You are on page 1of 22

I.

Biokimia Pencernaan

1. Pemeriksaan Saliva
I. Saliva pH

a. Dasar Teori

Liur (saliva), sekresi yang berkaitan dengan mulut, terutama dihasilkan oleh tiga
pasang kelenjar liur utama yang terletak di luar rongga mulut dan mengeluarkan liur
melalui ductus pendek kedalam mulut. Saliva terdiri dari 99,42% air dan sisanya
berupa zat padat. Zat padat pada saliva terdiri dari 2/3 zat organik dan 1/3 zat
anorganik. Zat yang terkandung dalam organik, yaitu enzim amilase dan musin
(glikoprotein), sedangkan dalam anorganik, yaitu Ca, Mg, Na, K, fosfat, bikarbonat,
sulfat dan Cl. pH saliva berkisar 6,35-6,05 yang dipengaruhi oleh asam karbonat dan
bikarbonat darah. Enzim amilase berfungsi menghidrolisis pati dengan memutus
rantai-rantai glikosida yang semakin lama semakin pendek.Dimulut, enzim ini
menghasilkan maltosa suatu disakarida yang terdiri dari dua molekul glukosa.
Maltosa dengan benedict menghasilkan reaksi positif karena 1 molekul maltosa masih
mempunyai 1 gugus aldehid bebas, sedangkan yang satu lagi terikat dengan yang lain
(ikatan 1-4) (Panil. 2007 ; 113).

Fungsi saliva:
1. Liur berperan penting dalam hygiene mulut dengan membantu menjaga
mulut dan gigi bersih. Aliran liur yang konstan membantu membilas residu
makanan, partikel asing, dan selepitelrua yang terlepas dari mukosa mulut.
Kontribusi liur dalam hal ini dapat dirasakan oleh setiap orang yang pernah
mengalami bau mulut ketika salvias tertekan sementara, misalnya ketika
demam atau mengalami kecemasan berkepanjangan
2. mempertahankan ruang mulut tetap basah,
3. Liur berfungsi sebagai bahan pelarut yang merangsang kuncup kecap. Hanya
molekul dalam larutan yang dapat bereaksi dengan reseptor kuncup kecap.
Anda dapat membuktikannya sendiri: Keringkan lidah anda dan kemudian
teteskan gula di atasnya–anda tidak merasakan manis sampai lidah anda
dibasahkan
4. sebagai bahan pelumas makanan yang ditelan melalui kerongkongan karena
saliva mengandung musin
5. sebagai pelarut bahan makanan sehingga memudahkan kontak makanan
dengan simpul-simpul perasa dimulut
6. mensuplai enzim percernaan terutama enzim amilase (ptialin). Produk yang
dihasilkan tergantung pada lamanya makanan berada dalam mulut,
7. sebagai alat sekresi bahan tertentu, seperti ion-ion anorganik : K+, Ca+, HCO3–,
tiosianat dan iod (Hardjasasmita. 2000 ; 23)

Fungsi lain saliva adalah sebagai bahan pelarut yang merangsang kuncup
kecap, membantu berbicara dengan mempermudah gerakan bibir dan lidah, dan
mempermudah proses menelan dengan membasahi partikel makanan.

Air liur atau saliva mempunyai banyak manfaat. Produksinya akan semakin
melimpah ketika anda mengunyah. Manfaatnya: (1) dapat mencegah kerusakan gigi.
Saliva mengandung statherins dan polin yaitu suatu protein yang menjaga enamel
gigi. Saliva juga mengandung mineral agar proses remineralisasi gigi terjadi dan
mengunyah makanan dengan benar dapat meningkatkan produksi saliva sehingga
membantu membersihkan sela-sela gigi dari sisa makanan, (2) menjaga kebersihan
mulut, saliva juga mengandung zat antibakteri yang dapat mencegah tumbuhnya
bakteri dimulut. Selain itu saliva memiliki kandungan antibodi dan senyawa
antimikroba.Bahkan saliva bisa mematikan virus HIV, karenanya sedikit sekali yang
terkena virus melalui oral seks, (3) mempercepat penyembuhan luka, luka pada pipi
bagian dalam dan gusi dapat lebih cepat sembuh daripada dikulit karena terdapatnya
kandungan protein dalam saliva yang memicu pembentukan pembuluh darah (Ibnu.
2012.)

