You are on page 1of 23







































o


o





































































o






















o


 Materi Spesifik Lokalita
o

































































































































































o





























































































































o









o























































o












































































o
































o








o


































BUDIDAYA TANAMAN MATOA
(Donetia pinata)

 Kelembagaan
Penyuluhan
 Kelembagaan Petani
 Penyuluh Pertanian
PNS
 THL-TB Penyuluh
Pertanian
 Penyuluh Swadaya
 Sarana Prasarana
 Kajian Tentang
Gunung Sinabung
& Gunung Kelud
(New) Sumber Gambar: Tigor Gultom, S.Pt

I. PENDAHULUAN
Tanaman matoa merupakan tanaman tahunan yang berbua
menurut musim. Tanaman Matoa tumbuh di Irian Jaya, Maluku,
Sulawesi, Kalimantan dan Sumatera. Tanaman dewasa saat ini
merupakan tanaman alami yang secara selektiv berdasarkan
pengamatan dan pengalamannya. Jarak tanam tidak teratur ada
yang tumbuh di halaman rumah, tegalan dan di pinggir jalan.
Tanaman matoa dapat ditanam dengan hasil baik pada ketinggian
20-400 Meter dpl. Produksi tanaman matoa sebagai tanaman
buah lebih menonjol dibandingkan fungsi lain seperti sebagai
bahan bangunan pada beberapa lokasi buahnya mempunyai rasa
yang lebih manis dan dagingnya lebih tebal terutama matoa yang
tumbuh di Sulawesi, Maluku dan Irian Jaya. Jenis matoa yang
tumbuh di Irian Jaya mempunya rasa yang sangat khas yaitu
kombinasi antara rasa buah lengkeng dan buah durian.
Buahnya Selain dimakan dalam bentuk segar dapat juga
diawetkan dengan cara teknologi pengalengan, dibuat manisan,
sirup, serta jeli. Kegunaan serbaguna yang lain dari tanaman
matoa ini yaitu batang kayu yang sudah tua dapat digunakan
untuk bahan banguna rumah antara lain rangka atap, tiang dan
lain-lain.

II. TEKNOLOGI BUDIDAYA


Tanaman matoa dapat dikembangakan secara generative yaitu
menanam biji dan secara vegetativ yaitu dengan cara
pencangkokan. Pemindahan bibit matoa dari persemaian harus
dilaksanakan dengan sangat hati-hati, karena bibit tanaman matoa
sangat peka terhadap perobahan lingkungan, terutama bagian
akar, sehingga tidak bisa dianjurkan memindahkan bibit dengan
cara cabutan.
Cara yang paling baik adalah membuat persemaian yang teratur
dan pembibitan didalam plastic poli bag untuk memudahkan
penanaman maupun pengangkutannya. Bila dengan cangkok
cabang atau ranting yang dipilih dikerut atau dikupas kulitnya
hingga bersih dari kambium, selanjutnya dibersihkan dengan kain
dan dibiarkan 1-2 hari lamanya. Setelah itu tanah ditempelkan
pada kerutan, dibungkus dengan media sabuk kelapa dan diikat.
Setelah berumur 3-4 bulan akar mulai tumbuh selanjutnya
dipindahkan kedalam poli bag.

III. PEMUPUKAN DAN PEMELIHARAAN


a. Pemupukan
Pemupukan tanaman matoa dimulai pada saat tanam. Pupuk yang
RSS digunakan adalah pupuk :

 Pupuk Organik 5 Kg
 SP 36 1 Kg
 Urea 0,5 Kg
 Kapur 1 Kg

Semua pupuk dicampur menjadi satu dengan tanah galian, bagian


atas dibiarkan selama 4-6 hari kemudian ditanami dengan bibit
matoa.
b. Pemeliharaan
Pemeliharaan dilakukan pengulangan untuk menghindari
perangsangan dalam penyerapan unsur hara dalam tanah antara
tanaman matoa dan tumbuhan lain yang tumbuh disekitar
tanaman matoa
c. Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman
Hama yang sangat menonjol yang menyerang tanaman matoa
adalah lalat daun yang menyerang tanaman muda, tikus dan
kelelawar memakan buah yang sudah matang, penggerak batang
menyerang bagian batang dan ranting tanaman matoa.
IV. PANEN DAN PASCA PANEN
Penangana pasca panen matoa yang baik, disamping
meningkatkan mutu buah matoa dan memperkecil kehilangan
hasil. Adapun usaha memperbaikan pasca panen matoa meliputi
waktu panen, cara panen, situasi, pengepakan dan penyimpanan.
MENGENAL TANAMAN MATOA (Pometia Pinnata)

