You are on page 1of 29

Asuhan

Keperawatan
Smile! You’re at the best WordPress.com site ever
Skip to content

 About

Search for:

ASKEP TYPOID PADA


ANAK DAN TEORINYA
December 28, 2013Uncategorized
TYPOID

1. DEFENISI Typoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi
salmonella Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah
terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella. (
Bruner and Sudart, 1994).

Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman
salmonella thypi dan salmonella para thypi A,B,C. sinonim dari penyakit ini adalah
Typhoid dan paratyphoid abdominalis. (Syaifullah Noer, 1996).

Typhoid adalah suatu penyakit pada usus yang menimbulkan gejala-gejala sistemik
yang disebabkan oleh salmonella typhosa, salmonella type A.B.C. penularan terjadi
secara pecal, oral melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi (Mansoer
Orief.M. 1999).

1. ETOLOGI

Etiologi typhoid adalah salmonella typhi. Salmonella para typhi A. B dan C. ada dua
sumber penularan salmonella typhi yaitu pasien dengan demam typhoid dan pasien
dengan carier. Carier adalah orang yang sembuh dari demam typhoid dan masih terus
mengekresi salmonella typhi dalam tinja dan air kemih selama lebih dari 1 tahun.
1. PATOFISIOLOGI

Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal
dengan 5 F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan / kuku), Fomitus (muntah), Fly
(lalat), dan melalui Feses.
Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman salmonella thypi
kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat, dimana
lalat akan hinggap dimakanan yang akan dimakan oleh orang yang sehat. Apabila
orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan
makanan yang tercemar kuman salmonella thypi masuk ke tubuh orang yang sehat
melalui mulut. Kemudian kuman masuk ke dalam lambung, sebagian kuman akan
dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus bagian distal
dan mencapai jaringan limpoid. Di dalam jaringan limpoid ini kuman berkembang biak,
lalu masuk ke aliran darah dan mencapai sel-sel retikuloendotelial. Sel-sel
retikuloendotelial ini kemudian melepaskan kuman ke dalam sirkulasi darah dan
menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya masuk limpa, usus halus dan kandung
empedu.

1. TANDA DAN GEJALA

Masa tunas typhoid 10 – 14 hari

Minggu I
Pada umumnya demam berangsur naik, terutama sore hari dan malam hari. Dengan
keluhan dan gejala demam, nyeri otot, nyeri kepala, anorexia dan mual, batuk,
epitaksis, obstipasi / diare, perasaan tidak enak di perut.

Minggu II Pada minggu II gejala sudah jelas dapat berupa demam, bradikardi, lidah
yang khas (putih, kotor, pinggirnya hiperemi), hepatomegali, meteorismus, penurunan
kesadaran.

1. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Uji Widal

Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin). Aglutinin
yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam serum klien dengan typhoid
juga terdapat pada orang yang pernah divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji
widal adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium.
Tujuan dari uji widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum klien
yang disangka menderita typhoid. Akibat infeksi oleh salmonella thypi, klien membuat
antibodi atau aglutinin yaitu :

1. Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh kuman).
2. Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari flagel kuman).
3. Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari simpai kuman).
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan titernya untuk
diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien menderita typhoid.

1. Pemeriksaan SGOT dan SGPT

SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat kembali
normal setelah sembuhnya typhoid.

1. Pemeriksaan darah tepi : Leukopenia, Limfositosis, Aneosinofilia, Anemia,


Trombositopenia.
2. Pemeriksaan sum-sum tulang : menunjukan gambaran hiperaktif sum-sum tulang.
3. Biakan empedu : terdapat basil salmonella typhosa pada urin dan tinja. Jika pada
pemeriksaan selama dua kali berturut-turut tidak didapatkan basil salmonella typhosa
pada urin dan tinja, maka pasien dinyatakan betul-betul sembuh.