Beberapa faktor yang mempengaruhi jumlah produksi air liur antara lain: (1)
gen, (2) waktu (produksi air liur berkurang ketika malam hari), (3) banyaknya air
yang diminum, (4) rangsangan oleh indra penciuman dan penglihatan, (5)
pengunyahan, (6) konsumsi obat-obatan yang mempunyai efek samping dapat
menurunkan sekresi air liur, (7) usia, (8) kelainan sistematik, seperti sindrom sjorgen,
(9) terapi radiasi (Onti. 2012).

b. Tujuan dan Prinsip


 Tujuan : Menentukan PH saliva.
 Prinsip : Pada Krisaran pH tertentu, suatu indikator akan memberikan
perubahan sesuai dengan kadar ion H+ dalam larutan yang diperiksa.

c. Alat dan Bahan


 Alat :

1. Indikator PH
2. Tabung reaksi
3. Sarung tangan

 Bahan:

1. Saliva
2. Tisu
3. Kain lap
d. Cara kerja
1. Sebagian kelompok mengambil sampel saliva yang dikeluarkan dari mulut dan
ditampung pada tabung reaksi yang sudah dibersikan dan dikeringkan sebanyak

2mL.
2. Celupkan kertas pH universal ke dalam saliva sehingga semua kertas pH menjadi
basah oleh saliva.

3. Cocokkan warna kertas pH universal yang telah dicelupkan dengan standar warna
pH, tentukan pH saliva.

4. Catat hasil pemeriksaan.


5. Buat kesimpulan sementara.
e. Hasil

Dari hasil percobaan yang dilakukan dan ditinjau melalui tabel penafsiran
diperoleh :

Probandus Khairunnisa
Umur 18 tahun
Saliva dalam tabung 20ml saliva
reaksi
Ph 7
Kesimpulan Normal

f. Pembahasan
Dari hasil pengujian, dengan pengamatan lakmus yang telah di celupkan ke
saliva dan kemudian di samakan dengan indikator pH bahwa pH saliva berada
pada pH 7 atau normal.

2. Daya Amilolitis Saliva

a. Dasar teori
Saliva adalah cairan yang lebih kental daripada air biasa. Saliva mempunyai
pH antara 5,75 sampai 7,05. pada umumnya pH saliva dalah sedikit dibawah 7. Enzim
ptialin yang terdapat dalam saliva adalah enzim amilase, yang berperan untuk
memecah molekul amilum menjadi maltosa dengan proses hidrolisis. Enzim ptialin
bekerja secara optimal pada pH 6,6 (Poedjiadi, 1996).
Dalam mulut, makanan dihancurkan secara mekanis oleh gigi dengan jalan
dikunyah.Makanan yang dimakan dalam bentuk besar diubah menjadi ukuran yang
lebih kecil.Selama penghancuran secara mekanis berlangsung, kelenjar yang ada
disekitar mulut mengeluarkan cairan yang disebut saliva atau ludah.Ada tiga kelenjar
yang mengeluaran saliva yaitu kelenjar parotis, kelenjar submandibularis, dan
kelenjar sublingualis. Kelenjar sublingualis adalah kelenjar saliva yang paling kecil,
terletak dibawah lidah bagian depan. Kelenjar mandibularis atau biasa disebu kelenjar
maxilaris terletak di belakang kelenjar sublingualis dan lebih dalam.Kelenjar parotis
adalah kelenjar yang paling besar dan terletak dibagian atas mulut didepan telinga
(Poedjiadi, 1996).
b. Tujuan dan Prinsip
 Tujuan : Mengetahui daya amilolitis Saliva
 Prinsip : Air ludah juga mengandung enzim amilase (ptyalin) yang akan
menghidrolisis amilum menjadi maltose.

