You are on page 1of 3

Pneumonia adalahan pertama atau berulang, untuk membedakan dengan kondisi

imunokompromais, kelainan anatomi bronkus, atau asma1


Streptococcus plang, untliputi alveolus dan jaringan interstitial. Pneumonia
merupakan penyakit yang menjadi masalah di berbagai negara terutama di negara
berkembang termasuk Indonesia. Insidens pneumonia pada anak <5 tahun di negara maju
adalah 2-4 kasus/100 anak/tahun, sedangkan di negara berkembang 10-20 kasus/100
anak/tahun. Pneumonia menyebabkan lebih dari 5 juta kematian per tahun pada anak
balita di negara berkembang. 1
Berbagai mikroorganisme dapat menyebabkan pneumonia, antara lain virus, jamur, dan
bakteri. S. pneumoniae merupakan penyebab tersering pneumonia bakterial pada semua
kelompok umur. Virus lebih sering ditemukan pada anak kurang dari 5 tahun.
Respiratory Syncytial Virus (RSV) merupakan virus penyebab tersering pada anak
kurang dari 3 tahun. Pada umur yang lebih muda, adenovirus, parain?uenza virus, dan
in?uenza virus juga ditemukan. Mycoplasma pneumonia dan Chlamydia pneumonia, lebih
sering ditemukan pada anak-anak, dan biasanya merupakan penyebab tersering yang
ditemukan pada anak lebih dari 10 tahun. Penelitian di Bandung menunjukkan bahwa
epidermidis merupakan bakteri yang paling sering ditemukan pada apusan tenggorok
pasien pneumonia umur 2-59 bulan, Beberapa faktor meningkatkan risiko kejadian dan
derajat pneumonia, antara lain defek anatomi bawaan, defsit imunologi, polusi, GER
(gastroesophageal re?ux), aspirasi, gizi buruk, berat badan lahir rendah, tidak
mendapatkan air susu ibu (ASI), imunisasi tidak lengkap, adanya saudara serumah
yang menderita batuk, dan kamar tidur yang terlalu padat penghuninya. 1
Diagnosis1uk membedakan dengan kondisi imunokompromais, kelainan anatomi bronkus,
atau asma1
Streptococcus pneumonia dan Staepidermidineumonia dan Staepidermidis merupakan
bakteri yang paling sering ditemukan pada apusan tenggorok pasien pneumonia umur 2-
59 bulan, Beberapa faktor meningkatkan risiko kejadian dan derajat pneumonia,
antara lain defek anatomi bawaan, defsit imunologi, polusi, GER (gastroesophageal
re?ux), aspirasi, gizi buruk, berat badan lahir rendah, tidak mendapatkan air susu
ibu (ASI), imunisasi tidak lengkap, adanya saudara serumah yang menderita batuk,
dan kamar tidur yang terlalu padat penghuninya. 1
Diagnosis1an pertama atau berulang, untliputi alveolus dan jaringan interstitial.
Pneumonia merupakan penyakit yang menjadi masalah di berbagai negara terutama di
negara berkembang termasuk Indonesia. Insidens pneumonia pada anak <5 tahun di
negara maju adalah 2-4 kasus/100 anak/tahun, sedangkan di negara berkembang 10-20
kasus/100 anak/tahun. Pneumonia menyebabkan lebih dari 5 juta kematian per tahun
pada anak balita di negara berkembang. 1
Berbagai mikroorganisme dapat menyebabkan pneumonia, antara lain virus, jamur, dan
bakteri. S. pneumoniae merupakan penyebab tersering pneumonia bakterial pada semua
kelompok umur. Virus lebih sering ditemukan pada anak kurang dari 5 tahun.