1. PENATALAKSANAAN
1. Perawatan
1. Istirahat dan perawatan professional; bertujuan mencegah komplikasi dan
mempercepat pertumbuhan. Pasien harus tirah baring absolute sampai minimal 7 hari
bebas demam atau kurang lebih selama 14 hari. Mobilisasi dilakukan bertahap sesuai
dengan pulihnay kekuatan pasien. Dalam perawatan perlu sekali dijaga hygiene
perseorangan, kebersihan tempat tidur, pakaian dan peralatan yang dipakai oleh
pasien. Pasien dengan kesadaran menurun, posisinya perlu diubah-ubah untuk
mencegah dekubitus dan pneumonia nipostatik. Defekasi dan buang air kecil perlu
diperhatikan karena kadang-kadang terjadi abstipasi dan retensi urin.
2. Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya tranfusi bila ada
komplikasi perdarahan.

1. Diet
1. Diet yang sesuai, cukup kalori dan tinggi protein.
2. Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.
3. Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim.
4. Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama 7 hari.
5. Vitamin dan mineral

1. Pengobatan

Pemberian antibiotic; untuk menghentikan dan memusnakan penyebaran kuman.


Antibiotik yang dapat digunakan :

1. Klorampenikol

Kloramfenikoldosis hari pertama 4 x 250 mg, hari kedua 4 x 500 mg, diberikan selama
demam dilanjutkan sampai 2 hari bebas demam, kemudian dosis diturunkan menjadi 4
x 250 mg selama 5 hari kemudian. Penelitian terakhir (Nelwan, dkk di RSUP
Persahabatan), penggunaan kloramfenikol masih memperlihatkan hasil penurunan
suhu 4 hari, sama seperti obat-obat terbaru dari jenis kuinolon.

1. Tiampenikol
2. Kotrimoxazol

Kotrimoksasol; 2 x 2 tablet (a tablet mengandung 400 mg sulfametoksasol 80 mg


trimetoprim, diberikan selama 2 minggu pula.

1. Amoxilin dan ampicillin

Ampisilin / Amoksilin; dosis 50 – 150 mg / kg BB, diberikan selama 2 minggu

1. Sefalosporin

Sefalosporin generasi II dan III. Di Sub bagian Penyakit Tropik dan Infeksi FKUI RSCM,
pemberian sefalosporin berhasil mengatasi demam tipoid dengan baik. Demam pada
umumnya mengalami reda pada hari ke-3 atau menjelang hari ke-4

PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TYPOID

1. PENGKAJIAN
1. Riwayat Kesehatan Sekarang

Mengapa pasien masuk Rumah Sakit dan apa keluahan utama pasien, sehingga dapat
ditegakkan prioritas masalah keperawatan yang dapat muncul.

1. Riwayat Kesehatan Sebelumnya

Apakah sudah pernah sakit dan dirawat dengan penyakit yang sama.

1. Riwayat Kesehatan Keluarga


Apakah ada dalam keluarga pasien yang sakit seperti pasien.
2. Riwayat Psikososial
Intrapersonal : perasaan yang dirasakan klien (cemas / sedih)
Interpersonal : hubungan dengan orang lain.
3. Pola Fungsi kesehatan

Pola nutrisi dan metabolisme : Biasanya nafsu makan klien berkurang karena terjadi
gangguan pada usus halus

1. Pola istirahat dan tidur


Selama sakit pasien merasa tidak dapat istirahat karena pasien merasakan sakit pada
perutnya, mual, muntah, kadang diare.

1. Pemeriksaan Fisik
1. Kesadaran dan keadaan umum pasien
Kesadaran pasien perlu di kaji dari sadar – tidak sadar (composmentis – coma) untuk
mengetahui berat ringannya prognosis penyakit pasien.
2. Tanda – tanda vital dan pemeriksaan fisik Kepala – kaki
TD, Nadi, Respirasi, Temperatur yang merupakan tolak ukur dari keadaan umum
pasien / kondisi pasien dan termasuk pemeriksaan dari kepala sampai kaki dengan
menggunakan prinsip-prinsip inspeksi, auskultasi, palpasi, perkusi), disamping itu juga
penimbangan BB untuk mengetahui adanya penurunan BB karena peningakatan
gangguan nutrisi yang terjadi, sehingga dapat dihitung kebutuhan nutrisi yang
dibutuhkan.