c. Alat dan bahan


 Alat:
1. Tabung reaksi
2. Cawan porselen
3. gelas beker
4. penyaring
5. waterbath
 Bahan:
1. 20 ml NaCl 0,2%
2. 5ml saliva
3. Yodium
d. Cara kerja
1. Kumur dengan air bersih
2. Kumur lagi dengan 20 ml NaCl 0,2% tamping cairan dengan hasil kumuran
dalam gelas beker, gojog kemudian saring
3. Siapkan 3 tabung reaksi da nisi masing-masing ketiga tabung tsb dengan 5 ml
cairan hasil kumuran (cairan saliva encer)
 Panaskan tabung I hingga mendidih lalu dinginkan, setelah dingin, tambahkan
5ml amilum 1%
 Tabung II di isi dengan 5ml HCL encer. Kemudian tambahkan 5ml amilum
1%
 Tabung III ditambahkan 5ml amilum 1%
4. Masukkan ketiga tabung tsb kedalam penangas air dengan suhu 37c
5. Siapkan cawan porselen untuk uji yodium
6. Setiap 3-5menit, ambil sedikit cairan tabung III dengan pipet tetes kemudian
masukkan ke dalam cawan porselen. Setelah itu lakukan uji yodium hingga
menunjukkan uj yodium negative (yaitu warna biru tepat hilang).
7. Kemudian lakukan uji benedict. Catat hasilnya
8. Lakukan juga uji yodium dan benedict untuk cairan tabung 1 dan 2. Catat
hasilnya

e. Hasil
 Menggunakan Saliva dan Yodium

Plat tetes Bahan Pereaksi Hasil

Lubang 1 3 tetes sampel 2 tetes yodium Coklat kehijauan

Lubang 2 3 tetes sampel 2 tetes yodium Coklat

Lubang 3 3 tetes sampel 2 tetes yodium Coklat kehijauan

Lubang 4 3 tetes sampel 2 tetes yodium Coklat kehitaman


Dari hasil percobaan, tidak terjadinya perubahan warna biru ketika yodium diteteskan
ke larutan saliva.Namun, berangsur-angsur warna coklat.

 Menggunakan benedict
Tabung reaksi Bahan Pereaksi Hasil

Tabung 1 1 ml 2 ml Negatif

Dari hasil percobaan ketika 1ml sampel ditambahkan dengan 2ml


benedict kemudian dipanaskan selama 5menit dan menghasilkan hasil yang
negatif, yaitu warna tetap biru karena, hal itu menandakan bahwa tidak
terdapat monosakarida atau gula pereduksi dalam larutan tersebut.

f. Pembahasan
Pada teorinya, percobaan akan menghasilkan warna hijau kebiru-biruan yang
menandakanbahwalarutan tidak terhidrolisis karena adanya pemanasan menyebabkan
enzim saliva rusak sehingga tidak dapat menghidrolisis protein. Namun pada
percobaan, tak terbentuk warna kebiru-biruan.

3. Sistem Empedu
a. Dasar Teori
Empedu merupakan getah yang dihasilkan oleh hati dan ditampung di dalam
kantong empedu sebelum disekresikan.Empedu mengandung garam Na dan K dari
asam glikholat dan tavrokholat, pigmen biliverdin dan bilirubin.Garam empedu
digunakan untuk mengaktifkan lipase pankreas dalam mengemulsikan lemak
(Ganong, 2003).

