Professional Documents
Culture Documents
A. KONSEP MEDIK
1. PENGERTIAN
Arif Mansjoer (2001 : 472) menuliskan Tuberculosis Paru adalah penyakit infeksi
yang yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis dengan gejala yang sangat
bervariasi.
Menurut Robins & Kumar (1995 : 161) Tuberculosis Paru merupakan penyakit
menular yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis.
2. ETIOLOGI
3. PATOFISIOLOGI
Penularan terjadi karena kuman dibatukan atau dibersinkan keluar menjadi droflet
nuklei dalam udara. Partikel infeksi ini dapat menetap dalam udara bebas selama 1 – 2
jam, tergantung ada atau tidaknya sinar ultra violet. dan ventilasi yang baik dan
kelembaban. Dalam suasana yang gelap dan lembab kuman dapat bertahan sampai
berhari – hari bahkan berbulan, bila partikel infeksi ini terhisap oleh orang yang sehat
akan menempel pada alveoli kemudian partikel ini akan berkembang bisa sampai
puncak apeks paru sebelah kanan atau kiri dan dapat pula keduanya dengan melewati
pembuluh linfe, basil berpindah kebagian paru – paru yang lain atau jaringan tubuh yang
lain.
Setelah itu infeksi akan menyebar melalui sirkulasi, yang pertama terangsang
adalah limfokinase, yaitu akan dibentuk lebih banyak untuk merangsang macrofage,
berkurang tidaknya jumlah kuman tergantung pada jumlah macrofage. Karena fungsinya
adalah membunuh kuman / basil apabila proses ini berhasil & macrofage lebih banyak
maka klien akan sembuh dan daya tahan tubuhnya akan meningkat. Tetapi apabila
kekebalan tubuhnya menurun maka kuman tadi akan bersarang didalam jaringan paru-
paru dengan membentuk tuberkel (biji – biji kecil sebesar kepala jarum). Tuberkel lama
kelamaan akan bertambah besar dan bergabung menjadi satu dan lama-lama timbul
perkejuan ditempat tersebut.apabila jaringan yang nekrosis dikeluarkan saat penderita
batuk yang menyebabkan pembuluh darah pecah, maka klien akan batuk darah
(hemaptoe).
4. MANIFESTASI KLINIS
Keluhan yang dirasakan penderita dapat bermacam-macam atau malah tanpa keluhan
sama sekali, keluhan yang terbanyak adalah :
a. Demam
Biasanya subfebril menyerupai dengan influenza. Tetapi kadang-kadang panas
badan dapat sembuh sebentar, tetapi kemudian dapat timbul kembali. Begitulah
seterusnya hilang timbulnya demam influenza ini sehingga pasien merasa tidak
pernah bebas dari serangan demam influenza. Keadaan sangat dipengaruhi oleh daya
tahan tubuh pasien dan berat ringannya infeksi kuman tuberculosis yang masuk.
b. Batuk darah
Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan untuk
membuang produk radang keluar. Sifat batuk dimulai dari batuk kering (non
produktif) setelah timbul peradangan menjadi produktif (menghasilkan sputum).
Keadaan yang lanjut berupa batuk darah karena terdapat pembuluh darah yang pecah.
C. Sesak Nafas
Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak nafas. Sesak
nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, yang infiltrasinya sudah
meliputi setengah badan paru-paru.
c. Nyeri Dada
Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah
sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis.
d. Malaise
Gejala malaise sering ditemukan berupa anoreksia tidak ada nafsu makan, badan
makin kurus, sakit kepala, keringat malam hari.
5. KOMPLIKASI
a. Pnemothorax (adanya udara pada rongga pleura) spontan kolaps karena kerusakan
jaringan paru.
b. Kolaps dari lobus akibat Retraksi dari Bronchial
c. Bronhestasis (pelabaran Bronhus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat
pada proses pemulihan atau relatif) pada paru.
d. Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran pernapasan bawah yang dapat
mengakibatkan kematian karena syok hipovolomik atau tersumbatnya jalan napas.
e. Insufisiensi Cardio Pulmonal.
f. Penyebaran infeksi ke organ lain : Otak, Persendian, Ginjal.
6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Kultur Sputum
Positif untuk Mycobacterium Tubercolosa, golongan tahap aktif penyakit.
