You are on page 1of 14

PENGGUNAAN ALAT SUNTIK AUTO-DISABLE (AD)

No. Dokumen :
Ditetapkan oleh Kepala
Terbitan : Puskesmas UPT
Revisi : Pengumbuk
Tgl. Mulai :
SOP berlaku
Halaman : 1/1
Heri Wijaya S,Sos
NIP.198502152017042009

1. Pengertian Alat suntik Auto-Disable adalah alat suntik yang setelah dipakai mengunci
sendiri dan hanya dapat dipakai sekali. Alat suntik ini yang
direkomendasikan untuk semua jenis pelayanan imunisasi. Setiap alat suntik
AD adalah steril dan diberi segel oleh pabrik. Ada beberapa jenis alat suntik
AD yang berbeda-beda antara lain : Uniject, Soloshot, Destroject, Univec,
Terumo, K1, Medico injet.
Semua alat suntik AD mempunyai penutup plastik untuk menjaga agar
jarum tetap steril dan beberapa juga memiliki penutup pada pistonnya.
2. Tujuan Sebagai Acuan penerapan langkah-langkah untuk melaksanakan
Penggunaan Alat Suntik Auto-Disable.
3. Kebijakan SK kepala puskesmas UPT Pengumbuk No.
tentang Standar Pelayanan Publik Puskesmas UPT Pengumbuk
4. Referensi Permenkes RI No. 42 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Imunisasi.
Modul Penyelenggaraan Imunisasi Kemenkes RI tahun 2012
5. Prosedur / Langkah-langkah umum menggunaan alat suntik AD
Langkah-langkah 1) Keluiarkan alat suntik dan jarum dari bungkus plastik (lepaskan dan
buka ujung piston alat suntik dari paket) atau lepaskan tutup plastiknya.
2) Pasang jarum pada alat suntik jika belum terpasang.
3) Lepaskan tutup jarum tanpa menyentuh jarum.
4) Masukkan jarum ke dalam vial/ampul vaksin dan arahkan ujung jarum
ke bagian paling rendah dari dasar vial/ampul (dibawah permukaan
vaksin).
5) Tarik piston untuk mengisi alat suntik. Piston secara otomatis akan
berhenti setelah melewati tanda 0,05 ml/0,50 ml dan anda akan
mendengar bunyi “klik”.
6) Tekan/dorong piston hingga isi alat suntik sesuai dosis 0,05 ml/0,5 ml.
lepaskan jarum dari botol. Untuk menghilangkan gelembung udara,
pegang alat suntik tegak lurus dan buka penyumbatnya.
7) Kemudian tekan dengan hati-hati ke tanda tutup.
8) Tentukan tempat suntikan.
9) Dorong piston ke depan dan suntikkan vaksin. Setelah suntikan, piston
secara otomatis akan mengunci dan alat suntik tidak bisa digunakan lagi.
Jangan lagi menutup jarum setelah digunakan.
10) Segera masukkan jarum dan alat suntik langsung ke dalam safety box.
Safety box adalah penampung ADS bekas yang tahan bocor dan tahan
tusukan.
Catatan :
Keuntungan alat suntik AD :
1) Sterilitas ADS terjamin.
2) Alat ini mengeliminasi penyebaran penyakit dari penerima vaksin ke
orang lain yang disebabkan oleh penggunaan jarum dan alat suntik yang
terkontaminasi.
3) Tidak perlu sterilisasi.

6. Unit Terkait Puskesmas, posyandu


PEMBERIAN & PENYUNTIKAN VAKSIN BCG
No. Dokumen : Ditetapkan oleh Kepala
Terbitan : Puskesmas UPT
Revisi : Pengumbuk
Tgl. Mulai :
SOP berlaku
Halaman : 1/1
Heri Wijaya S,Sos
NIP.198502152017042009

