You are on page 1of 19

BAB I

PENDAHULUAN

Penyakit hipertensi dalam kehamilan merupakan kelainan vaskular yang


terjadi sebelum kehamilan atau timbul dalam kehamilan atau pada masa nifas.
Golongan penyakit ini ditandai dengan hipertensi dan sering disertai proteinuri,
edema, kejang, koma, atau gejala-gejala lain.1
Terdapat lima jenis penyakit hipertensi dalam kehamilan: hipertensi
gestational (dahulu disebut hipertensi yang dipicu oleh kehamilan atau hipertensi
sementara), preeklampsia, eklampsia, preeklamsia pada hipertensi kronis, dan
hipertensi kronis.2
Semua gangguan hipertensi kronik, apapun sebabnya, merupakan predisposisi
timbulnya preeklampsia atau eklampsia. Pada sebagian wanita, hipertensi kronik yang
sudah ada sebelumnya semakin memburuk setelah usia gestasi 24 minggu. Apabila
disertai dengan proteinuria, didiagnosa sebagai preeklampsia pada hipertensi kronik
(superimposed preeclampsia).
Preeklampsia adalah kelainan malfungsi endotel pembuluh darah atau
vaskular yang menyebar luas sehingga terjadi vasospasme setelah usia kehamilan 20
minggu, mengakibatkan terjadinya penurunan perfusi organ dan pengaktifan endotel
yang menimbulkan terjadinya hipertensi, edema nondependen, dan dijumpai
proteinuria 300mg per 24 jam atau 30mg/dl (+1 pada dipstick) dengan nilai sangat
fluktuatif saat pengambilan urin sewaktu.2
Kehamilan dengan hipertensi essensial dapat berlangsung sampai aterm tanpa
gejala menjadi preeklampsia yang tidak murni (superimposed preeclampsia). Hanya
sekitar 20% dapat menjadi preeklampsia yang tidak murni (superimposed
preeclampsia).3 Pada saat ini akan dibahas kasus pada pasien yang mengalami
preeklampsia pada hipertensi kronik di RSUD Undata Palu pada bulan septemberl
2016.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah lebih tinggi dari 140/90 pada
setidaknya dua kali pemeriksaan, berpotensi menyebabkan masalah serius pada
kehamilan.4
Terminologi “hipertensi dalam kehamilan” mempunyai jangkauan lebih luas,
meliputi 5 bentuk komplikasi kehamilan sebagai berikut.
1. Hipertensi gestational (transien hipertensi)
2. Preeklampsia
3. Eklampsia
4. Preeklampsia superimpose pada hipertensi kronis
5. Hipertensi kronis.5
Hipertensi kronik didefinisikan sebagai hipertensi yang sudah ada dan dapat
diamati sebelum kehamilan atau didiagnosa sebelum usia gestasi 20 minggu.
Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah usia gestasi 20 minggu disertai
dengan proteinuria.
Semua gangguan hipertensi kronik, apapun sebabnya, merupakan
predisposisi timbulnya preeklampsia atau eklampsia. Pada sebagian wanita,
hipertensi kronik yang sudah ada sebelumnya semakin memburuk setelah usia
gestasi 24 minggu. Apabila disertai dengan proteinuria, didiagnosa sebagai
preeklampsia pada hipertensi kronik (superimposed preeclampsia).

2.2 Faktor Risiko


Banyak faktor yang berkaitan dengan meningkatnya resiko preeklampsia telah
dapat diidentifikasi. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut, dengan frekuensi
dan tingkat keparahan penyakit ditemukan lebih tinggi pada lima faktor resiko
pertama:

2
a) Kehamilan multipel (14%)

b) Hipertensi kronik maupun penyakit ginjal sebelumnya

c) Riwayat preeklampsia pada kehamilan sebelumnya (18%).

