hospis adalah tempat dimana pasien dengan penyakit
stadium terminal yang tidak dapat dirawat di rumah namun tidak
melakukan tindakan yang harus dilakukan di rumah sakit
Pelayanan yang diberikan tidak seperti di rumah sakit, tetapi dapat
memberikan pelayaan untuk mengendalikan gejala-gejala yang
ada, dengan keadaan seperti di rumah pasien sendiri.
Sarana (fasilitas) kesehatan adalah tempat yang
menyediakan layanan kesehatan secara medis bagi
masyarakat.Kompeten adalah keadaan kesehatan mental pasien
sedemikian rupa sehingga mampu menerima dan memahami
informasi yang diperlukan dan mampu membuat keputusan secara
rasional berdasarkan informasi tersebut.

2.2.1Tujuan kebijakan
Tujuan umum:
Sebagai payung hukum dan arahan bagi perawatan paliatif di
Indonesia
Tujuan khusus:
1. Terlaksananya perawatan paliatif yang bermutu sesuai standar
yang berlaku di seluruh Indonesia
2. Tersusunnya pedoman-pedoman pelaksanaan/juklak perawatan
paliatif.
3. Tersedianya tenaga medis dan non medis yang terlatih.
4. Tersedianya sarana dan prasarana yang diperlukan.
2.2.2Sasaran kebijakan pelayanan paliatif
1. Seluruh pasien (dewasa dan anak) dan anggota keluarga, lingkungan
yang memerlukan perawatan paliatif di mana pun pasien berada di
seluruh Indonesia
2. Pelaksana perawatan paliatif : dokter, perawat, tenaga kesehatan
lainnya dan tenaga terkait lainnya.
3. Institusi-institusi terkait, misalnya:
a. Dinas kesehatan propinsi dan dinas kesehatan kabupaten/kota
b. Rumah Sakit pemerintah dan swasta
c. Puskesmas
d. Rumah perawatan/hospis
e. Fasilitas kesehatan pemerintah dan swasta lain.

2.2.3 Lingkup Kegiatan Perawatan Paliatif


1. Jenis kegiatan perawatan paliatif meliputi :
a. Penatalaksanaan nyeri.
b. Penatalaksanaan keluhan fisik lain.
c. Asuhan keperawatan
d. Dukungan psikologis
e. Dukungan sosial
f. Dukungan kultural dan spiritual
g. Dukungan persiapan dan selama masa dukacita
(bereavement).
2. Perawatan paliatif dilakukan melalui rawat inap, rawat jalan, dan
kunjungan/rawat rumah.

2.2.4 Sumber Daya Manusia

1. Pelaksana perawatan paliatif adalah tenaga kesehatan, pekerja


sosial, rohaniawan, keluarga, relawan.
2. Kriteria pelaksana perawatan paliatif adalah telah mengikuti
pendidikan/pelatihan perawatan paliatif dan telah mendapat
sertifikat.
3. Pelatihan a. Modul pelatihan : Penyusunan modul pelatihan
dilakukan dengan kerjasama antara para pakar perawatan paliatif
dengan Departemen Kesehatan (Badan Pembinaan dan
Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Direktorat Jenderal
Bina Pelayanan Medik). Modul-modul tersebut terdiri dari modul
untuk dokter, modul untuk perawat, modul untuk tenaga
kesehatan lainnya, modul untuk tenaga non medis. b. Pelatih :
Pakar perawatan paliatif dari RS Pendidikan dan Fakultas
Kedokteran. c. Sertifikasi : dari Departemen Kesehatan c.q Pusat
Pelatihan dan Pendidikan Badan PPSDM. Pada tahap pertama
dilakukan sertifikasi pemutihan untuk pelaksana perawatan
paliatif di 5 (lima) propinsi yaitu : Jakarta, Yogyakarta, Surabaya,
Denpasar, Makasar. Pada tahap selanjutnya sertifikasi diberikan
setelah mengikuti pelatihan.
4. Pendidikan Pendidikan formal spesialis paliatif (ilmu kedokteran
paliatif, ilmu keperawatan paliatif).

2.2.5 Tempat Dan Organisasi Perawatan Paliatif

Tempat untuk melakukan perawatan paliatif adalah: a. Rumah


sakit : Untuk pasien yang harus mendapatkan perawatan yang
memerlukan pengawasan ketat, tindakan khusus atau peralatan
khusus. b. Puskesmas : Untuk pasien yang memerlukan pelayanan
rawat jalan. c. Rumah singgah/panti (hospis) : Untuk pasien yang
tidak memerlukan pengawasan ketat, tindakan khusus atau peralatan
khusus, tetapi belum dapat dirawat di rumah karena masih
memerlukan pengawasan tenaga kesehatan. d. Rumah pasien : Untuk
pasien yang tidak memerlukan pengawasan ketat, tindakan khusus
atau peralatan khusus atau ketrampilan perawatan yang tidak
mungkin dilakukan oleh keluarga. Organisasi perawatan paliatif,
menurut tempat pelayanan/sarana kesehatannya adalah : 1. Kelompok
Perawatan Paliatif dibentuk di tingkat puskesmas. 2. Unit Perawatan
Paliatif dibentuk di rumah sakit kelas D, kelas C dan kelas B non
pendidikan. 3. Instalasi Perawatan Paliatif dibentuk di Rumah sakit
kelas B Pendidikan dan kelas A. 4.Tata kerja organisasi perawatan
paliatif bersifat koordinatif dan melibatkan semua unsur terkait.

