You are on page 1of 21

LAPORAN PRAKTIKUM

MAKROPALEONTOLOGI

ARTHROPODA

Disusun oleh:
Shelin Asmarani
21100117130064

LABORATORIUM SUMBER DAYA ENERGI,


SEDIMEN, DAN PALEONTOLOGI
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG
MARET 2018
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Praktikum Makropaleontologi acara Arthropoda yang disusun
oleh Shelin Asmarani telah disahkan pada :
hari :
tanggal :
pukul :
Sebagai tugas praktikum mata kuliah Makropaleontologi.

Semarang, Maret 2018

Mengetahui,
Asisten acara, Praktikan,

Nur Hanifah Shelin Asmarani


NIM : 21100115120024 NIM : 21100117130064
BAB I
HASIL DESKRIPSI

1.1 Fosil Peraga A


PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI PRATIKUM MAKROPALEONTOLOGI
FAKULTAS TEKNIK ACARA: Arthropoda
UNIVERSITAS DIPONEGORO NO. PERAGA: A

NAMA PRAKTIKAN NIM GEL NAMA FOSIL YANG DIPERIKSA


Shelin Asmarani 21100117130064 B Limulus polyphemus
HARI/TANGGAL JAM ASISTEN Phylum Arthropoda
Senin/ 12 Maret 2018 18.30 Fitria Febyani Sub Phylum Chelicerata
JENIS PERAGA YANG DIAMATI Kelas Merostomata
BODI UTUH FRAGMEN MOLD CAST LAIN-LAIN Ordo Xiphosura
V Famili Limulidae
Dorsal Ventral
Ocelli
Chelicera
Mata
Walking Leg
Cephalothorax
Genital Operculum
Abdomen
Groove Appendages
Telson

Berdasarkan pengamatan megaskopis, fosil kode A merupakan fosil yang berwarna


kecoklatan dengan dimensi p x l x t sebesar 30 cm x 11 cm x 3 cm dan termasuk jenis
fosil bodi utuh. Dapat diinterpretasikan bahwa fosil ini mengalami proses pemfosilan
melalui pengawetan bagian keras, yaitu khitin karbonatan. Fosil ini memiliki morfologi,
DESKRIPSI yaitu ocelli, mata, cephalothorax, abdomen, groove, telson, chelicera, walking leg,
genitaloperculum, dan appendages. Taksonomi fosil ini adalah filum Arthropoda, sub
filum Chelicerata, kelas Merostomata, ordo Xiphosura, famili Limulidae, dan bernama
Limulus polyphemus. Fosil ini hidup secara benthos vagile (dapat bergerak) dan juga
palagos di laut dangkal dan diperkirakan hidup pada zaman Ordovician – Holosen.

UMUR GEOLOGI Ordovician - Holosen


LINGKUNGAN HIDUP Laut Dangkal
1.2 Fosil Peraga AR-009
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI PRATIKUM MAKROPALEONTOLOGI
FAKULTAS TEKNIK ACARA: Arthropoda
UNIVERSITAS DIPONEGORO NO. PERAGA: AR-009

NAMA PRAKTIKAN NIM GEL NAMA FOSIL YANG DIPERIKSA


Shelin Asmarani 21100117130064 B Redlichia
HARI/TANGGAL JAM ASISTEN Phylum Arthropoda
Senin/ 12 Maret 2018 18.30 Fitria Febyani Sub Phylum Trilobitomorpha
JENIS PERAGA YANG DIAMATI Kelas Trilobita
BODI UTUH FRAGMEN MOLD CAST LAIN-LAIN Ordo Redlichiida
V (MAKET) Famili Redlichidae
(MAKET)
Dorsal e