d) Diabetes mellitus pregestasional

e) Riwayat trombofilia

f) Nuliparitas (2-7%)

g) Obesitas

h) Riwayat preeklampsia-eklampsia pada keluarga

2.3 Etiologi
Penyebab hipertensi dalam kehamilan sebenarnya belum jelas. Ada yang
mengatakan bahwa hal tersebut diakibatkan oleh kelainan pembuluh darah, ada
yang mengatakan karena faktor diet, tetapi ada juga yang mengatakan disebabkan
faktor keturunan, dan lain sebagainya.6

1.3 Diagnosis
Hipertensi didiagnosis jika tekanan darah mencapai 140/90 mmHg atau
lebih, dengan menggunakan fase V Korotkoff untuk menentukan tekanan
diastolik. Edema sudah tidak lagi digunakan sebagai kriteria diagnositik karena
juga terjadi pada banyak wanita hamil normal. Dahulu dianjurkan bahwa
digunakan parameter peningkatan tekanan darah sistolik 30 mmHg atau diastolik
15 mmHg sebagai kriteria diagnostik, meskipun nilai absolute masih di bawah
140/90 mmHg. Kriteria ini tidak lagi dianjurkan karena bukti-bukti
memperlihatkan bahwa wanita dalam kelompok ini kecil kemungkinannya
mengalami gangguan pada hasil akhir kehamilan mereka. Akan tetapi, wanita yang

3
mengalami peningkatan tekanan darah sistolik 30 mmHg atau diastolik 15 mmHg
perlu diawasi secara ketat.2
Preklampsia berat adalah preeklampsia dengan tekanan darah sistolik ≥160
mmHg dan tekanan darah diastolik ≥110 mmHg.7
preeklamsia dia golongkan preeklampsia berat jika ditemukan sau atau lebih
gejala berikut7 :
- tekanan darah sistolik ≥160 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥110 mmHg.
- proteinuria lebih dari 5 gr/24 jam atau positif 4 pada pemeriksaan kualitatif
- oliguria, yaitu produksi urin kurang dari 500 cc/24 jam
- kenaikan kadar kreatinin plasma
- gangguan visus dan serebral : penurunan kesadaran, nyeri kepala, skotoma,
dan pandangna kabur
- nyeri epigastrium dan nyeri pada abdomen kuadran kanan atas (akibat
teregangnya kapsula glisson)
- edema paru
- hemolisis mikroangiopati
- trombositopenia berat < 100.000 sel/mm3 atau penurunan trombosit dengan
cepat
- gangguan fungsi hepar : peningkatan kadar alanin dan aspartate
aminotransferase
- pertumbuhan janin intrauterin yang terhambat
- sindrom HELLP
Preeklampsia berat dibagi menjadi (a) preeklampsia berat tanpa impending
eklampsia dan (b) preeklampsia berat dengan impending eklampsia. disebut
impending eklampsia jika preklampsia berat disertai gejala-gejala subyektif berupa
nyeri kepal hebat, gangguan visus, muntah, nyeri epigasrium dan kenaikan
progresif tekanan darah.7

4
1.4 Penatalaksanaan
Perawatan preeklampsia berat dibagi menjadi dua unsur, yaitu7 :
- sikap terhadap penyakitnya, berupa terapi medikamentosa
- sikap terhadap kehamilannya, berupa penatalaksanaan secara aktif
a. Pengobatan medikamentosa
Penderita preeklampsia berat harus segera masuk rumah sakit untuk
rawat inap dan dianjurkan tirah abring ke sisi kiri. Perawatan penting pada
preeklampsia berat adalah pengelolaan cairan karena penderita preeklampsia
dan eklampsia beresiko tinggi untuk terjadinya edema paru dan oliguria. oleh
karena itu monitoring input dan output cairan menjadi sangat penting.7
Pemberian obat anti kejang yaitu MgSO4 lebih efektif dibanding
fenitoin dan diazepam. magnesium sulfat menghambat atau menurunkan kada
asetilkolin pada rangsang serat saraf dengan menghambat transmisi
neuromuskular.7
cara pemberian magnesium sulfat7
 Loading dose
4 gram mgso4 : intravena, 40 % dalam 10 cc, selama 15 menit
 Maintenance dose
Diberikan infus 6 gram dalam larutan ringer laktat/6 jam ; atau diberikan
4 atau 5 gram im selanjutnya maintenance dose diberikan 4 gram im
setiap 4-6 jam.
 syarat pemberian MgSO4
- harus tersedia antidotum MgSO4, bila terjadi intoksikasi yaitu
kalsium glukonat 10% = 1 gram (10% dalam 10 cc) diberikan IM 3
menit
- refleks patella (+)
- frekuensi pernapasan > 16 kali/menit, tidak ada tanda-tanda distres
pernapasan