1. MASALAH KEPERAWATAN
1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi salmonella thypi.
2. Resiko tinggi pemenuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake yang tidak adekuat.
3. Kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan dengan kurang informasi.

1. INTERVENSI
1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi salmonella thypi.

Tujuan :

Suhu tubuh normal

Intervensi:

1. observasi suhu tubuh klien


Rasional : mengetahui perubahan suhu tubuh.
2. Beri kompres dengan air hangat (air biasa) pada daerah axila, lipat paha, temporal bila
terjadi panas
Rasional : melancarkan aliran darah dalam pembuluh darah.
3. Anjurkan keluarga untuk memakaikan pakaian yang dapat menyerap keringat seperti
katun
Rasional : menjaga kebersihan badan
4. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat anti piretik
Rasional : menurunkan panas dengan obat.
5. Resiko tinggi pemenuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake yang tidak adekuat.

Tujuan :
Nutrisi kebutuhan tubuh terpenuhi

Intervensi :

1. Kaji pola nutrisi klien


Rasional : mengetahui pola makan, kebiasaan makan, keteraturan waktu makan.
2. Kaji makan yang di sukai dan tidak disukai
Rasional : meningkatkan status makanan yang disukai dan menghindari pemberian
makan yang tidak disukai.
3. Anjurkan tirah baring / pembatasan aktivitas selama fase akut
Rasional : penghematan tenaga, mengurangi kerja tubuh.
4. Timbang berat badan tiap hari
Rasional : mengetahui adanya penurunan atau kenaikan berat badan.
5. Anjurkan klien makan sedikit tapi sering
Rasional : mengurangi kerja usus, menghindari kebosanan makan.
6. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diet
Rasional : mengetahui makanan apa saja yang dianjurkan dan makanan yang tidak
boleh dikonsumsi.
7. Kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan dengan kurang informasi.

Tujuan :

Pengetahuan keluarga meningkat

Intervensi :

1. Kaji sejauh mana tingkat pengetahuan pasien tentang penyakitnya


Rasional : mengetahui apa yang diketahui pasien tentang penyakitnya.
2. Beri pendidikan kesehatan tentang penyakit dan perawatan pasien
Rasional : supaya pasien tahu tata laksana penyakit, perawatan dan pencegahan
penyakit typhoid.
3. Beri kesempatan pasien dan keluaga pasien untuk bertanya bila ada yang belum
dimengerti
Rasional : mengetahui sejauh mana pengetahuan pasien dan keluarga pasien setelah
di beri penjelasan tantang penyakitnya.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An “A” DENGAN TYPOID FEVER DI RUANG


PERAWATAN x RSU.x

Tanggal pengkajian : 2 desember 2013


Ruangan :

1. BIODATA
2. Identitas Klien

Nama : An. A

Tanggal lahir : 19-09-2002 ( 11 tahun 3 bulan )

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pendidikan : SD

Alamat : P——-

Tanggal masuk : 27-11-2013

Diagnose medic : Typoid

1.
1. Ibu

Nama : NY. A

Usia : 39 tahun

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT

Agama : Islam
Alamat : P———–

Identitas orang tua

1. Ayah

Nama : Tn.A

Usia : 40 tahun

Pendidikan : S1

Pekerjaan : wiraswasta

Agama : Islam

Alamat : P——–

1. KELUHAN UTAMA
2. Keluhan utama

Demam

1. Riwayat keluhan utama

Klien masuk rs dengan keluhan demam yang dialami sejak 6 hari sebelum masuk rs.