1. Pengertian Vaksin BCG merupakan vaksin beku kering yang mengandung


Mycobacterium bovis hidup yang dilemahkan (Bacillus Calmette Guerin),
untuk pemberian kekebalan aktif terhadap tuberculosis.
2. Tujuan Sebagai Acuan penerapan langkah-langkah untuk melaksanakan
Penyuntikan BCG.
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas UPT Pengumbuk No.
tentang Standar Pelayanan Publik Puskesmas UPT Pengumbuk
4. Referensi Permenkes RI No. 42 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Imunisasi.
Modul Penyelenggaraan Imunisasi Kemenkes RI tahun 2012
5. Prosedur / Cara Pemberian dan Dosis Vaksin BCG :
Langkah-langkah  Sebelum disuntikkan vaksin BCG harus dilarutkan terlebih dahulu.
Melarutkan dengan menggunakan alat suntik steril (ADS 5 ml).
 Dosis pemberian 0,05 ml, sebanyak 1 kali.
 Disuntikkan secara intrakutan di daerah lengan kanan atas (insertio
musculus deltoideus), dengan menggunakan ADS 0,05 ml.
 Sebelum vaksin dipergunakan, periksa dahulu masa kadaluarsa.
 Vaksin yang telah dilarutkan tidak segera digunakan maka disimpan pada
suhu 2 s.d 8oC selama maksimal 3 jam.:
Cara Penyuntikan Vaksin BCG
1. Suntikan diberikan intrakutan pada lengan kanan atas bagian luar
dengan dosis 0,005 cc
2. Letakkan bayi dengan posisi miring di atas pangkuan ibu dan lepas
baju bayi dari lengan dan bahu.
3. Ibu sebaiknya memegang bayi dekat dengan tubuhnya, menyangga
kepala bayi dan memegang lengan dekat dengan tubuh.
4. Pegang alat suntuik dengan tangan kanan anda dengan lubang pada
ujung jarum menghadap ke depan.
5. Buatlah permukaan kulit menjadi datar dengan menggunakan ibu jari
kiri dan jari telunjuk anda.
6. Letakkan alat suntik dan jarum dengan posisi hampir datar dengan
kulit bayi.
7. Masukkan ujung jarum tepat di bawah permukaan kulit tetapi di dalam
kulit yang tebal – cukup masukkan bevel (lubang di ujung jarum).
8. Jaga agar posisi jarum tetap datar di sepanjang kulit sehinnga jarum
masuk ke dalam lapisan atas kulit saja. Jaga agar lubang di ujung
jarum menghadap ke depan.
9. Jangan menekan jarum terlalu dalam dan jangan menurunkan jarum
karena jarum akan masuk di bawah kulit, sehingga yang terjadi
suntikan di dalam otot (subcutaneous) bukan suntikan intrakutan.
10. Untuk memegang jarum dengan posisi yang tepat, letakkan ibu jari kiri
anda pada ujung bawah alat suntik dekat jarum, tetapi jangan
menyentuh jarum.
11. Pegang ujung penyedot antara jari telunjuk dan jari tengah tangan
kanan anda. Tekan penyedot dengan ibu jari anda.
12. Suntikkan 0,05 ml vaksin dan lepaskan jarum.
Catatan :
Jika suntikan intrakutan diberikan secara tepat, alat penyedot akan sulit didorong. Jika vaksin mudah
masuk anda mungking menyuntik terlalu dalam. Segera hentikan suntikan, betulkan posisi jarum,
dan berikan sisa dosis, tetapi tidak ditambah lagi. Jika suntikan BCG tepat, akan timbul
pembengkakan dengan puncak yang datar (flat-topped) pada kulit. Pembengkakan ini kelihatan
pucat dengan lubang sangat kecil seperti kulit jeruk. Jika teknik yang digunakan tidak tepat, vaksin
akan masuk dengan mudah dan tidak terlihat adanya pembengkakan.

6. Unit Terkait Puskesmas, Posyandu


PEMBERIAN & PENYUNTIKAN VAKSIN CAMPAK
No. Dokumen : Ditetapkan oleh Kepala
Terbitan : Puskesmas UPT
Revisi : Pengumbuk
Tgl. Mulai :
SOP berlaku
Halaman : 1/1
Heri Wijaya S,Sos
NIP.198502152017042009

