You are on page 1of 46

BAB III

TINJAUAN KASUS

Nama pasien Nn. P, usia 21 tahun, pasien terserang penyakit kanker tulang. Tepat tahun
lalu pasien menjalani operasi untuk menghilangkan kanker yang ada di tangan kanan pasien,
yang berbentuk benjolan besar, berdiameter lebih dari 5 cm. Awalnya pasien dan keluarga tidak
begitu mempedulikan benjolan ini, tetapi lama-kelamaan menjadi besar sekali.
Akhirnya melalui berbagai pemeriksaan pasien divonis menderita kanker tulang stadium
lanjut, bahkan saat melakukan biopsi di RSPP Jakarta dokter memperkirakan 3 bulan lagi
benjolan itu akan pecah dan menyebar keseluruh tubuh. Tidak ada gejala yang berarti hanya
benjolan yang membesar, dan badan menjadi lebih lemas, itu pun pasien baru menyadari saat
dokter yang memeriksa memberitahukan gejalanya. Selama ini pasien tidak mempermasalahkan
tubuhnya yang cepat lemas, karena sebagai remaja seusia pasien, terbiasa untuk tidak banyak
menyantap makanan, karena ingin kurus.
Tetapi memang sebelum dilakukan pemeriksaan hampir setiap sore pasien demam.
Setelah itu tindakan yang dapat dilakukan di hanyalah memotong bagian benjol tadi dan
menggantinya dengan tulang bagian lain dari tubuhnya, seperti kaki misalnya, itu berarti tubuh
pasien mengalami cacat nantinya. Tetapi pasien memilih tindakan lain yaitu, mencangkok tulang.
Sehingga pasien bisa terhindar dari cacat, tulang pasien yang terkena kanker dipotong, lalu
diganti dengan tulang dari mayat dan ditempelkan pen untuk menyangganya.
Proses penyembuhannya relatif cepat, dan tidak ada larangan yang berarti, hanya tidak
boleh mengangkat beban berat dengan tangan kanan, karena belum menyambung dengan tulang
asli. Sekarang pasien hanya tinggal menjalani kemoterapi selama 6 kali dalam 6 bulan, Masa-
masa kemoterapi tersebut menurut pasien lebih berat ketimbang masa operasi, karena pada saat
ini emosi dan jiwanya menjadi sangat labil.
BAB IV
PEMBAHASAN

Pengkajian tanggal 4 MaRET 2010 jam 09.00 WIB


Ruangan : Graha Amerta Kamar 408
Tgl MRS : 1 maRET 2010

Identitas
Nama : Nn. P
Umur : 21 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Mahasiswa
Pendidikan : Perguruan Tinggi
Alamat : Jl. Mayjen Sungkono No. 2 Surabaya

Alasan dirawat:
Kemoterapi untuk post opp osteosarkoma

Keluhan Utama sebelumnya :


Nyeri sedang pada bagian post opp.
P : Nyeri tanpa nyeri panas
Q : timbul kadang-kadang, biasanya setelah melakukan aktivitas
R : di tangan kanan bekas post opp
S : nyeri sedang
: nyeri sekali : bila tangan dipakai unuk mengangkat benda yang agak berat.
nyeri hilang saat dipakai istirahat

Upaya yang telah dilakukan :


Minum obat anti nyeri (Antipiretik)
Terapi/operasi yang pernah dilakukan :
Operasi cangkok tulang

Riwayat Keperawatan
II.1 Riwayat Penyakit sebelumnya :
Pasien mempunyai penyakit osteosarkoma yang muncul sejak umur 19 tahun.
II.2 Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien mengeluh nyeri di ekstremitas kanan (tangan kanan yang dipasang pen dan cangkokan
tulang), kulit di sekitarnya kemerahan, bengkak dan terasa hangat.
II.3 Riwayat Kesehatan Keluarga :
Dari keluarga ayah ada yang menderita penyakit kanker tulang.
Genogram
Keterangan

= Laki – laki
= Pasien

= Perempuan
= Tinggal dalam satu rumah
II.4 Riwayat Kesehatan lainnya :
Pasien tidak pernah menderita penyakit lain sebelumnya.

II.5 Aktivitas hidup sehari-hari


Aktivitas Sehari-Hari Sebelum Sakit Di Rumah Sakit
Makan dan minum Makan 3 kali sehari, nasi, Tidak mau makan, habis
sayur dan ikan, buah seperempat porsi, dengan
kadang-kadang. cara disuap oleh ibunya.
Minum air putih, sehari
1500-2000 cc.

Eliminasi BAK lancar 3-5 kali BAK dengan dengan


sehari, warna kuning bantuan. BAK berwarna
jernih, jumlah 1500-2000 jernih, tidak ada distensi
cc / hari. kantung kemih dan tidak
ada keluhan sakit
pinggang.
BAB setiap hari BAB dengan bantuan.
konsistensi padat.

Istirahat dan tidur Tidak pernah tidur siang Tidak bisa tidur siang,
tidur malam sering
terbangun

Aktivitas Sebagai mahasiswa, jam Ditempat tidur


05.00 pagi mulai
beraktivias.

Kebersihan diri Mandi dan gosok gigi 2 Mandi 2 kali sehari diseka
kali sehari, mencuci ibunya, tidak gosok gigi
rambut 2 kali seminggu,
memotong kuku bila sudah
panjang, tidak ada jadwal
khusus, ganti baju setiap
sore.

Rekreasi Bila ada waktu senggang Sejak masuk RS pasien


menonton TV, main ke tidak pernah kemana-
rumah tetangganya, tidak mana.
pernah ketempat rekreasi.

Pemeriksaan Fisik :
- Keadaan umum :
KU lemah, pasien pucat.
- Tanda Vital :
Suhu axilla 37ºC, Nadi 80 x/menit, Tensi 110/80 mmHg, RR 18x/menit.

Pengkajian Sistem :
IV.1 Sistem Pernafasan :
Hidung bersih, bentuk dada simetris, tidak ditemukan tarikan otot bantu pernafasan saat
bernafas, suara nafas vesikuler.

IV.2 Sistem Cardiovaskuler :


Suara jantung S1 S2, perkusi nomal, CRT kembali dalam < 3 detik. Tensi : 110/80 mmHg, Nadi
: 80x/menit, Suhu 37,º C. Tangan kiri terpasang infus Kemoterapi 20 tetes permenit.

IV.3 Sistem Persyarafan :


- Kesadaran Composmentis, GCS : E 4 V 5 M 6 dengan total nilai 15.
- Kepala dan Wajah :
Mata : Konjungtiva pucat, Sklera : Warna putih terdapat gambaran tipis pembuluh darah.
Leher : tidak ditemukan pembesaran/bendungan vena jugularis.

- Persepsi Sensori :
Pasien mampu mendengar suara berbisik, mampu membedakan rasa manis, asin dan pahit,
penglihatan sampai tak terhingga, ambang rasa raba terhadap hangat, dingin dan raba masih
mampu membedakan.

IV.4 Sistem Perkemihan :


Bak tanpa alat bantu jumlah ± 1500-2000 cc perhari, tidak ada keluhan.

IV.5 Sistem Pencernaan :


- Mulut dan tenggorok :
tidak ditemukan stomatitis maupun aptea, tidak ada caries, tonsil/ovula warna merah muda tidak
ada oedema.
- Abdomen :
Tidak asites.
- Rectum :
Bersih, tidak ditemukan haemorrhoid.
Sebelum sakit BAB tiap hari konsistensi padat, selama dirawat di rumah sakit BAB tiap pagi
dengan bantuan.
IV.6 Sistem Tulang Otot – Integumen
Kemampuan pergerakan sendi tangan terbatas, terutama ekstremitas atas sebelah kanan relatif
jarang digerakkan dengan bebas karena nyeri, tangan kiri terpasang infus kemoterapi 20 tetes /
menit menetes, CRT dan turgor kulit kembali dalam detik pertama. Akral hangat.

IV.7 Sistem Endokrin :


Pasien mengatakan pertumbuhan dan perkembangan fisiknya berjalan sebagaimana orang
lainnya. Tidak mempunyai keluhan yang berkaitan dengan hormonal.

IV.8 Sosial / Interaksi :


Pasien mendapat dukungan aktif dari keluarga, reaksi saat interaksi kooperatif. Pasien
mengatakan masih ingin menjadi seseorang yang produktif secara sosial. Pasien membutuhkan
sistem dukungan untuk membantunya mengatasi kondisi ini.
Pasien sering mengalami kehilangan kontrol ketika diagnosis keganasan ditentukan. Pasien
cemas dan takut akan hasil penyakinya. Koping terhadapnya meupakan tantangan berat. Pasien
mengalami proses berduka, awalnya mereka menolak. Pasien tidak melakukan perilaku
maladaptif, yang mengindikasikan mekanisme koping inefektif.
IV.9 Spiritual :
Pasien mengatakan bahwa sakit yang dialami adalah ujian dari sang pencipta, dan ia bersama
keluarganya hanya berusaha dan Tuhan yang menyembuhkan. Selama sakit pasien tidak berhenti
berdo’a untuk kesembuhannya.

Pemeriksaan Penunjang :
Laboratorium
- HB : 10 (11-12g/dl)
- Leukosit : 13 Ribu/ul (5,0-10,0 Ribu/ul)
- Trombosit : 203 Ribu/ul (150-400 Ribu/ul)
- Kalium Serum : 5,7 ( 3,8 – 5,5 )
- Natrium : 129 ( 136-144 )
- Clorida : 100 ( 97 – 113 )
- Kreatinin Serum : 0,89 ( kurang 1,2 )
- BUN : 11,7 ( 10 – 20 )
- Bilirubin terikat : 0,08 ( kurang 0,05 )
- SGOT : 40 ( kurang 29 )
- SGPT : 56,2
- Albumin : 2,82 ( 3,2 – 4,5 )
- LED meningkat
- serum alkalin fosfatase (ALP) meningkat
Terapi :
- penatalaksanaan medis : adriamycin (doksorubisin) dosis tinggi 20 tetes / menit, parasetamol 4
-- 6 dd. 500 mg.
- Diit : Tinggi Kalori Tinggi Protein (tidak ada pantangan).
- Obat Post Op : Cefazolin 3 x 1 gram, ketorolac 3 x 30 mg, ranitidin 2 x 50 mg.

