You are on page 1of 15

PERANAN ZAT PENGATUR TUMBUH SEBAGAI HERBISIDA

Oleh :
Fatkhu Muslikhawati B1A016047
Sholihah Faridatus S B1A016018
Nafisaturrokhmah B1A016038
Agatha Jessica Margareth B1A016035
Iqro Latifah B1A016032
Rombongan : VI
Kelompok : 3
Asisten : Nurmalahayati

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN II

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO

2018
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tumbuhan memproduksi Zat Pengatur Tumbuh dalam jumlah yang sangat


sedikit, akan tetapi jumlah yang sedikit ini mampu mempengaruhi sel target. ZPT
menstimulasi pertumbuhan dengan memberi isyarat kepada sel target untuk
membelah atau memanjang, beberapa ZPT menghambat pertumbuhan dengan cara
menghambat pembelahan atau pemanjangan sel. Sebagian besar molekul ZPT dapat
mempengaruhi metabolisme dan perkembangan sel-sel tumbuhan. ZPT melakukan
ini dengan cara mempengaruhi lintasan sinyal tranduksi pada sel target. Pengaruh
dari suatu ZPT bergantung pada spesies tumbuhan, situs aksi ZPT pada tumbuhan,
tahap perkembangan tumbuhan dan konsentrasi ZPT. Satu ZPT tidak bekerja sendiri
dalam mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan, pada umumnya
keseimbangan konsentrasi dari beberapa ZPT-lah yang akan mengontrol
pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan (Dahlia, 2001).
Gulma merupakan tumbuhan yang tumbuh pada tempat yang tidak dikehendaki
oleh manusia, karena akan merugikan manusia baik langsung maupun tidak langsung
(Tjitrosoedirjo et al., 1984). Tumbuhan yang lazim menjadi gulma mempunyai ciri
yang khas yaitu pertumbuhannya cepat. Selain itu, gulma memiliki daya saing kuat
dalam memperebutkan faktor-faktor kebutuhan hidup, toleran terhadap suasana
lingkungan yang ekstrim, daya berkembang biak yang besar baik secara vegetatif
atau generatif maupun keduanya, alat perkembangbiakannya mudah tersebar, dan
bijinya mempunyai sifat dormansi yang memungkinkan untuk bertahan hidup yang
lama dalam kondisi yang tidak menguntungkan. Gulma secara langsung maupun
tidak langsung merugikan tanaman budidaya karena gulma merupakan salah satu
faktor pembatas produksi tanaman. Gulma berinteraksi dengan tanaman melalui
persaingan untuk mendapatkan satu atau lebih faktor tumbuh yang terbatas seperti
cahaya, hara, dan air (Gupta, 1984).
Herbisida 2,4-D atau 2,4-diklorofenoksi asam asetat merupakan salah satu
herbisida untuk pembasmi gulma yang efektif untuk jenis gulma yang berdaun lebar.
Gulma yang mampu dibasmi misalnya Limnocharisflava, Monochoriavaginalis,
salvinianatans, Cyperusdifformis. Fimristysmiliaceae, Scirpusjuncoides di
lahansawah. Herbisida 2,4-D bersifat sistemik, berbentuk kristal putih, tidak berbau
dan mempunyai titik lebur 140,5°C. Pemakaian campuran herbisida dapat
meningkatkan spektrum pengendalian dosis herbisida. Campuran herbisisda dengan
bahan aktif glifosa takan mematikan gulma dengan jalan menghambat jalur
biosintesa asam amino. Herbisida dengan bahan aktif 2,4-D akan menghambat
pertumbuhan gulma dengan mempercepa trespirasi, hal ini menyebabkan adanya
kedua bahan aktif dapat mempercepat kematiangulma. Cara kerja lain adalah dengan
mengganggu keseimbangan produksi bahan-bahan kimia yang diperlukan tumbuhan
(Moenandir, 1990).

B. Tujuan

Tujuan dari praktikum peranan zat pengatur tumbuh sebagai herbisida adalah
untuk mengetahui pengaruh berbagai konsentrasi 2,4-D sebagai herbisida.
II. TELAAH PUSTAKA

Herbisida adalah bahan kimia yang digunakan untuk membunuh gulma.