1. RIWAYAT KESEHATAN
2. Riwayat kesehatan sekarang
1. Penyakit yang pernah dialami klien yaitu demam
2. Riwayat obat 6 bulan
3. Klien tidak pernah mengalami kecelakaan
4. Klien biasa mengkonsumsi parasetamol jika demam
5. Pertumbuhan dan perkembangan anak disbanding saudaranya sama
6. Saat dikaji, pasien Nampak lemah
7. Ibu klien mengatakan anaknya demam

1. Riwayat kesehatan keluarga

Genogram :
11thnnn

GI : meninggal karena factor usia

G II : –

G III : pasien dengan penyakit typoid

1. RIWAYAT IMUNISASI

No Jenis Imunisasi Waktu Pemberian Reaksi Setelah pemberian

1. BCG 1X –

2. DPT 3X DEMAM

3. POLIO 4X –

4. CAMPAK 1X DEMAM

5. HEPATITIS B 3X –

1. RIWAYAT TUMBUH KEMBANG ANAK


2. Pertumbuhan fisik
1. Berat bdan saat lahir : 2.500 gr
2. Tinggi badan : 48 cm
3. Waktu tumbuh gigi : 7 bulan
4. Perkembangan tiap tahap

Usia saat anak :

1. Berguling : 3 bulan
2. Duduk : 4 bulan
3. Merangkak : lupa
4. Berdiri : 8 bulan
5. Senyum kepada orang lain pertama kali : lupa
6. Bicara pertama kali : 12 bulan
7. Berpakaian tanpa bantuan : 9 bulan
8. RIWAYAT NUTRISI
9. Pemberian ASI
1. Pertama kali disusui sejak 2 hari lahir karena asi ibu belum ada
2. Lama pemberian : 1 tahun 8 bulan
3. Pemberian susu formula
1. Alasan pemberian : asi ibu belum keluar
2. Jumlah pemberian : 4 gelas sehari
3. Cara pemberian dengan sendok
1. Pemberian makanan tambahan
2. Pertama kali diberikan , pada usia 6 bulan
3. Jenis : bubur, biskuit
4. Perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai saat ini

No Usia Jenis nutrisi Lama pemberian

0-4 bulan ASI 1 tahun 8 bulan

4-12 bulan ASI, bubur susu, buah-buahan 6 bulan

Sekarang Nasi , sayur, daging, ikan, buah,

susu

1. RIWAYAT PSIKOLOGI
2. Lingkungan rumah berada dikota
3. Tidak ada tetangga yang berbahaya
4. Hubungan dengan anggota keluarga harmonis
5. Anak diasuh oleh orang tua

1. RIWAYAT SPIRITUAL
2. Hubungan dengan keluarga harmonis
3. Kegiatan keagamaan diselenggarakan dirumah dan dimesjid

1. REAKSI HOSPITALISASI
2. Pemahaman keluarga tentang sakit dan rawat inap
1. Ibu membawa anaknya ke RS karena demam
2. Perasaan orang tua saat ini cemas
3. Orang tua selalu mengunjungi anaknya di RS
4. Yang tinggal bersama anak adalah ayah, ibu,dan nenek
5. Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap
1. Anak mengerti bahwa ia dibawah dirumah sakit karena sakit
2. Klien belum mengerti apa yang menyebabkan dia sakit
3. AKTIVITAS SEHARI-HARI
4. Nutrisi