ANALISA DATA
Pengelompokan data Kemungkinan penyebab Masalah
S : Pasien mengatakan nyeri Luka post opp cangkok Nyeri
pada tangan kanan, tulang
bertambah hebat bila ↓
bergerak proses inflamasi (rubor,
O : Gelisah, kadang kalor, dolor, fungsiolaesa)
merintih, ekspresi wajah
px yang lemah, daerah
sekitar luka kemerahan
S : Pasien mengatakan Intake Makanan berkurang Gangguan eliminasi alvi
sulit BAB, pasien idak ↓
nafsu makan. imobilisasi
O : Pasien tidak ↓

menghabiskan Gangguan eliminasi alvi

makanannya.
S : Pasien mengatakan takut Diagnosa medis Kanker Berduka antisipatorik
dengan penyakit yang tulang
diderita. ↓
O : Pasien terlihat cemas dan perubahan citra diri
ketakutan, minta ↓

informasi. kemungkinan kematian



Berduka antisipatorik
S : Pasien mengatakan mual efek kemoterapi Gangguan citra tubuh
muntah. ↓
O : Keadaan umum pasien Gangguan citra tubuh
lemah.

Rumusan Diagnosa Keperawatan :


1. Nyeri berhubungan dengan luka post opp cangkok tulang.
2. Gangguan eliminasi alvi berhubungan dengan imobilisasi.
3. Berduka antisipatorik berhubungan dengan perubahan citra diri atau kemungkinan kematian.
4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan efek kemoterapi, radiasi, atau pembedahan.
Intervensi
Rencana Keperawatan
Diagnosa
Tujuan dan
Keperawatan Intervensi Rasional
Kriteria Hasil
- Pasien mengatakan Mandiri
keluhan nyeri a. Kaji status nyeri (lokasi,a. Derajat nyeri secara langsung b.d. luasnya
1. Nyeri
berkurang atau frekuensi, durasi, dan inflamasi. Memberikan data dasar untuk m
berhubu-ngan
hilang. (1-3 hari) intensitas nyeri). intervensi yang diberikan.
dengan luka
- Pasien rileks, b. Peninggian frekuensi jantung dapat menunjuk
post opp
mampu istirahat respon terhadap demam dan proses inflamasi
cangkok
dengan tenang. (3 b. Pantau tanda vital dan catatc. Tanda/ gejala ini menunjukkan adanya emboli pa
tulang.
hari) peninggian suhu.
d. Meningkatkan relaksasi klien.
KH :
c. Selidiki laporan nyeri dada
e. meningkatkan relaksasi yang dapat menurunkan r
- Mengikuti aturan
tiba-tiba/ tajam, disertai
farmakologi yang
dengan dyspnea, takikardi
ditentukan.
dan ketakutan.
-
d. Berikan lingkungan
Mendemontrasikan
yang nyaman, dan aktivitas- Mengurangi nyeri dan menurunkan ketegangan ot
penggunaan
hiburan (misalnya : musik,- Menurunkan demam dan inflamasi. Resiko perda
keterampilan
televisi). adanya penggunaan obat yang mempengaruhi fun
relaksasi dan
e. Ajarkan teknik manajemen- Penyebab vasodilatasi, yang meningkatkan sirkula
aktifitas hiburan
nyeri seperti teknik relaksasi
sesuai indikasi
napas dalam, visualisasi, dan
situasi individu.
bimbingan imajinasi.

Kolaborasi
a. Berikan obat sesuai indikasi :
- Analgesik (narkotik/ non
narkotik).
- Antipiretik, contoh
asetaminofen.

- Lakukan kompres panas pada


ekstremitas, sesuai indikasi.
2. Gangguan Tujuan : pasien Mandiri
eliminasi alvi bisa BAB dengan a. Anjurkan pasien untuk a. Meningkatkan metabolisme dalam tubuh.
berhubungan lancar ambulasi. b. Makanan berserat akan membantu proses pencern
dengan b. Anjurkan pasien untuk c. Air dapat membantu proses pencernaan, melunak
imobilisasi. makan banyak dan berserat.

c. Minum air putih yang


banyak.
3. Berduka Tujuan : Mandiri
antisipatorik Pasien akana. Motivasi pasien dan keluarga a. memberikan kesempatan pada pasien untuk m
berhubungan melalui proses untuk mengungkapkan kesalahan konsep tentang diagnosis.
dengan berduka dengan perasaan. b. membina hubungan saling percaya dan membant
perubahan baik dan menerima dengan kondisi apa adanya.
citra diri atau prognosisnya. b. Berikan lingkungan yang
kemungkinan nyaman dimana pasien dan c. memberikan keyakinan bahwa pasien tidak sendi
kematian. keluarga merasa aman untuk d. dapat menurunkan ansietas dan memungkinkan
KH : mendiskusikan perasaan atau pilihan sesuai realita
- Pasien tampak menolak untuk berbicara. e. Hal tersebut penting bagi keberhasilan penatalaks
rileks c. Pertahankan kontak sering
- Melaporkan dengan pasien dan bicara
berkurangnya dengan menyentuh pasien.
ansietas. d. Berikan informasi akurat,
- Mengungkapkan konsisten mengenai
perasaan mengenai prognosis.
perubahan yang
terjadi pada diri e. Memfasilitasi komunikasi
klien
4. Gangguan Tujuan : a. membantu dalam memastikan masalah untu
a. Diskusikan dengan
citra tubuh mengungkapan masalah.
orang terdekat pengaruh
berhubungan perubahan
diagnosis dan pengobatan
dengan efek pemahaman dalam
terhadap kehidupan pribadi
kemoterapi, gaya hidup tentang b. membantu dalam pemecahan masalah
pasien dan keluarga.
radiasi, atau tubuh, perasaan
pembedahan. tidak berdaya,
b. Motivasi pasien dan
putus asa dan tidak c. menunjukkan rasa empati dan menjaga hubung
keluarga untuk
mampu. dan keluarga.
mengungkapkan perasaan
d. untuk memperbarui sel-sel tubuh.
tentang efek kanker atau
KH :
pengobatan.
Mulai
c. Pertahankan kontak mata
mengembangkan
selama interaksi dengan
mekanisme koping
pasien dan keluarga dan
untuk menghadapi
bicara dengan menyentuh
masalah secara
pasien
efektif.
d. Anjurkan pasien untuk
minum jus apel.
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Seoran anak berumur 15 tahun memiliki tumor yang menyakitkan pada tulang keringnya, dekat
lutut. Hasil pemeriksaan biopsi menunjukkan adanya “sel-sel raksasa” pada lesi. Dan itu tumor
itu terus bertumbuh, dan terasa sakit/nyeri, adanya massa, dan atrofi kaki yang substansial.
 Pemeriksaan radiologi
Munculnya lesi sklerotik dan granular di posterior dan lateral tibia plateau, hanya dibawah
permukaan sendi, dengan beberapa pembesaran pada tulang. Terdapat sayatan yang sembuh,
tanpa tanda infeksi, tapi sangat lunak/lembek di sentuh.
 Hasil laboratorium
Tidak tersedia
 Diagnosa banding
Chondroblastoma, osteosarcoma
 Opsi pengobatan
Berdasarkan anggapan diagnosis,

Berdasarkan kasus diatas, anak tersebut menderita kanker tulang jenis osteosarcoma,
dikarenakan osteosarcoma cenderung mempengaruhi akhir dan atas tibia, dan berdasarkan kasus
menunjukkan 60% osteosarcoma terjadi disekitaran lutut, 15% sekitar pinggul, 10% paha, dan
8% di rahang.
Sedangkan Tempat-tempat yang paling sering ditumbuhi tumor ini adalah : pelvis, femur, tulang
iga, gelang bahu dan tulang-tulang kraniofasial.
BAB 4
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
Tanggal pengkajian : 17 Desember 2014
Masuk RS : 15 Desember 2014
Ruang : mawar
Jam : 09.15
No. Rekam medis : 120341
1. IDENTITAS KLIEN
NAMA : JOKOWI DUHA
Umur : 15 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Agama : kristen
Pendidikan : SMA
Alamat : jl. Kuda terbang no. 89
Suku/bangsa : WNI
PENANGGUNG JAWAB KLIEN
Nama : Jusuf kala
Umur : 54 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Pekerjaan : wirausaha
Hubungan denga pasien : Anak
Alamat : jl. Kuda terbang no. 89

2. PEMERIKSAAN FISIK
 Nyeri tekan / nyeri lokal pada tulang kering dekat lutut
 Pada palpasi teraba massa pada derah tibia dekat lutut
 peningkatan suhu kulit di atas massa serta adanya pelebaran vena
 Pembengkakan pada atau di atas tulang atau persendian serta pergerakan yang terbatas
3. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan radiologi
Munculnya lesi sklerotik dan granular di posterior dan lateral tibia plateau, hanya dibawah
permukaan sendi, dengan beberapa pembesaran pada tulang. Terdapat sayatan yang sembuh,
tanpa tanda infeksi, tapi sangat lunak/lembek di sentuh.
 Hasil laboratorium
Tidak tersedia

4. ANALISA DATA
SIGN/SYMPTOM ETIOLOGI PROBLEM

DS -adanya agen cedera biologi Nyeri akut


-Pasien merasa nyeri pada tulang
kering dekat lutut
DO
-adanya nyeri tekan pada tibia dekat
lutut
-keletiihan
- adanya massa

