You are on page 1of 12

Laporan Pendahuluan Fraktur Femur

A. Definisi
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang, yang biasanya disertai dengan
luka sekitar jaringan lunak, kerusakan otot, rupture tendon, kerusakan pembuluh darah, dan luka
organ-organ tubuh dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya, terjadinya fraktur jika tulang dikenai
stress yang lebih besar dari yang besar dari yang dapat diabsorbsinya (Smeltzer, 2011).
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya
fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang dapat diabsorpsinya. Fraktur
dapat disebabkan pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan punter mendadak, dan bahkan
kontraksi otot ekstrem (Bruner & Sudarth, 2012).
Fraktur adalah setiap retak atau patah pada tulang yang utuh. Kebanyakan fraktur
disebabkan oleh trauma dimana terdapat tekanan yang berlebihan pada tulang, baik berupa
trauma langsung dan trauma tidak langsung (Sjamsuhidajat & Jong, 2013).
Fraktur femur adalah terputusnya kontinuitas batang femur yang bisa terjadi akibat
trauma langsung (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian). Patah pada daerah ini dapat
menimbulkan perdarahan yang cukup banyak, mengakibatkan penderita jatuh dalam syok (FKUI
dalam Jitowiyono,2013).

B. Etiologi
1. Trauma langsung/ direct trauma
Yaitu apabila fraktur terjadi di tempat dimana bagian tersebut mendapat ruda paksa
(misalnya benturan, pukulan yang mengakibatkan patah tulang).
2. Trauma yang tak langsung/ indirect trauma
Misalnya penderita jatuh dengan lengan dalam keadaan ekstensi dapat terjadi fraktur
pada pegelangan tangan.
3. Trauma ringan pun dapat menyebabkan terjadinya fraktur bila tulang itu sendiri rapuh/
ada resiko terjadinya penyakit yang mendasari dan hal ini disebut dengan fraktur patologis.
4. Kekerasan akibat tarikan otot
Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi.Kekuatan dapat berupa pemuntiran,
penekukan, penekukan dan penekanan, kombinasi dari ketiganya, dan penarikan.
C. KLASIFIKASI
Klasifikasi fraktur secara umum :
1. Berdasarkan tempat (Fraktur humerus, tibia, clavicula, ulna, radius dan cruris dst).
2. Berdasarkan komplit atau ketidakklomplitan fraktur:
a. Fraktur komplit (garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui kedua korteks
tulang).
b. Fraktur tidak komplit (bila garis patah tidak melalui seluruh garis penampang tulang).
3. Berdasarkan bentuk dan jumlah garis patah :
a. Fraktur Komunitif: fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan.
b.Fraktur Segmental: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak berhubungan.
c. Fraktur Multiple: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak pada tulang yang
sama.
4. Berdasarkan posisi fragmen :
a. Fraktur Undisplaced (tidak bergeser): garis patah lengkap ttetapi kedua fragmen tidak
bergeser dan periosteum masih utuh.
b. Fraktur Displaced (bergeser): terjadi pergeseran fragmen tulang yang juga disebut lokasi
fragmen
5. Berdasarkan sifat fraktur (luka yang ditimbulkan).
a. Faktur Tertutup (Closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan
dunia luar, disebut juga fraktur bersih (karena kulit masih utuh) tanpa komplikasi. Pada
fraktur tertutup ada klasifikasi tersendiri yang berdasarkan keadaan jaringan lunak
sekitar trauma, yaitu:
Tingkat 0: fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa ceddera jaringan lunak sekitarnya.
Tingkat 1: fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit dan jaringan subkutan.
Tingkat 2: fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan lunak bagian dalam dan
pembengkakan.
Tingkat 3: cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak yang nyata ddan ancaman
sindroma kompartement.
b. Fraktur Terbuka (Open/Compound), bila terdapat hubungan antara hubungan antara
fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan kulit.
Fraktur terbuka dibedakan menjadi beberapa grade yaitu :
Grade I : luka bersih, panjangnya kurang dari 1 cm.
Grade II : luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang ekstensif.
Grade III : sangat terkontaminasi, dan mengalami kerusakan jaringan lunak ekstensif.
6. Berdasar bentuk garis fraktur dan hubungan dengan mekanisme trauma :
a. Fraktur Transversal: fraktur yang arahnya melintang pada tulang dan merupakan akibat
trauma angulasi atau langsung.
b. Fraktur Oblik: fraktur yang arah garis patahnya membentuk sudut terhadap sumbu tulang
dan meruakan akibat trauma angulasijuga.
c. Fraktur Spiral: fraktur yang arah garis patahnya berbentuk spiral yang disebabkan trauma
rotasi.
d. Fraktur Kompresi: fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi yang mendorong
tulang ke arah permukaan lain.
e. Fraktur Avulsi: fraktur yang diakibatkan karena trauma tarikan atau traksi otot pada
insersinya pada tulang..
7. Berdasarkan kedudukan tulangnya :
a. Tidak adanya dislokasi.
b. Adanya dislokasi
1) At axim : membentuk sudut
2) At lotus : fragmen tulang berjauhan.
3) At longitudinal : berjauhan memanjang.
4) At lotus cum contractiosnum : berjauhan dan memendek.
8. Berdasarkan posisi frakur
Sebatang tulang terbagi menjadi tiga bagian :
a. 1/3 proksimal
b.1/3 medial
c.1/3 distal
9. Fraktur Kelelahan : Fraktur akibat tekanan yang berulang-ulang.
10. Fraktur Patologis : Fraktur yang diakibatkan karena proses patologis tulang.