Matoa (Pometia Pinnata) adalah tanaman khas Papua dan menjadi flora identitas Provinsi
Papua Barat. Matoa termasuk ke dalam famili Sapindaceae. Pohon matoa dapat tumbuh
tinggi dan memiliki kayu yang cukup keras. Tinggi pohon 50 m, akar papan tingginya
mencapai 5 m, daun majemuk berseling, bersirip genap, tangkai daun panjang ± 1 m, anak
daun 4 - 13 pasang bentuknya bundar memanjang dengan tepi yang bergerigi. Mahkota bunga
agak berbulu pada bagian luar, kelopak bunga agak menyatu.
Buahnya berbentuk bulat melonjong seukuran telur puyuh atau buah pinang (keluarga Palem)
dengan panjang 1,5-5 cm dan berdiameter 1-3 cm, kulit licin berwarna coklat kemerahan bila
masak (kalau masih muda berwarna kuning kehijauan, ada juga yang menyebut hijau-
kekuningan). Kulit ari putih bening melekat pada biji, manis dan harum.
Rasa buahnya "ramai", dan susah didefinisikan. Coba saja tanya kepada yang pernah
memakannya, maka ada yang bilang rasanya masin, seperti antara rasa buah leci dan buah
rambutan. Ada juga yang merasakannya sangat manis seperti buah kelengkeng. Ada yang
bilang manis legit. Ada lagi yang merasakan aromanya seperti antara buah kelengkeng dan
durian. Pendeknya, buah matoa berasa enak, kata mereka yang suka.
Tanaman ini mudah diperbanyak/ dikembangbiakkan melalui biji, dan cara lain seperti
cangkok serta okulasi. Matoa tumbuh di daerah yang sejuk atau dengan kata lain lebih mudah
tumbuh di pada ketinggian 900 - 1700 m dpl, topografi datar atau miring, meskipun dapat
pula tumbuh di dataran rendah, dengan waktu berbunga bulan Juli - Agustus dan berbuah
pada bulan November - Februari.
Selama ini orang mengenal buah matoa berasal dari Papua, padahal sebenarnya pohon matoa
tumbuh juga di Maluku, Sulawesi, Kalimantan, dan Jawa pada ketinggian hingga sekitar
1.400 meter di atas permukaan laut. Selain di Indonesia pohon matoa juga tumbuh di
Malaysia, tentunya juga di Papua New Guinea (belahan timurnya Papua), serta di daerah
tropis Australia.
Di Papua sendiri pohon matoa sebenarnya tumbuh secara liar di hutan-hutan. Ini adalah
sejenis tumbuhan rambutan, atau dalam ilmu biologi disebut berasal dari keluarga rambutan-
rambutanan (Sapindaceae). Sedangkan jenisnya dalam bahasa latin disebut pometia pinnata.
Di Papua New Guinea, buah matoa dikenal dengan sebutan taun. Sedangkan di daerah-daerah
lainnya, sebutannya juga bermacam-macam, antara lain: ganggo, jagir, jampania, kasai, kase,
kungkil, lamusi, lanteneng, lengsar, mutoa, pakam, sapen, tawan, tawang dan wusel. Artinya,
buah ini sebenarnya juga dijumpai di daerah-daerah lain di Indonesia. Oleh karena itu,
meskipun orang lebih mengenai buah matoa ini berasal dari Papua, namun jangan heran kalau
di sebuah shopping center di Yogya Anda akan menjumpai buah matoa dari Temanggung.
Dari pohon matoa, selain diambil buahnya, batang kayunya juga sangat bermanfaat dan
bernilai ekonomis. Tinggi pohonnya dapat mencapai 40-50 meter dengan ukuran diameter
batangnya dapat mencapai 1 meter hingga 1.8 meter. Batang kayu pohon matoa termasuk
keras tetapi mudah dikerjakan. Banyak dimanfaatkan sebagai papan, bahan lantai, bahan
bangunan, perabot rumah tangga, dsb. yang ternyata tampilan kayunya juga cukup indah.
Maka, dapat dimaklumi kalau umumnya masyarakat Papua akan dengan bangga menyebut
buah matoa sebagai buah khasnya propinsi Papua. Pohon ini berbunga sepanjang tahun, maka
pohon matoa pun dapat dikatakan berbuah hampir sepanjang waktu. Oleh karena itu, buah
matoa relatif mudah dijumpai di pasar-pasar tradisional di Papua.
sumber : matoaindonesia.multiply.com

