You are on page 1of 16

INVESTIGASI EPIDEMIOLOGI KLB KERACUNAN MAKANAN DI DESA

AROMANTAI KAB. OKU SELATAN


Disusun guna melengkapi tugas mata kuliah Kejadian Luar Biasa (KLB)

Oleh:

1. Afif R. Thabrani
2. Catherine Videllia
3. Febri Rusdi
4. Hendrik Redhian
5. Margaret Yunita Arifin

PROGRAM STUDI S-2 KESEHATAN MASYARAKAT


PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS KADER BANGSA
PALEMBANG
2018
I. Pendahuluan
Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit menular, keracunan pangan, keracunan bahan
berbahaya lainnya masih menjadi masalah kesehatan masyarakat masyarakat karena dapat
menyebabkan jatuhnya korban kesakitan dan kematian yang besar sehingga perlu
diantisipasi dan dicegah penyebarannya dengan tepat dan cepat. Salah satu tantangan
sekaligus keunggulan seorang ahli epidemiologi adalah pada kemampuannya melakukan
penyelidikan epidemiologi suatu kejadian luar biasa (KLB). Beberapa jenis KLB seperti
diare, campak dan malaria mengalami penurunan jumlah sejalan dengan semakin baik
sistem pengendalian beberapa penyakit tersebut. Akan tetapi beberapa penyakit justru
mengalami peningkatan salah satunya keracunan pangan.
Penyakit yang disebabkan oleh pangan masih merupakan salah satu penyebab utama
kematian dan kesakitan di Indonesia adalah penyakit yang disebabkan oleh pangan. Pangan
merupakan jalur utama penyebaran patogen dan toksin yang diproduksi oleh mikroba
patogen. Pangan juga dapat menimbulkan masalah serius jika mengandung racun akibat
cemaran kimia, bahan berbahaya maupun racun alami yang terkandung dalam pangan, yang
sebagian diantaranya menimbulkan KLB keracunan pangan.
Kejadian luar biasa (KLB) Keracunan Pangan adalah suatu kejadian dimana terdapat
dua orang atau lebih yang menderita sakit dengan gejala yang sama atau hampir sama
setelah mengkonsumsi pangan, dan berdasarkan analisis epidemiologi, pangan tersebut
terbukti sebagai sumber penularan. KLB keracunan pangan masih menjadi masalah
kesehatan masyarakat, terutama di perkotaan, pemukiman dan perindustrian (Depkes
RI,2009). Salah satu kriteria kerja KLB harus ditangani kurang dari 24 jam, Untuk itulah
dibentuknya Tim Gerak Cepat (TGC) agar setiap kejadian Keracunan Pangan dapat
ditangani secara cepat dan tepat. Hasil penyelidikan epidemiolgi KLB diharapkan mampu
menjawab 5W+1H (What, When, Where, Who, Why dan How).
Berita dari media massa lokal tertanggal 05 Januari 2016, telah terjadi keracunan
makanan di Kabupaten OKU Selatan dengan penderita sebanyak 5 orang (4 orang
meninggal dunia dan 1 orang di rawat di RS. Baturaja). Pada tanggal 06 Januari 2016 pukul
09.00 WIB Kepala BTKL PP Kelas I Palembang memberikan mandat pada seksi Surveilans
Epidemiologi untuk melakukan konfirmasi ke Kabupaten OKU Selatan untuk kebenaran
berita tersebut. Pada pukul 12.30 WIB seksi Surveilans Epidemiologi melalui instalasi
Pengendalian Penyakit Menular (PPM) mengkonfirmasi langsung ke kepala bidang
Pengendalian Masalah Kesehatan (PMK) di Dinas Kesehatan Kabupaten OKU Selatan,
bahwa apakah benar telah terjadi KLB keracunan makanan pada tanggal 04 januari 2016
pukul 14.00 WIB di Kecamatan Pulau Beringin Desa Aromantai dengan penderita sebanyak
5 orang dan terdapat 4 orang meninggal dunia, 1 orang di rawat di RS. Antonio Baturaja.
Sebelum meninggal dunia penderita makan pisang goreng dan minum kopi hitam
bersama-sama di sawah, beberapa saat kemudian penderita mengalami gejala mual, muntah,
kejang, mulut berlendir,tubuh kebiruan, pucat, nadi lemah, dan pingsan. Kelima penderita
telah mendapat pertolongan di Puskesmas Pulau Beringin, 4 penderita meninggal di
Puskesmas Pulau beringin (Doni, Ariana, Juanda, dan Rendi) dan 1 orang (Sudian) di rujuk
ke RSUD Muaradua kemudian di bawa ke RS Antonio Baturaja.