DS Status hipermetabolik berkenaan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


-pasien merasa takut akan dengan kanker
penyakitnya yang semakin
memburuk sehingga tidak
memikirkan hal lain termasuk
makan
DO
-cemas
-kurang pengetahuan
DS rasa takut tentang ketidak tahuan, koping tidak efektif
- pasien mengatakan sangat takut persepsi tentang proses penyakit,
jika penyakitnya berpengaruh dan sistem pendukung yang tidak
terhadap masa depannya adekuat
DO
-lemah
-kehilangan alat gerak
-mobilisasi terbatas
DS Hilangnya bagian tubuh atau Gangguan harga diri
-pasien merasa tidak percaya diri perubahan kinerja peran
akan kondisinya saat ini
DO
-hilangnya fungsi alat gerak
-mobilisasi yang terbatas
DS Adanya kemungkinan kehilangan Berduka
- alat gerak
DO
-raut wajah bersedih

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasarkan analisa data diatas, dapat disimpulkan bahwa yang menjadi dianosa keperawatan
adalah:
 Nyeri akut b/d cedera agen biologi
 Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d Status hipermetabolik berkenaan dengan kanker
 Koping tidak efektif berhubungan dengan rasa takut tentang ketidak tahuan, persepsi tentang
proses penyakit, dan sistem pendukung tidak adekuat
 Gangguan harga diri karena hilangnya bagian tubuh atau perubahan kinerja peran
 Berduka berhubungan dengan kemungkinan kehilangan alat gerak

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

Dx 1
Tujuan: klien mengalami pengurangan nyeri
Intervensi :
•Kaji status nyeri ( lokasi, frekuensi, durasi, dan intensitas nyeri )
R/ memberikan data dasar untuk menentukan dan mengevaluasi intervensi yang diberikan.
•Berikan lingkungan yang nyaman, dan aktivitas hiburan ( misalnya : musik, televisi )
R/ meningkatkan relaksasi klien.
•Ajarkan teknik manajemen nyeri seperti teknik relaksasi napas dalam, visualisasi, dan
bimbingan
imajinasi.
R/ meningkatkan relaksasi yang dapat menurunkan rasa nyeri klien
Kolaborasi :
•Berikan analgesik sesuai kebutuhan untuk nyeri.
R/ mengurangi nyeri dan spasme otot

Dx 2
Tujuan : Mendemonstrasikan penggunaan mekanisme koping efektif dan partisipasi aktif dalam
aturan
Pengobatan
Intervensi :
•Motivasi pasien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan.
R/ memberikan kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan rasa takut serta kesalahan
konsep
tentang diagnosis
•Berikan lingkungan yang nyaman dimana pasien dan keluarga merasa aman untuk
mendiskusikan
perasaan atau menolak untuk berbicara.
R/ membina hubungan saling percaya dan membantu pasien untuk merasa diterima dengan
kondisi apa
adanya
•Pertahankan kontak sering dengan pasien dan bicara dengan menyentuh pasien.
R/ memberikan keyakinan bahwa pasien tidak sendiri atau ditolak.
•Berikan informasi akurat, konsisten mengenai prognosis.
R/ dapat menurunkan ansietas dan memungkinkan pasien membuat keputusan atau pilihan sesuai
realita

Dx 3
Tujuan : mengalami peningkatan asupan nutrisi yang adekuat
Intervensi :
•Catat asupan makanan setiap hari
R/ mengidentifikasi kekuatan atau defisiensi nutrisi.
•Ukur tinggi, berat badan, ketebalan kulit trisep setiap hari.
R/ mengidentifikasi keadaan malnutrisi protein kalori khususnya bila berat badan dan
pengukuran
antropometrik kurang dari normal
•Berikan diet TKTP dan asupan cairan adekuat.
R/ memenuhi kebutuhan metabolik jaringan. Asupan cairan adekuat untuk menghilangkan
produk sisa.
Kolaborasi :
•Pantau hasil pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi.
R/ membantu mengidentifikasi derajat malnutrisi
(Doenges, 1999)
Dx 4
Tujuan : mengungkapan perubahan pemahaman dalam gaya hidup tentang tubuh, perasaan tidak
berdaya, putus asa dan tidak mampu.

Intervensi :
•Diskusikan dengan orang terdekat pengaruh diagnosis dan pengobatan terhadap kehidupan
pribadi
pasien dan keluarga.
R/ membantu dalam memastikan masalah untuk memulai proses pemecahan masalah.
•Motivasi pasien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan tentang efek kanker atau
pengobatan.
R/ membantu dalam pemecahan masalah
•Pertahankan kontak mata selama interaksi dengan pasien dan keluarga dan bicara dengan
menyentuh
pasien
R/ menunjukkan rasa empati dan menjaga hubungan saling percaya dengan pasien dan keluarga.
(Doenges, 1999)
Dx. 5
Tujuan : Keluarga dan klien siap menghadapi kemungkinan kehilangan anggota gerak.
Intervensi :
•Lakukan pendekatan langsung dengan klien.
R/ meningkatkan rasa percaya dengan klien.
•Diskusikan kurangnya alternatif pengobatan.
R/ memberikan dukungan moril kepada klien untuk menerima pembedahan.
•Ajarkan penggunaan alat bantu seperti kursi roda atau kruk sesegera mungkin sesuai dengan
kemampuan pasien.
R/ membantu dalam melakukan mobilitas dan meningkatkan kemandirian pasien.
•Motivasi dan libatkan pasien dalam aktifitas bermain
R/ secara tidak langgsung memberikan latihan mobilisasi

D. EVALUASI
1. Pasien mampu mengontrol nyeri
a. Melakukan teknik manajemen nyeri,
b. Patuh dalam pemakaian obat yang diresepkan.
c. Tidak mengalami nyeri atau mengalami pengurangan nyeri saat istirahat, selama menjalankan
aktifitas hidup sehari-hari
2. Memperlihatkan pola penyelesaian masalah yang efektif.
a. Mengemukakan perasaanya dengan kata-kata
b. Mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki pasien
c. Keluarga mampu membuat keputusan tentang pengobatan pasien
3. Masukan nutrisi yang adekuat
a. Mengalami peningkatan berat badan
b. Menghabiskan makanan satu porsi setiap makan
c. Tidak ada tanda – tanda kekurangan nutrisi
4. Memperlihatkan konsep diri yang positif
a. Memperlihatkan kepercayaan diri pada kemampuan yang dimiliki pasien
b. Memperlihatkan penerimaan perubahan citra diri
5. Klien dan keluarga siap intuk menghadapi kemungkinan amputasi

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Tn.”R” DENGAN TUMOR REGIO CAPITIS DI DAERAH CAPITIS
POSTERIOR DEXTRA DIRUANGAN INTALASI RAWAT BEDAH RSUD KAYU AGUNG
2014
Tanggal / jam pengkajian : 16.00 / 04 maret 2014
Tanggal / jam masuk rumah sakit : 15.45 / 04 maret 2014
INDENTITAS
Pasien penanggung jawab
Nama : Tn.R Nama : Ny.TB
Umur : 28 Th Umur : 25 Th
Pekerjaan : pemasangan tenda Jenis kelamin : perempuan
Status pernikahan : kawin Alamat : tanjung raja
Alamat : tanjung raja
Dx medis : tumor regio capitis
PENGKAJIAN
- Alasan utama datang ke RS : adanya benjolan di kepala bagian belakang sebelah kanan.
- Riwayat penyakit saat ini : Tn.R mengatakan ada benjolan di kepala bagian belakang sebelah
kanan, nyeri nyut-nyutan di bagian benjolan skala 2, datang secara tiba-tiba dan hilang timbul.
- Keluhan utama (saat pengkajian) : Tn. R mengatakan benjolan dan nyeri kepala bagian belakang
sebelah kanan.
- Riwayat kesehatan lalu : Tn.R mengatakan benjolan sudah ada 6 bulan yang lalu, tapi belum perna
datang ke rumah sakit untuk di periksa.
- Riwayat kesehatan keluarga : Tn.R mengatakan tidak ada keluarga menderita penyakit yang sama
maupun penyakit yang lain.
- Riwayat pengobatan dan alergi : Tn.R mengatakan tidak ada alergi terhadap obat apapun.

PENGKAJIAN FISIK
Status present
Tanggal
TD
N
RR
T
5 maret 2014
110/70 mmHg
80 x/m
22 x/m
35,2 oc
6 maret 2014
120/70 mmHg
80 x/m
20x/m
36 oc
7 maret 2014
120/70 mmHg
80 x/m
20 x/m
37 oc

