Professional Documents
Culture Documents
g. Keletihan
Rasa kelelahan menyebabkan sensai nyeri semakin intensif dan menurunkan
kemampuan kopingnya
h. Pengalaman sebelumnya
Seseorang yang pernah berhasil mengatasi nyeri dimasa sebelumnya dan saat ini
nyeri yang lama timbul kembali, maka itu lebih mudah mengatasi nyerinya.
i. Dukungan keluarga dan sosial
Individu yang mengalami nyeri seringkali bergantung kepada anggota keluarga
atau teman dekat untuk memperoleh dukungan, bantuan dan perlindungan
Patofisiologi Terjadinya Nyeri
Nyeri merupakan campuran reaksi fisik, emosi, perilaku. Cara yang paling baik
untuk memahami pengalaman nyeri, akan membantu untuk menjelaskan tiga
komponen fisiologis berikut yakni: resepsi, persepsi, dan reaksi. Stimulus
penghasil nyeri mengirim impuls melalui serabut saraf perifer. Serabut nyeri
memasuki medulla spinalis dan menjalani salah satu dari beberapa rute saraf dan
akhirnya sampai kedalam masa berwarna abu-abu di medulla spinalis. Terdapat
pesan nyeri dan berinteraksi dengan sel-sel saraf inhibitor, mencegah stimulus
nyeri mencapai otak atau trasmisi tanpa hambatan ke korteks serebral. Maka otak
menginterpretasi kualitas nyeri dan memproses informasi tentang pengalaman dan
pengetahuan yang lalu serta asosiasi kebudayaan dalam upaya mengekspresikan
nyeri.
Klasifikasi
Nyeri dapat diklasifikasikan kedalam beberapa golongan berdasarkan tempat,
sifat, berat ringannya nyeri dan waktu lamanya serangan.
a. Nyeri berdasarkan tempatnya
1) Superfisial yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh misalnya kulit
2) Visceral dalam yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh yang lebih
dalam
3) Refered pain yaitu nyeri dalam yang disebabkan karena penyakit organ atau
struktur dalam tubuh yang ditransmisikan kebagian tubuh di daerah yang berbeda,
bukan daerah asal nyeri
4) Radiasi yaitu sensasi nyeri meluas dari tempat awal cedera ke bagian tubuh
yang lain.
b. Nyeri berdasarkan sifatnya
1) Incidental pain yaitu nyeri yang timbul sewaktu – waktu atau hilang
2) Steady pain yaitu nyeri yang timbul dan menetap serta dirasakan dalam
waktu yang lama.
3) Paroxysmal pain yaitu nyeri yang dirasakan berintensitas tinggi dan kuat
sekali. Nyeri biasanya menetap sekitar 10 – 15 menit, lalu menghilang kemudian
timbul lagi.
c. Nyeri berdasarkan berat ringannya
1) Nyeri rendah yaitu nyeri dengan intensitas rendah
2) Nyeri sedang yaitu nyeri yang menimbulkan reaksi
3) Nyeri berat yaitu nyeri dengan intensitas yang tinggi
d. Nyeri berdasarkan waktu lamanya serangan
1) Nyeri akut yaitu nyeri yang dirasakan dalam waktu yang singkat dan
berakhir kurang dari 6 bulan, sumber dan daerah nyeri diketahui dengan jelas
seperti luka operasi.
2) Nyeri kronis yaitu nyeri yang dirasakan lebih dari 6 bulan dan polanya
beragam.
Gejala Klinis
a. Vakolasi
1) Mengaduh
2) Menangis
3) sesak nafas
4) mendengkur
b. Ekspresi Wajah
1) Meringis
2) mengeletuk gigi
3) mengernyit dahi
4) menutup mata, mulut dengan rapat
5) menggigit bibir
c. Gerakan Tubuh
1) Gelisah
2) Imobilisasi
3) ketegangan otot
4) peningkatan gerakan jari dan tangan
5) gerakan ritmik atau gerakan menggosok
6) gerakan melindungi bagian tubuh
d. Interaksi Sosial
1) menghindari percakapan
2) focus hanya pada aktivitas untuk menghilangkan nyeri
3) menghindar kontak social
4) penurunan rentang perhatian
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik penting dilakukan agar menegtahui bagian mana dari tubuh
pasin yang mengalami nyeri agar segera mendapatkan penanganan.