1. Pengertian Vaksincampak merupakan vaksin virus hidup yang dilemahkan. Setiap dosis
(0,5 ml) mengandung tidak kurang dari 1000 infective unit virus strain
CAM 70 dan tidak lebih dari 100 mcg residu kanamycin dan 30 mcg residu
erythromycin.’
untuk pemberian kekebalan aktif terhadap campak.
2. Tujuan Sebagai Acuan penerapan langkah-langkah untuk melaksanakan
Penyuntikan Campak.
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas UPT Pengumbuk No.
tentang Standar Pelayanan Publik Puskesmas UPT Pengumbuk.
4. Referensi Permenkes RI No. 42 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Imunisasi.
Modul Penyelenggaraan Imunisasi Kemenkes tahun 2012.
5. Prosedur / Cara Pemberian dan Dosis Vaksin Campak :
Langkah-langkah  Sebelum disuntikkan vaksin campak terlebih dahulu harus dilarutkan
dengan pelarut steril yang telah tersedia yang berisi 5 ml cairan pelarut.
 Dosis pemberian 0,5 ml disuntikkan secara subkutan pada lengan kiri
atas, pada usia 9-11 bulan. Dan ulangan (booster) pada usia 2-3 tahun
 Sebelum vaksin dipergunakan, periksa dahulu masa kadaluarsa dan label
VVM.
 Vaksin yang usdah dilarutkan harus digunakan sebelum lewat 6 jam.
Cara Penyuntikan Vaksin Campak :
1. Suntikan diberikan pada lengan kiri atas, pertengahan M.Deltoideus
secara subkutan dengan dosis 0,5 cc.
2. Atur bayi dengan posisi miring di atas pangkuan ibu dengan seluruh
lengan telanjang.
3. Orang tua sebaiknya memegang kaki bayi. Gunakan jari-jari kiri anda
untuk menekan ke atas lengan bayi.
4. Pegang lengan seperti mencubit menggunakan ibu jari dan jari telunjuk.
Kemudian jarum suntik disuntikkan dengan sudut 45o.
5. Terhadap permukaan kulit, dengan kedalaman jarum tidak lebih dari ½
inchi. (lakukan aspirasi sebelumnya untuk memastikan jarum tidak
menembus pembuluh darah).
6. Suntikkan vaksin pelan-pelan untuk mengurangi rasa sakit.
6. Unit Terkait Puskesmas, Posyandu
PEMBERIAN DAN PENYUNTIKAN VAKSIN DPT/HB/Hib
No. Dokumen : Ditetapkan oleh
Terbitan : Kepala Puskesmas
Revisi : UPT Pengumbuk
Tgl. Mulai :
SOP berlaku
Halaman : 1/1
Heri Wijaya S,Sos
NIP.198502152017042009

1. Pengertian Vaksin DPT/HB/Hib adalah vaksin jerap Difteri Pertusis Tetanus, Hepatitis
B Rekombinaan, Haemophilus influenza tipe B, berupa suspensi homogen
yang mengandung toksoid tetanus dan difteri murni, bakteri pertusis (batuk
rejan) inaktif, antigen permukaan hepatitis B (HBsAg) murni yang tidak
infeksius, dan komponen HiB sebagai vaksin bakteri.
2. Tujuan Sebagai Acuan penerapan langkah-langkah untuk melaksanakan pemberian
dan Penyuntikan Vaksin DPT/HB/HiB.
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas UPT Pengumbuk No.
tentang Standar Pelayanan Publik Puskesmas UPT Pengumbuk
4. Referensi Permenkes RI No. 42 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Imunisasi.
Modul Penyelenggaraan Imunisasi Kemenkes 2012
5. Prosedur / Cara Pemberian dan Dosis Vaksin DPT/HB/Hib :
Langkah-langkah  Vaksin harus disuntikkan secara intramuscular.
 Penyuntikan sebaiknya dilakukan pada anterolateral paha atas.
 Penyuntikan pada bagian bokong anak dapat menyebabkan luka saraf
siatik dan tidak dianjurkan.
 Suntikan yang digunakan adalah spuit 0,5 ml.
 Sebelum vaksin dipergunakan, periksa dahulu masa kadaluarsa dan label
VVM.
Cara Penyuntikan Vaksin DPT/HB/Hib :.
1. Pegang lokasi suntikan dengan ibu jari dan jari telunjuk.
2. Suntikan vaksin dengan posisi jarum suntik 90o terhadap permukaan
kulit (lakukan aspirasi sebelumnya untuk memastikan jarum tidak
menembus pembuluh darah).
3. Tekan seluruh jarum langsung ke bawah melalui kulit sehingga masuk
ke dalam otot.
4. Suntikkan pelan-pelan untuk mengurang rasa sakit.
6. Unit Terkait Puskesmas, Posyandu
PEMBERIAN DAN PENYUNTIKAN VAKSIN POLIO
No. Dokumen : Ditetapkan oleh
Terbitan : Kepala Puskesmas
Revisi : UPT Pengumbuk
Tgl. Mulai :
SOP berlaku
Halaman : 1/1
Heri Wijaya S,Sos
NIP.198502152017042009