Habitat matoa memang menyebar di Sumatra, Jawa, Sulawesi, Pulau Sumbawa (NTB),
Maluku, dan Papua. Di Sumatra matoa sering disebut kasai, pakam, dan kungkil. Sunda:
leungsir, Jawa: kayu, sapi, Kalimantan: kasai gunung, pakam, kungkil, Sulawesi: landing,
kase, nautu, latut. Nama matoa sendiri berasal dari Maluku. Sebutan lainnya hatobu, ngaeke,
ngaahe, kai. Di papua: ihi, miti, habele, dan tawa.

Dalam perdagangan internasional matoa kerap dikenal sebagai Fijian longan. Pohonnya
memang banyak ditemukan di negara yang terletak di Samudra Pasifik itu. Penduduk
setempat menyebutnya dawa.

Pohon matoa mencapai ketinggian 50 m. daun berukuran besar, bundar sampai bundar
memanjang. Tulang daun tegas menonjol kebawah, dan tepi bergerigi. Tangkainya mencapai
1 m. bunga majemuk muncul dari ujung tangkai daun.
Buah bulat lonjong seukuran telur puyuh. Kulit licin, berwarna hijau waktu muda, cokelat
kehitaman begitu masak. Kulit buah tipis dan kering melindungi daging yang bening, kenyal,
manis, dan berair. Di dalamnya ada biji kecil berwarna cokelat kehitaman dan mengkilap.

Hasil observasi Sudarmono, peneliti Kebun Raya Bogor, matoa asal Indonesia timur yaitu
Sulawesi, Maluku, dan Papua, lebih manis dan berdaging lebih tebal. Rasanya kombinasi
rambutan, lengkeng, dan durian. Selain dimakan segar, buah dibuat manisan, sirup, atau jeli.
Para pendatang di Papua sangat menyukai anggota keluarga Sapindaceae itu sebagai buah
meja. Uniknya matoa justru kurang popular dikalangan penduduk asli cendrawasih itu. Di
Sumtera Selatan penduduk menikmati panggangan biji yang berlemak.

Beberapa manfaat dari pohon matoa, diantaranya:

Kulit kayu dipakai masyarakat priangan untuk mengobati luka. Penduduk Papua
menggunakan daun yang besar sebagai mulsa pada penanaman gembili atau gadung. Di
Malaysia rebusan daun dan kulit kayu dipakai mandi untuk mengatasi demam. Kayunya
cukup kuat untuk tiang bangunan, lantai, kusen, dan perahu.

Masyarakat Fiji menggunakan ekstrak daun matoa untuk menghitamkan rambut. Rendam
daun di air panas baik untuk mengobati disentri. Sedangkan influenza dan nyeri tulang sendi
diobati dengan cairan yang diperas dari kulit kayu bagian dalam. Konon kayu itu juga bersifat
kontraseptif.

Kalau artikel ini bermanfaat bagi Anda, tolong share keteman anda melalui google plus [g+]
dengan cara mengklik tombolnya di bagian bawah halaman ini. Trima kasih atas
partisipasinya.

budidaya matoa
Mungkin beberapa dari Anda sudah pernah mendengar salah satu jenis buah ini,
matoa. Matoa sangat terkenal akan keunikan rasanya yang digemari banyak orang. Rasa
buah ini sangat beragam. Buah ini mengingatkan kita akan tekstur kulit yang seperti buah
markisa dan bentuk buah seperti rambutan namun mempunyai rasa seperti kelengkeng

Matoa Buah Asli Khas Papua

Pohon matoa sangat mudah dijumpai. Pohon ini sebenarnya berasal dari Papua karena
merupakan tanaman khas yang menjadi identitas flora bagi daerah tersebut. Pohon
mempunyai ketinggian kurang lebih sekitar 50 meter.

Buah matoa berbentuk bulat dan sedikit melonjong dengan ukurannya yang tidak terlalu
besar. Buah matoa memiliki warna coklat kehitaman.bentuknya yang mirip dengan telur
puyuh ini sangat mudah dikenali. Kulitnya licin dan mempunyai bau yang manis.

Kandungan Pada Matoa

Tanaman ini memiliki banyak kandungan didalamnya. Matoa sangat cocok bagi Anda yang
menggemari buah-buahan untuk dapat bercocok tanam dengan buah unik ini. Pada kulit
buah terdapat tanin dan juga saponin. Pada biji mengandung adanya lemak dan polifenol.