Sakit/ nyeri : nyeri dengan skala 2


status gizi : baik
BB ideal : BB : 65 Kg, TB : 175 cm
Personal : mandi : 1x/hari
kuku : bersih
rambut : bersih
kulit : bersih
MK : Nyeri
A. Sistem Kardiovaskuler
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Denyut : 80x/m
Irama : Teratur
Bunyi Jantung : Normal
Akral : Hangat
Edema : Tidak ada
MK : tidak ada
B. Sistem saraf pusat
Kesadaran : GCS : 15, E:4 M:6 V:5
Bicara : Pasien mengatakan berbicara spontan dan lancar, mengerti xbnsxmscmscb
msbc mapa yang di bicarakan.
Status motorik : Normal
Koordinasi : Tes hidung-jari-hidung
Kekuatan otot :5
Gaya bejalan dan keseimbang : normal
Mk : tidak ada
Saraf-saraf otak
- Nervus olfaktorius (N1)
penciuman : baik, pasien masih dapat mencium bau dan daya penciuman baik.
MK : tidak ada
- Nervus optikus (N II)
visus : dapat membaca tulisan perawat.
MK : tidak ada
- Nervus oculomotorius, trachealis dan abdusen (N III,IV,VI)
tidak ada kelainan bentuk mata, bola mata simetris, gerakan bola mata lateral atas bawah, medial atas
bawah pupil bulat, pupil mata isokor Os/Od reflek cahaya saat berlangsung maupun tidak langsung baik
dan reflek pupil norma.
MK : tidak ada
- Nervus trigeminus (N V)
s Mampu mengunyah yang keras seperi buah apel dan mampu membuka mulut
s Mengigit baik
s Reflek kornea baik
s Sensorik /sensebilitas baik mampu merasakan rangsangan nyeri
MK : tidak ada
- Nervus statoakustikus / Nervus vestibula kokhlearis (N VIII)
Pendengaran
s Suara bisikan : bisa di dengar
s Suara arloji : bisa di dengar
s Tes weber : normal
s Tes rinne : normal
s Keseimbangan : dapat berdiri, dan berjalan normal
MK : tidak ada
- Nervus glosso faringeus (N IX)
s Pasien mampu berbicara secara normal
s Reflek : pasien tidak muntah dan batuk
MK : tidak ada
- Nervus vagus (N X)
Suara sama normal, reflek menelan baik, ,mampu menelan makanan, denyut jantung teratur, irama
denyut jantung kuat
MK : tidak ada
- Nervus aksesoris ( N XI)
Pasien mampu memutar kepala dan mengangkat bahunya
MK : tidak ada
- Nervus hipoglosus (N XII)
Pasien mampu menjulurkan dan menarik lidahnya kembali
MK : tidak ada
C. Sistem gastrointestinal
- Pasien mengatakan nafsu makan tidak berkurang (normal)
- Pasien dapat mengunyah makanan dengan baik, bibir pasien normal, tidak ada pecah-pecah dan
mukosa bibir berwarna merah muda.
- Pasien mampu mnegunyah dan menelan makanan dengan baik.
- Abdomen tidak ada nyeri tekan, pasien BAB 1x/hari
MK : tidak ada
D. Sistem Muskuluskletal
- Rentang gerak tidak terbatas
- Keseimbangan dan cara berjalan tegap
- Kemampuan memenuhi aktivitas sehari-hari tampah bantuan orang lain
- Gengaman tangan sama kuat
- Otot kaki kuat, akral hangat, tidak ada fraktur
MK : tidak ada
E. Sistem integumen
- Warna kulit : normal
- Turgor kulit : elastis
- Luka : habis operasi
- Kemerahan : tidak ada
MK : tidak ada
F. Sistem reproduksi
- Skrotum : normal
- Testis : normal
- Prostat : normal
MK : tidak ada
G. Sistem perkemihan
- Urine : jumlah 24 jam : 1200 cc
- Warna : kuning
- Vesika urinaria: normal
MK : tidak ada
PENGKAJIAN MASALAH PSIKOSOSIAL BUDAYA DAN SPIRITUAL
- Pasien mengatakan ikhlas dengan musibah yang dialami dan hanya bisa berserah diri berdoa
kepada Allah SWT. Pasien mengatakan setelah masalah ini teratasi dan pengobatan selesai ingin
menjaga kesehatan agar tidak terulang kembali.
MK : cemas
- Sosial
Pasien mengatakan aktifitas dan peran di masyarakat tidak ada kebiasaan yang tidak disukai dan tidak
ada masalah dengan sesama.
MK : tidak ada
- Budaya
Pasien mengatakan budaya yanga ada dilingkungan, akitivitas dalam budaya yang ada dengan cara
menyesuaian budaya dilingkungan, tidak merasa keberatan dengan budaya yang ada.
MK : tidak ada
- Spiritual
Aktivitas ibadah yang dilakukan mengerjakan sholat, mengikuti pengajian dilingkungan sekitar, pasien
mengatakan hanya bisa beriktiar dan berdoa kepada Allah SWT semua kejadian yang menimpanya.
MK : tidak ada

DATA PENUNJANG, TANGGAL PEMERIKSAAN 04 MARET 2014


Jenis pemeriksaan
Nilai normal
Hasil
Hb
L : 14-16 g/dl
14,6 g/dl
P : 12-14 g/dl
Leukosit
5000-10000 mm3

Basofil
0-1 %
7700 mm3
Eosinofil
1-3 %
0%
N. inti batang
2-6 %
0%
N. inti segmen
50-70 %
66 %
Limposit
20-40 %
30 %
Monosit
2-8 %
4%
Hematokrit
40-50 %
41 %
Trombosit
150000-400000 mm3
176000 mm3
Gol. Darah
A,B,O,AB
O

TERAPI YANG DIBERIKAN


Obat/tindakan
Golongan
Dosis
Indikasi
Kontra indikasi
Cefpirome
Sefalosporin
2x1 vial
Infeksi saluran pernapasan bagian bawah, infeksi kulit, bakterimia, ISK bagian atas dan bawah
Hipersensitifitas terhadap sepolos porin
Ranitidine
Antasida dan ulkus, antibusa
2x1 ampul
Tukak lambung, tukak duodenum, refluk esofagitis, hipersekresi pasca bedah.
-
Keterolac
Analgesic non narkotika
3x1 ampul
Penanganan jangka pendek untuk nyeri berat
Tukak peptic aktif pendarahan atau perforasi GI
IVFD
Elektrolit
GGT 20x/m
Injeksi intravena
-

ANALISA DATA
Nama pasien : Tn. R Diagnosa medis : tumor region capitis
Jenis kelamin : laki-laki No.medis record : 425998
No. Kamar Bed : 1 Hari/tanggal : selasa,04 maret 2014
No
Data
Etiologi
Masalah keperawan
1
Ds :
- Tn. R mengatakan takut karena akan dilakukan operasi
Do :
- Tn.R tampak gelisah dan tidak tenang
- TTV
TD : 110/70 mmHg
N : 80 x/m
RR : 22 x/m
T : 35,2 c
Timbul desakan ruang baik yang jinak/ganas yang timbul di otak
Tumor regio capitis
Pre operasi
Perubahan fisik
Bentuk kulit abnormal
Bentk kulit abnormal
Kurang pengetahuan dari individu
Anxietas

Anxietas
2
Ds :
- Tn.R mengatakan sakit dan nyeri di daerah luka bekas operasi
Do :
- Pasien tampak meringis dan tidak merasa nyaman dengan kondisi sekarang
- TTV
TD : 110/70 mmHg
N : 80 x/m
RR : 22 x/m
T : 35,2 c

Post operasi
Tindakan insisi dilakukan anastesi
insisi pada bagian tumor
Terputusnya kontinuitas jaringan
Aktifnya reseptor nyeri BPH
Aferen
Medula spinallis
Talamus
Kortek selebri
Eferen
Nyeri

Nyeri
3
Ds :
- Tn.R mengatakan gatal-gatal pada luka bekas operasi
Do :
- Luka Tn.R tampak kemerahan timbulnya jaringan parut fase penyembuhan
- TTV
TD : 110/70 mmHg
N : 80 x/m
RR : 22 x/m
T : 35,2 c

Post operasi
Adanya bekas operasi
Fase penyembuhan terbentuknya benang permukaan
Bentuk permukaan kulit berubah
Bercak merah
Kerusakan integritas kulit
Kerusakan integritas kulit

NURSING PLANING
Nama pasien : Tn. R Diagnosa medis : tumor region capitis
Jenis kelamin : laki-laki No.medis record : 425998
No. Kamar Bed : 1 Hari/tanggal : selasa,04 maret 2014
No
Diagnosa
Jam
Tujuan
Intervensi
Rasional
Paraf

1
Anxietas b/d dilakukan tindakan pembedaha
Ds :
Tn. R mengatakan takut karena akan dilakukan operasi
Do :
Tn.R tampak gelisah dan tidak tenang
TTV
TD : 110/70 mmHg
N : 80 x/m
RR : 22 x/m
T : 35,2 c
15.45
Diharapkan setelah dilakukan tindakan dalam 1x24 cemas berkurag.
Kriteria hasil : wajah pasien dan bisa tampak rileks dan bisa lebih tenang
1. Berikan penyuluhan terhadap pasien tenang penyakit yang dideritanya
2. Ajarkan teknik relaksasi
3. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi dan tindakan
1. Agar pasien dapat memahami penyakitnya dan penting nya tindakan operasi
2. Pasien dapat tenag dan tidak merasa cemas
3. Menyetabilkan kondisi pasien

2
Nyeri b/d putusnya kontinuitas jaringan dan luka bekas operasi
Ds :
Tn.R mengatakan sakit dan nyeri di daerah luka bekas operasi

Do :
Pasien tampak meringis dan tidak merasa nyaman dengan kondisi sekarang
TTV
TD : 110/70 mmHg
N : 80 x/m
RR : 22 x/m
T : 35,2 c
15.45
Setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri 1x24 jam dapat diatasi
Kriteria hasil:
Pasien dapat beraktivitas seperti semula
1. Kaji TTV pada klien dan skala nyeri
2. Berikan tehnik relaksasi pada pasien
3. kolaborasikan dengan tim medis dalm terapi obat

1. untuk mengetahui kondisi sekarang


2. pasien dapat melakukan teknik relaksasi agar rasa nyeri berkurang
3. Mengurangi ras nyeri setelah operasi

3
Kerusakan integritas kulit b/d adanya bentuk permukaan kuliy berubah akibat insisi
Ds :
Tn.R mengatakan gatal-gatal pada luka bekas operasi
Do :
Luka Tn.R tampak kemerahan timbulnya jaringan parut fase penyembuhan
TTV
TD : 110/70 mmHg
N : 80 x/m
RR : 22 x/m
T : 35,2 c
15.45
Setelah diberikan tindakan keperawatan 2x24 jam bentuk kulit kembali semula Kriteria hasil : agar
kondisi kulit pasien dapat kembali normal
1. Kaji TTV pasien
2. Berikan perawatn luka bekas operasi pada pasien
3. Kolaborasi dengan tim medis dalam terapi dan tindakan
1. Mengetahuan kondisi sekarang
2. Mempertahankan kondisi luka pasien tetap bersih
3. Membantu memperbaiki kulit pasien.