Cephalon

Medial Lobe

Thorax

Pygidium

Axial Spine

Berdasarkan pengamatan megaskopis, fosil kode AR-009 merupakan fosil yang


berwarna putih kecoklatan dengan dimensi p x l x t sebesar 20 cm x 15 cm x 2 cm dan
termasuk jenis fosil lain – lain, yaitu maket. Dapat diinterpretasikan bahwa fosil ini
mengalami proses pemfosilan melalui pengawetan bagian keras, yaitu khitin karbonatan.
DESKRIPSI Fosil ini memiliki beberapa morfologi yang tampak, yaitu cephalon, medial lobe, thorax,
pygidium, dan axial spine. Taksonomi fosil ini adalah filum Arthropoda, sub filum
Trilobitomorpha, kelas Trilobita, ordo Redlichiida, famili Redlichidae, dan bernama
Redlichia. Fosil ini hidup secara benthos vagile (dapat bergerak) di laut dangkal dan
diperkirakan hidup pada zaman Kambrium bawah – Kambrium tengah.

UMUR GEOLOGI Kambrium bawah – Kambrium tengah


LINGKUNGAN HIDUP Laut Dangkal
1.3 Fosil Peraga B
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI PRATIKUM MAKROPALEONTOLOGI
FAKULTAS TEKNIK ACARA: Arthropoda
UNIVERSITAS DIPONEGORO NO. PERAGA: B

NAMA PRAKTIKAN NIM GEL NAMA FOSIL YANG DIPERIKSA


Shelin Asmarani 21100117130064 B Balanus
HARI/TANGGAL JAM ASISTEN Phylum Arthropoda
Senin/ 12 Maret 2018 18.30 Fitria Febyani Sub Phylum Crustacea
JENIS PERAGA YANG DIAMATI Kelas Maxillopoda
BODI UTUH FRAGMEN MOLD CAST LAIN-LAIN Ordo Sessilia
V Famili Balanidae
Dorsal Carina Ventral

Scutum

Basis

Aperture

Berdasarkan pengamatan megaskopis, fosil kode B merupakan fosil yang berwarna


kecoklatan dengan dimensi p x l x t sebesar 5 cm x 4 cm x 3 cm dan termasuk jenis fosil
bodi utuh. Dapat diinterpretasikan bahwa fosil ini mengalami proses pemfosilan melalui
pengawetan bagian keras, yaitu khitin karbonatan. Fosil ini memiliki morfologi, yaitu
DESKRIPSI carina, basis, dan scutum. Taksonomi fosil ini adalah filum Arthropoda, sub filum
Crustacea, kelas Maxillopoda, ordo Sessilia, famili Balanidae, dan bernama Balanus.
Fosil ini hidup secara benthos secyl (tertambat) di laut dangkal dan diperkirakan hidup
pada zaman Jurrasic – Holosen.

UMUR GEOLOGI Jurassic - Holosen


LINGKUNGAN HIDUP Laut Dangkal
1.4 Fosil Peraga AR-012
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI PRATIKUM MAKROPALEONTOLOGI
FAKULTAS TEKNIK ACARA: Arthropoda
UNIVERSITAS DIPONEGORO NO. PERAGA: AR-012

NAMA PRAKTIKAN NIM GEL NAMA FOSIL YANG DIPERIKSA


Shelin Asmarani 21100117130064 B Hemirhodon
HARI/TANGGAL JAM ASISTEN Phylum Arthropoda
Senin/ 12 Maret 2018 18.30 Fitria Febyani Sub Phylum Trilobitomorpha
JENIS PERAGA YANG DIAMATI Kelas Trilobita
BODI UTUH FRAGMEN MOLD CAST LAIN-LAIN Ordo Corynexochida
V (MAKET) Famili Dolichometopidae
(MAKET)
Dorsal e

Cephalon

Genal Spine

Thorax

Pleura

Axial Ring
Pygidium

Berdasarkan pengamatan megaskopis, fosil kode AR-012 merupakan fosil yang


berwarna putih kecoklatan dengan dimensi p x l x t sebesar 18 cm x 12 cm x 1 cm dan
termasuk jenis fosil lain – lain, yaitu maket. Dapat diinterpretasikan bahwa fosil ini
mengalami proses pemfosilan melalui pengawetan bagian keras, yaitu khitin karbonatan.
DESKRIPSI Fosil ini memiliki beberapa morfologi yang tampak, yaitu cephalon, thorax, pleura,
genal spine dan axial ring. Taksonomi fosil ini adalah filum Arthropoda, sub filum
Trilobitomorpha, kelas Trilobita, ordo Corynexochida, famili Dolichometopidae, dan
bernama Hemirhodon. Fosil ini hidup secara benthos vagile (dapat bergerak) di laut
dangkal dan diperkirakan hidup pada zaman Kambrium bawah – Devon atas.