Respiratory Syncytial Virus (RSV) merupakan virus penyebab tersering pada anak
kurang dari 3 tahun. Pada umur yang lebih muda, adenovirus, parain?uenza virus, dan
in?uenza virus juga ditemukan. Mycoplasma pneumonia dan Chlamydia pneumonia, lebih
sering ditemukan pada anak-anak, dan biasanya merupakan penyebab tersering yang
ditemukan pada anak lebih dari 10 tahun. Penelitian di Bandung menunjukkan bahwa
epidermidis merupakan bakteri yang paling sering ditemukan pada apusan tenggorok
pasien pneumonia umur 2-59 bulan, Beberapa faktor meningkatkan risiko kejadian dan
derajat pneumonia, antara lain defek anatomi bawaan, defsit imunologi, polusi, GER
(gastroesophageal re?ux), aspirasi, gizi buruk, berat badan lahir rendah, tidak
mendapatkan air susu ibu (ASI), imunisasi tidak lengkap, adanya saudara serumah
yang menderita batuk, dan kamar tidur yang terlalu padat penghuninya. 1
Diagnosis1uk membedakan dengan kondisi imunokompromais, kelainan anatomi bronkus,
atau asma1
Streptococcus pneumonia dan Staepidermidis merupakan bakteri yang paling sering
ditemukan pada apusan tenggorok pasien pneumonia umur 2-59 bulan, Beberapa faktor
meningkatkan risiko kejadian dan derajat pneumonia, antara lain defek anatomi
bawaan, defsit imunologi, polusi, GER (gastroesophageal re?ux), aspirasi, gizi
buruk, berat badan lahir rendah, tidak mendapatkan air susu ibu (ASI), imunisasi
tidak lengkap, adanya saudara serumah yang menderita batuk, dan kamar tidur yang
terlalu padat penghuninya. 1
Diagnosis1an pertama atau berulang, untuk membedakan dengan kondisi
imunokompromais, kelainan anatomi bronkus, atau asma1
Streptococcus pneumonia dan Staepidermidis merupakan bakteri yang paling sering
ditemukan pada apusan tenggorok pasien pneumonia umur 2-59 bulan, Beberapa faktor
meningkatkan risiko kejadian dan derajat pneumonia, antara lain defek anatomi
bawaan, defsit imunologi, polusi, GER (gastroesophageal re?ux), aspirasi, gizi
buruk, berat badan lahir rendah, tidak mendapatkan air susu ibu (ASI), imunisasi
tidak lengkap, adanya saudara serumah yang menderita batuk, dan kamar tidur yang
terlalu padat penghuninya. 1
Diagnosis1 infeksi akut parenkim paru yang meliputi alveolus dan jaringan
interstitial. Pneumonia merupakan penyakit yang menjadi masalah di berbagai negara
terutama di negara berkembang termasuk Indonesia. Insidens pneumonia pada anak <5
tahun di negara maju adalah 2-4 kasus/100 anak/tahun, sedangkan di negara
berkembang 10-20 kasus/100 anak/tahun. Pneumonia menyebabkan lebih dari 5 juta
kematian per tahun pada anak balita di negara berkembang. 1
Berbagai mikroorganisme dapat menyebabkan pneumlang, untliputi alveolus dan
jaringan interstitial. Pneumonia merupakan penyakit yang menjadi masalah di
berbagai negara terutama di negara berkembang termasuk Indonesia. Insidens
pneumonia pada anak <5 tahun di negara maju adalah 2-4 kasus/100 anak/tahun,
sedangkan di negara berkembang 10-20 kasus/100 anak/tahun. Pneumonia menyebabkan
lebih dari 5 juta kematian per tahun pada anak balita di negara berkembang. 1
Berbagai mikroorganisme dapat menyebabkan pneumonia, antara lain virus, jamur, dan
bakteri. S. pneumoniae merupakan penyebab tersering pneumonia bakterial pada semua
kelompok umur. Virus lebih sering ditemukan pada anak kurang dari 5 tahun.