Garam empedu dibentuk dihati dari kolesterol yang diperoleh dari limpoprotein
darah atau disintesis dari asetil KoA, disekresikan kedalam empedu.Garam ini
disimpan dalam kandungan empedu dan dikeluarkan keusus sewaktu
makan.Garam empedu menyebabkan emulsifikasi friasilgliserol dari makanan
sehingga lemak tersebut mudah dicerna.Produk pencernaan diserap oleh sel epitel
misel garam empedu, lalu sebagian besar garam empedu mengalir keileum untuk
diserap dan didaur ulang oleh hati (Marks, 1996)
Fungsi cairan empedu adalah untuk mencerna makanan di dalam usus, terutama
lemak. Cairan empedu dari hati ini sebagian disalurkan langsung ke usus dan
bercampu rdengan makanan yang akan dicerna. Sementara sebagian cairan lagi masuk
ke kantung empedu. Disini sebagian air akan diserap/dibuang, sehingga cairannya
akan lebih pekat. Cairan empedu yang pekat ini lebih efektif untuk mencerna
makananan dibandingkan yanglangsung dari hati tadi (Anonim, 2013).

Dalam empedu terdapat senyawa-senyawa yang penting, diantaranya garam empedu,


zat warna empedu, lesitin, kolesterol dan garam-garam anorganik.Garam empedu
merupakan berperan dalam absorpsi lemak dan vitamin-vitamin A, D, E dan K, yang
larut dalam lemak.Garam empedu merendahkan tegangan permukaan dan
memperbesar daya pengemulsi lemak. Dengan demikian akan memudahkan kerja
lipase. Lebih lanjut garam empedu bereaksi dengan asam
lemak menghasilkan senyawa kompleks yang lebih mudah larut dan mudah
terabsorpsi sebagai hasil proses lipolisis (Anonim,2012).

Penyimpanan empedu terletak di dalam Kandung Empedu. Empedu disekresikan


secara kontinu oleh sel-sel hepar tetapi normalnya disimpan di dalam kandung
empedu sampai diperlukan di dalam duodenum.Empedu bersifat basa.Sekresi
total tiap hari rata-rata 600-700 mL, sementara volume maksimumkandung
empedu hanya 40 sampai 70 mL. namun sekresi selama 12 jam dapat disimpan
karena air, natrium, klorida dan kebanyakan elektrolit kecil lainnya diabsorbir
secara kontinu oleh mukosa kandung empedu, mengkonsentrasikan unsur
empedu lainnya, termasuk garam empedu, kolesterol dan bilirubin. Normalnya
empedu dikonsentrasikan sekitar lima kali lipat, tetapi dapat dikonsentrasikan
sampai maksimum 10 sampai 12 kali lipat.

Kebanyakan zat yang disekresikan secara berlebihan kedalam empedu adalah garam
empedu, tetapi yang juga disekresikan atau disekresikan dalam jumlah besar adalah
bilirubin, kolesterol, lesitin, dan elektrolit plasma yang biasa.Berikut data komponen
yang terdapat pada empedu.

Empedu kandung
Komponen Empedu hepar
empedu
Air 97,5 g % 92 g %
Garam-garam empedu 1,1 g % 6g%
Bilirubin 0,04 g % 0,3 g %
Kolesterol 0,1 g % 0,3 sampai 0,9 g %
Asam-asam lemak 0,12 g % 0,3 sampai 1,2 g %
Lesitin 0,04 g % 0,3 g %
Na 145 mEq/l 130 mEq/l
K 5 mEq/l 12 mEq/l
Ca 5 mEq/l 23 mEq/l
Cl 100 mEq/l 25 mEq/l
HCO3- 28 mEq/l 10 mEq/l

Sel-sel hepar membentuk sekitar 0,5 garam empedu setiap harinya.Jumlah total
garam empedu di tubuh adalah sekitar 3 sampai 4 g. Garam empedu mempunyai
dua fungsi penting di dalam traktus intestinalis. Pertama, menurunkan tegangan
permukaan partikel dan mengizinkan gejolak mekanik di dalam traktus
intestinalis untuk memecahkan globulus lemak menjadi ukuran kecil. Kedua,
membantu absorpsi asam lemak, monogliserida, kolesterol dan lipid lain dari
traktus intestinalis.
Konsentrasi bilirubin plasma yang normal rata-rata 0,5 mg per 100 ml plasma.
Tetapi dalam keadaan abnormal , ia dapat meningkat sampai setinggi 40 mg per
100 ml.

