Professional Documents
Culture Documents
BLOK 1.5
SISTEM UROGENITAL
Nama : Khairina
NIM : 170610071
Kelompok : 4 (Empat)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
LHOKSEUMAWE
2018
BIOKIMIA UROGENITAL
1. PEMERIKSAAN SIFAT FISIK
a. Dasar Teori
Pemeriksaan terhadap warna urin mempunyai makna karena
kadang-kadang dapat menunjukkan kelainan klinik. Warna urin
dinyatakan dengan tidak berwarna, kuning muda, kuning, kuning tua,
kuning bercampur merah, merah, coklat, hijau, putih susu dan
sebagainya.
Warna urin dipengaruhi oleh kepekatan urin, obat yang dimakan
maupun makanan. Pada umumnya warna ditentukan oleh kepekatan
urin, makin banyak diuresa makin muda warna urin itu. Warna
normal urin berkisar antara kuning muda dan kuning tua yang
disebabkan oleh beberapa macam zat warna seperti urochrom,
urobilin dan porphyrin.
Bila didapatkan perubahan warna mungkin disebabkan oleh zat
warna yang normal ada dalam jumlah besar, seperti urobilin
menyebabkan warna coklat.
Disamping itu perlu dipertimbangkan kemungkinan adanya zat
warna abnormal, seperti hemoglobin yang menyebabkan warna
merah dan bilirubin yang menyebabkan warna coklat. Warna urin
yang dapat disebabkan oleh jenis makanan atau obat yang diberikan
kepada orang sakit seperti obat dirivat fenol yang memberikan warna
coklat kehitaman pada urin.
Kejernihan dinyatakan dengan salah satu pendapat seperti jernih,
agak keruh, keruh atau sangat keruh. Biasanya urin segar pada orang
normal jernih. Kekeruhan ringan disebut nubecula yang terdiri dari
lendir, sel epitel dan leukosit yang lambat laun mengendap. Dapat
pula disebabkan oleh urat amorf, fosfat amorf yang mengendap dan
bakteri dari botol penampung. Urin yang telah keruh pada waktu
dikeluarkan dapat disebabkan oleh chilus, bakteri, sedimen seperti
epitel, leukosit dan eritrosit dalam jumlah banyak.
Untuk menilai bau urin dipakai urin segar, yang perlu diperhatikan
adalah bau yang abnormal. Bau urin normal disebabkan oleh asam
organik yang mudah menguap. Bau yang berlainan dapat disebabkan
oleh makanan seperti jengkol, petai, obat-obatan seperti mentol, bau
buah-buahan seperti pada ketonuria.
Bau amoniak disebabkan perombakan ureum oleh bakteri dan biasanya
terjadi pada urin yang dibiarkan tanpa pengawet. Adanya urin yang
berbau busuk dari semula dapat berasal dari perombakan protein dalam
saluran kemih umpamanya pada karsinoma saluran kemih.
b. Tujuan/ Prinsip Percobaan
Tujuan Praktikum : menentukan sifat fisik urin
d. Cara Kerja
a) tampung urin kedalam tabung reaksi
b) lalu amati urin yang ada di tabung reaksi
c) catat hasil yang diamati
.
e. Hasil
Urin A
Warna : orange
Bau : khas urin
Kekeruhan : tidak mengandung darah
Urin B
Warna : kuning terang
Bau : khas urin
Kekeruhan : tidak mengandung darah
f. Pembahasan
Dari percobaan yang telah dilakukan pada dua mahasiswa berbeda,
diperoleh hasil bahwa:
Urin A
Bewarna orange yang menunjukkan bahwa mengalami dehidrasi atau
kekurangan cairan didalam tubuh. baunya khas urin dan kekeruhannya
tidak didapati darah dan itu normal.
Urin B
Pada urin B menunjukkan bewarna kuning, baunya khas urin,
kekeruhannya tidak didapati darah dan itu normal.
2. PEMERIKSAAN PH URIN
a. Dasar Teori
pH urine pada orang normal adalah 4,8 – 7,4. pH di bawah 7,0 disebut asam
(acid) dan pH di atas 7,0 dinamakan basa (alkali).