Herbisida telah banyak digunakan dalam bidang pertanian. Penggunaan herbisida
bersamaan dengan pemberian pupuk, varietas atau insektisida dapat meningkatkan
produk pertanian. Herbisida digunakan sebagai salah satu sarana pengendalian
gulma. Herbisida bekerja dengan mengganggu proses anabolisme senyawa penting
seperti pati, asam amino melalui kompetisi dengan senyawa yang normal dalam
proses tersebut. Herbisida menjadi kompetitor karena memiliki struktur yang mirip
dan menjadiko-substrat yang dikenali oleh enzim yang menjadi sasarannya
(Djojosumarto, 2005). Penggunaan herbisida telah meningkat secara dramatis di
seluruh dunia selama 6 dekade terakhir, pada tahun 2001 sekitar 1,14 miliar kilogram
herbisida yang diterapkan secara global untuk pengendalian vegetasi yang tidak
diinginkan dalam pertanian, silvikultur, perawatan kebun, akuakultur,
irigasidankegiatan pengelolaan air rekreasi (Joshi et al.,2012). Gulma merupakan
tumbuhan yang tumbuh pada areal yang tidak dikehendaki yakni pada areal
pertanaman. Gulma secara langsung maupun tidak langsung merugikan tanaman
budidaya. Gulma dapat merugikan tanaman budidaya karena bersaing dalam
mendapatkan unsur hara, cahaya matahari, dan air (Gupta, 1984).
Berdasarkan jenisnya, 2,4-dichlorophenoxyacetic acid (2,4-D), sebuah
herbisida berupa asam phenocyacetic, secara umum merupakan peringkat ketiga
secara agrikultur dan perhutanan global dalam penggunaanya sebagai herbisida,
untuk membasmi kumpulan populasi rumput atau tanaman liar. 2,4-D diketahui
sebagai cytogenetic perusak limfosit manusia, perusak mata permanen, hepatoxicity,
dan nephrotoxicity and tentunya digolongkan pada kelas 2B zat karsinogen oleh
Badan Penelitian Kanker Internasional. Meskipunbegitu, selama beberapa dekade,
penggunaan 2,4-D terus berlanjut dilakukan di banyak negara, sehingga kemunculan
zat tersebut padabiji, buah, dan sayuran cukup besar (Abigail et al., 2016).
Gulma merupakan salah satu unsur pengganggu tanaman yang tumbuhnya
tidak dikehendaki pada setiap pengusahaan tanaman. Dalam usaha pengembangan
sistem usaha tani ekologis terpadu di lahan kering, masalah gulma masih menjadi
kendala yang sulit diatasi. Hampir sepertiga bagian dari total biaya produksi untuk
pengusahaan setiap tanaman dipergunakan untuk mengendalikan gulma (Ernawati &
Ngawit, 2015). Beberapa spesies gulma menjadi inang bagi serangga hama maupun
patogen (penyebabpenyakit) bagi tanaman pokok (Tjokrowardojo et al., 2010).
Delapan jenis gulma indikator, yang terdiri atas golongan rumput seperti Setari
aplicata, Paspalum conjugatum dan Axonopus compressus. Golongan tekia dalah
Cyperus kyllingia dan Cyperus rotundus. Golongan daun lebar Asystasi agangetica,
Borreria latifolia, dan Richardia brasiliensis (Pratamaet et al., 2013).
III. MATERI DAN METODE

A. Materi

Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu polybag, gelas ukur,
batang pengaduk, dan sprayer.
Bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu 2,4-D dengan
konsentrasi 0 ppm, 10 ppm, 200 ppm, dan 300 ppm, akuades, gulma berdaun lebar
(Ageratum conyzoides) dan gulma berdaun sempit (Axonopus compressus).

B. Metode

Cara kerja dalam praktikum kali ini :

Polybag berisi gulma Polybag berisi


daun sempit & daun gulma disemprot
lebar dengan 2,4-D

1000 ppm = 10 semprotan


Diamati 4 minggu
2000 ppm = 6 semprotan
dengan parameter
3000 ppm = 6 semprotan
jumlah gulma yang
hidup
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel 1.1 Pengamatan Gulma Daun Lebar dan Daun Sempit Rombongan VI

