Professional Documents
Culture Documents
Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
FAILURE TO THRIVE
Disusun oleh:
Pembimbing:
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
MARET 2018
Tutorial Klinik
FAILURE TO THRIVE
Menyetujui,
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
MARET 2018
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan Tutorial Klinik mengenai “Failure to Thrive”. Tutorial
klinik ini disusun dalam rangka tugas kepaniteraan klinik di Laboratorium Ilmu
Kesehatan Anak Rumah Sakit Daerah Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.
Penulis
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1) Menambah ilmu dan pengetahuan mengenai penyakit yang dilaporkan.
2) Membandingkan informasi yang terdapat pada literatur dengan kenyataan yang terdapat
langsung pada kasus.
3) Mendiagnosa dengan cepat dan menyusun rencana tatalaksana yang tepat kepada pasien.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Sampai saat ini belum ada konsensus atau kesepakatan mengenai definisi failure to
thrive atau gagal tumbuh.5 Krugman mendefinisikan gagal tumbuh adalah pertumbuhan
fisik yang tidak adekuat selama pengamatan dalam suatu periode dengan menggunakan
grafik pertumbuhan.1 Rabinowitz mendefinisikan gagal tumbuh adalah penghentian yang
bermakna dari pertumbuhan yang diharapkan selama masa anak.6 Sedangkan Gahagan
membatasi gagal tumbuh terjadi pada bayi dan anak dibawah tiga tahun.2 Block dan Blair
mengatakan bahwa gagal tumbuh adalah pencapaian pertumbuhan yang terhenti lama
secara signifikan dibandingkan dengan anak seumur dan sejenis kelamin. 8,9 Bauchner dan
Olsen menambahkan bahwa gagal tumbuh yaitu bayi atau anak yang pertumbuhan fisiknya
berkurang secara signifikan dibandingkan dengan anak seusianya, dan dapat berhubungan
dengan perkembangan dan fungsi kognitif yang buruk.10,11 Sedangkan Corales dalam buku
Manual of Pediatric Nutrition mengatakan bahwa gagal tumbuh adalah .12 Schwartz
menyarankan definisi gagal tumbuh lebih menegaskan penurunan pertumbuhan (dalam
tinggi dan berat badan) mencakup bayi dan anak dan termasuk perkembangan dan
psikososial.4
2.2. Epidemiologi
Gagal tumbuh dapat terjadi pada semua kelas sosio ekonomi, walaupun lebih sering
terjadi pada keluarga yang hidup dalam kemiskinan. Beberapa penelitian menyebutkan
bahwa insiden gagal tumbuh meningkat pada anak yang sedang dalam pengobatan, tinggal
di daerah rural, dan yang tidak mempunyai rumah.6,7 Sebaliknya penelitian yang dilakukan
oleh Avon Longitudinal Study of Parent and Children (ALSPAC) yang dilakukan di
Inggris, menemukan tidak ada hubungan kejadian gagal tumbuh dengan factor
sosioekonomi, tingkat pendidikan orang tua dan pekerjaan orangtua.9,13
Kejadian gagal tumbuh lebih banyak terjadi di negara yang belum atau sedang
berkembang dibandingkan dengan negara yang sudah maju. Amerika Serikat pada tahun
1980-1989 prevalensi gagal tumbuh mencapai 1-5% dari seluruh anak usia dibawah 1
tahun yang dirawat di rumah sakit rujukan dan diperkirakan 10% anak di pusat kesehatan
primer memperlihatkan gejala gagal tumbuh. 6,7penelitian yang dilakuka Mei dan kawan-
kawan pada anak sampai usia 60 bulan di California didapatkan dari 10844 anak, 20%
mengalami gagal tumbuh berdasarkan grafik tinggi badan menurut umur dan 6%
berdasarkan grafik berat badan menurut umur.14
Sedangkan di Indonesia angka kejadian gagal tumbuh belum ada. Data yang ada adalah
data gizi kurang, prevalensi gizi kurang pada periode 1989-1999 menurun dari 29.5%
menjadi 27.5% atau rata-rata terjadi penurunan 0.40% per tahun, namun pada periode
2000-2005 terjadi peningkatan prevalensi gizi kurang dari 24.6% menjadi 28.0%.15
Gagal tumbuh dapat disebabkan oleh berbagai factor, namun penyebab utamanya adalah
defisiensi nutrisi.8 Etiologi dapat diklasifikasikan menurut sistem, organik atau non organik
dan patofisiologi.