No Kondisi Sebelum sakit Saat sakit

1. Selera makan Baik Kurang

2. Menu makan Nasi +sayur+lauk Bubur

3 Frekuensi makan 3 x sehari 1x sehari

4 Makanan yang disukai semua Apel

5 Makanan pantangan – –

6 Pembatasan pola – –

7 Makan Makan sendiri Makan sendiri

8 Cara makan Memakai sendok Memakai sendok

9 Ritual saat makan Berdoa Berdoa

1. Cairan

No Kondisi Sebelum sakit Saat sakit

1 Jenis minuman Air putih, susu, teh Air putih, susu

2 Frekuensi minum 6 gelas/hari 4 gelas/hari


3 Kebutuhan cairan 800-1000 cc/hari 800-100 cc/hr

4 Cara pemenuhan Gelas Gelas, cairan infus

1. Eliminasi (BAB/BAK)

Sebelum sakit Saat sakit

No Kondisi

BAB BAK BAB BAK

1 Tempat pembuangan Wc Wc Wc Wc

2 Frekuensi 1x sehari 3x sehari 1x sehari, 3x sehari

3 Konsistensi Lunak Kuning Lunak Kuning

4 Kesulitan – – – –

5 Obat pencahar – – – –

1. Istirahat tidur

No Kondisi jam tidur Sebelum sakit Saat sakit

1 Siang 15.00-16.30 wita Tidak teratur

2 Malam 10.30-05.00 wta Tidak teratur

1. Olah raga

No Kondisi Sebelum sakit Saat sakit


1 Program olahraga Olahraga disekolah –

2 Jenis dan frekuensi 1x seminggu –

3 Kondisi setelah olahraga Segar –

1. Personal hygiene

No Kegiatan Sebelum sakit Saat sakit

1 Mandi 2x sehari –

Mandi sendiri
1. Frekuensi

2. Cara Sabun+air
3. Alat mandi

2 Cuci rambut 3x seminggu 1x selama sakit

Shampoo+air
1. Frekuensi

2. Cara

3 Gunting kuku 1x seminggu 1 x selam sakit

Pake gunting kuku


1. Frekuensi

2. Cara

4 Gosok gigi 2x sehari 2x sehari


Pasta gigi+sikat gigi, Pasta gigi+sikat gigi,
1. frekuensi
pagi dan malam sebelum pagi dan malam sebelum
2. cara
tidur tidur

1. Aktivitas mobilitas fisik

No Kondisi Sebelum sakit Saat sakit

1 Kegiatan sehari-hari Sekolah, belajar, makan, Baring, nonton tv

main.

2 Pengaturan jadwal harian –

3 Penggunaan alat bantu aktivitas – –

4 Kesulitan pergerakan tubuh – –

1. Rekreasi

No Kondisi Sebelum sakit Saat sakit

1 Perasaan saat sekolah Senang –

2 Waktu luang Main, nonton tv, belajar –

3 Perasaan setelah rekreasi/bermain Senang –


4 Waktu senggang keluarga Nonton tv –

5 Kegiatan hari libur Main, nonton tv –

1. PEMERIKSAAN FISIK
2. Keadaan umum klien

Lemah

1. Tanda-tanda vital

1.Suhu : 38

2.Nadi : 104 x/ i

3.Respirasi : 24 x/i

4.Tekanan darah : 100/60 mmhg

1. Antropometri
1. Tinggi badan :120 cm
2. Berat badan : 20 kg
3. Lingkar lengan atas :
4. Lingkar kepala :
5. Lingkar dada :
6. Lingkar perut :
7. System pernafasan
1. Hidung
1. Inspeksi

 Lubang hidung simetris kiri dan kanan


 Tidak tampak polip,epitaksis
 Tidak tampak pernafasan cuping hidung

1. Palpasi

 Tidak ada nyeri tekan


 Tidak teraba adanya massa

1. Leher
1. Inspeksi

 Tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid dan limfe


 Jugularis venous Pressure (JVU) 2 cm

1. Palpasi
2. Dada
1. Inspeksi

 Ø Bentuk dada normal


 Ø Selama insipirasi dada mengembang
 Ø Tidak Nampak menggunakan otot bantu pernafasan
 Ø Frekuensi nafas 24 x/i

1. Palpasi

 Tidak ada nyeri tekan


 Tidak teraba addanya massa

1. Auskultasi

 Bunyi nafas bronkovesikuler pada area bronkus


 Bunyi nafas tambahan ronchi

1. Perkusi

 Resonan pada semua lapang paru

1. System kardiovaskuler
1. Konjungtiva tampak pucat
2. Suara jantung

1. System pencernaan
1. Skelera tidak ikterus
2. Mulut : tidak stomatitis,
3. Tonsil T2-T2
4. Nyeri tekan pada abdomen kuadran kiri atas
5. Peristaltik usus menurun
6. Jumlah gigi

