You are on page 1of 6

1.

Bottom up

Proses ‘bottom up’ mencakup semua metode pembuatan nanopartikel melalui atom
dan molekul yang berkumpul dan membesar (aglomerasi). Kuncinya adalah
menghentikan proses pembesaran/aglomerasi sehingga ukuran partikel hanya sampai
dalam skala nanometer. Jika menggunakan proses reaksi kimia, zat kimia yang
bereaksi akan bernukleasi dan atom-atom terus berkumpul di titik nukleasi tersebut dan
beraglomerasi (koloid). Bahan-bahan lain dapat digunakan untuk memastikan proses
aglomerasi ini tidak berjalan terus menerus. Contoh bahan lain ini seperti arang dan
karbon aktif yang mempunyai lubang sangat kecil (dengan skala nanometer), lalu ketika
partikel bernukleasi di dalam lubang ini, maka proses aglomerasi akan berhenti dengan
sendirinya karena tidak ada ruang lagi. Lalu pengumpulan nanopartikel ini akan lebih
mudah karena nanopartikel di dalam bahan ini akan lebih stabil. Tetapi kelemahan dari
metode ini jika nanopartikel tersebut dibutuhkan untuk bereaksi secara bebas untuk
membentuk struktur yang lebih besar. Cara lain untuk melindungi nanopartikel ini
adalah dengan membuat lapisan pelindung di permukaan nanopartikel. Lapisan
pelindung ini biasanya terbuat dari polimer atau senyawa-senyawa kimia lainnya.
Proses ini cukup kompleks, tetapi produk yang dihasilkan akan sangat berkualitas dan
dapat diproduksi dengan skala besar. Selain itu proses ‘bottom up’ juga dapat melewati
pembentukan partikel dengan cara kondensasi gas. Zat apapun dapat berubah fase
menjadi gas di tekanan dan suhu tertentu, termasuk zat metal yang ringan seperti
magnesium dapat menjadi gas diatas 500 C. Lalu melalui proses pendinginan yang
cepat, gas-gas ini menyublim menjadi zat padat dengan cepat. Dengan memainkan
area yang luas dan konsentrasi rendah maka nanopartikel dapat terbentuk. Keuntungan
dengan menggunakan metode ini adalah nanopartikel yang dihasilkan akan sangat
bersih dibandingkan di media cairan karena kontaminasi oleh cairan media terjadi
sedangkan dalam pembentukan gas tidak akan ada kontaminasi sama sekali. Tetapi,
metode ini membutuhkan biaya yang cukup besar dan produksi skala besar kurang baik
karena membutuhkan area yang sangat luas untuk titik-titik nukleasi.

BUKUUU :cth n penjelasan n kombinasiki…

Nanopartikel logam mulia menarik perhatian karena aplikasinya dalam bidang


optik, elektronik, sensor biologis dan katalis (Moores, A., dan Goettmann, F.,
2012). Salah satu nanopartikel logam mulia adalah nanopartikel perak. Nanopartikel
perak dapat dibuat (sintesis) dengan metode top-down (fisika) dan bottom-up (kimia).
Metode top-down yaitu dengan memecah padatan logam perak menjadi perak
berukuran nanometer. Metode bottom-up dengan cara melarutkan garam perak
kedalam pelarut tertentu, kemudian agen pereduksi ditambahkan, dan penambahan
agen penstabil untuk mencegah aglomerasi nanopartikel perak jika dibutuhkan
(Tolaymat, T.M, et al. 2010). Metode-metode tersebut penuh dengan banyak
masalah, mencakup penggunaan pelarut beracun, limbah berbahaya, dan konsumsi
energi yang tinggi (Thakkar, K.N., et al. 2011). Biosintesis nanopartikel perak
adalah pilihan yang baik selain metode fisika dan kimia.
Kegunaan nanopartikel perak meliputi: pada tekstil dan pakaian akan menjadi
mudah dibersihkan dan dengan penambahan silver pada kaos kaki akan membuatnya.

2. TOP DOWN

Sebaliknya, proses ‘top down’ merupakan proses yang membentuk nanopartikel dari
partikel atau benda-benda lebih besar dan dalam bentuk zat padat. Salah satu
caranya adalah dengan menggunakan laser atau litografi untuk mendapatkan
bentuk yang diinginkan. Keuntungan metode ini adalah kemampuan laser yang
dapat membentuk permukaan nanopartikel dengan sangat presisi dan jelas. Tetapi
tentunya kelemahannya adalah biaya produksi yang sangat mahal dan tidak dapat
digunakan untuk produksi dengan skala besar. Biasanya metode ini digunakan
untuk fabrikasi mikroprosesor yang mampu menciptakan fitur dibawah 100 nm.
Selain itu, proses penghancuran partikel besar dengan cara penggilingan/ ball
milling juga dapat membuat nanopartikel. Meskipun partikel yang hancur masih
berskala mikro, biasanya ukuran kristal pada partikel mencapai ukuran nano sampai
dibawah 10 nm. Proses ini cukup mudah dan dapat menghasilkan nanopartikel
dalam skala besar meskipun membutuhkan energi yang cukup besar. Lalu
nanopartikel yang dihasilkan tidak cukup seragam dan riskan akan kontaminasi.
Biasanya metal oksida nanopartikel sering dihasilkan dengan cara ini.
1. WMM