II. Tujuan Penyelidikan


A. Tujuan Umum
Dilaksanakannya penyelidikan epidemiologi KLB Keracunan Pangan di Desa
Aromantai Kecamatan Pulau Beringin Kabupaten OKU Selatan pada tanggal 4
Januari 2016.
B. Tujuan Khusus
1. Konfirmasi KLB Keracunan Pangan
2. Mendeskripsikan KLB keracunan pangan berdasarkan variabel epidemiologi
3. Mengidentifikasi penyebab kejadian keracunan pangan
III. METODOLOGI
a. Melakukan wawancara dengan petugas penyelidikan epidemiologi KLB
Keracunan Pangan
b. Mengambil, melihat dan mereview hasil penyelidikan epidmiologi keracunan
makanan.
IV. Hasil Investigasi dan Pembahasan
Kabupaten OKU Selatan pada tahun 2014 memiliki penduduk 451,845 jiwa
tersebar di 19 kecamatan yaitu: (Mekakau Ilir, Banding Agung, Buay Pematang Ribu
Ranau Tengah, Warkuk Ranau Selatan, Buay Pemaca, Simpang, Buana Pemaca,
Muaradua, Buay Rawan, Buay Sandang Aji, Tiga Dihaji, Buay Runjung,
Runjung Agung, Kisam Tinggi, Muaradua Kisam, Kisam Ilir, Pulau Beringin, Sindang
Danau, dan Pulau Are). Perekonomian Kabupaten OKU Selatan didominasi oleh sektor
pertanian, kehutanan dan perikanan.
KLB keracunan makanan di Kabupaten OKU Selatan dari tahun 2013 s/d 2016
telah terjadi sebanyak lima kali, sebagian besar disebabkan karena kesalahan dalam
proses pengolahan sehingga terkontaminasi bakteri (kuman).
Dari hasil investigasi di lapangan diketahui penyebab utama penderita adalah
keracunan makanan, sebelum meninggal dunia penderita makan pisang goreng dan
minum kopi hitam bersama-sama di sawah, beberapa saat kemudian penderita
mengalami gejala mual, muntah, kejang, mulut berlendir,tubuh kebiruan, pucat, nadi
lemah, dan pingsan. Kelima penderita telah mendapat pertolongan di Puskesmas Pulau
Beringin, 4 penderita meninggal di Puskesmas Pulau beringin (Doni, Ariana, Juanda,
dan Rendi) dan 1 orang (Sudian) di rujuk ke RSUD Muaradua kemudian di bawa ke RS
Antonio Baturaja.
Pada tanggal 10 Januari 2016 penderita (Tn. Sudian) telah pulang ke rumahnya di
desa Aromantai Kabupaten OKU Selatan, dengan keadaan fisik belum stabil, nafsu
makan mulai membaik, penderita belum mampu berkomunikasi dengan baik
dikarenakan belum membaiknya daya ingat pasca kejadian. Pada saat investigasi di
pondok tempat terjadinya keracunan makanan, di dapati sisa air minum di dalam ceret
yang kemudian diambil sampelnya, pisang dan mangga mulai membusuk, ikan mati dan
ada juga yang hidup di air kolam belakang pondok penderita kemudian diambil
sampelnya.
a. Data Umum KLB Keracunan Pangan
 Jumlah populasi berisiko = 5 orang
 Jumlah penderita = 5 orang