1. System indra
1. Mata
1. Inspeksi

 Alis dan bulu mata tumbuh merata


 Kelopak mata menutup dengan sempurna
 Skera tidak ikterus
 Lapang pandang baik
1. Palpasi

 Tidak terdapat massa

1. Hidung
1. Penciuman baik
2. Tampak adanya secret
3. Tidak ada nyeri tekan dan tidak teraba massa
4. Telinga
1. Inspeksi

 Daun telinga simetris kiri dan kanan


 Fungsi pendengaran baik

1. Palpasi

 Tidak ada nyeri tekan


 Tidak terdapat massa

1. System saraf
1. Fungsi cerebral
2. Status mental :
3. Kesadaran : compos mentis dgn GCS 15 ( E4 M6 V5)
4. Fungsi cranial
1. Nervus I (olfaktorius ) : klien dapat membedakan bau
2. Nervus II (optikus ) : lapang pandang baik
3. Nervus III( okulomotorius )

 Klien dapat menggerakkan bola mata ke atas


 Pupil isokor

1. Nervus IV (troclearis )

Klien mampu menggerakkan bola mata ke bawah

1. Nervus V ( trigeminus)

 Sensorik

Klien dapat merasakan sensasi pada daerah maksila dan mandibula

 Motorik

Klien dapat tersenyum, menutup mata dengan rapat, mengangkat kedua alis dan
mampu mengembangkan pipinya
1. Nervus VI ( abdusen)

 Klien mampu menggerakkan bola mata kesamping


 Reflex kornea baik

1. Nervus VII ( pasialis )

 Sensorik

Klien dapat merasakan rasa asam, manis, asin, dan pahit

 Motorik

Klien dapat tersenyum, menutup mata dengan rapat, mengangkat kedua alis,
mengembangkan pipinya.

1. Nervus VIII ( akustikus )

Klien dapat mendengar dengan baik

1. Nervus IX ( glosofaringeus )

Klien dapat merasakan fungsi pengecapan pada 1/3 posterior lidah

1. Nervus X ( vagus )

 Fungsi menelan baik


 Gerakan ovula simetris dan tertarik ke atas

1. Nervus XI ( aksesorius )

 Klien dapat mengangkat bahu


 Klien dapat mengalihkan kepala ke samping

1. Nervus XII ( hypoglosus)

 Klien dapat menggerakkan lidah

1. Fungsi motorik

Keterangan :
5 : normal

4 : dapat melawan tekanan

3 : dapat menahan berat tapi tidak dapat melawan tekanan

2 : hanya dapat menggerakkan anggota badan

1 : teraba gerakan kontraksi otot, tidak dapat bergerak

0 : tidak ada kontraksi

Tonus otot

5 5

5 5

1. Fungsi sensorik

Dapat merasakan sensasi panas dan dingin

1. Fungsi cerebellum

Tidak ada tremor

1. Reflex
1. Bisep ka/ki : +/+ (normal )
2. Trisep ka/ki : +/+ ( normal)
3. Patella ka/ki :+/+ (normal )

1. System musculoskeletal
1. Inspeksi

 Bentuk kepala hormocepal


 Tidak Nampak skoliosis, dordosis, maupun kepotis
 Tidak Nampak pembengkakan pada lutut dan kaki
 Tidak terdapat pembengkakan pada tangan
1. Palpasi

Tidak teraba pembengkakan pada tangan dan kaki

1. System integument
1. Warna rambut hitam merata
2. Warna kulit sawo matang
3. Turgor kulit kering
4. Suhu 38
5. System endokrin
1. Eksresi urine tidak berlebih
2. Tidak ada bekas air seni dikelilingi semut
3. System perkemihan
1. Tidak Nampak udeme palpebral
2. Tidak teraba distensi kandung kemih
3. System imun
1. Tidak ada riwayat alergi
2. Penyakit yang berhubungan dengan cuaca adalah flu