Sedangkan, pada daun terdapat juga tanin dan saponin yang mempunyai kandungan sama
dengan kulit buah. Pada kulit batang terdapat lebih banyak kandungan didalamnya seperti
flavonida, zat besi, dan pectic substance. Pada buahnya terdapat berbagai macam vitamin
yang menjadi kelebihan buah ini.

Masa Tanam Matoa

Kelebihan kandungan didalam buah menjadikan matoa sebagai salah satu tanaman yang
sangat menarik untuk dibudidayakan. Terlebih, cara budidaya matoa yang sangat mudah
dan tidak memerlukan banyak hal. Tanaman ini juga dapat tumbuh di mana saja.
Masa penanaman matoa memiliki waktu yang cukup panjang untuk bisa mendapatkan
buahnya. Beberapa orang memerlukan waktu sampai hampir sekitar beberapa tahun.
Tumbuhan ini tumbuh memanjang ke atas dan untuk mendapatkan bagian cabang matoa
tentu kita harus memotong pada bagian atasnya.

Pohon matoa dapat berbuah dua kali. Biasanya pohon matoa akan berbuah pada saat hari
raya idul fitri dan kedua sekitar 3 bulan setelah matoa berbuah pertama kali. Namun, hasil
buah yang di dapat jauh lebih sedikit dari yang pertama. Pohon ini terhitung musiman.

Dua Cara Teknik Budidaya Matoa

Dalam teknik budidayanya, pohon matoa dapat dikembangkan dengan dua cara, yaitu
secara generatif dan vegetatif. Cara generatif yaitu dengan cara menanam biji, sedangkan
cara vegetatif yaitu dengan pencangkokan.

Pemindahan bibit dari persemaian harus diperhatikan dan dilakukan secara hati-hati. Bibit
matoa sangat peka apabila ada perubahan lingkungan. Terutama pada bagian akar matoa.
Sebaiknya perpindahan bibit tidak dilakukan dengan cara mencabut. Hal ini dapat merusak
laju perkembangan bibit.

Polibag Baik untuk Budidaya

Menggunakan polibag sangatlah dianjurkan dalam cara menanam tanaman matoa tersebut.
Dengan menggunakan polibag, akan jauh lebih memudahkan untuk proses pemindahan
bibit. Buatlah persemaian yang teratur didalam pembibitan buah tersebut.

Cara tanam matoa tersebut sebaiknya menggunakan pupuk organik, pupuk SP, pupuk urea
dan kapur yang sangat baik untuk pertumbuhan bibit matoa. Semua pupuk tdan tanaman
galian tersebut dapat dicampur menjadi satu.

Cara Pemeliharaan Matoa

Cara memelihara buah matoa di atas pohon juga sangatlah mudah. Ketika buah sudah
mulai berbunga, ini menandakan bahwa bunga dapat dimakan dalam jangka waktu 2 bulan
setelahnya. Jangan menggunakan plastik untuk menutupinya dari hama.

Dengan menutupi buah menggunakan plastik, ini tidak akan membantu buah cepat matang,
justru sebaliknya, buah akan lebih mudah busuk. Tutupi buah sebaiknya menggunakan
jaring. Tanaman ini sangat cocok bagi Anda yang juga tertarik pada bisnis kuliner, karena
matoa bisa menjadi salah satu investasi yang baik
Foto: Detikfood

Artikel Terkait

 Nama Strauss Kahn Diabadikan Jadi Merk Minuman Afrodisiak


 Legit Gurih Si Ketan Bintul Dari Serang
 Takut Sakit Jantung, Chocolate Taster Ini Resign

Mungkin tak semua orang kenal buah matoa. Buah yang mempunyai nama latin Pometia pinnata ini
merupakan tanaman khas Papua dan menjadi flora identitas Papua Barat. Buah yang rasa dan
aromanya enak ini ternyata kaya manfaat!

Pohon buah matoa termasuk pohon besar dengan tinggi rata-rata 18 meter dengan diameter rata-
rata maksimum 100 cm dan tahan terhadap serangga yang umumnya merusak tanaman. Iklim yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan yang baik adalah iklim dengan curah hujan yang tinggi.

Buah ini sekilas terlihat seperti buah kedondong dengan kulit hijau kecokelatan dan bentuknya agak
oval. Cara membuka buah ini, pecahkan kulit buah dengan tekanan dari ibu jari. Cangkangnya tidak
terlalu keras dan terdapat selaput tipis pembungkus di dalamnya.