- 4 orang meninggal dunia dan 1 orang di rawat di RS Antonio Baturaja,


pada saat dilakukan investigasi tgl 12 Januari 2016 penderita sudah pulang
kerumah dengan kondisi masih lemah dan belum bisa berkomunikasi
dengan baik. Tim investigasi berkomunikasi melalui keluarga penderita
yang mengetahui kronologis kejadian tersebut.
-
b. Sampel yang diambil dan diperiksa di laboratorium
 Sampel pisang mentah = 1 sampel
Sampel Kopi hitam bubuk = 1 sampel
Sampel minuman kopi hitam seduh = 1 sampel
Sampel air masak untuk menyeduh
kopi = 1 sampel
 Sampel muntahan penderita = 1 sampel
Bahan untuk memasak: gandum,
garam, gula = 1 sampel
Sampel ikan yang mati dikolam = 1 sampel
 Sayur terong = 1 sampel
 Air kolam = 1 sampel
Pada saat dilakukan investigasi semua sampel telah di kirim ke Dinkes propinsi Sumsel
dan diperiksa di BPOM dan BBLK Palembang.

c. Gambaran Kasus
Saat dilakukan investigasi didapatkan data sebagai berikut:
1. Pada hari senin tanggal 4 Januari 2016, Tn Sudian (37 th) bersama keempat
keluarganya, yaitu: Ny. Aryama (57 th) ibu mertua, Tn. Rendi (14 th), Tn
Juanda (14 th), dan Tn. Doni (16 th) pergi ke sawah pada pukul 12.00 WIB.
Sesampai di sawah Ny. Aryama memasak lauk pauk, nasi, pisang goreng
dan menyeduh kopi hitam. Sementara menunggu nasi masak, kelimanya
hanya makan pisang goreng dan minum kopi hitam bersama-sama kemudian
melanjutkan aktivitas membajak sawah.

2. Pada pukul 14.00 WIB, Tn Sudian melihat Doni yang jatuh pingsan ketika
membajak sawah yang sebelumnya muntah-muntah. Tn. Sudian meminta
pertolongan pada tetangga sawah yaitu Tn. Sutandarni (42 th) untuk segera
membawa Doni ke Puskesmas Pulau Beringin. Tn . Sudian kembali ke
pondok dan melihat Ny. Aryama, Tn. Juanda dan Tn. Rendi juga pingsan di
pondok. Kemudian Tn. Sudian meminta pertolongan warga untuk membawa
korban lainnya ke Puskesmas Pulau Beringin, setibanya di Puskesmas Tn.
Sudian menyusul pingsan.
3. Pukul 14.30 WIB kelima korban mendapat pertolongan di Puskesmas Pulau
Beringin, kondisi kelima penderita nyaris sama yaitu: mual, muntah, kejang,
mulut berbuih, tubuh kebiruan, pucat, dan nadi lemah. Penderita segera
diberikan susu steril, dipasang infuse RL, dan oksigen.
4. Pukul 15.00 WIB, Tn. Doni meninggal dunia, menyusul Ny. Aryama pukul
15.15 WIB, Tn Juanda dan Tn. Rendi pukul 15.35 WIB. Sedangkan Tn.
Sudian dirujuk ke RSUD Muaradua kemudian di rujuk ke RS. Antonio
Baturaja.
5. Pada tanggal 10 Januari 2016, Tn. Sudian telah kembali kerumahnya di desa
Aromantai, akan tetapi kondisi penderita masih lemah dan belum bisa diajak
untuk berkomunikasi.
Sehubungan dengan penderita yang terkena keracunan makanan sedang
beraktifitas di sawah dan dengan gejala yang ditimbulkan, maka dugaan etiologi
keracunan makanan kemungkinan diakibatkan oleh pestisida. Adapun jenis pestisida dan
gejala yang ditimbulkannya yang mendekati gejala yang diderita oleh penderita adalah
sebagai berikut:
a). Organoklorin, dengan gejala mual, muntah, gelisah, pusing, lemah, rasa geli atau
menusuk pada kulit, kejang otot, hilang koordinasi, tidak sadar.
b). Organofosfat dan Karbamat, dengan gejala lelah, sakit kepala, pusing, hilang selera
makan, mual, kejang perut, diare, penglihatan kabur, keluar air mata, keringat, air
liur berlebih, tremor, pupil mengecil, denyut jsntung lambat, kejang otot (kedutan),
tidak sanggup berjalan, rasa tidak nyaman dan sesak, buang air besar dan kecil tidak
terkontrol, inkontinensi, tidak sadar dan kejang-kejang.