5
 MgSO4 dihentikan jika ada tanda-tanda intoksikasi dan setelah 24 jam
pascapersalinan atau 24 jam setelah kejang terakhir.
Pemberian anti hipertensi, masih banyak pendapat dari ebberapa
negara tentang penentuan batas (cut off) tekanan darah, untuk pemberian anti
hipertensi. misalnya belfort mengusulkan cut off yang dipakai adalah
≥160/110 mmHg dan MAP ≥126 mmHg. di RSU Dr. sutomo surabaya batas
tekanan darah pemberian anti hipertensi adalah jika tekanan darah sistolik ≥
180 mmHg dan/atau tekanan diastolik ≥110 mmHg. tekanan darah diturunkan
secara bertahap yaitu penurunan awal 25 % dari tekanan sistolik dan tekanan
darah diturunkan mencapai <160/105 mmHg atau MAP < 125 mmHg. jenis
obat anti hipertensi yang diberikan di indoneisa adalah difedipin 10-20 mg,
diulangi 30 menit jika perlu. dosis masksimum 120 mg pe 24 jam. nifedipin
tidak boleh diberikan sublingual karena efek vasodilatasi sangat ceapt
sehingga hanya boleh diberikan per oral.7
Kortikosteroid, pemberian kortikosteroid untuk pematangan paru janin
tidak merugikan ibu. Diberikan pada kehamailan 32-34 minggu, 2 x 24 jam,
obat ini juga diberikan pada sindrom hellp.7
b. Penatalaksanaan secara aktif
Indikasi perawatan aktif adala jika didapatkan salah satu atau lebih
keadaan di bawah in7 :
Ibu
- umur kehamilan ≥ 37 minggu. Lockwood dan Paidas mengambil batasan
umur kehamilan > 37 minggu untuk preeklampsia ringan dan batasan
umur ≥ 37 minggu untuk preeklampsia berat.
- adanya tanda-tanda gejala impending preeklampsia
- kegagalan terapi pada perawatn konservatif, yaitu : keadaan klinik dan
laboratorik memburuk
- diduga terjadi solusia plasenta
- timbul onset persalinan, ketuban pecah atau perdarahan

6
Janin
- adanya tanda-tanda fetal distress
- adanya tanda-tanda intrauterine growth restriction (IUGR)
- NST non reakif dengan profil biofisik abnormal
- Terjadinya oligohidramnion
Laboratorik
- Adanya tanda-tanda sindrom HELLP khususnya menurunnya ttrombosit
dengan cepat.
- Cara mengakhiri kehamilan dilakukana berdasarkan keadaan obstetrik
pada saat itu apakah sudah impartu atau belum

7
2.6 Komplikasi
Pada preeklampsi berat ada kemungkinan menjadi eklampsia, terapi definitif
adalah terminasi kehamilan tanpa memandang umur kehamilan, sehingga jiwa
penderita dapat ditolong dengan mengorbankan janinnya.5 komplikasi yang juga
mungkin terjadi adalah intrauterine growth restriction (IUGR).7

8
BAB III
STATUS OBSTETRI

Tanggal Masuk Rumah Sakit : 10 -07 -2017


Tanggal Pemeriksaan : 10 -07-2017
Ruangan : IGD kebidanan Rs Torabelo
Jam : 08.00 WITA