Urin asam yang berlebihan, dengan pH lebih rendah daripada 6,0, mungkin
dikeluarkan oleh pasien pada diet protein tinggi. Pengobatan tertentu seperti
ammonium klorida dan asam mandetic mungkin juga menghasilkan urin
asam. Pasien dengan acidosis dan diabetes mellitus yang tidak dikontrol
mengeluarkan urin yang mengandung sejumlah besar asam.
b. Tujuan Percobaan
Tujuan percobaan ini adalah untuk mengetahui ph dari urin
c. Alat dan Bahan
• Kertas lakmus
• Rak tabung reaksi
• Tabung reaksi
• Urin segar
d. Cara Kerja
a)masukkan urin sebanyak 2 ml kedalam tabung reaksi
b)celupkan kertas lakmus ke dalam urin selama 5 detik
c)cocokkan perubahan warna kertas indikator dengan kertas standar warna
ph
d)catat hasil pengamatan.
e. Hasil
Urin A=5,O
Urin B= 7,0
f. Pembahasan
Dari percobaan yang telah dilakukan didapatkan bahwa:
Urin A
Pada urin A didapati ph 5 dan itu menunjukkan normal.karena pada
urin normal adalah 4,8-7,4 ph. Jika ph dibawah 7,0 disebut asam dan
ph diatas 7,0 dinamakan basa.
Urin B
Pada urin B didapati ph 7 dan itu menunjukkan normal. karena pada
urin normal adalah 4,8-7,4 ph. Jika ph dibawah 7,0 disebut asam dan
ph diatas 7,0 dinamakan basa.
3. PEMERIKSAAN BERAT JENIS URIN (BJ URIN)
a. Dasar Teori
Pemeriksaan berat jenis urin merupakan suatu pemeriksaan yang
sering dilakukan dalam urinalisis. Penurunan berat jenis urin dapat
terjadi pada penderita diabetes insipidus, berbagai kelainan ginjal,
pielonefritis, dan glomerulonefritis. Peningkatan berat jenis urin
dapat terjadi pada penderita dengan dehidrasi, gagal jantung
kongestif, insufisiensi adrenal, dan penyakit hati.Pengobatan pada
pasien tuberkulosis menggunakan obat anti tuberkulosis yang terdiri
dari rifampisin, isoniazid, etambutol, pirazinamid, dan streptomisin.
Kemampuan rifampisin meningkatkan respon imun dan pada saat
tertentu dapat menyebabkan kerusakan sel. Rifampisin dan
streptomisin merupakan obat yang tergolong sebagai nefrotoksik,
yang berarti dapat merusak ginjal. Bila kerusakan terjadi pada
bagian tubulus ginjal akan mengakibatkan gangguan reabsorpsi zat.
Kerusakan ini akan berdampak pada berat jenis urin. Berdasarkan
hal diatas, penulis tertarik untuk mengetahui gambaran berat jenis
urin pada pasien tuberkulosis di RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandou
Manado
Pemeriksaan berat jenis urin bertalian dengan faal pemekatan ginjal,
dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu dengan memakai falling
drop, gravimetri, menggunakan pikno meter, refraktometer dan
reagens 'pita'.
Berat jenis urin sewaktu pada orang normal antara 1,003 -- 1,030.
Berat jenis urin herhubungan erat dengan diuresa, makin besar
diuresa makin rendah berat jenisnya dan sebaliknya. Makin pekat urin
makin tinggi berat jenisnya, jadi berat jenis bertalian dengan faal
pemekat ginjal.