UMUR GEOLOGI Kambrium bawah – Devon atas


LINGKUNGAN HIDUP Laut Dangkal
BAB II
PEMBAHASAN

1.1 Fosil Peraga A


Fosil Peraga A memiliki kenampakan warna kecoklatan dengan dimensi p x l
x t sebesar 30 cm x 11 cm x 3 cm. Dari kenampakannya dapat diketahui bahwa
peraga A ternasuk dalam jenis fosil bodi utuh, karena peraga ini merupakan tubuh
asli dari fosil. Proses pemfosilan dari fosil peraga A dapat diiinterpretasikan
merupakan pengawetan bagian keras dari organisme dimana organisme tersebut
memiliki mineral yang tahan / resisten terhadap proses pelapukan dan reaksi
kimia, sehingga memungkinkan terjadinya pembentukan fosil. Fosil peraga A
merupakan fosil yang tersusun atas khitin dan kalsium karbonat, yang umumnya
terawetkan dalam bentuk aslinya. Proses pemfosilan fosil ini bermula ketika fosil
ini mati dan berada pada tempat yang terlindung dari pemangsa dan bakteri
pembusuk. Proses umum yang terjadi setelah penguburan adalah perubahan kimia
atau penggantian dan pemadatan. Kemudian akan tertimbun sedimen dan
selanjutnya sedimen akan mengisi pori sehingga mengeraskan cangkangnya.
Setelah berjuta-juta tahun, peristiwa geologi (pengangkatan) dapat membawa fosil
ke permukaan.
Fosil peraga A memiliki beberapa morfologi yang tampak, yaitu pada bagian
cephalothorax atau kepala dan dada terdapat ocelli atau mata tunggal,mata
majemuk yang berada di samping, walking leg sebagai alat gerak, chelicera atau
capit yang merupakan penciri utama fosil Chelicerata, genital operculum yang
merupakan alat pernapasan dari Chelicerata, dan appendages yaitu bagian tubuh
yang memiliki tonjolan. Kemudian morfologi pada abdomen atau perut adalah
groove atau bagian tubuh yang memiliki alur dan telson atau ekor Chelicerata.
Gambar 2.1 Morfologi Fosil Peraga A
Chelicerata hidup secara benthos vagile atau dapat bergerak di laut dangkal
dan dapat juga bergerak secara palagos ke permukaan. Sistem respirasi
Chelicerata dilakukan dengan enam pasang pelengkap melekat pada bagian
bawah perut yang disebut buku insang. Pasangan pertama, disebut operculum,
melindungi lima pasangan lainnya yang organ pernapasan dan rumah pembukaan
kelamin pori-pori dimana telur dan sperma dilepaskan dari tubuh. Pada Xiphosura
gonad jantan terletak didekat permukaan dorsal prosoma sedang, telur di jumpai
dalam ovarium. Apabila telur betina sudah matang maka akan terlihat pada
saluran genital. Sebelum terjadi pemijahan sebagian besar hasil metabolisme di
gunakan untuk perkembangan gonad. Berat gonad bertambah sejalan degan
meningkatnya diameter telur, dan berat maksimum dicapai saat akan pemijahan
berlangsung sampai selesai. Pertumbuhan gonad terjadi jika terdapat kelebihan
energi untuk pemeliharan tubuh, sedangkan kekurangan energi dapat
menyebabkan telur mengalami pori-pori ditutupi tubuh. Limulus polyphemus
adalah pemulung omnivora, memakan kerang-kerang kecil, mollusca, cacing, ikan
mati dan ganggang. Mereka makan melalui mulut yang terletak didasar kaki, yang
ditutupi bulu tebal yang mengarahkan ke dalam digunakan untuk menggiling
makanan. Makanan ini kemudian didorong kemudian oleh chelicerae yang
kemudian jatuh kekerongkongan dan melewati ke dalam perut dan usus,
dilanjutkan melalui anus terletak disisi ventral didepan telson (Olivia, 2010).
Semua Chelicerata akan mengeluarkan Limbah makanan melalui anus, untuk
Xiphosura terletak disisi ventral didepan telson (ekor). Banyak jenis Chelicerata
yang mempunyai kelenjar racun yang terdapat dirahang atau taring racun sebagai
sarana untuk membunuh mangsa, kemudian menghisap cairan tubuh atau jaringan
lunaknya.