NURSING IMPLEMENTASI
Nama pasien : Tn. R Diagnosa medis : tumor region capitis
Jenis kelamin : laki-laki No.medis record : 425998
No. Kamar Bed : 1 Hari/tanggal : kamis 06 maret 2014
No
Diagnosa
Jam
Tindakan keperawatan
Respon
Paraf

1
Anxietas b/d dilakukan tindakan pembedaha
Ds :
Tn. R mengatakan takut karena akan dilakukan operasi
Do :
Tn.R tampak gelisah dan tidak tenang
TTV
TD : 110/70 mmHg
N : 80 x/m
RR : 22 x/m
T : 35,2 c

15.45
1. memberikan penyuluhan terhadap agar pasien tahu pentingnya tindakan operasi untuk mengangkat
tumor yang dideritanya
2. mengajarkan pasien untuk tarik napas dari hidung dan mengeluarkan lewat mulut sebagai teknik
relaksasinya
3. berkolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi dan tindakan
1. Pasien tampak mendengarkan dan mengikuti intruksi yang diberikan
2. Pasien tampak lebih nyaman setelah di lakukna teknik relaksasi
3. Pasien tampak lebih rileks dan nyamn dan tenang

2
Nyeri b/d putusnya kontinuitas jaringan dan luka bekas operasi
Ds :
Tn.R mengatakan sakit dan nyeri di daerah luka bekas operasi

Do :
Pasien tampak meringis dan tidak merasa nyaman dengan kondisi sekarang
TTV
TD : 110/70 mmHg
N : 80 x/m
RR : 22 x/m
T : 35,2 c
15.00
1. Mengkaji TTV aagr mengetahui kondisi dan keadaan pasien sekarang dan skala nyeri dengan
menyebutkan angka pada pasien kemudian pasien diminta menilai dari angka batas nyerinya
2. Menganjurkan klien melakukan teknik relaksasi dengan cara menarik napas dari hidung dan
dihembuskan melalui mulut secaar perlahan
3. berkolaborasi dengan tim medis dalam terapi obat analgetik

1. pasien mengikut pemeriksaan dengan baik dan menegrti yang dimaksud oleh perawat
2. pasien tampak rileks dan lebih tenang
3. pasien kelihatan lebih nyaman

3
Kerusakan integritas kulit b/d adanya bentuk permukaan kulit berubah akibat insisi
Ds :
Tn.R mengatakan gatal-gatal pada luka bekas operasi
Do :
Luka Tn.R tampak kemerahan timbulnya jaringan parut
TTV
TD : 110/70 mmHg
N : 80 x/m
RR : 22 x/m
T : 35,2 c
16.00
1. mengkaji TTV pasien untuk mengetahui kondisi pasien
2. Merawat ganti perban pada luka bekas operasi agar luka pasien tetap bersihan
3. berkolaborasi dengan tim medis dalam terapi dan tindakan
1. pasien tampak mngikuti pemeriksaan
2. pasien mengikuti tindakan GV dengan baik
3. pasien tampak senang dengna keadaan yang semangkin membaik

CATATAN PERKEMBANGAN
Nama pasien : Tn. R Diagnosa medis : tumor region capitis
Jenis kelamin : laki-laki No.medis record : 425998
No. Kamar Bed : 1 Hari/tanggal : Rabu 05 maret 2014
No
Diagnosa keperawatan
Jam
Perkembangan sift
TTV
1
Anxietas b/d dilakukan tindakan pembedahan
15.45
S : Pasien mengatakan merasa tenang dan mnegatakan pasrah dan iklas menghadapi operasi besok
O : pasien tampak tidak gelisah lagi dan lebih rileks
TTV
TD : 110/70 mmHg
N : 80 x/m
RR : 22 x/m
T : 35,2 c
A : masalah teratasi
P : intervensi di hentikan

CATATAN PERKEMBANGAN
Nama pasien : Tn. R Diagnosa medis : tumor region capitis
Jenis kelamin : laki-laki No.medis record : 425998
No. Kamar Bed : 1 Hari/tanggal : kamis 06 maret 2014
No
Diagnosa keperawatan
Jam
Perkembangan sift
TTV
2
Nyeri b/d terputusnya kontinuitas jaringan dan luka bekas operasi
15.00
S : pasien mengatakan sakit dan nyeri di daerah luka bekas operasi
O : pasien tampak menahan nyeri dan ekspresi wajah tamp meringis
TTV
TD : 120/70 mmHg
N : 80 x/m
RR : 20 x/m
T : 36 c
A : masalah belum teratasi
P : intervensi di lanjutkan nomor (1-3)
I:
1. Kaji TTV pada klien dan skala nyeri
2. Berikan tehnik relaksasi pada pasien
3. kolaborasikan dengan tim medis dalm terapi obat
E:
- Ds : pasien mengatakan masih terasa nyeri pada lukanya.
- Do : wajah pasien masih tampak meringis

CATATAN PERKEMBANGAN
Nama pasien : Tn. R Diagnosa medis : tumor region capitis
Jenis kelamin : laki-laki No.medis record : 425998
No. Kamar Bed : 1 Hari/tanggal : jumat 07 maret 2014
No
Diagnosa keperawatan
Jam
Perkembangan sift
TTV
2
Nyeri b/d terputusnya kontinuitas jaringan dan luka bekas operasi
09.00
S : pasien mengatakan sakit dan nyeri di daerah luka bekas operasi
O : pasien tampak menahan nyeri dan ekspresi wajah tamp meringis
TTV
TD : 120/70 mmHg
N : 80 x/m
RR : 20 x/m
T : 37 c
A : masalah belum teratasi
P : intervensi di lanjutkan nomor (3)
I :kolaborasikan dengan tim medis dalm terapi obat
E:
- Ds : pasien mengatakan sudah nyeri pada lukanya.
- Do : pasien tampak lebih nyamn dan rileks skala 0

CATATAN PERKEMBANGAN
Nama pasien : Tn. R Diagnosa medis : tumor region capitis
Jenis kelamin : laki-laki No.medis record : 425998
No. Kamar Bed : 1 Hari/tanggal : kamis 06 maret 2014
No
Diagnosa keperawatan
Jam
Perkembangan sift
TTV
2
Kerusakan integritas kulit b/d adanya bentuk permukaan kulit berubah akibat insisi
16.00
S : pasien mengatakan gatal-gatal pada luka bekas operasi
O : luka tampak kemerahan timbulnya jaringan parut
TTV
TD : 120/70 mmHg
N : 80 x/m
RR : 20 x/m
T : 36 c
A : masalah belum teratasi
P : intervensi di lanjutkan nomor (1-3)
I:
1. Kaji TTV pasien
2. Berikan perawatn luka bekas operasi pada pasien
3. Kolaborasi dengan tim medis dalam terapi dan tindakan
E:
- Ds : pasien masih sedikit gatal-gatal pada luka bekas operasinya
- Do : luka tampak berkurang kemerahan pada kulitnya dan jaringan parut mulai merata

CATATAN PERKEMBANGAN
Nama pasien : Tn. R Diagnosa medis : tumor region capitis
Jenis kelamin : laki-laki No.medis record : 425998
No. Kamar Bed : 1 Hari/tanggal : juma 07 maret 2014
No
Diagnosa keperawatan
Jam
Perkembangan sift
TTV
2
Kerusakan integritas kulit b/d adanya bentuk permukaan kulit berubah akibat insisi
09.00
S : pasien masih sedikit gatal-gatal pada luka bekas operasinya
O : luka tampak berkurang kemerahan pada kulitnya dan jaringan parut mulai merata
TTV
TD : 120/70 mmHg
N : 80 x/m
RR : 20 x/m
T : 37 c
A : masalah belum teratasi
P : intervensi di lanjutkan nomor (2-3)
I:
1. Berikan perawatn luka bekas operasi pada pasien
2. Kolaborasi dengan tim medis dalam terapi dan tindakan
E:
- Ds : pasien mengatakan rasa gatal-gatal berkurang Do : luka pasien tampak kering dan perlekatan
jaitan baik dan adanya jaringan parut fase penyembuahan

EVALUASI
Nama pasien : Tn. R Diagnosa medis : tumor region capitis
Jenis kelamin : laki-laki No.medis record : 425998
No. Kamar Bed : 1 Hari/tanggal : jumat 07 maret 2014
No
Diagnosa
Jam
Evaluasi
Paraf
1
Anxietas b/d dilakukan tindakan pembedahan
16.00
S : pasien mengatakan merasa tenang dan mengatakan pasrah dan ikhlas menghadapi operasi
O : pasien tampak tidak gelisah lagi dan lebih rileks
TTV
TD : 110/70 mmHg
N : 80 x/m
RR : 22 x/m
T : 35,2 c
A : Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan

2
Nyeri b/d terputusnya kontinuitas jaringan dan luka bekas operasi
11.00
S : pasien mengatakan sudah tidak nyeri lagi
O : pasien tampak lebih nyaman dan rileks. Skala : 0
TTV
TD : 110/70 mmHg
N : 80 x/m
RR : 22 x/m
T : 35,2 c

A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan pasien pulang, karena perintah dokter

3
Kerusakan integritas kulit b/d adanya bentuk permukaan kulit berubah akibat insisi
11.00
S : Pasien mengatakan terasa gatal-gatal sudah berkurang
O : luka pasien tampak kering dan perlekatan jaitan baik dan adanya jaringan parut fase penyembuhan
TTV
TD : 110/70 mmHg
N : 80 x/m
RR : 22 x/m
T : 35,2 c
A : Masalah sebagian teratasi
P : Intervensi dihentikan pasien pulang, karena perintah pasien

Klien bernama Tn. H (34 tahun), jenis kelamin laki-laki, status kawin, agama islam, suku jawa,
pendidikan terakhir tamat SMA, bahasa yang digunakan bahasa indonesia, belum mempunyai
pekerjaan , alamat rumah klien Bogor Jawa Barat.
Klien masuk RSUP Cipto Mangunkusumo Jakarta pada tanggal 20 oktober 2009 dengan nomor
register 4252425. Adapun keluhan utama klien saat ini adalah klien mengatakan nyeri di kaki
kiri skala nyeri 5, klien habis dilakukan post op amputasi.