1. Pengertian Vaksin Oral Polio hidup (Oral Polio Vaccine = OPV) adalah Vaksin Polio
Trivalent yang terdiri dari suspensi virus poliomyelitis tipe 1, 2 dan 3
(Strain Sabin) yang sudah dilemahkan.
2. Tujuan Sebagai Acuan penerapan langkah-langkah untuk melaksanakan
pemberian dan Penyuntikan Vaksin Polio.
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas UPT Pengumbuk No.
tentang Standar Pelayanan Publik Puskesmas UPT Pengumbuk
4. Referensi Permenkes RI No. 42 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Imunisasi.
Modul Penyelenggaraan Imunisasi Kemenkes RI tahun 2012
5. Prosedur / Cara Pemberian dan Dosis :
Langkah-langkah  Diberikan secara oral (melalui mulut), 1 dosis adalah 2 (dua) tetes
sebanyak 4 kali (dosis) pemberian, dengan interval setiap dosis minimal 4
minggu.
 Setiap membuka vial baru harus menggunakan penetes (dropper) yang
baru.
 Sebelum vaksin dipergunakan, periksa dahulu masa kadaluarsa dan label
VVM.
6. Unit Terkait Puskesmas, Posyandu
PEMBERIAN VAKSIN TETANUS TOXOID
No. Dokumen : Ditetapkan oleh
Terbitan : Kepala Puskesmas
Revisi : UPT Pengumbuk
Tgl. Mulai :
SOP berlaku
Halaman : 1/1 Heri Wijaya S,Sos
NIP.198502152017042009

1. Pengertian Vaksin TT merupakan suspense kolodial homogen berwarna putih susu


dalam vial gelas, mengandung toksoid tetanus murni, teradsorbsi ke dalam
alumunium fosfat.
2. Tujuan Sebagai Acuan penerapan langkah-langkah untuk melaksanakan
Pemberian Vaksin TT.
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas UPT Pengumbuk No.
tentang Standar Pelayanan Publik Puskesmas UPT Pengumbuk.
4. Referensi Permenkes RI No. 42 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Imunisasi.
Modul Penyelenggaraan Imunisasi Kemenkes RI tahun 2012.
5. Prosedur / Cara Pemberian dan Dosis :
Langkah-langkah  Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspensi
menjadi homogen.
 Untuk mencegah tetanus/tetanus neonatal terdiri dari 2 dosis primer yang
disuntikkan secara intra muskular atau subkutan dalam, dengan dosis
pemberian 0,5 ml dengan interval 4 minggu. Dilanjutkan dengan dosis
ketiga setelah 6 bulan berikutnya. Untuk mempertahankan kekebalan
terhadap tetanus pada wanita usia subur, maka dianjurkan diberikan 5
dosis. Dosis keempat dan kelima diberikan dengan interval minimal 1
tahun setelah pemberian dosis ketiga dan keempat. Imunisasi TT dapat
diberikan secara aman selama masa kehamilan bahkan pada periode
trimester pertama.
 Sebelum vaksin dipergunakan, periksa dahulu masa kadaluarsa dan label
VVM.
6. Unit Terkait Puskesmas, Posyandu
PEMBERIAN DAN PENYUNTIKAN VAKSIN DT
No. Dokumen : Ditetapkan oleh
Terbitan : Kepala Puskesmas
Revisi : UPT Pengumbuk
Tgl. Mulai :
SOP berlaku
Halaman : 1/1
Heri Wijaya S,Sos
NIP.198502152017042009
1. Pengertian Vaksin DT merupakan suspensi kolodial homogen berwarna putih susu
dalam vial gelas, mengandung toksoid tetanus dan toksoid difteri murni yang
teradsorbsi kedalam alumunium fosfat.
2. Tujuan Sebagai Acuan penerapan langkah-langkah untuk melaksanakan
Pemberian dan Penyuntikan Vaksin DT.
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas UPT Pengumbuk
tentang Standar Pelayanan Publik Puskesmas UPT Pengumbuk.
4. Referensi Permenkes RI No. 42 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Imunisasi.
Modul Penyelenggaraan Imunisasi Kemenkes RI tahun 2012.
5. Prosedur / Cara Pemberian dan Dosis :
Langkah-langkah
 Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspensi
menjadi homogen.
 Disuntikkan secara intra muskular atau subkutan dalam, dengan dosis
pemberian 0,5 ml. dianjurkan untuk anak usia di bawah 7 tahun. Untuk
usia 7 tahun atau lebih dianjurkan imunisasi dengan vaksin Td.
 Sebelum vaksin dipergunakan, periksa dahulu masa kadaluarsa dan label
VVM.
6. Unit Terkait Puskesmas, sekolah dasar
PERAWATAN LEMARI ES
No. Dokumen : Ditetapkan oleh
Terbitan : Kepala Puskesmas
Revisi : UPT Pengumbuk
Tgl. Mulai :
SOP berlaku
Halaman : 1/1
Heri Wijaya S,Sos
NIP.198502152017042009