D. ANATOMI FISIOLOGI FRAKTUR


1. Anatomi Tulang

Tulang terdiri dari sel-sel yang berada pada ba intra-seluler. Tulang berasal dari
embrionic hyaline cartilage yang mana melalui proses “Osteogenesis” menjadi tulang. Proses
ini dilakukan oleh sel-sel yang disebut “Osteoblast”. Proses mengerasnya tulang akibat
penimbunan garam kalsium.
Ada 206 tulang dalam tubuh manusia, Tulang dapat diklasifikasikan dalam lima
kelompok berdasarkan bentuknya :
a. Tulang panjang (Femur, Humerus) terdiri dari batang tebal panjang yang
disebut diafisis dan dua ujung yang disebut epifisis. Di sebelah proksimal dari epifisis
terdapat metafisis. Di antara epifisis dan metafisis terdapat daerah tulang rawan yang
tumbuh, yang disebut lempeng epifisis atau lempeng pertumbuhan. Tulang panjang tumbuh
karena akumulasi tulang rawan di lempeng epifisis. Tulang rawan digantikan oleh sel-sel
tulang yang dihasilkan oleh osteoblas, dan tulang memanjang. Batang dibentuk oleh
jaringan tulang yang padat. Epifisis dibentuk dari spongi bone (cancellous atau trabecular).
Pada akhir tahun-tahun remaja tulang rawan habis, lempeng epifisis berfusi, dan tulang
berhenti tumbuh.
b. Tulang pendek (carpals) bentuknya tidak teratur dan inti dari cancellous (spongy)
dengan suatu lapisan luar dari tulang yang padat.
c. Tulang pendek datar (tengkorak) terdiri atas dua lapisan tulang padat dengan lapisan
luar adalah tulang concellous.
d. Tulang yang tidak beraturan (vertebrata) sama seperti dengan tulang pendek.
e. Tulang sesamoid merupakan tulang kecil, yang terletak di sekitar tulang yang
berdekatan dengan persediaan dan didukung oleh tendon dan jaringan fasial, misalnya
patella (kap lutut).
Gambar 1. Tipe Fraktur

2. Fisiologi Tulang

Fungsi tulang adalah sebagai berikut :


a. Mendukung jaringan tubuh dan memberikan bentuk tubuh.
b. Melindungi organ tubuh (misalnya jantung, otak, dan paru-paru) dan jaringan lunak.
c. Memberikan pergerakan (otot yang berhubungan dengan kontraksi dan pergerakan).
d. Membentuk sel-sel darah merah didalam sum-sum tulang belakang (hema topoiesis).
e. Menyimpan garam mineral, misalnya kalsium, fosfor.