Berdasarkan wawancara dengan warga yang menolong dan petugas kesehatan


dilapangan serta pemeriksaan fisik pada penderita, maka disusun tabel sebagai berikut

Tabel 2: Distribusi Gejala KLB Keracunan Pangan di Desa Aromantai Kec. Pulau Beringin
Kab. OKU Selatan

No Gejala dan Tanda Jumlah Kasus %

1 Mual 5 100 %
2 Muntah 5 100%
3 Pusing 5 100 %
4 Mulut Berbuih 5 100 %
5 Tubuh Kebiruan 5 100%
6 Pingsan 5 100 %
7 Kejang 5 100%

Pada tabel dapat dipelajari etiologi/gejala yang paling mungkin dari kedua jenis
pestisida sebagai diagnosis banding dan etiologi yang paling tidak mungkin dapat
disingkirkan sebagai etiologi KLB. Pada tabel tersebut semua gejala masih dapat
memungkinkan sehingga etiologi/gejala keracunan pestisida organoklorin, dan
organofosfat masih belum mendapatkan evidance based (hasil uji laboratorium) dari
kejadian tersebut.
Pestisida organoklorin merupakan insektisida chlorinated hydrocarbon secara
kimiawi tergolong insektisida yang relatif stabil dan kurang reaktif, ditandai dengan
dampak residunya yang lama terurai di lingkungan. Kelompok organoklorin merupakan
racun terhadap susunan syaraf baik pada serangga maupun mamalia. Keracunan dapat
bersifat akut atau kronis. Keracunan kronis bersifat karsiogenik (kanker). Sedangkan
insektisida organofosfat merupakan ester asam fosfat atau asam tiofosfat.

Pestisida ini merupakan racun pembasmi serangga yang paling toksik secara
akut terhadap binatang bertulang belakang seperti ikan, burung, cicak dan mamalia.
Pestisida ini mempunyai efek, memblokade penyaluran impuls syaraf dengan cara
mengikat enzim asitelkolin-esterase. Keracunan kronis pestisida golongan organofosfat
berpotensi karsiogenik.

Pestisida dapat masuk ke dalam tubuh melalui kulit (dermal), pernafasan


(inhalasi) atau mulut (oral). Pestisida akan segera diabsorpsi jika kontak melalui kulit
atau mata. Absorpsi ini akan terus berlangsung selama pestisida masih ada pada kulit.
Kecepatan absorpsi berbeda pada tiap bagian tubuh. Perpindahan residu pestisida dari
suatu bagian tubuh ke bagian lain sangat mudah. Jika hal ini terjadi maka akan
menambah potensi keracunan. Residu dapat pindah dari tangan ke dahi yang berkeringat
atau daerah genital. Pada daerah ini kecepatan absorpsi sangat tinggi sehingga dapat
lebih berbahaya dari pada tertelan. Paparan melalui oral dapat berakibat serius, luka
berat atau bahkan kematian jika tertelan.

d. Kurva epidemiologi
Berdasarkan data yang diperoleh dibuat kurva epidemi sebagai berikut :
Gambar 1 : Kurva Epidemi KLB Keracunan Pangan di Desa Aromantai Kab. OKU
Selatan
Gambar 1 : Kurva Epidemi KLB Keracunan Pangan di Desa Aromantai Kab. OKU Selatan