Psikososial
Food refusal
Ruminasi
Serebral palsi
Tumor hipotalamus
Kelainan neuromuscular
Kelainan neurodegenerative
Ginjal
Gagal ginjal
Endokrin
Diabetes mellitus
Diabetes incipidus
Hipotiroid/hipertiroid
Genetic/metabolic/congenital
Dysplasia skeletal
Kelainan kromosom
Stenosis pylorus
GERD
Tracheoesofageal fistula
Malrotasi
Sindrom malabsorpsi
Celiac disease
Sistik fibrosis
Kolestasis kronik
Hirschprung disease
Alergi makanan
Jantung
Gagal jantung
Pulmonary/respiratori
Asma berat
Bronkoekstasi
Gagal nafas
Bronkopulmanari dysplasia
Infeksi
Infeksi kronis
Infeksi parasit
Tuberculosis
HIV
Nonorganic
Gagal menyusui
Intake kurang
Tekanan Psikososial
Organic
IUGR
Kelainan congenital
Alergi susu sapi
Penyakit seliak
HIV
Sistik fibrosis
GERD
Anak terlantar
Kemiskinan
Gangguan penyerapan
Meningkatnya metabolism
Hipertiroid
Abnormalitas genetic
Infeksi congenital
Kelainan metabolic
Dalam menilai anak dengan gagal tumbuh diperlukan anamnesis yang menyeluruh,
pemeriksaan fisik yang komplit, penilaian hubungan orang tua atau pengasuh dengan anak
dan pemeriksaan laboratorium atas indikasi.1,8,11
1. Anamnesis
Anamnesis yang lengkap meliputi riwayat prenatal, kelahiran, riwayat diet, pola makan
dan kebiasaan makan, riwayat medis, sosial saat ini dan yang lalu, serta riwayat keluarga.
Riwayat prenatal meliputi semua informasi yang berkaitan dengan kebiasaan ibu
mengkonsumsi alkohol, merokok, mengkonsumsi obat tertentu dan penyakit selama
kehamilan. Riwayat persalinan meliputi cara lahir, perawatan setelah lahir, komplikasi
yang timbul seperti sepsis, meningitis atau penyakit lain yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan anak.1,6
Riwayat diet harus menjelaskan sedetail mungkin apa yang dimakan atau diminum
bayi/anak selama 24 jam, bagaimana cara menyiapkan makanan, jenis makanan, volume
makanan, frekwensi makan, dan sebagainya untuk menilai apakah anak mendapatkan
asupan energy yang ade kuat. Jika sulit mendapatkan riwayat diet ini, maka dapat dilakukan
three day food diary yang diperoleh dari anamnesis selama 3 hari. Berdasarkan cara ini
dapat dinilai jumlah dan kualitas asupan nutrisi.riwayat pemberian makan juga
menjelaskan jadwal makan, siapa yang memberi makan dan cara pemberian makan.
Riwayat medis sebelum dan saat ini meliputi riwayat kelahiran, penyakit akut dan kronik
yang diderita, riwayat perawatan di rumah sakit, pola defikasi, gejala saluran cerna seperti
muntah, refluks dan sebagainya.3,6
Riwayat sosial meliputi jumlah anggota keluarga, siapa yang merawat anak, kondisi social
ekonomi, kebiasaan orang tua seperti minum alcohol dan sebagainya. Riwayat keluarga
meliputi apakah ada keluarga yang mengalami keadaan serupa. Penyakit mental dan lain
sebagainya.1,3,6
2. Pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan fisik menyeluruh sangat diperlukan dengan tujuan:1
a. Menemukan gangguan/bentuk dismorfik dengan kemungkinan faktor genetik sebagai
penyebab gangguan pertumbuhan.
b. Menemukan penyakit dasar yang mempengaruhi pertumbuhan
c. Melihat tanda-tanda adanya kekerasan pada anak.
d. Menilai berat badan anak dan efek yang ditimbulkan akibat malnutrisi.
Pengukuran antropometri seperti berat badan, tinggi badan dan lingkaran kepala harus
dilakukan dengan memplotnya pada kurva pertumbuhan karena kriteria diagnosis gagal
tumbuh berdasarkan grafik pertumbuhan, walaupun pengukuran berat badan saja masih
merupakan alat diagnostik untuk menilai gagal tumbuh pada anak.12
Tanda vital biasanya dalam batas normal, pencatatan tekanan darah, pernafasan, tekanan
nadi saturasi oksigen dalam beberapa kondisi klinis tertentu. Kelainan structural atau
anatomi yang dapat mengganggu pemberian makan harus diperiksa, anak dengan celah
pada bibir dan palatumnya mempunyai risiko yang lebih tinggi untuk terjadi gagal tumbuh,
begitu juga kelainan anatomi ringan seperti adanya caries dentis, abses rongga mulut,
pembesaran tonsil dan adenoid dapat mempengaruhi intake makanan.4 Beberapa keadaan
dapat ditemukan pada anak dengan gagal tumbuh antara lain edema, kurus, hepatomegali,
perubahan pada kulit, warna rambut, perubahan status mental dan tanda-tanda defisiensi
vitamin.4,6
3. Interaksi anak dengan orang tua
Gagal tumbuh dapat melibatkan faktor psikososial meliputi hubungan antara orang tua dan
anak. Dengan memperhatikan interaksi keduanya terutama waktu makan, mungkin dapat
memberikan informasi tentang etiologi gagal tumbuh. Disini akan terlihat kemampuan