Empedu merupakan getah yang dihasilkan oleh hati dan ditampung di dalam
kantong empedu sebelum disekresikan.Empedu mengandung garam Na dan K dari
asam glikholat dan tavrokholat, pigmen biliverdin dan bilirubin.Garam empedu
digunakan untuk mengaktifkan lipase pankreas dalam mengemulsikan lemak
(Ganong, 2003).

Garam empedu dibentuk dihati dari kolesterol yang diperoleh dari


limpoprotein darah atau disintesis dari asetil KoA, disekresikan kedalam
empedu.Garam ini disimpan dalam kandungan empedu dan dikeluarkan keusus
sewaktu makan.Garam empedu menyebabkan emulsifikasi friasilgliserol dari
makanan sehingga lemak tersebut mudah dicerna.Produk pencernaan diserap oleh
sel epitel misel garam empedu, lalu sebagian besar garam empedu mengalir
keileum untuk diserap dan didaur ulang oleh hati (Marks, 1996).

Fungsi cairan empedu adalah untuk mencerna makanan di dalam usus,


terutama lemak. Cairan empedu dari hati ini sebagian disalurkan langsung ke usus
dan bercampu rdengan makanan yang akan dicerna. Sementara sebagian cairan
lagi masuk ke kantung empedu. Disini sebagian air akan diserap/dibuang,
sehingga cairannya akan lebih pekat. Cairan empedu yang pekat ini lebih efektif
untuk mencerna makananan dibandingkan yanglangsung dari hati tadi (Anonim,
2013).

Dalam empedu terdapat senyawa-senyawa yang penting, diantaranya garam


empedu, zat warna empedu, lesitin, kolesterol dan garam-garam anorganik.Garam
empedu merupakan berperan dalam absorpsi lemak dan vitamin-vitamin A, D, E
dan K, yang larut dalam lemak.Garam empedu merendahkan tegangan permukaan
dan memperbesar daya pengemulsi lemak. Dengan demikian akan memudahkan
kerja lipase. Lebih lanjut garam empedu bereaksi dengan asam
lemak menghasilkan senyawa kompleks yang lebih mudah larut dan mudah
terabsorpsi sebagai hasil proses lipolisis (Anonim,2012).

b. Tujuan dan Prinsip


 Tujuan : Untuk membutikan pigmen- pigmen yang terkandung dalam empedu
 Prinsip : Melihat adanya cincin kehijauan diantara empedu dan cairan HNO3
Pekat.
c. Alat dan Bahan
 Alat:
1. Rak tabung
2. Tabung reaksi
3. Spet
4. Pipet tetes
5. Indikator pH universal

 Bahan:
1. HNO3 pekat
2. Empedu
3. Tisu
d. Cara Kerja
1. Siapkan 1 buah tabung reaksi
2. 3 mL HNO3 pekat dimasukkan kedalam tabung tersebut
3. Siapkan 1 mL empedu encer dan tuang kedalam tabung yang berisi HNO3
pekat menggunakan suntikan melalui dinding tabung sehingga terbentuk 2
lapisan
4. Catatlah warna-warna yang timbul pada bidang batas lapisan tersebut!

e. Hasil pemeriksaan
Terbentuk cincin kehijauan diantara HNO3 pekat dan Empedu.