Tabel 1.2 Tabel ANOVA

Tabel 1.2 BNT/LSD


Gambar 1.1 Pengamatan Gulma Daun Lebar dan Daun Sempit

Gambar 1.1. Gulma Minggu ke-1 Gambar 1.1. Gulma Minggu ke-1

Gambar 1.3. Gulma Minggu ke-3 Gambar 1.4 Gulma Minggu ke-4
B. Pembahasan

Berdasarkan hasil dari praktikum rombongan VI data yang diperoleh


menunjukkan semakin hari jumlah yang hidup dari gulma daun lebar dan daun
sempit semakin menurun, sehingga didapatkan tabel anova yang sangat signifikan
dimana F hitung lebih besar dari F tabel. Hal ini menunjukkan bahwa variasi data
dari beberapa kelompok terhadap variasi jenis lebar daun mempengaruhi efek
pemberian herbisida 2-4,D di mana herbisida 2-4,D efektif untuk menghambat
pertumbuhan dan mematikan tanaman gulma berdaun lebar. Jika kedua variabel
tersebut dikombinasikan, terdapat indikasi bahwa keduanya menunjukkan hasil yang
significant di mana nilai F hitung kelima ulangan tersebut lebih dari F tabel 0,05. Hal
ini menunjukkan bahwa kombinasi dua variabel tersebut mempengaruhi efektivitas
pemberian herbisida. Hasil tersebut sesuai dengan pernyataan Ngawit & Aris (2011)
bahwa herbisida berpengaruh terhadap proses fotosintesis dan respirasi, dapat
mempengaruhi kadar gula dalam tubuh tanaman serta dapat menghambat
pertumbuhan gulma. Gangguan fotosintesis maupun respirasi tersebut menyebabkan
tumbuhan gulma tidak memperoleh energi untuk tumbuh dan proses metabolisme
menjadi terganggu sehingga tidak mampu untuk tetap bertahan hidup (Ngawit &
Aris, 2011).
Herbisida 2,4 D dimetil amina dan kalium MCPA, merupakan golongan
fenoksi sedangkan herbisida dari golongan isoksazolidin yaitu clomazon. Kalium
MCPA, 2,4 D dimetil amina, dan clomazon, merupakan herbisida dengan
persistensirendah (Soerjandono,2005). Herbisida berbahan aktif 2,4 D termasuk
dalam herbisida golongan Fenoksi. Nama kimia dari herbisida ini adalah 2,4-
(Dichloriphenoxy) acetic acid. 2,4 D dalam dosis tinggi akan mengganggu
pembentukan lemak. 2,4 D cenderung lebih mematikan jika diaplikasikan pada
gulma berdaun lebar (Ashton & Craft, 1981). Herbisida 2,4-D atau 2,4- dikloro
fenoksi asam asetat merupakan salah satu herbisida untuk pembasmi gulma yang
efektif untuk jenis gulma yang berdaun lebar. Gulma yang mampu dibasmi
misalnyaLimnocharisflava, Monochoriavaginalis, Salvinianatans, Cyperusdifformis.
Fimristysmiliaceae, Scirpusjuncoides di lahansawah. Herbisida 2,4-D
bersifatsistemik, berbentuk krista lputih, tidak berbau dan mempunyai titiklebur
140,5°C. Herbisida dengan bahan aktif 2,4-D akan menghambat pertumbuhan gulma
denganmempercepatrespirasi, hal ini menyebabkan adanya kedua bahan aktif dapat
mempercepat kematian gulma (Sofnie et al., 2000).
Herbisida 2,4-Ddiketahui pula dapat digunakan untuk menginduksi gerak
epinasti. Herbisida 2,4-D dalam konsentrasi tinggi dapat meningkatkan produksi
reactive oxygen species (ROS) di dalam jaringan tumbuhan. Sumber utama dari
produksi ROS ini adalah pada xanthine oxidoreductase, dilihat dari responnya
terhadap perlakuan herbisida. Produksi ROS ini nantinya akan berkontribusi dalam
perubahan komposisi dinding sel, sehingga terjadi elongasi sel, dan akhirnya terjadi
epinasti (Pazmino et al., 2014).
Menurut Elvinawati (2011), asam 2,4-dikloro fenoksi asetat (2,4-D) tergolong
senyawa toksik menengah. Penggunaan utama 2,4-D diantaranya untuk mengontrol
gulma pada tanaman gandum, jagung dan padi. 2,4-D dijual di pasaran dengan
beberapa nama dagang seperti Plantgard, Savage, Weedar dan Weedtrine-II, dalam
air 2,4-D dapat mengalami mineralisasi. Asam 2,4-diklorofenoksiasetat memiliki
berat molekul 221,04 g/mol dan rumus struktur seperti terlihat pada gambar
dibawahini :