1. Pemeriksaan nyeri
1. Klien mengatakan bahwa dia merasa nyeri pada kepala
2. Lama nyeri : hilang timbul
3. Pencetus yang memperburuk nyeri : pada saat beraktivitas
4. Intensitas nyeri : sedang

Visual analog scale (VAS)

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1. TEST DIAGNOSTIK
1. Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal

Hematologi 11,5 11,4-17,7 g/dl

– Hemoglobin 4.700-10.300/cmm
9600
– Lekosit 30,2 37-48%

– Hematokrit 4.780.000 L 4,5-5,5 P4-5

– Eritrosit 173.000 150.000-350.000

– Trombosit

Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Imunologi Negatif Negatif

Imunologi : widal
Negatif Negatif

–O
Negatif Negatif

–H
1/200 Negatif

– PA
8 5,5 7

– PB
Negatif Negatif

Urinalisis
Negatif Negatif

– PH
Negatif Negatif

– Protein
– Glukosa Normal Normal

– Bilirubin 0-1 0,1/lp

– Urobilin – –

Sedimen – –

– Lekosit 0,1 1-2/lp

– Eritrosit – –

– Silinder –

– Epitel

– Kristal

– Lain-lain

1. PENGOBATAN

 Terafi infuse RL 10 tetes/i

KLASIFIKASI DATA

DATA SUBJEKTIF:

 Klien mengatakan nyeri pada kepala


 Klien mengatakan nyeri pada saat menelan
 Klien mengatakan nyeri pada perut jika di tekan
 Ibu klien mengatakan anaknya demam
DATA OBJEKTIF

 BB: 20 kg
 TB: 120 cm

IMT= 13,8 ( =gizi kurang )

 Makanan tidak dihabiskan


 Klien nampak lemah
 Skala nyeri : 5 (nyeri sedang )
 TTV

Suhu : 38

Nadi : 104 x/

Respirasi : 24 x/i

TD : 100/60 mmhg

ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH

1. DS: Salmonella typhosa Nutrisi kurang dari

kebutuhan
 Klien mengatakan nyeri pada saat Mengkontaminasi makanan
menelan dan air
 Klien mengatan nyeri pada perut jika di

tekan Masuk ke dalam saluran

pencernaan
DO:

Pada lambung
 BB: 20 kg
 TB: 120 cm Peningkatan HCl lambung

IMT= 13,8 ( =gizi kurang ) Merangsang N. Vagal

 Makanan tidak dihabiskan Merangsang CTZ di


 Klien Nampak lemah hypothalamus

Mual / muntah

Rasa tidak enak pada mulut

Nutrisi kurang dari

kebutuhan

DS: Kuman masuk ke jaringan / Hipertermi

ibu klien mengatakan anaknya demam organ tubuh terutama limpa

dan hati
DO:

Kuman mengeluarkan
 TTV
endotoksin

S : 38
Proses inflamasi pada

jaringan tempat kuman


N : 104 x/
berkembangbiak

P : 24 x/i
Merangsang pengeluaran /

TD : 100/60 mmhg sintesis zat pirogen oleh


 Klien Nampak lemah leukosit pada jaringan yang

meradang

Melepaskan zat IL-1,

prostaglandin E2 (pirogen

leukosit dan pirogen

endogen)

Mencapai hypothalamus

(merangsang set point)

Reaksi peningkatan suhu

tubuh

hipertermi

3 DS: Proses inflamasi pada Nyeri

jaringan tempat kuman


 Klien mengatakan nyeri pada kepala
berkembangbiak

DO:
Menghasilkan mediator

 Skala nyeri : 5 (nyeri sedang ) kimia (histamine, bradikinin

 TTV & serotonin)