Klien tidak punya alergi terhadap obat atau makanan. Klien mengatakan tidak pernah
mendapatkan kecelakaan tetapi pernah dirawat di Rumah Sakit pada tahun 2005 dilakukan biopsi
pada kaki kiri dan pada tahun 2008 dilakukan ECI dan klien dianjurkan untuk dilakukan
amputasi pada kaki kirinya.

Klien mengatakan bila mempunyai masalah, biasanya mencari istri untuk meminta bantuan
karena mereka adalah orang yang selalu dekat dengan pasien. Klien mengatakan bahwa saat ini
klien hanya berharap tentang kesembuhan penyakitnya karena ingin cepat sembuh dan pulang.
Klien mengatakan perubahan yang saya rasakan setelah sakit, badannya lemah dan tidak bisa
beraktivitas seperti biasa meskipun demikian pasien tetap menjalankan sholat 5 waktu setiap
hari.

Pola kebiasaan klien mengatakan sebelum sakit makan 3 kali sehari, napsu makan baik dan
makanan yang tidak disukai adalah pedas serta ikan tuna dan udang karena dapat membuat
alergi. Klien mengatakan sebelum sakit suka berolahraga jalan-jalan 1-2 kali seminggu. Klien
mengatakan tidak merokok, tidak minum minuman keras dan tidak menggunakan NAPZA.

Dari hasil pengkajian


pemeriksaan fisik klien mempunyai berat badan 69 Kg, sebelum sakit 73 kg, Tinggi badan 165
cm, tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 104 x/menit, frekuensi nafas 20 x/menit, suhu badan :
36,2 0 C, keadaan Umum klien sakit sedang, Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening.
Sedangkan pada sistem penglihatan posisi mata klien baik tidak ada kelainan, kelopak mata,
pergerakan bola mata, kornea, otot-otot mata dalam keadaan normal, konjungtiva merah muda,
sklera Anikterik, pupil isokor, fungsi penglihatan baik dan tidak ada tanda-tanda radang. Reaksi
terhadap cahaya positif kanan kiri. Klien tidak menggunakan kacamata dan lensa kontak, Dalam
sistem pendengaran baik daun telinga, kondisi telinga tengah dalam keadaan normal dan tidak
ada kelainan, seperti perasaan penuh di telinga, tinitus, gangguan keseimbangan, keluar cairan
dari telinga. Klien juga tidak menggunakan alat bantu pendengaran.

Sistem wicara klien dalam keadaan normal tidak ada kelainan. Pada sistem pernafasan jalan
napas klien tidak ada sumbatan sputum tidak ada sesak, tidak ada retraksi otot, frekuensi
pernapasan 20 x/ menit. Irama pernapasan teratur, jenis penafasan eupnea, batuk tidak ada, suara
napas vesikuler, tidak ada nyeri saat bernapas, tidak menggunakan alat bantu bernapas, seperti
oksigen. Pada sistem kardiovaskuler, Nadi klien 104 x/ menit, irama teratur, tekanan darah

110/780 mmHg, tidak ada distensi vena jugularis, pengisian kapileri detik, tidak ada edema
baik eksremitas bawah maupun atas, sedangkan pada sirkulasi jantung, Kecepatan denyut apikal
104 x/menit, irama teratur, tidak ada kelainan jantung, tidak ada sakit dada seperti ditusuk-tusuk
ketika beraktivitas, Sistem Hematologi :Dalam gangguan hematologi : pucat (-) dan tidak ada
perdarahan. Pada sistem saraf pusat, Klien mengatakan tidak ada keluhan sakit kepala, tingkat
kesadaran : komposmentis.skala GCS : E4M6V4, tidak ada peningkatan TIK serta gangguan
sistem persyarafan. Pemeriksaan refleks fisiologis normal dan patologis tidak ada, Sedangkan
pada sistem pencernaan, Keadaan gigi tidak terdapat karies pada gigi, tidak ada penggunaan gigi
palsu, tidak ada stomatitis, lidah tidak kotor, kelenjar saliva normal, tidak ada nyeri daerah perut,
bising usus 5 x/menit, tidak diare. Nyeri pada daerah perut tidak ada.

Sistem Endokrin

Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, napas tidak berbau keton, dan tidak ada luka gangren,
Pada sistem urogenital
Intake output tanggal 28 oktober 2009 pukul 05.00-13.00 WIB :

Intake : – oral : 300 cc / 8 jam

– parenteral Infus RD : 600 cc / 8 jam

Jumlah : 900 cc / 8 jam

output : – BAK : 500 cc / 8 jam

– IWL : 230 cc / 8 jam

Jumlah : 730 cc / 8 jam

Balance : – 170 cc

BAK berwarna jernih, tidak ada distensi kantung kemih dan tidak ada keluhan sakit pinggang.
Pada sistem integument klien, Turgor kulit baik, suhu 36,2 0C, kedaan kulit baik, ada luka insisi
operasi di daerah tibia kiri, kondisi baik tidak ada rembesan darah. Dipasang drain cairan
berwarna merah darah ± 30 cc. kelainan kulit tidak ada, tidak terjadi tanda dan gejala infeksi
(tumor, kalor, dolor dan fungsiolasea) pada daerah pemasangan infus serta keadaan tekstur
rambut dan kebersihan baik.

Pada sistem muskuloskeletal, Tidak ada kelainan sistem musculoskeletal pada klien tetapi ada
kesulitan dalam pergerakan karena luka insisi operasi, tonus otot hipotoni, kekuatan otot.

Sedangkan hasil laboratorium: Hb : 15,4 g/dl ( 13-16 g/dl), Ht : 43 % (40-48 %), Leukosit : 11
Ribu/ul (5,0-10,0 Ribu/ul), Trombosit : 203 Ribu/ul (150-400 Ribu/ul), PT : 13,5 % (10 -15 %),
APTT 33,9 % (25-35 %) dan penatalaksanaan medis : Cairan : NACL 0,9 % 500 cc : 20 tetes /
menit, Diit : Tinggi Kalori Tinggi Protein (tidak ada pantangan) ,Obat Post Op : Cefazolin 3 x 1
gram, ketorolac 3 x 30 mg, ranitidin 2 x 50 mg.

B. Diagnosa, Intervensi, Implementasi dan Evaluasi Keperawatan.

Dari data diatas penulis mengangkat tiga diagnosa keperawatan selama 3 hari dari tanggal 28 –
30 oktober 2009 adalah sebagai berikut :
 Gangguan rasa nyaman nyeri b.d luka insisi post op amputasi ditandai dengan :
Data Subjektif : Klien mengatakan nyeri pada kaki kiri bila digerakkan, Klien
mengatakan skala nyeri 5 seperti ditusuk-tusuk, Data Objektif : Ekspresi wajah klien
meringis saat kakinya digerakkan,Skala nyeri 5,Klien post op amputasi hari ke-1 atas
indikasi osteosarkoma proximal tibia, Klien tampak kesakitan saat kakinya digerakkan
atau diam, Tanda-tanda Vital TD : 110/70 mmHg, N : 104 x/menit, S : 36 O C, RR : 20 x/
menit, Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam nyeri dapat
berkurang atau terkontrol. Kriteria Hasil : Nyeri berkurang/hilang, Skala nyeri 0-1,
Klien menunjukkan sikap santai dan rileks, Klien dapat mendemonstrasikan teknik
relaksasi nafas dalam, Klien dapapt mengontrol nyeri, TTV dalam batas normal: TD :
110/70 – 120/80 mmHg, N : 60 – 80 kali / menit, RR : 16 – 20 kali / menit, S : 36,2º C –
37ºC. Rencana keperawatan : Observasi TTV setiap 8 jam, Evaluasi skala nyeri,
karakteristik dan lokasi, Atur posisi kaki kiri yang sakit (abduksi) dengan bantal, Ajarkan
teknik relaksasi nafas dalam, Kolaborasi : Berikan obat sesuai program ketorolac 3 x 30
mg. Implementasi yang telah dilakukan sejak tanggal 28 oktober 2009 sampai 30
oktober 2009: Memberikan obat ketololac 30 mg melalui vamplon, mengidentifikasi
lokasi, karakteristik skala nyeri, mendiskusikan posisi yang nyaman bagi klien, mengatur
posisi kaki kiri yang sakit (abduksi) dengan bantal, mengajarkan teknik relaksasi napas
dalam bila nyeri timbul, mengkaji skala nyeri, mengobservasi keadaan luka insisi bedah.
Evaluasi tanggal 30 desember 2008 : masalah nyeri pada bagian kaki kiri teratasi. S
: klien mengatakan sudah masih merasa nyeri skala nyeri 1, O : Klien terlhat rileks, Klien
post op amputasi hari ke-3, Keadaan balutan bersih tidak ada rembesan darah, TTV : TD
: 120/ 80 mmHg, RR : 18 x / menit, N : 88 x/ menit, S : 36 O C, Atas intruksi dokter klien
diperbolehkan pulang, tanggal 2 november 2009 diharuskann control. A : Masalah nyeri
pada bagian kaki kiri sudah teratasi, P : Hentikan intervensi dx 1
 Resiko gangguan neurovaskuler perifer b.d dampak pemasangan elastic verban
ditandai dengan :
Data Subjektif : Klien mengatakan terasa saat diraba didaerah paha sebelah kiri, Klien
mengatakan tidak rasa kesemutan pada daerah kaki kiri, Data Objektif : Klien terpasang
elastis perban pada pangkal paha kiri, Edema disekitar luka tidak ada, Capillary refill < 3
detik, Akral Hangat, Tidak ada sianosis pada daerah pemasangan elastic perban,
Kekuatan otot : , Tanda-tanda Vital : TD : 110/70 mmHg, N : 104 x/menit, S : 36,2 O C,
RR : 20 x/ menit, Tujuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam klien dapat
mempertahankan neurovaskuler perifer. Kriteria Hasil : Nadi perifer teraba, Ekstremitas
hangat, Warna kulit tidak pucat, Capillary refill < 3 detik, Edema tidak ada, Ada sensasi
(bila diraba terasa), Tidak ada kesemutan, TTV dalam batas normal :TD : 110/70 –
120/80 mmHg, N : 60 – 80 kali / menit, RR : 16 – 20 kali / menit, S : 36º C – 37ºC,
Rencana keperawatan : Observasi TTV setiap 8 jam dengan perhatikan tanda-tanda
pucat dkulit dingin,Observasi tanda-tanda gangguan neurovaskuler bandingkan
ekstremitas yang satu dengan yang lain, Pantau capillary refill, warna kulit, suhu distal
pada ekstremitas yang diamputasi, Observasi terhadap kemampuan pergerakan (fleksi,
ekstensi, hiperekstensi, oposisi), Kurangi edema dengan menggerakkan pada ekstremitas
yang edema, Ajarkan latihan isometrik mulai dari yang kaki yang sakit, Implementasi
yang telah dilakukan sejak tanggal 28 oktober 2009 sampai 30 oktober 2009:
mengobservasi TTV setiap 8 jam dengan perhatikan tanda-tanda pucat dkulit
dingin,mengobservasi tanda-tanda gangguan neurovaskuler bandingkan ekstremitas yang
satu dengan yang lain, memantau capillary refill, warna kulit, suhu distal pada
ekstremitas yang diamputasi, mengobservasi terhadap kemampuan pergerakan (fleksi,
ekstensi, hiperekstensi, oposisi), mengurangi edema dengan menggerakkan pada
ekstremitas yang edema, mengajarkan latihan isometrik mulai dari yang kaki yang sakit.
Evaluasi tanggal 30 desember 2008 : S: Klien mengatakan tidak ada kesemutan pada
kaki kiri yang terpasang elastic verban,O : – Akral hangat, Tidak ada sianosis, Capillary
refill < 3 detik, Sensasi raba ada, Kekuatan otot , Tanda-tanda Vital : TD : 120/ 80
mmHg, RR : 18 x / menit, N : 88 x/ menit, S : 36 O C, Atas intruksi dokter klien
diperbolehkan pulang, tanggal 2 november 2009 diharuskann control, A : Maslah Dx 2
tidak menjadi actual, P : Hentikan intervensi Dx 2