Ziehl – Neesen
Pemakaian asam cefat pada gelas kaca untuk usapan cairan darah positif untuk basil
asam cefat.
Tes Kulit
PPD, Mantoux, Patogen Vellmas. Reaksi positif menunjukkan infeksi masa lalu dan
adanya antibodi tetapi tidak secara berarti menunjukkan progresif aktif.
Foto Thoraks
Dapat menunjukkan infiltrasi awal pada area paru atas, simpanan cairan kalsium, lesi
sembuh primer atau efusi cairan.
Elektrolit
Dapat tak normal tergantung lokasi berat kerusakan sisa pada paru.
7. PENATALAKSANAAN
Dalam pengobatan TB paru dibagi 2 bagian :
a) Jangka pendek
Dengan tata cara pengobatan : setiap hari dengan jangka waktu 1 – 3 bulan.
- Strepomisin inj 750 Mg
-Pas 10 Mg
-Ethambutol 1000 Mg
-Isoniazid 400 Mg
Kemudian di anjurkan dengan jangka panjang, tata cara pengobatannya adalah
setiap 2x seminggu, selama 12-18 bulan, tetapi setelah perkembangan
pengobatan ditemukan terapi.
Terapi TB paru dapat dilakukan dengan minum obat saja, obat yang diberikan
dengan jenis :
-INH
-Rifampicin
-Ethambutol
Dengan fase selama 2x minggu, dengan lama pengobatan kesembuhan menjadi
6-9 bulan.
b) Dengan menggunakan obat program TB paru kombipack bila ditemukan dalam
pemeriksaan sputum BTA (+) dengan kombinasi obat:
-Rifampicin
-Isoniazid
-Ethambutol
-Pyridoxin (B6)
B. KONSEP KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan dasar utama atau langkah awal dalam proses keperawatan
secara keseluruhan. Pada tahap ini semua data/informasi tentang klien yang
dibutuhkan, dikumpulkan dan dianalisa untuk menentukan diagnosa keperawatan.
1) Biodata
Terdiri dari nama,jenis kelamin,umur, status perkawinan, alamat, pendidikan,
pekerjaan dan agama.
2) Riwayat Kesehatan
a) Riwayat kesehatan sekarang
Alasan masuk rumah sakit/keluhan utama yang dirasakan, riwayat keluhan
utama, keluhan lain yang menyertai, diagnosa medik.
4) Aspek Sosial
5) Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan Umum : nampak sakit berat, sedang, ringan
b) Kepala : bentuk, nyeri,pusing
c) Tanda-tanda vital : tekanan darah, suhu badan, nadi dan pernafasan.
d) Sistem penginderaan
1) Mata : Konjungtiva, pupil, lapang pandang, hematoma,adanya nyeri.
2) Hidung : Fungsi penciuman,simteris kiri dan kanan, keadaan
septum, nyeri, peradangan
3) Telinga : Fungsi pendengaran simetris kiri dan kanan, nyeri, peradangan
4) Lidah : Fungsi pengecapan,kebersihan.
5) Kulit : Respon terhadap panas dan dingin, nyeri dan sentuhan,
turgor, kelembaban, warna , suhu.
e) Sistem Pernafasan
Apakah ada cuping hidung, frekuensi pernafasan,bunyi nafas,nyeri dada,
dispnoe, takipnoe,cyanosis, adanya ronchi dan wheezing.
f) Sistem Kardiovaskuler
g) Sistem Pencernaan
Adanya massa, peristaltic usus baik atau tidak, adanya konstipasi,mual,
muntah, nafsu makan, gangguan fungsi pengecapan,perut kembung.
h) Sistem Neurologi.
