You are on page 1of 4

Mirsalina Sukma Prabowo

2016730131

Hubungan antara KPD > 6 Jam, dengan keluhan ikterus ?

Sepsis yang terjadi pada neonatorum pada umumnya disebabkan oleh bakteri, jamur, dan virus
yang dapat terjadi karena berbagai faktor seperti ketuban pecah dini, demam pada ibu saat persalinan,
dan kurang masa kehamilan yang dapat mengakibatkan bayi mengalami asfiksia perinatal, berat bayi
lahir rendah, kelainan bawaan, prosedur invasif yang mengarah menjadi sepsis. Bakteri yang
menyebabkan sepsis tersebut dapat menyerang hepar yang dapat menyumbat saluran hepar dan
menyebabkan kolestasis. Kemudian dapat menyebabkan terjadinya peningkatan destruksi eritrosit
sehingga terjadi pemecahan hemoglobin yang berlebihan di dalam sistem retikulo endotelial oleh
enzim heme oksigenase menjadi biliverdin, selanjutnya oleh enzim biliverdin reduktase dirubah
menjadi bilirubin indirek. Kemudian bilirubin indirek secara difusi masuk ke sirkulasi darah dan
berikatan dengan albumin serum (albumin-bilirubin binding). Lalu bilirubin dibawa ke hati melalui
membran sinusoid dan ditangkap oleh protein Y dan Z di dalam hati selanjutnya ditransfer ke
retikulum endoplasma halus atau retikulum endoplasma kasar. Pada retikulum endoplasma halus atau
retikulum endoplasma kasar akan dimetabolisir oleh enzim uridine diphosphate glucuronosyl
transferase (UDPG-T) menjadi bilirubin monoglukoronid dan diglukoronid yang larut air. Pada
proses selanjutnya bilirubin direk akan dirubah menjadi garam empedu dan disalurkan ke kandung
empedu untuk digunakan dalam proses pencernaan lemak di usus. Tahap akhir produk bilirubin
dikeluarkan menjadi sterkobilin melalui feses dan urobilin/urobilinogen lewat ginjal dalam urin
(Chan & Sanyal, 2007).

Tariqul Islam et all menyatakan bahwa tingkat keparahan hipoksemia pada neonatus asfiksia
berdampak negatif bagi hepar dan organ tubuh lainnya. Syok hepar (gangguan berat hepar) akibat
dari asfiksia dapat mengganggu fungsi fisiologis hepar, dimana hal ini mengakibatkan adanya
perubahan dalam tes fungsi hati yaitu serum bilirubin, sehingga ditemukan korelasi antara disfungsi
hati dan tingkat keparahan hipoksia (Tariqul 2010). Kurangnya asupan oksigen pada organ-organ
tubuh sehingga fungsi organ tidak maksimal, glikogen yang dihasilkan tubuh dalam hati berkurang
yang menyebabkan hiperbilirubinemia. Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa adanya
hubungan antara neonatus yang kekurangan oksigen dengan kejadian hiperbilirubinemia. Kurangnya
asupan oksigen pada organ-organ tubuh sehingga fungsi organ tidak maksimal, glikogen yang
dihasilkan tubuh dalam hati berkurang yang menyebabkan hiperbilirubinemia (Kosim 2007). Asfiksia
dapat menyebabkan hipoperfusi hati, yang kemudian akan mengganggu uptake dan metabolisme
bilirubin hepatosit (Martiza 2009).

Bagaimana alur diagnosis DD1 Ikterus Neonatorum?


ANAMNESIS
• Riwayat keluarga ikterus
• Kelainan metabolik
• Kelainan kongenital
• Riwayat penyakit hati selama kehamilan
• Trauma lahir akibat persalinan
• Riwayat asi eksklusif
PEMERIKSAAN FISIK
• Inspeksi warna kuning pada kulit, konjungtiva, dan mukosa serta warna feses (dempu), dan urine
(coklat tua), ikterus terbaik diliat dengan cahaya matahari dengan meregangkan daerah kulit yang
diperiksa. Dan perkiraan kadar bilirubin dilihat dengan rumus Kramer.
• Periksa tanda-tanda dehidrasi, letargi (sepsis), pucat (anemia hemolitik), trauma lahir, petekie,
mikrosefali (kelainan kongenital), hepatosplenomegali, hipotiroidisme, atau massa abdomen (duktus
koledokus)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Pemeriksaan bilirubin total dan direct  curiga kolestasis atau ikterus menetap >2 minggu
• Pemeriksaan darah perifer lengkap dan apusan darah tepi  untuk mengetahui morfologi eritrosit
• Pemeriksaan golongan darah bayi
• Uji Coombs bila di curigai inkompabilitas ABO
• Kadar enzim G6PD
• Uji Fungsi Hati
• Urinalisis

TINGKAT IKTERUS RUMUS KRAMER


Zone Perkiraan Kadar
Bilirubin Mg %

I (kepala dan leher) 5,00

II (Pusat – Leher) 9,00

III (Pusat – Paha) 11,4

IV (Lengan dan Tungkai) 12,4

V (Tangan dan Kaki) 16,0

LAJU SEFALO-KAUDAL

• Ikterus muncul pertama di daerah wajah, menjalar ke arah kaudal tubuh, dan ekstremitas.
• Tekan kulit dengan ringan memakai jari tangan untuk memastikan warna kulit dan jaringan
subkutan:
• Hari 1, tekan pada ujung hidung atau dahi;
• Hari 2, tekan pada lengan atau tungkai;
• Hari 3 dan seterusnya, tekan pada tangan dan kaki.
Anjuran Pemeriksaan sesuai Usia Bayi

Waktu Diagosis Banding Anjuran pemeriksaan

Hari ke-1 Infeksi intrauternine, sferositosis, Kadar bilirubin, Hb, Golongan


penyakit hemolitik darah ibu dan bayi, Uji Coombs,
hematokrit, darah perifer lengkap

Hari ke-2 Infeksi fisiologis, keadaan hari 1 Seperti hari pertama, di tambah :
yang terlambat muncul darah tepi, biakan darah/urin,

Hari ke-3 s/d hari ke-5 Fisiologis Urinalisis pancaran tegah, darah
tepi, golongan darah, dan uji
Coombs (apabila curiga
hemolitk)

> 5 hari, atau menetap > 10 hari Infeksi, anemia hemolitik, kuning Pemeriksaan darah dan urin,
karena ASI, Obat-obatan, sesuai dengan penyebab.
galaktosemia, hipotiroid, fibrosis
kistik, ikterus obstruktif

Referensi :
 Tanto,chris dkk. 2014. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I Edisi IV. Jakarta : Media Aesculapius
FKUI Hlmn. 155-156
 Saptanto.Agus , Kurniati.I.D , Khotijah. Siti. 2014. Asphyxia Increased Pathologic
Hyperbilirubinemia Incident on Newborn at RSUD Tugurejo Semarang. Di akses pada 20
September 2018 pada Link
https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/kedokteran/article/viewFile/2600/2449
 Halisanti, oktaviana. 2017. Hubungan Antara Sepsis Neonatorum dengan Terjadinya Ikterus
Neonatorum RSUD Karanganyar [Skripsi]. Purwokerta (ID) : Universitas Muhammadiyah
Purwokerto

You might also like