Respiratory Syncytial Virus (RSV) merupakan virus penyebab tersering pada anak
kurang dari 3 tahun. Pada umur yang lebih muda, adenovirus, parain?uenza virus, dan
in?uenza virus juga ditemukan. Mycoplasma pneumonia dan Chlamydia pneumonia, lebih
sering ditemukan pada anak-anak, dan biasanya merupakan penyebab tersering yang
ditemukan pada anak lebih dari 10 tahun. Penelitian di Bandung menunjukkan bahwa
epidermidis merupakan bakteri yang paling sering ditemukan pada apusan tenggorok
pasien pneumonia umur 2-59 bulan, Beberapa faktor meningkatkan risiko kejadian dan
derajat pneumonia, antara lain defek anatomi bawaan, defsit imunologi, polusi, GER
(gastroesophageal re?ux), aspirasi, gizi buruk, berat badan lahir rendah, tidak
mendapatkan air susu ibu (ASI), imunisasi tidak lengkap, adanya saudara serumah
yang menderita batuk, dan kamar tidur yang terlalu padat penghuninya. 1
Diagnosis1uk membedakan dengan kondisi imunokompromais, kelainan anatomi bronkus,
atau asma1
Streptococcus pneumonia dan Staepidermidionia, antara lain virus, jamur, dan
bakteri. S. pneumoniae merupakan penyebab tersering pneumonia bakterial pada semua
kelompok umur. Virus lebih sering ditemukan pada anak kurang dari 5 tahun.
Respiratory Syncytial Virus (RSV) merupakan virus penyebab tersering pada anak
kurang dari 3 tahun. Pada umur yang lebih muda, adenovirus, parain?uenza virus, dan
in?uenza virus juga ditemukan. Mycoplasma pneumonia dan Chlamydia pneumonia, lebih
sering ditemukan pada anak-anak, dan biasanya merupakan penyebab tersering yang
ditemukan pada anak lebih dari 10 tahun. Penelitian di Bandung menunjukkan bahwa
epidermidis merupakan bakteri yang paling sering ditemukan pada apusan tenggorok
pasien pneumonia umur 2-59 bulan, Beberapa faktor meningkatkan risiko kejadian dan
derajat pneumonia, antara lain defek anatomi bawaan, defsit imunologi, polusi, GER
(gastroesophageal re?ux), aspirasi, gizi buruk, berat badan lahir rendah, tidak
mendapatkan air susu ibu (ASI), imunisasi tidak lengkap, adanya saudara serumah
yang menderita batuk, dan kamar tidur yang terlalu padat penghuninya. 1
Diagnosis1
Anamnesis
- Batuk yang awalnya kering, kemudian menjadi produktif dengan dahak purulen bahkan
bisa berdarah
- Sesak napas
- Demam
- Kesulitan makan/minum
- Tampak lemah
- Serangan pertama atau berulang, untuk membedakan dengan kondisi imunokompromais,
kelainan anatomi bronkus, atau asma1
Streptococcus pneumonia dan Staepidermidis merupakan bakteri yang paling sering
ditemukan pada apusan tenggorok pasien pneumonia umur 2-59 bulan, Beberapa faktor
meningkatkan risiko kejadian dan derajat pneumonia, antara lain defek anatomi
bawaan, defsit imunologi, polusi, GER (gastroesophageal re?ux), aspirasi, gizi
buruk, berat badan lahir rendah, tidak mendapatkan air susu ibu (ASI), imunisasi
tidak lengkap, adanya saudara serumah yang menderita batuk, dan kamar tidur yang
terlalu padat penghuninya. 1
Diagnosis1
Anamnesis
- Batuk yang awalnya kering, kemudian menjadi produktif dengan dahak purulen bahkan
bisa berdarah
- Sesak napas
- Demam
- Kesulitan makan/minum
- Tampak lemah
- Serangan pertama atau berulang, untuk membedakan dengan kondisi imunokompromais,