6
4
Kasus
2
Kematian
0
14.00 14.30 15.00 15.30 15.35 16.00
Berdasarkan kurva epidemiologi diperoleh gambaran periode KLB pada tanggal
4 Januari 2016 mulai jam 14.00 dan berakhir pada jam 15.35 WIB.

e. Gambaran epidemiologi menurut umur

Tabel 1. Distribusi KLB Keracunan Makanan Menurut Umur di Desa Aromantai Bulan
Januari Tahun 2016

Gol. Umur
No. (th) Populasi Kasus Meninggal CFR
Rentan
1. ≤14 2 2 2 40%
2. >14 3 3 2 40%
Total 5 5 4 80%

Dari 5 orang yang mengkonsumsi makanan sebanyak 5 orang mengalami


keracunan pangan terdiri dari golongan umur <14 th sebanyak 2 orang meninggal dunia
CFR (40%) dan golongan umur >14 th sebanyak 3 orang dan yang meninggal dunia
sebanyak 2 orang CFR (40%).

V. Pemeriksaan Laboratorium
Semua sampel yang diambil untuk konfirmasi ke Laboratorium di BBLK (Balai
Besar Laboratorium Kesehatan) dan BPOM Prov Sumsel.
Berdasarkan informasi dari Dinas Kesehatan OKU Selatan tanggal 25 Januari 2016,
dari hasil pemeriksaan laboratorium dari BPOM dan BBLK Palembang diketahui sampel
untuk minuman kopi hasil nya negatif sedangkan untuk sampel muntahan, gandum, ikan
yang mati di kolam, dan sayur terong yang belum dimakan hasilnya positif mengandung
pestisida organoklorin golongan endosulfan.
VI. Kesimpulan Etiologi KLB

Penyebab Keracunan Pangan di Desa Aromantai Kecamatan Pulau Beringin


Kabupaten OKU Selatan adalah:

1. Perilaku penderita/korban yang kurang mentaati prosedur penggunaan dan


penyimpanan pestisida.
2. Karena mengkonsumsi makanan pada saat diladang yang diduga terkontaminasi
pestisida kelompok insektisida organoklorin.
3. Kemungkinan penderita/korban pada saat membajak sawah menggunakan pestisida,
kelima penderita yang telah terpapar pestisida pada saat istirahat makan pisang goreng
dan minum kopi tidak mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir sehingga sisa
pestisida masih melekat pada kulit dan tertelan bersama makanan yang di makan.

VII. Saran dan Tindak lanjut yang telah dilakukan

1. Setiap kajadian Keracunan pangan diharapkan masyarakat melapor cepat ke Puskesmas


dan Dinas Kesehatan terdekat sehingga dapat ditanggulangi secara cepat.
2. Masyarakat diharapkan berobat ke Puskesmas terdekat dan apabila perlu berobat ke
Rumah Sakit terdekat guna mendapatkan pelayanan medis yang lengkap, sehingga
kasus kematian pada KLB Keracunan pangan tidak dapat terjadi.
3. Petugas Puskesmas diharapkan agar ikut melakukan pengawasan dan penyuluhan
Kesehatan terhadap Masyarakat sekitar tentang PHBS, penyimpanan dan pengunaan
pestisida yang baik dan benar.
Sumber: Sri M, Dianita E, Artineke, Ena J, Vera S, Titin N, Ines N, Khusnul K.2016. KLB
KERACUNAN MAKANAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PULAU BERINGIN DESA
AROMANTAI KABUPATEN OKU SELATAN. Artikel tidak diterbitkan. Palembang: BTKLPP-
Palembang.
Foto Kegiatan Investigasi KLB Keracunan Makanan di Kabupaten OKU Selatan
Kondisi Ladang dan Pondok Penderita

You might also like