IDENTITAS
Nama : Ny. N Nama suami : Tn. M
Umur : 37 tahun Umur : 39 tahun
Alamat : Palolo Alamat : Palolo
Pekerjaan : Petani Pekerjaan : Petani
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SD Pendidikan : SMP

ANAMNESIS
G5P3A1 Usia Kehamilan : 39-40 minggu
HPHT :06-10-2017 Menarche : 13 tahun
TP :13-09-2016 Perkawinan : pertama

Keluhan Utama : Nyeri perut tembus belakang


Riw. Penyakit Sekarang : G4P2A1, 37 tahun datang ke Rs Torabelo rujukan dari
puskesmas palolo dengan keluhan nyeri perut tembus
belakang sejak tadi malam sebelum masuk rumah sakit.
Pelepasan darah bercampur lendir (+), pelepasan air (+).
Pasien tidak mengeluhkan adanya nyeri kepala, nyeri
uluhati, nyeri pada mata, dan penglihatan yang kabur.

9
Pasien juga tidak mengeluhkan nyeri perut, mual (-),
muntah (-). Buang air kecil dan buang air besar biasa.

Riwayat Penyakit Dahulu : Riwayat menstruasi sebelumnya teratur (+) tiap bulan
dengan durasi 5-7 hari, Riwayat Hipertensi (+) pada
kehamilan sebelumnya, Riwayat Diabetes Mellitus (-),
Asma (-), Alergi (-).
Riwayat Obstetri :
1 2007, ♂, lahir di rumah, spontan, letak belakang kepala, aterm, ditolong bidan.
BB 1700 gr
2 2009, ♂, lahir di rumah, spontan, letak belakang kepala, aterm, ditolong bidan.
BB 2600 gr
3 2011, abortus
4 2013, ♂, lahir di rumah, spontan, letak belakang kepala, aterm, ditolong bidan.
BB 2300 gr
5 Hamil Sekarang
Riwayat ANC : 1 x pada trimester pertama dan 1 kali pada trimester kedua
Riwayat Imunisasi :-

PEMERIKSAAN FISIK
KU : Sakit sedang Tek. Darah : 180/110 mmHg
Kesadaran : Kompos mentis Nadi : 88 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 36,6ºC
 Kepala – Leher :
Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterus (-/-), edema palpebra (-/-), pembesaran
KGB (-), pembesaran kelenjar tiroid (-).

10
 Thorax :
I : Pergerakan thoraks simetris, sikatrik (-)
P : Nyeri tekan (-), massa tumor (-)
P : Sonor pada kedua lapang paru, pekak pada area jantung, batas paru-hepar SIC
VII LMD, batas jantung DBN
A : Bunyi pernapasan vesikular +/+, rhonki -/-, wheezing -/-. Bunyi jantung I/II
murni reguler

 Abdomen :
I : Kesan datar.
A : Peristaltik usus (+) kesan normal
P : Timpani diseluruh kuadran
P : Nyeri tekan (-)
Pemeriksaan Obstetri :
Leopold I : setinggi pusat, 29 cm (TBJ 2790 gram)
Leopold II : punggung kiri
Leopold III : presentasi kepala
Leopold IV : sudah memasuki pintu atas panggul
HIS : 2 kali/10 menit, durasi 25-30 detik
Pergerakan Janin : Aktif
Janin Tunggal :+
Denyut Jantung Janin : 132 x/menit
 Genitalia :
Tidak tampak edema pada vagina
Pemeriksaan Dalam (VT) :
- pembukaan 3-4 cm
- Ketubah utuh
- Presentasi kepala
- Hodge I

11
- Panggul cukup
 Ekstremitas :
Atas : Akral hangat, Edema -/-
Bawah : Akral hangat, Edema -/-

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah rutin:
 WBC : 10,29x103/uL
 RBC : 4,53x106/uL
 HGB : 11,9g/dL
 PLT : 213x103/uL