Suhu : 38 Merangsang ujung saraf


Nadi : 104 x/ Nyeri pada perabaan

Respirasi : 24 x/i Nyeri

TD : 100/60 mmhg

 Klien Nampak lemah

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

RENCANA KEPERAWATAN
DIAGNOSA
NO RASIONAL
KEPERAWATAN
TUJUAN INTERVENSI

1. Nutrisi kurang dari Nutrisi sesuai 1. Kaji pola nutrisi klien 1.

kebutuhan DS: dengan kebutuhan 1. pola makan, kebiasaan


1. Kaji makan yang di
ditandai dengan makan, keteraturan waktu
 Klien mengatakan nyeri sukai dan tidak disukai
makan.
pada saat menelan  Berat badan 2. Anjurkan tirah baring /
2. meningkatkan status
 Klien mengatan nyeri pada normal pembatasan aktivitas
makanan yang disukai dan
perut jika di tekan  Porsi makanan selama fase akut
menghindari pemberian
dihabiskan 3. Timbang berat badan
DO: makan yang tidak disukai.
tiap hari
3. penghematan tenaga,
4. Anjurkan klien makan
 BB: 20 kg mengurangi kerja tubuh.
sedikit tapi sering
 TB: 120 cm 2. mengetahui adanya

penurunan atau kenaikan

berat badan.
IMT= 13,8 ( =gizi kurang 5. Kolaborasi dengan ahli3. mengurangi kerja usus,

) gizi untuk pemberian menghindari kebosanan

diet makan.
 Makanan tidak dihabiskan
1. mengetahui 4. mengetahui makanan apa
 Klien Nampak lemah
saja yang dianjurkan dan

makanan yang tidak boleh

dikonsumsi.

RENCANA KEPERAWATAN
DIAGNOSA
NO RASIONAL
KEPERAWATAN
TUJUAN INTERVENSI

1. Hipertermi berhubungan Suhu tubuh 1. Observasi suhu tubuh .

dengan proses inflamasi normal. klien


1. menjaga kebersihan
DS:
1. Beri kompres dengan air badan

Ibu klien mengatakan hangat (air biasa) pada


1. menurunkan panas
anaknya demam daerah axila, lipat paha,
dengan obat.
temporal bila terjadi panas

DO: 2. Anjurkan keluarga untuk

memakaikan pakaian
 TTV
yang dapat menyerap

keringat seperti katun


Suhu : 38
3. Kolaborasi dengan dokter

Nadi : 104 x/ dalam pemberian obat anti

piretik
Respirasi : 24 x/i 1. mengetahui perubahan

suhu tubuh.
TD : 100/60 mmhg
2. melancarkan aliran darah

dalam pembuluh darah


 Klien Nampak lemah

RENCANA KEPERAWATAN
DIAGNOSA
NO RASIONAL
KEPERAWATAN
TUJUAN INTERVENSI

1. Nyeri berhubungan Nyeri teratasi. 1. Kaji keluhan nyeri 1. Mengevaluasi

dengan proses inflamasi Ditandai dengan (skala 1-10), perubahan perkembangan nyeri

DS: karakteristik nyeri, untuk menetapkan


 Skala nyeri 0
petunjuk verbal dan intervensi selanjutnya
 Klien mengatakan nyeri  TTV dalam batas
non verbal 2. Menurunkan tegangan
pada kepala normal
2. Atur posisi yang permukaan abdomen dan

nyaman bagi klien, mengurangi nyeri


DO:
misalnya dengan lutut3. Meningkatkan relaksasi,

 Skala nyeri : 5 (nyeri fleksi. mengalihkan fokus

sedang ) 3. Ajarkan klien teknik perhatian kliendan

 TTV relaksasi dan distraksi meningkatkan

4. Kolaborasi pemberian kemampuan koping.


Suhu : 38
obat analgetika dan 4. Analgetik sebagai agen

atau antikolinergik anti nyeri dan


Nadi : 104 x/
sesuai indikasi antikolinergik untuk

menurunkan spasme
Respirasi : 24 x/i

TD : 100/60 mmhg

 Klien nampak lemah

Report this ad

Report this ad

Share this:

 Twitter
 Facebook
 Google

Post navigation
ASKEP ANAK DENGAN DIARE DAN TEORINYA →
Leave a Reply

Create a free website or blog at WordPress.com.


 Follow

You might also like