Gambar 2.2 Larva Limulus

Gambar 2.3 Capit Chelicerae


Peraga A memiliki taksonomi phylum Arthropoda, subphylum Chelicerata,
kelas Merostomata, ordo Xiphosura. famili Limulidae. Dari ciri – ciri peraga A
diatas, maka dapat ditentukan bahwa peraga A memiliki nama Limulus
polyphemus (Linnaeus, 1758). Fosil ini diperkirakan hidup di zaman Ordovician -
Holosen. Chelicerata memiliki berbagai manfaat dalam kehidupan, yaitu seperti
dijadikan pakan ikan terutama pada daging dan telur Xiphosura. Hewan ini juga
berperan penting dalam keseimbangan ekosistem perairan dan juga sebagai
dekomposer. Selain itu juga sebagai bahan baku dalam industri farmasi, karena
ekstrak plasma darahnya (haemocyte lysate) banyak digunakan dalam studi
biomedis, farmasi, dan ilmu lingkungan.
Gambar 2.4 Fosil Peraga A Gambar 2.5 Limulus polyphemus

Gambar 2.6 Umur Geologi Fosil Peraga A

1.2 Fosil Kode AR-009


Fosil Peraga AR-009 memiliki kenampakan warna putih kecoklatan dengan
dimensi p x l x t sebesar 20 cm x 15 cm x 2 cm. Dari kenampakannya dapat
diketahui bahwa peraga AR-009 ternasuk dalam jenis fosil lain – lain (maket),
karena peraga ini merupakan peraga buatan. Proses pemfosilan dari fosil peraga
AR-009 dapat diiinterpretasikan merupakan pengawetan bagian keras dari
organisme dimana organisme tersebut memiliki mineral yang tahan / resisten
terhadap proses pelapukan dan reaksi kimia, sehingga memungkinkan terjadinya
pembentukan fosil. Fosil peraga AR-009 merupakan fosil yang tersusun atas
khitin dan kalsium karbonat, yang umumnya terawetkan dalam bentuk aslinya.
Proses pemfosilan fosil ini bermula ketika fosil ini mati dan berada pada tempat
yang terlindung dari pemangsa dan bakteri pembusuk. Proses umum yang terjadi
setelah penguburan adalah perubahan kimia atau penggantian dan pemadatan.
Kemudian akan tertimbun sedimen dan selanjutnya sedimen akan mengisi pori
sehingga mengeraskan cangkangnya. Setelah berjuta-juta tahun, peristiwa geologi
(pengangkatan) dapat membawa fosil ke permukaan.
Fosil peraga AR-009 memiliki beberapa morfologi yang tampak, yaitu pada
bagian cephalon atau kepala terdapat medial lobe atau lobus tengah, thorax yaitu
bagian dada dari fosil peraga AR-009, pygidium atau bagian paling bawah dari
fosil AR-009 yang terdapat axial spine atau ekor.