Kesadaran, nyeri kepala, fungsi sensorik dan motorik, kesemutan, pusing,
koordinasi gerakan.
i) Sistem Muskuloskeletal
Kekuatan otot. Gangguan pergerakan ekstremitas, adanya spasme otot,nyeri,
tonus otot normal atau tidak.
j) Sistem Perkemihan
Apakah ada nyeri, warna urin,bau,anuri,tidak ada bising usus, inkontinensia
urine, frekuensi BAK.
k) Sistem Integumen
Turgor kulit, perubahan warna pada daerah sekitar luka operasi, suhu pada
area luka operasi, keadaan kulit.
l) Sistem Endokrin
Apakah ada riwayat penyakit DM
DIANGNOSA KEPERAWATAN
I. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan: Sekret kental atau sekret
darah
II. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan: kerusakan membran alveolar
kapiler
III. Resiko tinggi infeksi dan penyebaran infeksi berhubungan dengan: Daya tahan
tubuh menurun
RENCANA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan: Sekret kental atau sekret
darah
Tujuan: Mempertahankan jalan napas pasien. Mengeluarkan sekret tanpa bantuan.
Menunjukkan prilaku untuk memperbaiki bersihan jalan napas. Berpartisipasi dalam
program pengobatan sesuai kondisi. Mengidentifikasi potensial komplikasi dan
melakukan tindakan tepat.
Intervensi:
a. Kaji fungsi pernapasan: bunyi napas, kecepatan, imma, kedalaman dan penggunaan
otot aksesori.
b. Catat kemampuan untuk mengeluarkan secret atau batuk efektif, catat karakter, jumlah
sputum, adanya hemoptisis.
Rasional: Pengeluaran sulit bila sekret tebal, sputum berdarah akibat kerusakan paru atau
luka bronchial yang memerlukan evaluasi/intervensi lanjut.
c. Berikan pasien posisi semi atau Fowler, Bantu/ajarkan batuk efektif dan latihan napas
dalam.
Rasional: Meningkatkan ekspansi paru, ventilasi maksimal membuka area atelektasis dan
peningkatan gerakan sekret agar mudah dikeluarkan
Rasional: Diperlukan pada kasus jarang bronkogenik. dengan edema laring atau
perdarahan paru akut.
Intervensi
a. Kaji dispnea, takipnea, bunyi pernapasan abnormal. Peningkatan upaya respirasi,
keterbatasan ekspansi dada dan kelemahan.
Rasional: Akumulasi secret dapat menggangp oksigenasi di organ vital dan jaringan.
Rasional: Meningkatnya resistensi aliran udara untuk mencegah kolapsnya jalan napas.
e. Monitor GDA.
Intervensi
a. Review patologi penyakit fase aktif/tidak aktif, penyebaran infeksi melalui bronkus
pada jaringan sekitarnya atau aliran darah atau sistem limfe dan resiko infeksi melalui
batuk, bersin, meludah, tertawa., ciuman atau menyanyi.
Rasional: Membantu pasien agar mau mengerti dan menerima terapi yang diberikan untuk
mencegah komplikasi.
b. Identifikasi orang-orang yang beresiko terkena infeksi seperti anggota keluarga, teman,
orang dalam satu perkumpulan.
Rasional: Orang-orang yang beresiko perlu program terapi obat untuk mencegah
penyebaran infeksi.
c. Anjurkan pasien menutup mulut dan membuang dahak di tempat penampungan yang
tertutup jika batuk.
e. Monitor temperatur.
f. Identifikasi individu yang berisiko tinggi untuk terinfeksi ulang Tuberkulosis paru,
seperti: alkoholisme, malnutrisi, operasi bypass intestinal, menggunakan obat penekan
imun/ kortikosteroid, adanya diabetes melitus, kanker.
Rasional: Pengetahuan tentang faktor-faktor ini membantu pasien untuk mengubah gaya
hidup dan menghindari/mengurangi keadaan yang lebih buruk.
Rasional: Periode menular dapat terjadi hanya 2-3 hari setelah permulaan kemoterapi jika
sudah terjadi kavitas, resiko, penyebaran infeksi dapat berlanjut sampai 3 bulan.
Rasional: Untuk mengawasi keefektifan obat dan efeknya serta respon pasien terhadap
terapi.
DAFTAR PUSTAKA
Gafar, Jumadi La Ode, 1999. Pengantar Keperawatan Profesional. Buku Kedokteran EGC,
Jakarta.
Mansoer, Arif, Dkk, 1997, Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Media Aesculapius, Jakarta
Noer, Sjaifoellah, 1996. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi Ketiga. Balai Penerbit FKUI,
Jakarta
Robins and Kumar, Buku Ajar Patologi II. EGC, Jakarta