E. PATOFISIOLOGI
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas untuk
menahan. Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap tulang,
maka terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkan rusaknya atau terputusnya kontinuitas
tulang. Setelah terjadi fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam korteks,
marrow, dan jaringan lunak yang membungkus tulang rusak. Perdarahan terjadi karena
kerusakan tersebut dan terbentuklah hematoma di rongga medula tulang. Jaringan tulang segera
berdekatan ke bagian tulang yang patah. Jaringan yang mengalami nekrosis ini menstimulasi
terjadinya respon inflamasi yang ditandai dengan vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit, dan
infiltrasi sel darah putih. Kejadian inilah yang merupakan dasar dari proses penyembuhan tulang
nantinya
Faktor-faktor yang mempengaruhi fraktur
1. Faktor Ekstrinsik
Adanya tekanan dari luar yang bereaksi pada tulang yang tergantung terhadap besar,
waktu, dan arah tekanan yang dapat menyebabkan fraktur.
2. Faktor Intrinsik
Beberapa sifat yang terpenting dari tulang yang menentukan daya tahan untuk
timbulnya fraktur seperti kapasitas absorbsi dari tekanan, elastisitas, kelelahan, dan kepadatan
atau kekerasan tulang.
K. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengumpulan Data
a. Anamnesa
1) Identitas Klien
Meliputi nama, agama,pekerjaan,alamat, diagnosa medis, jenis kelamin, umur,
alamat, no. rekam medis, status perkawinann, pendidikan, sumber infroma
2) Pimery Survey
Triage : Untuk Memprioritaskan dalam penanganan pasien
General impression
Keluhan utama : Pada umumnya keluhan utama pada kasus fraktur adalah rasa nyeri.
Nyeri tersebut bisa akut atau kronik tergantung dan lamanya serangan.perdarahan yang
berakibat syok hipovalemik.
Mekanisme cidera : Adanya trauma (fraktur femur) biasanya terjadi karena kecelakaan
lalu lintas
Orientasi (Tempat, Waktu, dan Orang) : untuk mengetahui kemampuan klien mengingat
orang terdekat, waktu dan tempat
a) Airway
Jalan nafas : untuk mengetahui kepatenan jalan nafas pada klien
Obstruksi : untuk mengetahui adanya obstruksi pada lidah, adanya cairan, benda asing atau
tidak adanya obstruksi
Suara nafas : untuk mengetahui adanya suara nafas tambahan seperti snoring,gurgling dan
stidor
Keluhan lain : adanya keluhan lain yang dirasakan klien pada pernafasannya
b) Breathing
Gerakan dada : untuk mengetahui pergerakan dada klien simetris atau asimetris
Irama nafas : untuk mengetahui irama nafas klien secara normal,dangkal,dan cepat
Pola nafas : untuk mengetahui pola nafas klien secara teratur ataupun tidak teratur
Retraksi otot dada : ada tidaknya retraksi otot
Sesak nafas : untuk mengetahui ada tidaknya sesak nafas dan menghitung pernafasan
klien
Keluhan lain : keluhan lain yang dirasakan klien tentang pernafasan klien
c) Circulation
Nadi : untuk mengetahui teraba atau tidak terabanya nadi klien
Sianosis : ada tidaknya kebiruan pada klien atau tanda-tanda sianosis
CRT : untuk mengetahui CRT klien < 2 detik atau lebih
Perdarahan : untuk mengetahui adanya perdarahan atau tidak
Keluhan lain : Adanya keluhan lain pada klien
d) Disability
Respon : untuk mengetahui respon klien baik secara alert, verbal, pain dan unrespon
Kesadaran : untuk mengetahui kesadaran klien composmentis sadar penuh,delirium,somnolen
GCS : dapat dilihat dari kemampuan eye, verbal, dan motorik klien
Pupil : pupil tampak isokor,unisokor,pinpoint,dan medriasis
Refleks cahaya : ada tidaknya reflek cahaya
Keluhan lain
e) Anamnesa
Alergi : untuk mengetahui alergi pada klien
Medikasi
Riwayat penyakit sebelumnya : Ada atau tidaknya riwayat penyakit yang pernah diderita klien
Makan minum terakhir : untuk mengetahui kapan terakhir klien makan ataupun minum
Even/ peristiwa penyebab : peristiwa yang terjadi pada klien
3) Secondary survey
Exposure :untuk mengetahui ada tidaknya deformitas, contusio, abrasi, penetrasi, laserasi,
edema.
Full vital sign/five intervention/family present : untuk mengetahui tekanan darah klien , nadi,
RR, dan suhu klien
Give comfort : pemberian kenyamanan pada klien seperti posisi klien
Pemeriksaan fisik :
Kepala dan leher :
Inspeksi : Tidak ada benjolan, reflek menelan baik tidak ada nyeri telan
Palpasi : tidak ada nyeri tekan,
Dada :
Inspeksi : pergerakan dada simetris
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : bunyi sonor
Auskultasi : tidak ada suara tambahan
Abdomen :
Inspeksi :tidak ada benjolan
Palpasi :tidak ada nyeri tekan
Perkusi : bising usus 13 x/ menit
Auskultasi : tidak ada suara tambahan
Pelvis
Inspeksi :tidak ada massa
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Ekstremitas Atas/ bawah
Inspeksi : terdapat fraktur femur pada kaki sebelah kiri
Palpasi : terdapat nyeri tekan
Punggung
Inspeksi :tidak ada massa
Palpasi : terdapat nyeri tekan
Pemeriksaan neurologis :
Inspect posterior surface
Pemeriksaan Diagnostik
Dilakukan pemeriksaan rontgen pada klien fraktur
Tanggal pengkajian : Saat pengkajian pada klien , Jam dilakukan pengkajian
Diagnosa keperawatan