Gambar 2.7 Morfologi Fosil Peraga AR-009


Mayoritas Trilobita awal diperkirakan sebagai predator invertebrata
bentik, seperti cacing dan Trilobita Cambrian seperti Olenoides dan Gnathobases
yang berduri . Trilobita berhenti ketika mereka bertemu liang cacing yang
menunjukkan bahwa trilobite sedang berburu seperti cacing, dan berhenti untuk
makan ketika menemukan satu liang. Makan yang didapat kemudian diekstraksi,
lembut dan hancur atau terkoyak dengan duri kaki pada Gnathobases yang kuat,
kemudian diteruskan ke depan antara kaki ke mulut anterior, di mana pengolahan
terakhir dilakukan pada platform hypostome sebelum ditelan. Pada Crustacea dan
serangga, semua fungsi ini dilakukan oleh mulut anterior khusus pada kepala
untuk pengolahan makanan sebelum dicerna. Namun, dalam Trilobita, sebagian
besar pengolahan terjadi di alur medial yang memanjang antara anggota badan,
dengan pasangan mereka berulang pada Gnathobases, yang berarti bahwa "mulut"
dari Trilobita yang terletak disepanjang bawah tubuhnya, bukan pada arteior
utama. Sifat predator pada Trilobita ini diketahui dari beberapa organisme kerabat
Trilobita. Dibawah ini merupakan variasi dari Trilobita berdasarkan bentuk
Glabella.

Gambar 2.8 Bentuk Glabella

Gambar 2.9 Cara Makan Trilobita


Peraga AR-009 memiliki taksonomi phylum Arthropoda, subphylum
Trilobitomorpha, kelas Trilobita, ordo Redlichiida. famili Redlichiidae. Dari ciri –
ciri peraga AR-009 diatas, maka dapat ditentukan bahwa peraga AR-009 memiliki
nama Redlichia (Cossmann, 1902). Fosil ini diperkirakan hidup di zaman
Kambrium bawah – Kambrium tengah dan setelah itu mengalami kepunahan
massal. Trilobita memiliki manfaat sebagai fossil index.
Gambar 2.10 Fosil Peraga AR-009 Gambar 2.11 Redlichia

Gambar 2.12 Umur Geologi Fosil Peraga AR-009

1.3 Fosil Kode B


Fosil Peraga B memiliki kenampakan warna kecoklatan dengan dimensi p x l
x t sebesar 5 cm x 4 cm x 3 cm. Dari kenampakannya dapat diketahui bahwa
peraga B ternasuk dalam jenis fosil bodi utuh, karena peraga ini merupakan tubuh
asli. Proses pemfosilan dari fosil peraga B dapat diiinterpretasikan merupakan
pengawetan bagian keras dari organisme dimana organisme tersebut memiliki
mineral yang tahan / resisten terhadap proses pelapukan dan reaksi kimia,
sehingga memungkinkan terjadinya pembentukan fosil. Fosil peraga B merupakan
fosil yang tersusun atas khitin dan kalsium karbonat, yang umumnya terawetkan
dalam bentuk aslinya. Proses pemfosilan fosil ini bermula ketika fosil ini mati dan
berada pada tempat yang terlindung dari pemangsa dan bakteri pembusuk. Proses
umum yang terjadi setelah penguburan adalah perubahan kimia atau penggantian
dan pemadatan. Kemudian akan tertimbun sedimen dan selanjutnya sedimen akan
mengisi pori sehingga mengeraskan cangkangnya. Setelah berjuta-juta tahun,
peristiwa geologi (pengangkatan) dapat membawa fosil ke permukaan.
Bagian tubuh yang utama dari Balanus ialah kepala dan baian anterior badan
(thorax). Antena pertama hanya tampak bekasnya saja berupa kelenjar perekat dan
antena kedua tumbuh menyatu. Yang tampak sangat jelas dan khas adalah adanya
6 pasang apendik thorax. Eksopodit dan endopodit tiap apendik tersebut sangat
panjang, beruas-ruas dan dilengkapi setae, disebut cirri darimana asal nama
cirripedia. Balanus berfungsi untuk menangkap makanan. Balanus bertangkai
mempunyai tangkai panjang (peduncle, stalk), ujung yang satu menempel pada
substrat dan diujung yang lain terletak bagian tubuh yang utama (capitulum).
Capitulum adalah bagian preoral. Capitulum dibungkus karapas (mantel). Pada
permukaan mantel paling sedikit terdapat 5 keping penutup. Bentuk barnacle
sessile mirip bentuk buah kelapa yang masih sebesar kelereng. Beberapa keping
cangkang tersusun seperti genteng, terletak didasar capitulum merupakan dinding,
dan dibagian atas terdapat operkulum yang terbentuk dari erga dan scuta yang
dapat digerakkan.