Salah satu keunikan buah matoa adalah aromanya yang mirip buah durian. Tekstur buah ini bisa
dideskripsikan seperti kelengkeng sedikit kenyal seperti nangka, dan rasa buah ini manis legit. Unik
sekali.

Buah matoa seperti buah lain dan terasa segar jika dimakan, Buah ini kaya akan vitamin C dan E
namun memiliki kandungan glukosa jenuh. Menurut sebagian orang yang memakannya, jika
mengonsumsi secara berlebihan terasa agak teler.

Kandungan vitamin C dalam buah matoa bermanfaat sebagai antioksidan yang dapat menangkal
radikal bebas dan bermanfaat untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Kandungan vitamin E pada
buah matoa dapat membantu meringankan stress, memberikan nutrisi pada kulit, serta
meminimalkan resiko terserang penyakit kanker dan penyakit jantung koroner.

Buah matoa ini dihargai Rp. 30.000 per kilogram dan bisa ditemui di supermarket. Umumnya
dikemas dan dijual per setengah kilogram. Jika ingin membuat jus atau buah segar yang berbeda,
buah ini bisa jadi pilihan.

Matoa (Pometia pinnata) merupakan tanaman buah khas Papua, tergolong pohon besar
dengan tinggi rata-rata 18 meter dengan diameter rata-rata maksimum 100 cm. Umumnya
berbuah sekali dalam setahun. Berbunga pada bulan Juli sampai Oktober dan berbuah 3 atau
4 bulan kemudian.
Penyebaran buah matoa di Papua hampir terdapat di seluruh wilayah dataran rendah hingga
ketinggian ± 1200 m dpl. Tumbuh baik pada daerah yang kondisi tanahnya kering (tidak
tergenang) dengan lapisan tanah yang tebal. Iklim yang dibutuhkan untuk pertumbuhan yang
baik adalah iklim dengan curah hujan yang tinggi (>1200 mm/tahun).

Di Papua dikenal 2 (dua) jenis matoa, yaitu Matoa Kelapa dan Matoa Papeda. Ciri yang
membedakan keduanya adalah terdapat pada tekstur buahnya, Matoa Kelapa dicirikan oleh
daging buah yang kenyal dan nglotok seperti rambutan aceh, diameter buah 2,2-2,9 cm dan
diameter biji 1,25-1,40 cm. Sedangkan Matoa Papeda dicirikan oleh daging buahnya yang
agak lembek dan lengket dengan diamater buah 1,4-2,0 cm. Dilihat dari jenis warna buahnya,
baik Matoa Kelapa mapun Matoa Papeda dapat dibedakan menjadi tiga jenis yaitu matoa
merah, kuning, dan hijau. Ciri pembeda tersebut sebagaimana disajikan pada tabel berikut:

Parameter Pembeda

Warna Kulit Buah Daun Warna Bunga


Jenis
Matoa
Hijau Lebar, tebal, hijau tua Coklat
Hijau
Matoa Memanjang, kurang tebal, hijau
Kuning Kuning
Kuning muda
Matoa Agak bulat/oval, tipis, hijau
Merah Coklat
Merah kekuningan

Buah matoa dapat dikonsumsi segar. Cita rasa buah ini sangat khas seperti rasa rambutan
bercampur dengan lengkeng dan sedikit rasa durian. Karena rasa dan aroma yang
dikandungnya membuat matoa memiliki nilai ekonomi penting bagi masyarakat Papua.
Harga jual rata-rata mencapai Rp. 20.000/kg bahkan sering lebih dan tidak pernah murah,
buah ini banyak dipesan peminat di luar Papua sebagai oleh-oleh. Bila sedang musim buah
matoa banyak dijual di pasar-pasar, pedagang kaki lima, maupun dijual di tepi jalan. Buah
matoa mempunyai kulit buah relatif tebal dan keras sehingga dapat tahan lama jika disimpan
yaitu bisa disimpan hingga 1 minggu tanpa perlakuan pengawetan dan jika disimpan dalam
suhu 5-10oC buah matoa dapat dipertahankan hingga 20 hari. Tanaman matoa dapat
diperbanyak dengan menggunakan biji, cangkok, stek maupun sambung. Pada perbanyakan
dengan biji sebaiknya terlebih dahulu disemaikan dalam polybag dan jika sudah cukup kuat
dapat dilakukan pemindahan ke lapangan/kebun. Jarak tanam yang umum adalah 8 sampai 12
meter (Atq)

You might also like