 Gangguan pemenuhan kebutuhan ADL b.d keterbatasan mobilisasi ditandai dengan


:
Data Subjektif : Klien mengatakan kebutuhan sehari-harinya (makan, mandi) dibantu
oleh keluarganya dan perawat, Klien mengatakan kaki kirinya terasa nyeri saat
digerakkan, Data Objektif : Kesadaran Composmentis,Keadaan umum baik, Klien post
op amputasi hari ke-1 atas indikasi osteosarkoma proximal tibia, Kebutuhan klien
(mandi, makan) dibantu oleh keluarga atau perawat, Mobilisasi klien saat ini duduk
dengan bantuan saat tidur kembali, Kekuatan otot : , Tanda-tanda Vital : TD : 110/70
mmHg, N : 104 x/menit, S : 36,2 O C, RR : 20 x/ menit, Tujuan Setelah dilakukan
tindakan keperawatan 3 x 24 jam kebutuhan ADL terpenuhi. Kriteria Hasil Klien dapat
beraktivitas dengan bantuan minimal, Meningkatkan fungsi tubuh yang sakit, Klien
mampu melakukan ADL secara mandiri, Kekuatan otot maksimal , TTV dalam batas
normal :TD : 110/70 – 120/80 mmHg, N : 60 – 80 kali / menit, RR : 16 – 20 kali / menit,
S : 36º C – 37ºC, Rencana keperawatan : Observasi kemampuan klien dalam
melakukan aktivitas, Ajarkan teknik latihan isometrik, Bantu dalam pemenuhan
kebutuhan ADL, Observasi nilai kekuatan oto dan tonus otot, Implementasi yang telah
dilakukan sejak tanggal 28 oktober 2009 sampai 30 oktober 2009: mengbservasi
kemampuan klien dalam melakukan aktivitas, mengajarkan teknik latihan isometrik,
membantu dalam pemenuhan kebutuhan ADL, mengobservasi nilai kekuatan otot dan
tonus ototEvaluasi tanggal 30 desember 2008 : S : Klien mengatakan kebutuhan sehari-
harinya sudah dapat dilakukan sendiri seperti makan dan minum, O : – Keadaan Umum
baikKesadaran composmentis, Klien dapat melakukan kegiatan makan, minum secara
mandiri, Kegiatan mandi dan BAB masih membutuhkan bantuan dari keluarga, Kekuatan
otot, Tanda-tanda Vital : TD : 120/ 80 mmHg, RR : 18 x / menit, N : 88 x/ menit, S : 36 O
C Atas intruksi dokter klien diperbolehkan pulang, tanggal 2 november 2009 diharuskann
control, A : Maslah Dx 3 teratasi, P : Hentikan intervensi Dx 3

 Resiko terjadinya infeksi b.d pembedahan pot op amputasi dan pemasangan alat
invasive kateter dan infus ditandai dengan :
Data Subjektif : Klien mengatakan nyeri pada area luka amputasi, Klien mengatakan
tidak ada rasa nyeri pada daerah pemasangan infus dan kateter, Data Objektif : Terdapat
luka post op hari ke-1, Balutan luka tidak ada rembesan, Panjang dan lebar luka belum
terkaji karena belum dilakukan dreesing, Klien terpasang drain, cairan drainase 30 cc
berwarna merah, Balutan albocath tampak bersih, Tanda-tanda infeksi (rubor, kalor,
dolor, tumor, fungsiolesa) tidak ada, Klien terpasang DC (drain cateter) sejak tanggal 27-
10-2009, Tanda-tanda infeksi pada daerah pemasangan kateter tidak ada, Warna urine
kuning jernih, aliran urine lancer, tidak ada nyeri pada daerah pemasangan kateter,
Leukosit 11.000 /ul (N : 5000-10.000/ul), Tanda-tanda Vital TD : 110/80 mmHg, N : 104
x/menit, S : 36,2 O C, RR : 20 x/ menit, Tujuan : Setelah dilakukan tindakan
keperawatan 3 x 24 jam resiko infeksi tidak menjadi aktual, Kriteria Hasil : Balutan
luka bersih, Tidak ada rembesan darah, Balutan albocath bersih, Tidak ada phlebitis pada
pemasangan albocath, Warna urine jernih, Leukosit dalam batas jumlah normal (5000-
10000/ul), , TTV dalam batas normal: TD : 110/70 – 120/80 mmHg, N : 60 – 80 kali /
menit, RR : 16 – 20 kali / menit, S : 36º C – 37ºC. Rencana keperawatan : Ukur TTV
setiap 8 jam, Observasi luka terhadap infeksi, Lakukan perawatan luka 1 kali/hari,
Berikan diet tinggi kalori dan tinggi protein, Catat jumlah dan warna drainase, Ganti
balutan luka albocath 1 kali/hari, Lakukan perawatan kateter setiap hari, Kolaborasi :
Pemeriksaan Laboratorium ( Leukosit, LED), Berikan obat Cefazolin 3 x 1 gr,
Implementasi yang telah dilakukan sejak tanggal 28 oktober 2009 sampai 30 oktober
2009: mengukur TTV setiap 8 jam, mengobservasi luka terhadap infeksi, melakukan
perawatan luka 1 kali/hari, memberikan diet tinggi kalori dan tinggi protein, mencatat
jumlah dan warna drainase, mengganti balutan luka albocath 1 kali/hari, Lakukan
perawatan kateter setiap hari, berkolaborasi : memberikan obat Cefazolin 3 x 1 gr.
Evaluasi tanggal 30 desember 2008 :S : – O: Keadaan Umum baik, Kesadaran
composmentis, Klien post op amputasi hari ke-2, Tidak ada rembesan luka, Elastic
verban baik, Albocath sudah di aff, Kateter sudah di aff, Tanda-tanda infeksi tidak ada,
Leukosit 11.900/ul, Tanda-tanda Vital : TD : 120/ 80 mmHg, RR : 18 x / menit, N : 88 x/
menit, S : 36 O C Atas intruksi dokter klien diperbolehkan pulang, tanggal 2 november
2009 diharuskann control, A : Masalah Dx 4 tidak menjadi aktual, P : Hentikan intervensi
Dx 4

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas masalah yang terjadi pada kasus kelolaan, yaitu tentang
kesenjangan antara teori dan kasus pada Tn. H dengan Osteosarkoma Proximal Tibia Post ECI di
Rumah Sakit Umum Pusat Cipto Mangunkusumo di lantai 4 public wing yang dilaksanakan pada
tanggal 28-30 Oktober 2009. Pembahasan ini meliputi definisi, rasional, data yang menunjang,
intervensi, implementasi, dan evaluasi, juga analisa faktor pendukung dan penghambat serta
solusi dari tiap masalah diagnosa keperawatan yang muncul.