Urinalisis:
 Protein urin : ++++
 Glukosa :-
 Sedimen :
 Leukosit :5
 Eritrosit :2
 Silinder :-
 Epitel :+
 Kristal :-
 Batu :-
HbSAg : non reaktif

RESUME
G5P3A1, 37 tahun datang ke RSUD Torabelo dengan keluhan nyeri perut
tembus belakang sejak tadi malam sebelum masuk rumah sakit. Pelepasan darah
bercampur lendir (+), pelepasan air (+).Pasien tidak mengeluhkan adanya nyeri

12
kepala, nyeri uluhati, nyeri pada mata, dan penglihatan yang kabur. Pasien juga tidak
mengeluhkan nyeri perut, mual (-), muntah (-). Buang air kecil dan buang air besar
biasa. Riwayat hipertensi pada kehamilan sebelumnya.
Keadaan umum sakit sedang. Kesadaran komposmentis. Tekanan darah
180/110 mmHg, denyut nadi 88x/menit, laju pernafasan 20x/menit, suhu 36,6°C.
Konjungtiva anemis -/-. Pemeriksaan Obstetri: Leopold I setinggi umbilikus,
sekitar 29 cm dengan taksiran berat janin 2790 gram, Leopold II punggung kiri,
Leopold III presentasi kepala, dan Leopold IV kepala sudah memasuki pintu atas
panggul. Janin tunggal, pergerakan aktif, denyut jantung janin 132x/menit. His 2
kali/10 menit durasi 25-30 detik. pemeriksaan dalam vagina di dapatkan pembukaan
3-4 cm, Ketubah utuh, Presentasi kepala, Hodge I, Panggul cukup.
Pada pemeriksaan darah rutin WBC 10,29x103/uL, RBC 4,53x106/uL, HB
11,9g/dL, PLT 213x103/uL, BT 3 menit, CT 7 menit. Pada pemeriksaan urinalisis
Protein (++++), Glukosa (-), Sedimen leukosit 5/LPB dan eritrosit 2/LPB. Pada
pemeriksaan kimia darah HbSAg (non reaktif).

DIAGNOSIS
G5P3A1 37 tahun + Gravid 39-40 minggu + impartu kala I fase laten+ PEB + janin
hidup tunggal intrauterin letak kepala

PENATALAKSANAAN
 IVFD RL 20 tpm
 pasang kateter
 MgSO4 sesuai protap
- loading dose : 4 gr MgSO4 intravena, MgSO4 40% dalam 10 cc bolus pelan
selama 15 menit
- maintenance dose : infus 6 gr MgSO4, MgSO4 40% 20 cc dalam 500 cc
larutan RL/6 jam

13
 Nifedipin 3 x 10 mg
 Metildopa 3 x 500 mg
 pemeriksaan laboratorium darah lengkap
 jika TD sistol ≤ 160, lanjut pemberian oxytocin ½ ampul dalam 500 cc RL mulai 4
tpm
 Rencana partus pervaginam
 Siapkan darah PRC 2 kantong ( Persiapan SC ketika induksi gagal )

Follow UP
10 Juli 2017
Pukul 14. 20 WITA
- TD 160/100 mmHg, N 88 x/menit, R 20x/menit, S 36,8oC
- His 4 x/10 menit, durasi 45-50 kali, BJF 143 x/menit
- ketuban pecah spontan warna jernih, pembukaan lengkap, kepala hodge IV. ibu
di pimpin mengedan, kepala janin maju dengna baik
Pukul 14.40 WITA
- lahir bayi perempuan spontan letak belakang kepala, apgar skor 8/9, BBL2400
gr, PBL 43 cm
Pukul 14.45 WITA
- plasenta lahir spontan, kotiledon lengkap, kontraksi uterus baik, perineum intak
- TD 140/100 mmHg, N 87 x/menit, R 20 x/menit, S 36,8oC
11 Juli 2017
S : nyeri perut (-), PPV (+), Nyeri kepala (-), pusing (-). Nyeri pada mata (-),
penglihatan kabur (-). nyeri perut (-), mual (-), muntah (-). BAB dan BAK biasa
O : Keadaan umum baik. Kesadaran komposmentis.
TD: 140/90 mmHg N : 82 x/menit
R : 18 x/mnt S : 36,5oC