orangtua menangkap isyarat dari anak, respon anak, cara orangtua bersikap terhadap
anaknya, sehingga akan didapat gambaran hubungan orangtua dengan dan anak yang akan
menjadi kunci untuk memulai intervensi.6
Interaksi orangtua dengan anaknya dapat juga diperoleh melalui wawancara dan
pengamatan langsung serta melalui tenaga kesehatan masyarakat yang berhubungan
dengan keluarga tersebut.4 Adanya faktor psikososial dalam hal ini memerlukan
pemeriksaan lebih lanjut termasuk kondisi ekonomi keluarga, hubungan social
kemasyarakatan dan pemeriksaan kesehatan mental. Kadang beberapa kasus diperlukan
konsultasi dengan psikolog, pekerja social dan bahkan psikiater. Adanya tanda kekerasan
pada anak jelas akan memerlukan perhatian lebih, bahkan dapat melibatkan pelayanan
perlindungan anak.6 Cara atau sikap ibu dalam memberikan makan yang tidak baik pada
anak juga merupakan faktor risiko untuk terjadinya gagal tumbuh.11,13
4. Kurva pertumbuhan
Kurva pertumbuhan merupakan alat pemeriksaan yang sangat penting dalam menilai anak
gagal tumbuh. Memproyeksikan berat badan, panjang/tinggi badan dan lingkaran kepala
secara serial akan memperlihatkan perubahan yang dinamis terhadap ketiga ukuran
tersebut. Pertumbuhan yang normal akan mengikuti kurva persentil sesuai yang
diharapkan. Dengan memperhatikan kurva pertumbuhan akan dapat diamati dengan tepat
kapan terjadi gangguan pertumbuhan.2,6 Kriteria diagnostik gagal tumbuh10,11
a. Berat badan <75% dari median berat badan sesuai umur kronologik (kriteria Gomez)
atau;
b. Berat badan <80% dari berat badan menurut tinggi (kriteria Waterlow) atau ;
c. BMI umur kronologi < persentil 5 atau;
d. Berat menurut umur kronologi < persentil 5 atau;
e. Tinggi menurut umur kronologi < persentil 5 atau;
f. Penurunan berat badan menyeberangi lebih dari 2 garis persentil mayor.
Dari semua kriteria diatas belum ada kesepakatan para ahli mana yang ideal untuk menilai
gagal tumbuh. Penelitian yang dilakukan oleh Olsen dan kawan kawan menyimpulkan
tidak ada satu kriteria yang ideal untuk menilai gagal tumbuh.11
Gambar 1. Contoh grafik anak dengan gagal tumbuh karena pemberian makan yang salah dan
penyakit celiac 2
Gambar 2. Contoh grafik anak gagal tumbuh anorganik
5. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan ditentukan berdasarkan hasil temuan dari
anamnesis dan pemeriksaan fisik. Tidak ada pemeriksaan laboratorium khusus untuk
semua anak dengan gagal tumbuh, karena banyak anak dengan gagal tumbuh tidak
mempunyai kelainan laboratorium.1,6 Pemeriksaan labor yang dilakukan pada anak dengan
gagal tumbuh untuk skrining awal meliputi darah tepi lengkap, urinalisis, kultur urin,
elektrolit, ureum kreatinin, kalsium, faal hepar, termasuk albumin dan globulin.6
Pemeriksaan lain dilakukan atas indikasi seperti skrining untuk HIV, uji fungsi tiroid,
imunoglobuln, uji mantoux, rontgen foto, bone age dan lain-lain.6
6. Penilaian perkembangan
Penilaian perkembangan juga seharusnya dilakukan untuk deteksi dini keterlambatan
perkembangan pada anak gagal tumbuh. Penelitian dari Case Western Reserve, terhadap
anak dengan gagal tumbuh didapatkan rata-rata IQ 85,4 + 15, 11,5% mempunyai beberapa
keterlambatan perkembangan dan 18% mempunyai nilai sekolah yang rendah.4
a. Mengamati kebiasan makan anak dan hubungan orang tua dan anak
b. Melihat apakah berat badan anak dapat kembali normal bila mendapatkan asupan yang
cukup atau dijauhkan dari keluarga.
c. Memutuskan pemeriksaan penunjang yang diperlukan sesuai indikasi
Gambar 4. Alur management gagal tumbuh13
2.7. Prognosis
Anak dengan gagal tumbuh berisiko untuk terjadinya perawatan pendek, gangguan tingkah
laku, keterlambatan perkembangan dan gangguan kognitif atau intelegenscia quotion yang
rendamakin kecil terjadinya gagal tumbuh semakin besar kemungkinan timbulnya risiko.
Untuk mencegah hal tersebut, dipewrlukan pengenalan yan lebih awal dan tata laksana
sedini mungkin. Sehingga diharapkan dapat outcome yang lebih baik.1,6
BAB III
KESIMPULAN
Konsensus tentang definisi gagal tumbuh belum ada. Gagal tumbuh bisa
disebabkan oleh penyebab organik dan non organik arau kombinasi keduanya. Dalam
menilai anak dengan gagal tumbuh diperlukan anamnesis, pemeriksaan fisik yang teliti dan
hubungan orang tua dan anak serta pemeriksaan penunjang atas indikasi. Deteksi dan tata
laksana dini akan mempengaruhi prognosis anak dengan gagal tumbuh.