Gambar 2.13 Morfologi Fosil Peraga B


Balanus hidup sebagai parasit dan terdapat di air laut yang menempel pada
batuan, gundukan tanah, kulit kerang-kerangan atau hampir semua permukaan
benda padat yang dapat untuk berpegangan dengan erat. Kebiasaan hidup
berbeda-beda mulai dari kehidupan betul-betul bebas, komensalisme, secara
kebetulan sampai kepada parasitisme patogenik ekstrim. Balanus mendapatkan
makanannya dari aliran air yang diatur oleh juluran juluran tubuhnya
(appendages) sehingga memasuki mulut dan kemudian dicerna oleh sistem
pencernaan. Oleh karena sifatnya yang tertambat, maka agar pasokan makanan
dapat diperoleh dalam jumlah yang cukup,mereka memilih tempat yang arus
relatif kuat, yaitu pada daerah perairan yang sangat dangkal, sampai dengan
daerah pasang surut. Pada saat Balanus berada dibawah permukaan air saat air
pasang, lempeng yang bisa bergerak dibuka dan aliran air membawa makanannya
agar masuk ke mulutnya. Sistem reproduksi dari balanus tersebut awalnya Lava
Balanus setelah menetas dari telur seperti larva Crustacea yang lain dengan hidup
bebas. Tahap ini terjadi perubahan kulit. Setelah itu larva membentuk cangkang
setangkup dengan larva mulai menambatkan diri pada bagian kepalanya dengan
tahap awal dewasa cangkap dibuang, diganti dengan pembentukan lempeng
lempeng yang melekat kuat didasar. Kenampakan samping dari cangkang
Balanus, penampang melintang dari cangkang Balanus yang berada diantara
lempeng kaku dan ditutupi oleh lempeng yang bergerak oleh otot. Jalur bagian
atas untuk mengatur air sehingga makanan bisa diarahkan ke mulut melewati
sistem pencernaan.

Gambar 2.14 Balanus Pada Kerang


Gambar 2.15 Larva Balanus
Peraga B memiliki taksonomi phylum Arthropoda, subphylum Crustacea,
kelas Maxillopoda, ordo Sessilia. famili Balanidae. Dari ciri – ciri peraga B
diatas, maka dapat ditentukan bahwa peraga B memiliki nama Balanus (Da Costa,
1778). Fosil ini diperkirakan hidup di zaman Jurassic – Holosen, sehingga sampai
saat ini kita masih dapat menemukannya menempel di badan kapal. Fossil ini
berfungsi sebagai fossil index.

Gambar 2.16 Fosil Peraga B Gambar 2.17 Balanus


Gambar 2.18 Umur Geologi Fosil Peraga B

1.4 Fosil Kode AR-012


Fosil Peraga AR-012 memiliki kenampakan warna putih kecoklatan dengan
dimensi p x l x t sebesar 18 cm x 12 cm x 1 cm. Dari kenampakannya dapat
diketahui bahwa peraga AR-012 ternasuk dalam jenis fosil lain – lain (maket),
karena peraga ini merupakan peraga buatan. Proses pemfosilan dari fosil peraga
AR-012 dapat diiinterpretasikan merupakan pengawetan bagian keras dari
organisme dimana organisme tersebut memiliki mineral yang tahan / resisten
terhadap proses pelapukan dan reaksi kimia, sehingga memungkinkan terjadinya
pembentukan fosil. Fosil peraga AR-0012 merupakan fosil yang tersusun atas
khitin dan kalsium karbonat, yang umumnya terawetkan dalam bentuk aslinya.
Proses pemfosilan fosil ini bermula ketika fosil ini mati dan berada pada tempat
yang terlindung dari pemangsa dan bakteri pembusuk. Proses umum yang terjadi
setelah penguburan adalah perubahan kimia atau penggantian dan pemadatan.
Kemudian akan tertimbun sedimen dan selanjutnya sedimen akan mengisi pori
sehingga mengeraskan cangkangnya. Setelah berjuta-juta tahun, peristiwa geologi
(pengangkatan) dapat membawa fosil ke permukaan.
Fosil peraga AR-012 memiliki beberapa morfologi yang tampak, yaitu pada
bagian cephalon atau kepala terdapat medial lobe atau lobus tengah dan genal
spine yang berada di tepi cephalon, thorax yaitu bagian dada dari fosil peraga AR-
012, yang terdapat axial ring atau bagian tengah di sepanjang thorax, pleura
bagian samping dari thorax, dan pygidium atau bagian paling bawah dari fosil
AR-012