14
Konjungtiva anemis -/-
ASI +/+
TFU 1 jari di bawah pusat
Lokia +

A : P4A1 + post partum spontan letak belakang kepala H1 + PEB


P :
 nifedipin 3 x 10 mg
 asam mefenamat 3 x 500 mg
 amoxicillin 3 x 500 mg
 hemafort 1x1

11 Juli 2017
S : nyeri perut (-), PPV (+), Nyeri kepala (-), pusing (-). Nyeri pada mata (-),
penglihatan kabur (-). nyeri perut (-), mual (-), muntah (-). BAB dan BAK biasa
O : Keadaan umum baik. Kesadaran komposmentis.
TD: 130/90 mmHg N : 82 x/menit
R : 18 x/mnt S : 36,5oC
Konjungtiva anemis -/-
ASI +/+
TFU 1 jari di bawah pusat
Lokia +
A : P4A1 + post partum spontan letak belakang kepala H2 + PEB
P :
 nifedipin 3 x 10 mg
 asam mefenamat 3 x 500 mg
 amoxicillin 3 x 500 mg
 hemafort 1x1

15
BAB IV
PEMBAHASAN
1. DIAGNOSIS
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang,
penderita didiagnosis dengan G5P3A1 + Gravid 39-40 minggu + PEB
Dari anamnesis didapatkan bahwa penderita hamil keempat, hari pertama
haid terakhir 6 Oktober 2016. Rujukan dari pkm Palolo datang ke RS Torabelo
dengan keluhan nyeri perut tembus belakang sejak tadi malam sebelum masuk
rumah sakit. Pelepasan darah bercampur lendir (+), pelepasan air (+).Pasien tidak
mengeluhkan adanya nyeri kepala, nyeri uluhati, nyeri pada mata, dan
penglihatan yang kabur. Pasien juga tidak mengeluhkan nyeri perut, mual (-),
muntah (-). Buang air kecil dan buang air besar biasa. Riwayat hipertensi pada
kehamilan sebelumnya.
Pada pemeriksaan fisik, tekanan darah penderita 180/110 mmHg mmHg,
dan pada pemeriksaan urinalisis didapatkan proteinuria (++++).
Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa diagnosis
preeklampsia berat ditegakkan jika didapatkan satu atau lebih gejala dan tanda:
tekanan darah  160/110 mmHg diukur dalam keadaan rileks, proteinuria 5 gr
atau lebih dalam 24 jam atau plus 4 pada pemeriksaan kualitatif, oliguria yaitu
urine < 500 ml/ 24 jam disertai kenaikan kreatinin plasma, gangguan visus dan
cerebral, nyeri epigastrium, edema paru dan sianosis, gangguan pertumbuhan
janin dalam uterus atau adanya “HELLP” syndrome (Hemolisis, Elevated liver
syndrome, Low platelet count). Karena hipertensi sudah berlangsung sebelum
kehamilan maka ini dikatakan sebagai suatu preeklampsi pada hipertensi kronis
(superimposed pre-eclampsia).7
Preeklampsia berat dibagi menjadi (a) preeklampsia berat tanpa
impending eklampsia dan (b) preeklampsia berat dengan impending eklampsia.
disebut impending eklampsia jika preklampsia berat disertai gejala-gejala

16
subyektif berupa nyeri kepal hebat, gangguan visus, muntah, nyeri epigasrium
dan kenaikan progresif tekanan darah.7
Pada kasus ini tidak ditemukan tanda-tanda impending eklampsia,
sehingga dapat diakatakn bahwa pasien pada kasus ini mengalami preeklampsia
berat tanpa impending eklampsia.
Pada kasus ini faktor predisposisi dari preeklampsia adalah adanya hipertensi
sebelum kehamilan, dan usia pasien yaitu 37 tahun. Hal ini sesuai dengan teori yang
menyatakan bahwa faktor predisposisi dari terjadinya preeklampsia antara lain adalah
primigravida, molahidatidosa, kehamilan ganda, diabetes melitus, hidrops foetalis, bayi
besar, umur lebih dari 35 tahun, penyakit ginjal dan hipertensi sebelum kehamilan serta
obesitas.