1. Pengertian Lemari es atau peralatan rantai dingin adalah peralatan yang digunakan
dalam pengelolaan vaksin sesuai dengan prosedur untuk menjaga vaksin
pada suhu yang telah ditetapkan.
2. Tujuan Sebagai Acuan penerapan langkah-langkah untuk melaksanakan Perawatan
Lemari Es.
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas UPT Pengumbuk No.
tentang Standar Pelayanan Publik Puskesmas UPT Pengumbuk.
4. Referensi Permenkes RI No. 42 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Imunisasi.
Modul Penyelenggaraan Imunisasi Kemenkes RI tahun 2012.
5. Prosedur / a. Prosedur Harian :
Langkah-langkah 1. Memantau suhu dengan melihat termometer atau alat pemantau suhu
digital setiap hari pada pagi dan sore.
2. Periksa apakah terjadi bunga es dan periksa ketebalan bunga es.
Apabila bunga es lebih dari 0,5 cm lakukan defrosting ( pencairan
bunga es).
3. Lakukan pencatatan langsung pada kartu pencatatn suhu setelah selesai
pengecekan suhu dan defrosting.
b. Prosedur Mingguan :
1. Memeriksa steker jangan sampai kendor, bila kendor kencangkan baut
dengan obeng.
2. Perhatikan adanya tanda-tanda steker hangus dengan melihat
perubahan warna pada steker, jika itu terjadi gantilah steker dengan
yang baru.
3. Sebelum membersihkan badan lemari es, cabut steker terlebih dahulu
agar tidak terjadi konsleting/arus pendek.
4. Bersihkan seluruh badan lemari es dengan menggunakan lap basah,
kuas yang lembut/spon busa dan sabun.
5. Pergunakan lap kering untuk mengeringkan badan lemari es.
6. Ketika membersihkan badan lemari es, jangan membuka pintu lemari
es untuk menjaga suhu tetap 2 s/d 8 oC.
7. Setelah selesai melakukan hal tersebut diatas colokkan kembali steker.
8. Lakukan pencatatan pada kartu pemeliharaan lemari es sebagai
kegiatan pemeliharaan mingguan.
PEMBUANGAN KOTAK PENGAMAN/ SAFETY BOX
No. Dokumen : Ditetapkan oleh
Terbitan : Kepala Puskesmas
Revisi : UPT Pengumbuk
Tgl. Mulai :
SOP berlaku
Halaman : 1/1
Heri Wijaya S,Sos
NIP.198502152017042009