UNTUK PENJELASAN GAMBAR

Dalam proses HEBM, gerakan bola mentransfer energi kinetik mereka ke material yang
digiling. Hal ini menghasilkan pemutusan ikatan kimia mereka dan pecahnya material
yang digiling menjadi partikel yang lebih kecil dengan permukaan yang baru dibuat
(Gambar 2a). Media penggilingan, kecepatan penggilingan, rasio berat bola-ke-bubuk,
jenis penggilingan (kering atau basah), jenis gilingan bola energi tinggi (pabrik vibrator,
pabrik planet, pabrik attritor, gilingan bola tumbler, dll.), Atmosfer penggilingan dan
durasi penggilingan mengatur jumlah transfer energi antara bola dan bahan selama
proses, dan dengan demikian mempengaruhi sifat fisik dan morfologi dari nanomaterial
yang dihasilkan. Proses HEBM kadang-kadang melibatkan suhu lokal yang sangat
tinggi (> 1000 ° C) dan tekanan (beberapa GPa) kondisi dan dengan demikian juga
dianggap sebagai proses sintesis mechanochemical.

KNP PAKAI SURFAKTAN (ADA DIJURNAL ALASANX N INI:::::

Saat ini, membantu penggilingan bola energi tinggi yang dibantu surfaktan digunakan
sebagai strategi efisien untuk sintesis NP dengan ukuran yang tepat dan karakteristik
permukaan spesifik (Gambar 2b). Surfaktan adalah agen aktif permukaan yang
mengandung sifat hidrofobik dan hidrofilik dan dapat diklasifikasikan sebagai anionik,
kationik, zwitterionik dan nonionik tergantung pada karakteristik muatan permukaan dari
gugus hidrofilik mereka.67 Setelah adsorpsi pada permukaan material, molekul
surfaktan menghasilkan elektrostatik / sterik. kekuatan yang menstabilkan partikel
penggilingan, dan dengan demikian meminimalkan fraktur partikel yang tidak terkontrol.
Surfaktan juga dapat menurunkan energi permukaan partikel halus yang baru terbentuk
dengan membentuk lapisan organik tipis dan memperkenalkan kekuatan kapiler jarak
jauh yang menurunkan energi untuk perambatan retakan. Ini mencegah partikel dari
aglomerasi dan pengelasan dingin yang dapat menyebabkan peningkatan ukuran
partikel. Sifat dan jumlah surfaktan yang digunakan selama HEBM sangat
mempengaruhi karakteristik fisik dari NP. Biasanya, meningkatkan volume surfaktan
dapat menurunkan ukuran partikel dengan urutan kedua hingga ketiga. Zheng et al.
dirancang langka-bumi magnetically keras NP kristal tunggal Sm2Co17 dengan
diameter rata-rata 9 nm dan 26 nm oleh HEBM menggunakan asam oleat dan
oleylamine, masing-masing, sebagai surfaktan dengan SmCo5 sebagai pendahulu.68
Islam et al. menggunakan metode HEBM yang dibantu surfaktan ini untuk menyiapkan
NP CaCO3 murni dengan diameter 30 nm dari kulit kerang menggunakan dodecyl
dimethyl betaine (BS-12) .69 Surfaktan HEBM yang dibantu juga telah digunakan untuk
mensintesis NP grafit dengan ukuran mulai dari 1-30 nm , 70 dimana karbon hitam
digunakan sebagai prekursor dan ester fosfat sebagai surfaktan dalam media berair

2. HPH

DRI SLIDE….:

Produksi ibuprofen nano partikel dilakukan dengan menggunakan metode


homogenisasi dalam tekanan tinggi dengan menggunakan Micron LAB 40.

Dilihat dari segi fisiknya, kristal Ibuprofen merupakan kristal yang sangat keras
sehingga tidak mudah untuk dipecahkan menjadi kristal yang sangat halus. Proses
produksi tersebut menggunakan medium air dengan berbagai macam penstabil untuk
memperoleh nanosuspensi Ibuprofen yang efektif.
 Suatu dispersi atau cairan dialirkan melewati celah sempit dengan kecepatan
aliran yang tinggi.

 Rangkaian kerja dari teknologi ini yaitu dengan menempatkan dispersi cair dalam
suatu silinder yang dilengkapi dengan sebuah piston.

 Suatu energi diberikan kepada piston tersebut sehingga menekan cairan sampel
untuk bergerak melewati celah sempit pada ujung wadah silinder. Untuk Micron
LAB 40, wadah silinder mempunyai diamater selebar 3.0 cm, dengan ujung celah
sempit yang lebarnya hanya 25 µm; perbedaan kecepatan aliran dari sistem
yang berbeda diameternya berbanding terbalik dengan diameter celahnya.

 Lebar celah hingga 120,000 kali ini menyebabkan kecepatan aliran yang ekstrim
cepat dan bisa mencapai 200-700 m/s tergantung kepada tekanan yang
digunakan

 Penurunan lebar celah akan mengakibatkan peningkatan tekanan.

You might also like