kelainan anatomi bronkus, atau asma1
phylococcus Walaupun banyak pihak yang sependapat bahwa pneumonia merupakan suatu
keadaan in?amasi, namun sangat sulit untuk membuat suatu defnisi tunggal yang
universal. Pneumonia didefnisikan berdasarkan gejala dan tanda klinis, serta
perjalanan penyakitnya. World Health Organization (WHO) mendefnisikan pneumonia
hanya berdasarkan penemuan klinis yang didapat pada pemeriksaan inspeksi dan
frekuensi pernapasan. 1

You might also like

  • Sa
    Sa
    Document9 pages
    Sa
    Arthana Putra
    No ratings yet
  • Sa
    Sa
    Document8 pages
    Sa
    Arthana Putra
    No ratings yet
  • New Text Document
    New Text Document
    Document1 page
    New Text Document
    Arthana Putra
    No ratings yet
  • Jurnal Reading
    Jurnal Reading
    Document16 pages
    Jurnal Reading
    Arthana Putra
    No ratings yet
  • Sa
    Sa
    Document6 pages
    Sa
    Arthana Putra
    No ratings yet
  • Sa
    Sa
    Document9 pages
    Sa
    Arthana Putra
    No ratings yet
  • Sa
    Sa
    Document9 pages
    Sa
    Arthana Putra
    No ratings yet
  • Sa
    Sa
    Document9 pages
    Sa
    Arthana Putra
    No ratings yet
  • Sa
    Sa
    Document9 pages
    Sa
    Arthana Putra
    No ratings yet
  • Sa
    Sa
    Document9 pages
    Sa
    Arthana Putra
    No ratings yet
  • Sa
    Sa
    Document9 pages
    Sa
    Arthana Putra
    No ratings yet
  • Sa
    Sa
    Document5 pages
    Sa
    Arthana Putra
    No ratings yet
  • Sa
    Sa
    Document9 pages
    Sa
    Arthana Putra
    No ratings yet
  • Sa
    Sa
    Document9 pages
    Sa
    Arthana Putra
    No ratings yet
  • Sa
    Sa
    Document8 pages
    Sa
    Arthana Putra
    No ratings yet
  • Sa
    Sa
    Document8 pages
    Sa
    Arthana Putra
    No ratings yet
  • Sa
    Sa
    Document3 pages
    Sa
    Arthana Putra
    No ratings yet
  • Sa
    Sa
    Document5 pages
    Sa
    Arthana Putra
    No ratings yet
  • Sa
    Sa
    Document3 pages
    Sa
    Arthana Putra
    No ratings yet
  • Sa
    Sa
    Document3 pages
    Sa
    Arthana Putra
    No ratings yet
  • Sa
    Sa
    Document6 pages
    Sa
    Arthana Putra
    No ratings yet
  • Sa
    Sa
    Document3 pages
    Sa
    Arthana Putra
    No ratings yet
  • Sa
    Sa
    Document2 pages
    Sa
    Arthana Putra
    No ratings yet
  • Sa
    Sa
    Document2 pages
    Sa
    Arthana Putra
    No ratings yet
  • Sa
    Sa
    Document1 page
    Sa
    Arthana Putra
    No ratings yet
  • Sa
    Sa
    Document1 page
    Sa
    Arthana Putra
    No ratings yet
  • Sa
    Sa
    Document1 page
    Sa
    Arthana Putra
    No ratings yet
  • Kolestasis pada anak
    Kolestasis pada anak
    Document2 pages
    Kolestasis pada anak
    Arthana Putra
    No ratings yet
  • Ko-Kontributor Dr. Addiena Primawati Dr. Duma Mauliyasari Dr. Indra Bayu Nugroho
    Ko-Kontributor Dr. Addiena Primawati Dr. Duma Mauliyasari Dr. Indra Bayu Nugroho
    Document1 page
    Ko-Kontributor Dr. Addiena Primawati Dr. Duma Mauliyasari Dr. Indra Bayu Nugroho
    Arthana Putra
    No ratings yet