1. Pengertian Kotak pengaman merupakan kotak / tempat pembuangan sementara


sampah limbah tajam dan limbah imunisasi lainnya.
2. Tujuan Sebagai Acuan penerapan langkah-langkah untuk melaksanakan
Pembuangan Kotak Pengaman.
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas UPT Pengumbuk No.
tentang Standar Pelayanan Publik Puskesmas UPT Pengumbuk
4. Referensi Permenkes RI No. 42 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Imunisasi.
Modul Penyelenggaraan Imunisasi Kemenkes RI tahun 2012.
5. Prosedur / Ada lima cara yang biasa digunakan untuk memusnahkan kotak pengaman
Langkah-langkah yang telah berisi penuh atau untuk menjauhkannya dari jangkaun orang-
orang :
1. Insinerasi.
Incinerator dapat memusnahkan alat suntik dan jarum dengan sempurna.
Api yang membakar pada suhu lebih tinggi dari 800 C membunuh
mikro organisme dan mengurangi volume sampah.insinerator ini
berfungsi dengan baik menjamin pemusnahan alat suntik dan jarum yang
paling sempurna. Alat ini menimbulkan lebih sedikit polusi udara
ketimbang api yang membakar pada temperatur yang lebih rendah.
2. Membakar dalam drum logam.
Untuk membakar dalam sebuah drum atau wadah logam
a. Tentukan tempat pembakaran di area yang tidak digunakan sejauh
mungkin dari gedung. Area tersebut harus diberi pagar dan bersih.
b. Letakkan empat batu bata di atas tanah dengan berbentuk segi
empat.
c. Letakkan layar logam atau panggangan di atas batu bata.
d. Lepaskan kedua sisi drum baja 210 liter (55 galon US). Ini
memungkinkan udara mengalir melalui drum dan isinya akan
terbakar lebih sempurna. Jika tidak ada drum logam, anda bisa
membuat silender dari pelat logam, batu bata atau tanah liat. Bagian
atas drum atau wadah yang dapat dilepas bisa diberi cerobong asap.
PENANGANAN VAKSIN
No. Dokumen : Ditetapkan oleh
Terbitan : Kepala Puskesmas
Revisi : UPT Pengumbuk
Tgl. Mulai :
SOP berlaku
Halaman : 1/1
Heri Wijaya S,Sos
NIP.198502152017042009

1. Pengertian Vaksin adalah produk biologis yang sangat mudah rusak dan kehilangan
potensi bila tidak dikelola dengan benar.
2. Tujuan Sebagai Acuan penerapan langkah-langkah untuk melaksanakan
Penanganan Vaksin.
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas UPT Pengumbuk No.
tentang Standar Pelayanan Publik Puskesmas UPT Pengumbuk.
4. Referensi Permenkes RI No. 42 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Imunisasi.
Modul Penyeanggaran Imunisasi Kemenkes RI tahun 2012.
5. Prosedur / 1. Penyimpanan Vaksin
Langkah-langkah a) Semua vaksin disimpan pada suhu 2 s/d 8 C
b) Letakkan cool pack di bagian bawah lemari es sebagai penahan
dingin dan menjaga kestabilan suhu.
c) Peletakan dus vaksin mempunyai jarak antara minimal 1-2 cm atau
satu jari tangan
d) Vaksin HS (BCG, Campak, Polio) diletakkan dekat dengan
evaporator.
e) Vaksin FS (Hep. B, DPT/HB/Hib, DT, Td, TT dan IPV) diletakkan
jauh dengan evaporator.
f) Vaksin dalam lemari es harus diletakkan dalam kotak vaksin
2. Penanganan Vaksin di Unit Pelayanan
Tempat pelayanan imunisasi baik di komponen statis maupun di
posyandu adalah merupakan mata rantai paling akhir dari system rantai
vaksin. Oleh karena itu perlakuan vaksin di unit ini sangat penting.
a) Di puskesmas dan unit pelayanan statis lainnya (RS, Klinik
Bersalin, Dokter/Bidan Praktek Swasta).
1) Vaksin disimpan dalam vaccine carrier yang diberi kotak dingin
cair.
2) Letakkan vaccine carrier di meja yang tidak terkena sinar matahari
langsung.
3) Dalam penggunaan, letakkan vaksin diatas spon/busa yang berada
di dalam vaccine carrier.
4) Di dalam vaccine carrier tidak boleh ada air yang merendam
vaksin. Ini untuk mencegah kontaminasi vaksin dari bakteri lain.

b) Di Posyandu dan komponen lapangan lainnya.