1. Nyeri b.d agen injuri fisik, spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema, cedera jaringan
lunak

2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan suplai darah ke jaringan

3. Kerusakan integritas kulit b.d fraktur terbuka

4. Hambatan mobilitas fisik b.d kerusakan neuromuscular,imobilisasi

5. Resiko infeksi b.d trauma, prosedur invansive

6. Resiko syok hipovelemik b.d kehilangan volume darah akibat trauma

Intervensi

Diagnosa Tujuan Kriteria hasil intervensi Rasional

1. Nyeri b.d agen Setelah dilakukan NOC


injuri fisik, tindakan  Pain Level, NIC
spasme otot, keperawatan selama  Pain control,
 Comfort level Pain
gerakan fragmen 1x30 menit
Kriteria Hasil :
tulang, edema, diharapkan nyeri  -Mampu Management
cedera jaringan dapat berkurang atau mengontrol nyeri - Lakukan
lunak hilang (tahu penyebab pengkajian nyeri
nyeri, secara
m-Mampu komprehensif
menggunakan termasuk lokasi,
tehnik karakteristik,
nonfarmakologi durasi, frekuensi,
untuk mengurangi kualitas dan
nyeri, mencari faktor presipitasi
bantuan)  - Observasi reaksi

 - Melaporkan nonverbal dari


bahwa nyeri ketidaknyamanan
berkurang dengan - Gunakan teknik

menggunakan komunikasi
manajemen nyeri terapeutik untuk
 - Mampu mengetahui
mengenali nyeri pengalaman nyeri
(skala, intensitas, pasien
frekuensi dan  - Evaluasi

tanda nyeri) pengalaman nyeri


 - Menyatakan rasa masa lampau
nyaman setelah  - Evaluasi bersama
nyeri berkurang pasien dan tim
 - Tanda vital dalam kesehatan lain
rentang normal tentang
ketidakefektifan
kontrol nyeri
masa lampau

2. Resiko infeksi Setelah dilakukan NOC : NIC :
b.d trauma, tindakan  Immune Status Infection Control
prosedur keperawatan selama  Risk control (Kontrol infeksi)
 - Bersihkan
invansive 1x30 menit
Kriteria Hasil : lingkungan
diharapkan resiko  - Klien bebas dari setelah dipakai
infeksi dapat teratasi tanda dan gejala pasien lain
infeksi  - Pertahankan
 -Menunjukkan teknik isolasi
kemampuan  - Batasi pengunjung
untuk mencegah bila perlu
timbulnya infeksi - Instruksikan pada
 - Jumlah leukosit pengunjung untuk
dalam batas mencuci tangan
normal saat berkunjung
 -Menunjukkan dan setelah
perilaku hidup berkunjung
sehat meninggalkan
pasien
 - Gunakan sabun
antimikrobia
untuk cuci tangan
 - Cuci tangan setiap
sebelum dan
sesudah tindakan
kperawtan
 - Gunakan baju,
sarung tangan
sebagai alat
pelindung
 - Pertahankan
lingkungan
aseptik selama
pemasangan alat

Infection
Protection
(proteksi
terhadap infeksi)
 - Monitor tanda dan
gejala infeksi
sistemik dan lokal
 - Monitor hitung
granulosit, WBC
 - Monitor
kerentanan
terhadap infeksi
 - Batasi pengunjung

You might also like