2.2.6 Pembinaan Dan Pengawasan

Pembinaan dan pengawasan dilakukan melalui sistem


berjenjang dengan melibatkan perhimpunan profesi/keseminatan
terkait.Pembinaan dan pengawasan tertinggi dilakukan oleh
Departemen Kesehatan.

2.2.7 Pengembangan Dan Peningkatan Mutu Perawatan Paliatif

Untuk pengembangan dan peningkatan mutu perawatan


paliatif diperlukan : a. Pemenuhan sarana, prasarana dan peralatan
kesehatan dan non kesehatan. b. Pendidikan dan pelatihan yang
berkelanjutan/Continuing Professional Development untuk perawatan
paliatif (SDM) untuk jumlah, jenis dan kualitas pelayanan. c.
Menjalankan program keselamatan pasien/patient safety.

2.2.8 Pendanaan

Pendanaan yang diperlukan untuk: 1. pengembangan sarana


dan prasarana 2. peningkatan kualitas SDM/pelatihan 3. pembinaan
dan pengawasan 4. peningkatan mutu pelayanan.
Sumber pendanaan dapat dibebankan pada APBN/APBD dan
sumber-sumber lain yang tidak mengikat.Untuk perawatan pasien
miskin dan PNS dapat dimasukan dalam skema Askeskin dan Askes.
2.2.9 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
812/Menkes/Sk/Vii/2007

Tentang Kebijakan Perawatan Paliatif Menteri Kesehatan Republik


Indonesia

Menimbang :

a. bahwa kasus penyakit yang belum dapat disembuhkan semakin


meningkat jumlahnya baik pada pasien dewasa maupun anak;
b. bahwa dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan bagi pasien dengan penyakit yang belum dapat
disembuhkan selain dengan perawatan kuratif dan rehabilitatif
juga diperlukan perawatan paliatif bagi pasien dengan stadium
terminal;
c. bahwa sesuai dengan pertimbangan butir a dan b di atas, perlu
adanya Keputusan Menteri Kesehatan tentang Kebijakan
Perawatan Paliatif.

Mengingat :

1. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan


(Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3495);
2. Undang-undang Nomor 29 tahun 2004, tentang Praktik
Kedokteran (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 116,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4431);
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
159b/Menkes/Per/II/1988 tentang Rumah Sakit;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
585/Menkes/Per/IX/1989 tentang Persetujuan Tindakan Medik;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1045/Menkes/Per/XI/2006 tentang Pedoman Organisasi RS di
Lingkungan Departemen Kesehatan;
6. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
0588/YM/RSKS/SK/VI/1992 tentang Proyek Panduan
Pelaksanaan Paliatif dan Bebas Nyeri Kanker;
7. Surat Keputusan Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia
Nomor 319/PB/A.4/88 tentang Informed Consent;
8. Surat Keputusan Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia
Nomor 336/PB/A.4/88 tentang MATI.

MEMUTUSKAN:

Menetapkan :

1. Kesatu :keputusan menteri kesehatan tentang kebijakan


perawatan paliatif
2. Kedua Keputusan Menteri Kesehatan mengenai Perawatan
Paliatif sebagaimana dimaksud Diktum Kesatu sebagaimana
tercantum dalam Lampiran I Keputusan ini.
3. Ketiga : Surat Persetujuan Tindakan Perawatan Paliatif
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Keputusan ini
4. Keempat : Pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan
keputusan ini dilakukan oleh Menteri Kesehatan, Dinas
Kesehatan Propinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sesuai
dengan fungsi dan tugasnya masing-masing.
5. Kelima : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan;
6. Keenam : Apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam
surat keputusan ini, akan dilakukan perbaikan-perbaikan
sebagaimana mestinya.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitas kehidupan pasien dan keluarganya dalam
menghadapi masalah-masalah yang berhubungan dengan penyakit yang
mengancam jiwa, dengan mencegah dan meringankan penderitaan melalui
identifikasi awal serat terapi dan masalah lain, fisik, psikososial dan
spiritual.
Etik merupakan kesadaran yang sistematis terhadap perilaku yang
dapat dipertanggung jawabkan, didalam etik terdapat nila-nilai moral yang
merupakan dasar dari perilaku manusia (niat).Yang terpenting adalah
rambu rambu etika, moral maupun hukum yang tegas tentang euthanasia,
agar terdapat kejelasan.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.aidsindosia.or.id/uploads/20130506131833.skmenkes_Nomor_812M
ENKESSKVII2007_Tentang_Kebijakan_Perawatan_paliatif.pdf
(04/09/2018;07:42)

https://es.scribd.com/document/349938260/Etik-Dalam-Perawatan-Paliatif-
Kelompok-1 (04/09/2018;07:42)

Kemp, Charles.2009. Klien Sakit Terminal, seri asuhan keperawatan. Edisi 2.


Jakarta:EGC

You might also like