Pada prinsipnya sama seperti di komponen statis, dan intinya vaksin
tetap berada pada suhu 2 C s/d 8 C. beberapa hal yang perlu
diperhatikan :
1) Sepulang darti lapangan, sisa vaksin yang belum dibuka diberi
tanda khusus untuk didahulukan penggunaannya pada jadwal
pelayanan berikutnya selama VVM nya masih baik.
2) Semua sisa vaksin yang sudah dibuka pada kegiatan lapangan
misalnya pada posyandu, sekolah, atau pelayanan di luar gedung
lainnya tidak boleh digunakan lagi.
6. Unit Terkait Puskesmas , Posyandu
PEMBUANGAN SAMPAH LIMBAH TAJAM DAN LIMBAH
IMUNISASI LAINNYA
No. Dokumen : Ditetapkan oleh
Terbitan : Kepala Puskesmas
Revisi : UPT Pengumbuk
Tgl. Mulai :
SOP berlaku
Halaman : 1/1
Heri Wijaya S,Sos
NIP.198502152017042009

1. Pengertian Semua alat suntik pada akhirnya harus dimusnahkan. Alat suntik dan
jarum untuk mencampur yang sekali digunakan rusak atau dibuang (auto-
disable atau disposable) sebaiknya digunakan sekali dan kemudian
dimusnahkan. Limbah imunisasi yang lain seperti vial/flacon vaksin, tutup
vial, kapas bekas suntikan dan lain-lain, sebaiknya tidak dibuang bersama
dengan jenis-jenis sampah lainnya, karena dapat mencemari dan
membahayakan lingkungan. Maka harus ditangani sama seperti menangani
limbah tajam imunisasi.
2. Tujuan Sebagai Acuan penerapan langkah-langkah untuk melaksanakan
Pembuangan Sampah Limbah Tajam dan Limbah Imunisasi Lainnya.
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas UPT Pengumbuk No.
tentang Standar Pelayanan Publik Puskesmas UPT Pengumbuk
4. Referensi Permenkes RI No. 42 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Imunisasi.
Modul Penyelenggaraan Imunisasi Kemenkes RI tahun 2012.
5. Prosedur / 1. Letakkan kotak pengaman di tempat yang terjangkau oleh petugas
Langkah-langkah kesehatan. Setiap kali selesai melakukan penyuntikan, segera masukkan
alat suntik dan jarum ke dalam kotak pengaman atau wadah untuk benda-
benda tajam.
Jika tersedia pencabut atau pemotong jarum, segera pisahkan jarum dan
alat suntik bekas stiap kali setelah digunakan untuk menyuntik. Setelah
mencabut jarum dengan sebuah alat, segera masukkan ke dalam kotak
pengaman.
2. Setelah pelayanan imunisasi atau ketika isi kotak pengaman sudah ¾
penuh, tutup kotak tesebut.
Jangan memindahkan alat suntik dan jarum bekas dari kotak pengaman ke
wadah lain. Kotak pengaman dengan kapasitas lima liter dapat
menampung kurang lebih dari 100 alat suntik dan jarum. Selain itu
terdapat juga safety box ukuran 0,25 ml yang dapat menampung 10 HB
PID bekas.
3. Kirim ke Dinas Kesehatan untuk dilakukan pemusnahan sampah
medis.
6. Unit Terkait Puskesmas, Posyandu
PENYIAPAN PELAYANAN IMUNISASI
No. Dokumen : Ditetapkan oleh
Terbitan : Kepala Puskesmas
Revisi : UPT Pengumbuk
Tgl. Mulai :
SOP berlaku
Halaman : 1/1
Heri Wijaya S,Sos
NIP.198502152017042009