Urin sewaktu yang mempunyai berat jenis 1,020 atau lebih,
menunjukkan bahwa faal pemekat ginjal baik. Keadaan ini dapat
dijumpai pada penderita dengan demam dan dehidrasi. Sedangkan
berat jenis urin kurang dari 1,009 dapat disebabkan oleh intake cairan
yang berlebihan, hipotermi, alkalosis dan kegagalan ginjal yang
menahun.
b. TujuanPercobaan
Tujuan dari percobaan ini yaitu untuk mengetahui beerat jenis urin
c.Alat dan Bahan
Urin
Tabung hidrometer
urinometer
d.Cara Kerja
a) isi sebuah tabung hidrometer dengan urin dan letakkan hidrometer
didalamnya
b) hidrometer tidak boleh menyentuh dinding tabung
c) perhatikan meniskus skala berat jenis yang terbaca di urinometer
d) catat suhu urin tersebut,tiap urinometer sudah ditera pada suhu tertentu
e) rumus BJ=BJ terbaca ± angka koreksi
c. Hasil
Urin A
BJ terbaca= 1,026
Angka koreksi=Turin-Talat/3c x 0,001
=25-20/3 x 0,001
=0,0016
BJ terukur= BJ terbaca±anka koreksi
=1,026+0,0016
=1,027
Urin B
BJ terbaca= 1,024
Angka koreksi=Turin-Talat/3c x 0,001
=25-20/3 x 0,001
=0,0016
BJ terukur= BJ terbaca±anka koreksi
=1,024+0,0016
=1,025
d. Pembahasan
Dari hasil percobaan didapatkan bahwa:
Urin A
Mendapatkan hasil 1,027 dan Urin sewaktu yang mempunyai berat jenis
1,020 atau lebih, menunjukkan bahwa faal pemekat ginjal baik. Keadaan
ini dapat dijumpai pada penderita dengan demam dan dehidrasi.
Sedangkan berat jenis urin kurang dari 1,009 dapat disebabkan oleh
intake cairan yang berlebihan, hipotermi, alkalosis dan kegagalan ginjal
yang menahun.
Urin B
Mendapatkan hasil 1,025 dan Urin sewaktu yang mempunyai berat
jenis 1,020 atau lebih, menunjukkan bahwa faal pemekat ginjal baik.
Keadaan ini dapat dijumpai pada penderita dengan demam dan
dehidrasi. Sedangkan berat jenis urin kurang dari 1,009 dapat
disebabkan oleh intake cairan yang berlebihan, hipotermi, alkalosis
dan kegagalan ginjal yang menahun.
4.PENENTUAN JUMLAH ZAT PADAT TOTAL
a. Dasar Teori
Jumlah zat padat total normal dalam urin 24 jam kira-kira 150.8 g/l urin 24
jam. Sampel urin mengandung jumlah zat padat total 36,4 g/l urin. Jadi hasil
ini dapat dikatakan menyimpang dari kisaran normal. Berat jenis suatu
larutan tergantung pada sifat maupun jumlah partikel terlarut yang ada di
dalamnya, karena itu berat jenis dapat digunakan untuk menentukan jumlah
zat padat yang dikandung urin. Mungkin hasil yang menyimpang ini terjadi
karena faktor asupan makanan yang masuk ke tubuh atau karena faktor
kelainan pada tubuh. Hasil yang didapatkan memang tidak akurat karena
hanya menghitung secara kasar saja jumlah zat padat total dalam urin.
b. Tujuan Percobaan
Mengetahui jumlah zat padat total pada urin
e. Hasil
Urin A
Jumlah zat padat=27
27x2,66=71,82gr
Urin B
Jumlah zat padat=25
25x2,66=66,5gr
f. Pembahasan
Dari percobaan didapatkan hasil bahwa:
Urin A
Didapati jumlah zat pada total pada urin A adalah 71,82gr dan
merupakan normal, karena Jumlah zat padat total normal dalam urin
24 jam kira-kira 150.8 g/l urin 24 jam. Sampel urin mengandung
jumlah zat padat total 36,4 g/l urin
Urin B
Didapati jumlah zat pada total pada urin A adalah 66,5gr dan
merupakan normal, karena Jumlah zat padat total normal dalam urin
24 jam kira-kira 150.8 g/l urin 24 jam. Sampel urin mengandung
jumlah zat padat total 36,4 g/l urin
DAFTAR PUSTAKA
http://omedicine.info/id/fizicheskie-svojstva-mochi.html
https://media.neliti.com/media/publications/67016-ID-gambaran-berat-
jenis-urin-pada-pasien-tu.pdf