Dari hasil percobaan yang dilakukan dan ditinjau melalui tabel penafsiran diperoleh :

Empedu Empedu ayam


Warna hijau segar
Hasil warna-warna yang Hijau tua, hijau muda, ungu kemerahan yang
timbul pada bidang batas merupakan bilirubin atau biliferdin.
lapisan
pH 12

Sedangkan pada percobaan pengukuran pH empedu, didapati pH empedu


sebesar 12, menandakan empedu bersifat basa.

f. Pembahasan
HNO3 pekat mengoksidasi cairan empedu. Hal ini membuktikan bahwa di
dalam empedu mengandung pigmen berwarna merah yang disebut pigmen
bilirubin, dimana reaksinya adalah sebagai berikut : pigmen bilirubin + HNO3 p

cincin merah. Di dalam empedu terkandung garam-garam organik, garam-garam


mineral, kolesterol dan zat warna bilirubin dan biliverdin (Oman, 1995).

II. Biokimia Fermentasi


a. Dasar Teori

Menurut Sudarmadja (2003) dalam bukunya Kamus pintar kimia, pengertian fermentasi,
yaitu :

a) Fermentasi merupakan penguraian metabolik senyawa organic oleh mikroorganisme yang


menghasilkan energy yang umumnya berlangsung dengan kondisi anaerob dan dengan
pembebasan gas.
b) Fermentasi adalah penguraian metabolic senyawa organic yang berlangsung dalam suatau
organisme, tanpa kehadiran oksigen molecular dan dengan menggunakan senyawa
organic, baik sebagai zat pengoksidasi maupun substrat yang dioksidasi.
c) Fermentasi adalah proses perubahan kimia yang disebabkan oleh mikroorganisme atau
enzim. Reaksi biasanya merupakan penguraian gula dan pati menjadi etanol dan
karbondioksida dengan rumus :
C6H12O6 + 2CO2 + 2 C2H5OH
Fermentasi alkohol merupakan kumpulan reaksi, khususnya ragi, tempat glukosa
difermentasi menjadi etil alcohol.
Bioetanol dapat dibuat dari bahan yang mengandung gula sederhana, pati maupun
bahan berserat melalui proses fermentasi. Masing-masing bahan berbeda cara pengolahannya
untuk bisa dijadikan bioetanol. Produksi bioetanol dengan menggunakan bahan berpati
menjadi gula sederhana atau glukosa melalui metode hidrolisis asam atau enzimatis (Azizah,
2012).
Laktosa merupakan gula sederhana sehingga dalam proses produksi bioetanol tidak
membutuhkan proses hdrolisis. Mikroorganisme yang umumnya digunakan dalam proses
produksi bioetanol adalah saccharomyces cerevisiae. Saccharomyces cerevisiae memiliki
beberapa kelebihan dibandingkan dengan mikroorganisme lain yang dapat memproduksi
bioetanol. Kelebihan tersebut yaitu mudah beradaptasi dengan lingkungan, lebih tahan
terhadap kadar alcohol tinggi, dan lebih mudah didapat (Azizah, 2012).

b. Tujuan dan Prinsip


 Tujuan: Mengetahui bahwa glukosa dapat difermentasikan oleh sel-sel
ragi.
 Prinsip: Fermentasi oleh sel-sel ragi ke larutan laktosa.

c. Alat dan Bahan


 Alat:
1. Tabung Peragian : 2 buah
2. Tabung Reaksi : 2 buah
3. Mortir dan Stamper
4. Gelas Ukur
 Bahan:
1. Larutan Glukosa 2% 20 ml, Larutan Laktosa 2%
20 ml
2. Ragi roti yang telah dicairkan
d. Cara Kerja
1. Haluskan dalam sebuah mortar 2 gram ragi roti dengan 20 ml larutan
glukosa 2%, dalam mortar yang lain haluskan dengan cara yang sama
dengan 20 ml larutan laktosa 2%.
2. Pindahkan campuran tersebut ke tabung peragian sampai bagian tertutup
peragian terisi penuh.
3. Perhatikan perubahan pada tabung peragian selama 1 jam.
4. Catat perubahan yang terjadi.