Diagnosa pertama : Gangguan rasa nyaman nyeri b.d luka insisi post op amputasi

Definisi : Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosi yang tidak menyenangkan dan meningkat
akibat adanya kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, digambarkan dalam istilah seperti
kerusakan (Internasional Asosiation For The Study Of Pain) ; awitan yang tiba-tiba atau perlahan
dan intensitas sampai berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau dapat diramalkan durasinya
kurang dari 6 bulan. (Wilkinson, 2006)

Rasional : adanya kerusakan jaringan akibat luka insisi pasca operatif amputasi proximal tibia
menyebakan terjadinya sensasi nyeri sehingga menimbulkan suatu stressor pada klien yang
mengganggu klien dalam beraktivitas

Intervensi keperawatan : Mengobservasi TTV setiap 8 jam, mengevaluasi skala nyeri,


karakteristik dan lokasi, mengatur posisi kaki kiri yang sakit (abduksi) dengan bantal,
mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam, Kolaborasi : memberikan obat sesuai program
ketorolac 3 x 30 mg.

Implementasi keperawatan : Memberikan obat ketololac 30 mg melaluiI vamplon


mengidentifikasi lokasi, karakteristik skala nyeri, mendiskusikan posisi yang nyaman bagi klien,
mengatur posisi kaki kiri yang sakit (abduksi) dengan bantal, mengajarkan teknik relaksasi napas
dalam bila nyeri timbul, mengkaji skala nyeri, mengobservasi keadaan luka insisi bedah..

Evaluasi keperawatan : S
: klien mengatakan sudah masih merasa nyeri skala nyeri 1, O : Klien terlhat rileks, Klien post
op amputasi hari ke-3, Keadaan balutan bersih tidak ada rembesan darah, TTV : TD : 120/ 80
mmHg, RR : 18 x / menit, N : 88 x/ menit, S : 36 O C, Atas intruksi dokter klien diperbolehkan
pulang, tanggal 2 november 2009 diharuskann control. A : Masalah nyeri pada bagian kaki kiri
sudah teratasi, P : Hentikan intervensi dx 1

Faktor pendukung : klien mau mengikuti anjuran perawat untuk melakukan teknik relaksasi
nafas dalam yang berfungsi memperlancar O2 ke jaringan sehingga mengurangi rasa nyeri dan
klien mendapat terapi ketorolac 3 30 mg sehingga rangsangan nyeri tidak sampai ke sistem saraf
pusat kesadaran.

Faktor penghambat : Tidak ada

Solusi : Tidak ada

Diagnosa kedua : Resiko gangguan neurovaskuler perifer b.d dampak pemasangan elastic
verban

Definisi : suatu keadaaan dimana tingkat saat system saraf perifer menerima, memproses dan
merespons stimulus internal dan eksternal mengalami gangguan ( Wilkinson,2007:10).

Rasional : gangguan neurovaskuler dapat terjadi pada klien yang mengalami amputasi karena
mendapat balutan elastic verban hal ini dikarenakan elastic verban secara tidak langsung
menekan saraf perifer sehinggan saraf perifer tidak berfungsi yang dapat mengakibatkan tidak
adanya rasa saat adanya rasangan.

Intervensi keperawatan : Mengobservasi TTV setiap 8 jam dengan perhatikan tanda-tanda


pucat dkulit dingin,mengobservasi tanda-tanda gangguan neurovaskuler bandingkan ekstremitas
yang satu dengan yang lain, memantau capillary refill, warna kulit, suhu distal pada ekstremitas
yang diamputasi, mengobservasi terhadap kemampuan pergerakan (fleksi, ekstensi,
hiperekstensi, oposisi), mengurangi edema dengan menggerakkan pada ekstremitas yang edema,
mengajarkan latihan isometrik mulai dari yang kaki yang sakit.

Implementasi keperawatan : Mengobservasi TTV setiap 8 jam dengan perhatikan tanda-tanda


pucat dkulit dingin,mengobservasi tanda-tanda gangguan neurovaskuler bandingkan ekstremitas
yang satu dengan yang lain, memantau capillary refill, warna kulit, suhu distal pada ekstremitas
yang diamputasi, mengobservasi terhadap kemampuan pergerakan (fleksi, ekstensi,
hiperekstensi, oposisi), mengurangi edema dengan menggerakkan pada ekstremitas yang edema,
mengajarkan latihan isometrik mulai dari yang kaki yang sakit.

Evaluasi keperawatan : S: Klien mengatakan tidak ada kesemutan pada kaki kiri yang
terpasang elastic verban,O : – Akral hangat, Tidak ada sianosis, Capillary refill < 3 detik, Sensasi
raba ada, Kekuatan otot , Tanda-tanda Vital : TD : 120/ 80 mmHg, RR : 18 x / menit, N : 88 x/
menit, S : 36 O C, Atas intruksi dokter klien diperbolehkan pulang, tanggal 2 november 2009
diharuskann control, A : Maslah Dx 2 tidak menjadi actual, P : Hentikan intervensi Dx 2

Faktor pendukung : klien mau mengikuti perawat untuk melakukan gerakan isometrik untuk
merangsang saraf pertifer dank lien terlihat aktif belajar mobilisasi sehingga aliran darah perifer
menjadi adekuat

Faktor penghambat : Tidak ada

Solusi : Tidak ada

Diagnosa ketiga : Gangguan pemenuhan kebutuhan ADL b.d keterbatasan mobilisasi

Definisi : keadaan dimana seorang individu mengalami atau berisiko mengalami keterbatasan
gerak fisik, tetapi bukan imobilitas sehingga menyebabkan kebutuhan ADl klien terganggu.

Rasional : kerusakan mobilitas fisik menggambarkan seorang individu dengan keterbatasan


pengunaan lengan atau tungkai atau keterbatasan kekuatan otot.

Intervensi keperawatan : mengobservasi kemampuan klien dalam melakukan aktivitas,


mengajarkan teknik latihan isometrik, membantu dalam pemenuhan kebutuhan ADL,
mengobservasi nilai kekuatan otot dan tonus otot.

Implementasi keperawatan : mengobservasi kemampuan klien dalam melakukan aktivitas,


mengajarkan teknik latihan isometrik, membantu dalam pemenuhan kebutuhan ADL,
mengobservasi nilai kekuatan otot dan tonus otot.

Evaluasi tanggal 30 desember 2008 : S : Klien mengatakan kebutuhan sehari-harinya sudah


dapat dilakukan sendiri seperti makan dan minum, O : – Keadaan Umum baikKesadaran
composmentis, Klien dapat melakukan kegiatan makan, minum secara mandiri, Kegiatan mandi
dan BAB masih membutuhkan bantuan dari keluarga, Kekuatan otot, Tanda-tanda Vital : TD :
120/ 80 mmHg, RR : 18 x / menit, N : 88 x/ menit, S : 36 O C Atas intruksi dokter klien
diperbolehkan pulang, tanggal 2 november 2009 diharuskann control, A : Maslah Dx 3 teratasi,
P : Hentikan intervensi Dx 3

Faktor pendukung : klien mau mengikuti anjuran perawat untuk melakukan latihan isometrik
dan keluarga turut berperan aktif dalam membantu kebutuhan ADL klien.

Faktor penghambat : kaki klien nyeri apabila ditumpukan.

Solusi : tetap motivasi klien untuk melakukan mobilitas sesuai batas kemampuan klien dan
malakukan latihan rentang gerak isometrik.

Diagnosa keempat : Resiko terjadinya infeksi b.d pembedahan pot op amputasi dan pemasangan
alat invasive kateter dan infus

Definisi : suatu kondisi individu yang mengalami peningkatan resiko terserang organisme
patogenik. (Wilkinson, 2007 )

Rasional : pada saat pertahanan tubuh menjadi lemah membuat tubuh terserang oleh pathogen.
Diagnosa ini diangkat sebagai diagnosa keempat karena data yang diperoleh masih dalam batas
normal, namun klien tetap berisiko terhadap infeksi, meskipun diagnosa ini tidak terdapat dalam
teori tetapi karena adanya area tempat masuk mikroorganisme, yaitu melalui tempat amputasi,
pemasangan kateter, dan penusukan infus yang apabila tidak dilakukan asuhan keperawatan
dapat menyebabkan terjadinya masalah infeksi pada klien.

Intervensi keperawatan : Mengukur TTV setiap 8 jam, mengobservasi luka terhadap infeksi,
melakukan perawatan luka 1 kali/hari, memberikan diet tinggi kalori dan tinggi protein, mencatat
jumlah dan warna drainase, mengganti balutan luka albocath 1 kali/hari, Lakukan perawatan
kateter setiap hari, berkolaborasi : memberikan obat Cefazolin 3 x 1 gr.

Implementasi keperawatan : Mengukur TTV setiap 8 jam, mengobservasi luka terhadap


infeksi, melakukan perawatan luka 1 kali/hari, memberikan diet tinggi kalori dan tinggi protein,
mencatat jumlah dan warna drainase, mengganti balutan luka albocath 1 kali/hari, Lakukan
perawatan kateter setiap hari, berkolaborasi : memberikan obat Cefazolin 3 x 1 gr.

Evaluasi tanggal 30 desember 2008 :S : – O: Keadaan Umum baik, Kesadaran composmentis,


Klien post op amputasi hari ke-2, Tidak ada rembesan luka, Elastic verban baik, Albocath sudah
di aff, Kateter sudah di aff, Tanda-tanda infeksi tidak ada, Leukosit 11.900/ul, Tanda-tanda Vital
: TD : 120/ 80 mmHg, RR : 18 x / menit, N : 88 x/ menit, S : 36 O C Atas intruksi dokter klien
diperbolehkan pulang, tanggal 2 november 2009 diharuskann control, A : Masalah Dx 4 tidak
menjadi aktual, P : Hentikan intervensi Dx 4

Faktor pendukung : Adanya kerja sama yang baik dari tim perawat dalam pelaksanaan
perawatan infus

Faktor penghambat : tidak ada


Solusi : tidak ad

You might also like