2. PENATALAKSANAAN
Setelah diagnosis ditegakkan pada kasus ini maka pasien ditangani dengan
penanganan medika mentosa dan penanganan aktif.
Pengobatan medikamentosa yang diberikan pada pasien adalah :
a. Tirah baring miring ke satu sisi. Tanda vital diperiksa setiap 30 menit.
b. Pemberian obat anti kejang: magnesium sulfat
Syarat pemberian MgSO4 :7
 Tersedia antidotum (kalsium glukonat 10%).
 Refleks patella (+) kuat.
 Frekuensi pernapasan >16 kali/menit.
Dosis awal (initial dose) :
 4 gram MgSO4 40%/IV (40% dalam 10 cc) selama 15 menit.
Dosis pemeliharaan (maintenance dose) :
 Diberikan infus 6 gram dalam larutan RL/6 jam.
c. Antihipertensi
 Obat antihipertensi lini pertama adalah Nifedipin, yang diberikan 10-
20 mg per oral yang dapat diulang setelah 30 menit. Maksimum 120

17
mg dalam 24 jam. nifedipin tidak boleh diberikan sublingual karena
efek vasodilatasi sangat cepat sehingga hanya boleh diberikan per
oral.7
Selama perawatan konservatif dilakukan observasi dan evaluasi sama
seperti perawatan aktif, pada kasus ini dilakukan terminasi kehamilan berupa
pemberian oxytocin karena pasien sudah impartu tetapi his tidak adekuat.
Cara terminasi kehamilan 3:
a. Belum inpartu
1. Induksi persalinan: Amniotomi + tetes oksitosin dengan syarat skor bishop  6
2. Seksio sesarea bila syarat tetes oksitosin tidak dipenuhi atau adanya kontra
indikasi tetes oksitosin, atau bila 8 jam sejak dimulainya tetes oksitosin belum
masuk kedalam fase aktif.
b. Sudah inpartu
Kala I
Fase laten: 6 jam belum masuk fase aktif maka dilakukan seksio sesarea
Fase aktif: Dilakukan amniotomi, bila his tidak adekuat diberikan tetes
oksitosin dan bila 6 jam setelah amniotomi belum terjadi
pembukaan lengkap, dilakukan seksio sesarea.
Kala II
Pada persalinan pervaginam, maka kala II diselesaikan dengan partus buatan.

3. KOMPLIKASI
Komplikasi yang terjadi pada kasus ini yaitu bayi yang lahir memiliki
berat badan lahir 2400 gram dan panjang badan 43 cm, sehingga dapat dikatakan
bayi tersebut mengalami intrauterine growth restriction (IUGR).

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Sastrawinata, S. Obstetri Patologi. EGC : Jakarta. 2005


2. Cuninngham F.G, dkk. Williams Obstetrics. 24th Edition. Mc Graw Hill : New
York. 2014
3. Manuaba, I.B.G., Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana.
Jakarta: EGC; 2007
4. Simkin, P. Panduan Lengkap Kehamilan, Melahirkan dan Bayi. Jakarta: Arcan.
2005
5. Manuaba, I.B.G., Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC; 2007
6. Kementrian Kesehatan RI. Hipertensi. Jakarta: Pusat Data dan Informasi
Kementrian Kesehatan RI. 2014
7. Prawiroharjo, Sarwono, 2010. Ilmu Kandungan ; Plasenta Previa. Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka

19

You might also like