e. Hasil
Laju fermentasi larutan laktosa lebih lambat dari larutan glukosa yaitu
tabung laktosa, Dalam waktu 58 menit terlihat adanya udara berupa CO2 pada
bagian atas tabung fermentasinya.Sedangkan pada larutaan glukosa dalam
waktu 15 menit sudah terlihat adanya udara berupa CO2 pada bagian atas
fermentasinya.

f. Pembahasan
Setelah melakukan pengujian fermentasi biokimia, didapatkan bahwa
glukosa yang merupakan monosakarida lebih cepat mengalami fermentasi
dibandingkan disakarida dan polisakarida.Hal ini terbukti ketika beberapa
menit setelah dimasukkan larutan glukosa dan ragi kedalam tabung fermentasi
dan juga dimasukkannya larutan laktosa dan ragi ke dalam tabung fermentasi
lainnya didapatkan bahwa, di atas tabung fermentasi larutan glukosa sudah
mulai terdapat udara, yang menandakan sudah keluarnya hasil fermentasi yaitu
CO2.Sementara pada tabung fermentasi lainnya, yaitu tabung laktosa, belum
tampak adanya udara berupa CO2 pada bagian atas tabung fermentasinya.
Setelah 10-15 menit, didapatkan bahwasanya sudah banyak udara yang
berada pada bagian atas tabung fermentasi larutan glukosa.Sementara tabung
fermentasi larutan laktosa masih sangat sedikit. Hal ini membuktikan bahwa
monosakarida lebih mudah difermentasi dibandingkan dengan disakarida atau
polisakarida.
LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA

BLOK 1.4

SISTEM DIGESTIVUS, ENDOKRIN DAN METABOLISME


PEMERIKSAAN SALIVA, SISTEM EMPEDU DAN BIOKIMIA FERMENTASI

Hari/ Tanggal Praktikum : Kamis, 08 Maret 2018

Nama : YULINAR MAULIDA

NIM : 170610057

Kelompok : 2 (DUA)

Dosen Pembimbing : dr.Sri Wahyuni, M.Sc

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS NEGERI MALIKUSSALEH

TA. 2017/2018
DAFTAR PUSTAKA

Ganong, F.W. 2003.Fisiologi Kedokteran. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta.

Guyton, Arthur. 1987. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit.EGC: Jakarta.


Sadikin, Mohamad. 2012. Biokimia enzim. Widya Medika: Jakarta.

Sherwood, L. 2014. Fisiologi Manusia. Dari Sel ke Sistem.Edisi 8. EGC: Jakarta.

Sherwood, Lauralee. 2014. Fisiolosigi Sistem Pencernaan edisi 6.

Marks, D.B., Marks, A.D., and C. Smith .1996.Biokimia Kedokteran Dasar: Sebuah
Pendekatan Klinis. EGC. Jakarta.

Oman, K. 1995. Biologi Umum. Ganeca Exact: Bandung.

Poejiadi, Anna. 1996. Dasar-dasar Biokimia. Indonesia University Press. Jakarta.

Azizah, H dkk. 2012. Pengaruh lama fermentasi terhadapa kadar alcohol, pH, dan
produksi gas pada proses fermentasi bioetanol dengan subtitusi kulit nanas. Jurnal aplikasi
teknologi pangan Vol 1.No. 2.Ponegoro : UNDIP
Suradmaja. 2003. Kamus pintar kimia. Jakarta. Eramedia
Anonim.2013. Biologi Hati dan Kandungan Empedu.

Hardjasasmita, Pantjita. 2000. Ikhtisar Biokimia Dasar. UI-PREES : Jakarta

Ibnu. 2012. Saliva

Onti.2012. Seputar Tentang Air Liur Manusia.

Panil. 2007. Memahami Teori Dan Praktik Biokimia Dasar Medis. EGC : Jakarta

You might also like