1. Pengertian Keberhasilan program imunisasi sangat ditentukan oleh kualitas pelayanan


imunisasi oleh petugas imunisasi di Puskesmas, mulai dari persiapan
pelayanan imunisasi.
2. Tujuan Sebagai Acuan penerapan langkah-langkah untuk melaksanakan Penyiapan
Pelayanan Imunisasi
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas UPT Pengumbuk No.
tentang Standar Pelayanan Publik Puskesmas UPT Pengumbuk.
4. Referensi Permenkes RI No. 42 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Imunisasi.
Modul Penyelenggaraan Imunisasi Kemenkes RI tahun 2012.
5. Prosedur / 1. Logistik
Langkah-langkah Jenis peralatan yang diperlukan untuk pelayanan imunisasi :
a. Vaksin carrier
b. Cool pack / kotak dingin cair
c. Vaksin, pelarut dan penetes (dropper)
d. Alat suntik
e. Safety box
f. Pemotong / kikir ampul pelarut
g. Formulir KIPI
h. Kapas dan wadah
i. Bahan penyuluhan (poster, leaflet, dll)
j. Alat tulis (kertas, pensil, dan pena)
k. Catatan imunisasi (buku KIA, KMS, kartu TT)
l. Buku register (kohort) bayi dan ibu
m. Tempat samah
n. Sabun dan wadah air mengalir untuk cuci tangan
o. Anafilaktik kit
p. Pingset
2. Mengeluarkan vaksin dan pelarut dari lemari es
a. Sebelum membuka pintu lemari es, tentukan berapa banyak vial
vaksin yang dibutuhkan untuk pelayanan.
b. Buku lemari es, periksa freeze tag atau fridge tag dan termometer
untuk mengetahui keadaan vaksin sebelumnya.
c. Pilih dan keluarkan vaksin sesuai kondisi VVM, tanggal
kadaluarsa/early expired first out (EEFO), yang masuk duluan
dikeluarkan lebih dulu/first in first out (FIFO). Prioritas dalam
mengeluarkan mengacu kepada kondisi VVM.
3. Memeriksa apakah vaksin aman diberikan
Sebelum memberikan vaksin, harus dipastikan bahwa vaksin yang akan
diberikan masih baik, dengan melakukan langkah-langkah berikut :
a. Periksa label vaksin dan pelarut. Jika label tidak ada, jangan gunakan
vaksin atau pelarut tersebut.
b. Periksa alat pemantau vaksin (VVM).
c. Periksa tanggal kadaluarsa, jangan gunakan vaksin dan pelarut jika
telah melewati tanggal kadaluarsa.
d. Periksa alat pemantau suhu beku (freeze tag) dalam lemari es. Jika
freeze tag menunjukkan tanda silang, berarti pernah terjadi
penyimpangan suhu (dibawah 2o C) selama lebih dari 60 menit.
SKRINING TT WUS
No. Dokumen : Ditetapkan oleh
Terbitan : Kepala Puskesmas
Revisi : UPT Pengumbuk
Tgl. Mulai :
SOP berlaku
Halaman : 1/1
Heri Wijaya S,Sos
NIP.198502152017042009

1. Pengertian Skrining TT WUS adalah kegiatan untuk menentukan status Imunisasi TT


pada WUS (Wanita Usia Subur)
2. Tujuan Sebagai Acuan penerapan langkah-langkah untuk melaksanakan Skrining
TT WUS
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas UPT Pengumbuk No.
tentang Standar Pelayanan Publik Puskesmas UPT Pengumbuk.
4. Referensi Permenkes RI No. 42 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Imunisasi.
Modul Penyelenggaraan Imunisasi Kemenkes RI tahun 2012.
5. Prosedur /  Mencatat Identitas WUS / ibu hamil pada register dan pada kartu
Langkah-langkah Imunisasi TT – WUS.
 Menanyakan riwayat imunisasi sebelumnya, dengan pedoman sebagai
Berikut
Lahir Setelah Tahun 1987 :
Riwayat Skrining Lengkap Skrining Sedehana
DPT* + T0 Pernah 0
DPT* + T1 Pernah 1
DPT* + T2 Pernah 1
BIAS Kls 1 + T3 Pernah 1
BIAS Kls 2 + T4 Pernah 1
BIAS Kls 3 + T5 Pernah 1
Hamil ? 1+1+1+1+1 = 5

Lahir Setelah Tahun 1977 :


Riwayat Skrining Lengkap Skrining Sedehana
BIAS + T1 Pernah 1
BIAS + T2 Pernah 1
BIAS + T3 Pernah 1
CATIN + T4 Pernah 1
Hamil I + T5 Pernah 1
Hamil II ? 1+1+1+1+1 = 5

Lahir Sebelum Tahun 1977 :


Riwayat Skrining Lengkap Skrining Sedehana
CATIN + T1 Pernah 1
Hamil I + T2 Pernah 1
Hamil II + T3 Pernah 1
Hamil III ? T4 1+1+1+1+1 = 5
(Sekarang) Diimunisasi TT T4 Diimunisasi TT 

 Mencatat Hasil Skrining pada register dan kartu Imunisasi TT – WUS.

6. Unit Terkait Puskesmas, Posyandu

You might also like