Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Penyakit cacing tambang adalah infeksi cacing yang disebabkan oleh nematoda
parasitik pada usus manusia, umumnya ddisebabkan oleh Ancylostoma duodenale dan
Necator americanus. Penyakit ini tersebar di daerah tropis maupun subtropik. Di Indonesia,
penyakit ini lebih banyak disebabkan oleh cacing Necator americanus daripada Ancylostoma
duodenale. 1,4
2.2. Etiologi
Penyakit cacing tambang disebabkan oleh:1,3
1. Necator americanus
2. Ancylostoma duodenale
3. Ancylostoma braziliensis
4. Ancylostoma canium
5. Ancylostoma malayanum.
2.3 Epidemiologi
Secara global, penyakit cacing tambang mengenai 440 juta orang. Cacing tambang
terutama menginfeksi di negara-negara berkembang, umunya disebabkan kurangnya air
bersih, sanitasi, dan edukasi tentang kesehatan. Karena sering tidak ada gejala yang timbul,
penyakit cacing tambang berkontribusi pada insidensi anemia dan malnutrisi di negara-negara
berkembang. Negara yang paling banyak mengalami penyakit cacing tambang adalah Negara
di Asia, Africa, dan Amerika Latin.5
Prevalensi Cacingan di Indonesia pada umumnya masih sangat tinggi, terutama pada
golongan penduduk yang kurang mampu, dengan sanitasi yang buruk. Prevalensi cacingan
bervariasi antara 2,5% - 62%. Prevalensi cacing tambang di Indonesia sekitar 6,46%.2
2
berukuran ± 0,8 cm. Cacing jantan mempunyai bursa kopulatriks. Bentuk badan N.
americanus biasanya menyerupai huruf S, sedangkan A. duodenale menyerupai huruf C.
N. americanus tiap hari bertelur 5.000-10.000 butir, sedangkan A. duodenale 10.000-
25.000 butir. Rongga mulut N. americanus mempunyai benda kitin, sedangkan A. duodenale
mempunyai dua pasang gigi yang berfungsi untuk melekatkan diri di mukosa usus.
Telur dikeluarkan bersama feses dan pada lingkungan yang sesuai telur menetas
mengeluarkan larva rabditiform dalam waktu 1 - 2 hari. Larva rabditiform tumbuh menjadi
larva filariform dalam waktu ± 3 hari. Suhu optimum bagi N.americanus adalah 28oC – 32oC
dan untuk A.duodenale sedikit lebih rendah yaitu 23oC – 25oC sehingga N.americanus lebih
banyak ditemukan di Indonesia dari pada A.duodenale. Larva filariform bertahan hidup 7 -8
minggu di tanah dan dapat menembus kulit. Infeksi terjadi bila larva filariform menembus
kulit. Infeksi A. duodenale juga dapat terjadi dengan menelan larva filariform.
3
(b)
(a)
Gambar 2.1. Larva rhabditiform (a), Larva filariform (b)
Bila larva filariform menembus kulit, larva akan masuk ke kapiler darah dan terbawa
aliran darah ke jantung dan paru. Di paru larva menembus dinding pembuluh darah, lalu
dinding alveolus, kemudian masuk rongga alveolus, dan naik ke trakea melalui bronkiolus
dan bronkus menuju ke faring. Di faring larva akan menimbulkan rangsangan sehingga
penderita batuk dan larva tertelan masuk ke esofagus. Dari esofagus, larva menuju ke usus
halus dan akan tumbuh menjadi cacing dewasa.
(b)
(a)
Gambar 2.2 Cacing N. americanus dewasa (tampak anterior) (a), Cacing A. duodenale
dewasa (tampak anterior) (b)
4
Gambar 2.3 Siklus hidup cacing tambang
2.5 Gejala Klinis1,2
a. Stadium larva
Bila banyak larva filariform sekaligus menembus kulit, maka terjadi perubahan kulit
yang disebut ground itch yaitu reaksi lokal eritematosa dengan papul-papul yang disertai rasa
gatal.
Infeksi larva filariform A. duodenale secara oral menyebabkan rasa tak enak pada
perut, kembung, mual, muntah, sering mengeluarkan gas (flatus), diare, merupakan gejala
iritasi cacing yang terjadi lebih kurang dua minggu setelah larva mengadakan penetrasi ke
dalam kulit.
Selama larva berada di dalam paru-paru, dapat menyebabkan gejala batuk darah, yang
disebabkan oleh pecahnya kapiler-kapiler dalam alveoli paru-paru.
b. Stadium dewasa