Menurut Joshi et al., (2012) bahwa sejumlah herbisida telah banyak


digunakan untuk mengontrol gulma. 2,4-D (asam 2,4-diklorophenoksiasetat)
mengandung senyawa fenoksi diklorinasi digunakan sebagai herbisida pada
konsentrasi tinggi untuk mengendalikan berbagai jenis gulma berdaun lebar di
rumput, kebun, sawah pertanian dan kehutanan. Herbisida 2,4-D bekerja secara
sistemik dan selektif, terserap melalui daun dalam bentuk ester dan juga dapat
terabsorpsi lewat akar dalam bentuk garam, sehingga dapat mematikan gulma
(Ngawit, 2007). Chairulet al., (2000), menjelaskan bahwa efektifitas 2,4-D sebagai
herbisida tersebut harus diserap oleh tanaman gulma dan ditranslokasikan ketempat
lain seperti akar, batang dan daun tanaman.
Pemakaian campuran herbisida dapat meningkatkan spektrum pengendalian
dosis herbisida. Campuran herbisida dengan bahan aktif glifosat akan mematikan
gulma dengan jalan menghambat jalur biosintesa asam amino.Herbisida dengan
bahan aktif 2,4-D akan menghambat pertumbuhan gulma dengan mempercepat
respirasi, hal ini menyebabkan adanya ke dua bahan aktif dapat mempercepat
kematian gulma. Cara kerja lain adalah dengan mengganggu keseimbangan produksi
bahan-bahan kimia yang diperlukan tumbuhan (Moenandir, 1990). Pengendalian
secara kimiawi menggunakan herbisida dapat diklasifikasikan berdasarkan cara
kerjanya, yakni :
1. Herbisida kontak, yaitu herbisidayang dapat mematikan langsung jaringan yang
terkena, terutama yang berwarna hijau. Herbisida ini tidak ditranslokasikan pada
jaringan yang tidak terkena atau sedikit sekali (Moenandir, 1990).
2. Herbisida sistematik,herbisidainisetelah diserap oleh jaringan tanaman,
kemudianditranslokasikan keseluruh tubuh tanaman sebelumnya menimbulkan
keracunan.Herbisida ini cocok untuk gulma yang memiliki organ-organ penting
di dalam tanah seperti teki dan alang-alang. Contohnyaadalahherbisida 2,4 D
(Moenandir, 1990).
Terdapat empat faktor yang mempengaruhi keberhasilan atau selektifitas
herbisida, yaitu faktor tanaman, faktor herbisida, faktor lingkungan, dan cara
pemakaiannya. Faktor tanaman meliputi umur dan kecepatan pertumbuhan, struktur
luar seperti bentuk daun (ukuran dan permukaan) dan kedalaman akar serta lokasi
titik tumbuh, struktur dalam seperti translokasi dan permeabilitas membran atau
jaringan, proses-proses biokimia seperti pengaktifan enzim dan herbisida. Faktor
herbisida meliputi struktur, konsentrasi, formulasi (cair atau granular). Faktor
lingkungan meliputi temperatur yang dapat dipengaruhi oleh cahaya, hujan, serta
faktor-faktor tanah. Cara pemakaian atau pengaplikasian berbeda-beda untuk tiap
herbisida, di mana herbisida dapat digunakan ke tanah dan ke tanaman, volume
penyemprotan yang berbeda-beda dosisnya, ukuran butiran semprotan, dan waktu
penyemprotan (Moenandir, 1990).
Keterkaitan antara gulma daun lebar dan daun sempit didalam menyerap
herbisida yakni gulma daun sempit lebih resisten didalam menyerap herbisida
dibandingkan gulma daun lebar. Gulma daun lebar ini tidak resistensi terhadap
herbisida dan masa pertumbuhannya pendek sehingga pada praktikum ini banyak
daun lebar yang mati akibat penyemprotan herbisida. Gulma daun lebar ini dapat
muncul sepanjang musim. Untuk gulma daun sempit memiliki sifat yang resisten
terhadap herbisida. Memiliki masa pertumbuhan yang lebih panjang dibandingkan
dengan gulma daun lebar, sehingga pada praktikum ini daun sempit lebih banyak
tumbuhnya dibandingkan dengan gulma daun lebar (Moenandir, 1990).
V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa herbisida


2,4-D merupakan jenis herbisida sistemik untuk pembasmi gulma yang efektif pada
jenis gulma yang berdaun lebar dan konsentrasi herbisida yang baik untuk
membasmi gulma daun lebar dan daun sempit pada konsentrasi 3000 ppm.