Gambar 2.19 Morfologi Fosil Peraga AR-012


Mayoritas Trilobita awal diperkirakan sebagai predator invertebrata
bentik, seperti cacing dan Trilobita Cambrian seperti Olenoides dan Gnathobases
yang berduri . Trilobita berhenti ketika mereka bertemu liang cacing yang
menunjukkan bahwa trilobite sedang berburu seperti cacing, dan berhenti untuk
makan ketika menemukan satu liang. Makan yang didapat kemudian diekstraksi,
lembut dan hancur atau terkoyak dengan duri kaki pada Gnathobases yang kuat,
kemudian diteruskan ke depan antara kaki ke mulut anterior, di mana pengolahan
terakhir dilakukan pada platform hypostome sebelum ditelan. Pada Crustacea dan
serangga, semua fungsi ini dilakukan oleh mulut anterior khusus pada kepala
untuk pengolahan makanan sebelum dicerna. Namun, dalam Trilobita, sebagian
besar pengolahan terjadi di alur medial yang memanjang antara anggota badan,
dengan pasangan mereka berulang pada Gnathobases, yang berarti bahwa "mulut"
dari Trilobita yang terletak disepanjang bawah tubuhnya, bukan pada arteior
utama. Sifat predator pada Trilobita ini diketahui dari beberapa organisme kerabat
Trilobita. Dibawah ini merupakan variasi dari Trilobita berdasarkan bentuk
Glabella.
Gambar 2.20 Bentuk Glabella

Gambar 2.21 Cara Makan Trilobita


Peraga AR-012 memiliki taksonomi phylum Arthropoda, subphylum
Trilobitomorpha, kelas Trilobita, ordo Corynexochida. famili Dolichometopidae.
Dari ciri – ciri peraga AR-012 diatas, maka dapat ditentukan bahwa peraga AR-
012 memiliki nama Hemirhodon (Raymond, 1937). Fosil ini diperkirakan hidup di
zaman Kambrium bawah – Kambrium tengah dan setelah itu mengalami
kepunahan massal. Trilobita memiliki manfaat sebagai fossil index.
Gambar 2.22 Fosil Peraga AR-012 Gambar 2.23 Hemirhodon

Gambar 2.24 Umur Geologi Fosil Peraga AR-012


DAFTAR PUSTAKA

Tim Asisten Makropaleontologi. 2016. Buku Panduan Praktikum


Makropaleontologi. Semarang: Teknik Geologi Universitas Diponegoro.
http://www.fossilmuseum.net/fossilrecord/fossilization/fossilization.htm (diakses
pada 24 Maret 2018)
http://paleo.cortland.edu/tutorial/. htm (diakses pada 24 Maret 2018)
http://www.mcz.harvard.edu/Departments/InvertPaleo/Trenton/Intro/PaleoPage/
Terminology&Morphology/Terminology&Morphology.htm# (diakses
pada 24 Maret 2018)
http://speciesidentification.org/species.php?species_group= &menuen
try=soorten&id=40&tab=beschrijving (diakses pada 24 Maret 2018)
http://fossiilid.info/ (diakses pada 24 Maret 2018)
http://fossilworks.org/ (diakses pada 24 Maret 2018)

You might also like