Pemeriksaan diagnostik/penunjang
Pemeriksaan diagnostik sangat penting dilakukan agar dapat mengetahui
apakah ada perubahan bentuk atau fungsi dari bagian tubuh pasien yang dapat
menyebabkan timbulnya rasa nyeri seperti :
a. Melakukan pemeriksaan laboratorium dan radiologi
b. Menggunakan skala nyeri
1) Ringan = Skala nyeri 1-3 : Secara objektif pasien masih dapat
berkomunikasi dengan baik
2) Sedang = Skala nyeri 4-6 : Secara objektif pasien dapat menunjukkan lokasi
nyeri, masih merespon dan dapat mengikuti instruksi yang diberikan
3) Berat = Skala nyeri 7-9 : Secara objektif pasien masih bisa merespon,
namun terkadang klien tidak mengikuti instruksi yang diberikan.
4) Nyeri sangat berat = Skala 10 : Secara objektif pasien tidak mampu
berkomunikasi dan klien merespon dengan cara memukul.
Penatalaksanaan
a. Relaksasi
Relaksasi merupakan kebebasan mental dan fisik dari ketegangan dan stress.
Teknik relaksasi memberikan individu kontrol diri ketika terjadi rasa tidak
nyaman atau nyeri stress fisik dan emosi pada nyeri. Dalam imajinasi terbimbing
klien menciptakan kesan dalam pikiran, berkonsentrasi pada kesan tersebut
sehingga secara bertahap klien dapat mengurangi rasa nyerinya.
b. Teknik imajinasi
Biofeedback merupakan terapi perilaku yang dilakukan dengan memberikan
individu informasi tentang respon fisiologis misalnya tekanan darah.
Hipnosis diri dapat membantu mengubah persepsi nyeri melalui pengaruh sugesti
positif dan dapat mengurangi ditraksi
Mengurangi persepsi nyeri adalah suatu cara sederhana untuk meningkatkan rasa
nyaman dengan membuang atau mencegah stimulus nyeri.
c. Teknik Distraksi
Teknik distraksi adalah pengalihan dari focus perhatian terhadap nyeri ke stimulus
yang lain. Ada beberapa jenis distraksi yaitu ditraksi visual (melihat pertandingan,
menonton televise,dll), distraksi pendengaran (mendengarkan music, suara
gemericik air), distraksi pernafasan ( bernafas ritmik), distraksi intelektual
(bermain kartu).
d. Terapi dengan pemberian analgesic
Pemberian obat analgesic sangat membantu dalam manajemen nyeri seperti
pemberian obat analgesik non opioid (aspirin, ibuprofen) yang bekerja pada saraf
perifer di daerah luka dan menurunkan tingkatan inflamasi, dan analgesic opioid
(morfin, kodein) yang dapat meningkatkan mood dan perasaan pasien menjadi
lebih nyaman walaupun terdapat nyeri.
e. Immobilisasi
Biasanya korban tidur di splint yang biasanya diterapkan pada saat kontraktur atau
terjadi ketidakseimbangan otot dan mencegah terjadinya penyakit baru seperti
decubitus.
- Ajarkan
teknik relaksasi
massage
Implementasi
Implementasi keperawatan adalah melaksanakan intervensi keperawatan
Evaluasi
Evaluasi terhadap masalah nyeri dilakukan dengan menilai kemampuan dalam
merespon rangsangan nyeri diantaranya:
S : Pasien mengatakan nyeri hilang atau berkurang dengan skala nyeri 0-1 (0-10)
O : Pasien terlihat tidak meringis kesakitan, tanda-tanda vital sign pasien normal
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan kondisi klien
DAFTAR PUSTAKA