C. Saran

Saran dari praktikum kali ini praktikan didalam melakukan penyemprotan

herbisida harus sesuai takarannya dan diusahakan semprotannya menyeluruh ke

seluruh tubuh tumbuhan serta harus lebih rajin lagi didalam merawat tanamannya

agar tanaman tidak mati karena kekeringan.


DAFTAR REFERENSI

Abigail M., E.A., Melvin Samuel S., & Ramalingam Chidambaram. 2016.
Application of Rice Husk Nanosorbents Containing 2,4-
Dichlorophenoxyacetic Acid Herbicide to Control Weeds and Reduce
Leaching From Soil. Journal of the Taiwan Institute of Chemical Engineers 0
0 0, pp. 1–9.
Ashton, F. M. &Crafts, A.S. 1981. Mode of Action of Herbicide. New York:John
Wiley and Sons.
Chairul, S. M., Mulyadi & Idawati. 2000. Translokasi herbisida 2,4-D-14C pada
Tanaman Gulma dan Padi Pada Sistem Persawahan, Jakarta.
Djojosumarto, P. 2005. Panduan Lengkap Pestisida dan Aplikasinya. Jakarta:
Agromedia.
Djojosumarto, P. 2008. Pestisida & Aplikasinya. Jakarta: PT. Agromedia Pustaka.

Elvinawati. 2011. Ozonolisis Untuk Degradasi Asam 2,4-Diklorofenoksiasetat (2,4-


D) dalam Pestisis dan Santamin 865 SL. Jurnal Exacta,(2), pp. 32-37.
Ernawati, N.M.L., &Ngawit, I.K. 2015. Eksplorasi dan Identifikasi Gulma, Hijauan
Pakan dan Limbah Pertanian yang Dimanfaatkan sebagai PakanTernak Di
Wilayah Lahan Kering Lombok Utara. ISSN-0126-4400. Buletin
Peternakan,39(2), pp. 92-102.
Gupta, O. P. 1984. Scientific Management. New Delhi: Printers & Pub.

Joshi., S.C, Tibrewal., P, Sharma., A, dan Sharma., P. 2012. Evaluation Of Toxic


Effect Of 2,4-D (2,4-Dichlorophenoxyacetic Acid) On Fertility and
Biochemical Parameters Of Male Reproductive System Of Albino Rats.
International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences, 4(3), pp.
338-342.
Joshi., S.C, Tibrewal., P, Sharma., A, dan Sharma., P. 2012. Evaluation Of Toxic
Effect Of 2,4-D (2,4-Dichlorophenoxyacetic Acid) On Fertility and
Biochemical Parameters Of Male Reproductive System Of Albino Rats.
International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences,4(3), pp.
338-342.
Moenandir, J. 1990. PengantarIlmuPengendalianGulma. Jakarta: Rajawali Press.
Ngawit, I.K. 2007. EfikasiBeberapaJenisHerbisidaTerhadapTanamanPenutup Tanah
Legumenosa di Jalur Tanaman Kopi Muda. Jurnal Agroteksos,2(17), pp. 104-
113.
Pazmino, D.M., Rodríguez‐Serrano, M., Sanz, M., Romero‐Puertas, M.C. &
Sandalio, L.M. 2014. Regulation of epinasty induced by 2,
4‐dichlorophenoxyacetic acid in pea and Arabidopsis plants. Plant
Biology, 16(4), pp. 809-818.
Pratama., A.F, Susanto., H, &Sembodo., D.R.J. 2013. Respon Delapan Jenis Gulma
Indikator Terhadap Pemberian Cairan Fermentasi Pulp Kakao. Jurnal
Agrotek Tropika, 1(1), pp. 80-85.
Prawirnata, W. 1989. Dasar–Dasar Fisiologi TumbuhanJilid II. Bogor: Institut
Pertanian Bogor.
Soerjandono. 2005. Teknik Pengendalian Gulma dengan Herbisida Persistensi
Rendah pada Tanaman Padi. Buletin Teknik Pertanian, 10(1), pp. 3-12.

Sofnie, M.C.,Mulyadi & Idawati. 2000. Translokasi Herbisida 2,4-D-14C pada


Gulma dan Padi pada Sistem Persawahan. Risalah Pertemuan
IlmiahPenelitian dan Pengembangan Teknologi Isotop dan Radiasi, 3(2), pp.
21-27.

Tjokrowardojo., A.S, Maslahah., N, &Gusmini. 2010. Pengaruh Herbisida dan Fungi


Mikoriza Arbuskula Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Produksi.
Jurnal Bul. Littro, 21(2), pp. 103-116.

You might also like