You are on page 1of 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Kesehatan merupakan salah satu aspek dari kehidupan masyarakat mutu
hidup, produktifitas tenaga kerja, angka kesakitan dan kematian yang tinggi pada bayi
dan anak-anak, menurunnya daya kerja fisik serta terganggunya perkembangan
mental adalah akibat langsung atau tidak langsung dari masalah gizi kurang.
diketahui bahwa salah satu masalah gizi yang paling utama pada saat ini di
Indonesia adalah kurang kalori, protein hal ini banyak ditemukan bayi dan anak yang
masih kecil dan sudah mendapat adik lagi yang sering disebut “kesundulan” artinya
terdorong lagi oleh kepala adiknya yang telah muncul dilahirkan. Keadaan ini karena
anak dan bayi merupakan golongan rentan.
Terjadinya kerawanan gizi pada bayi disebabkan karena selain makanan yang
kurang juga karena Air Susu Ibu (ASI) banyak diganti dengan susu botol dengan cara
dan jumlah yang tidak memenuhi kebutuhan. Hal ini pertanda adanya perubahan
sosial dan budaya yang negatif dipandang dari segi gizi
Pertumbuhan dan perkembangan bayi sebagian besar ditentukan oleh jumlah
ASI yang diperoleh termasuk energi dan zat gizi lainnya yang terkandung di dalam
ASI tersebut. ASI tanpa bahan makanan lain dapat mencukupi kebutuhan
pertumbuhan sampai usia sekitar empat bulan. Setelah itu ASI hanya berfungsi
sebagai sumber protein vitamin dan mineral utama untuk bayi yang mendapat
makanan tambahan yang tertumpu pada beras.
Dalam pembangunan bangsa, peningkatan kualitas manusia harus dimulai
sedini mungkin yaitu sejak dini yaitu sejak masih bayi, salah satu faktor yang
memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas manusia adalah pemberian
Air Susu Ibu (ASI). Pemberian ASI semaksimal mungkin merupakan kegiatan
penting dalam pemeliharaan anak dan persiapan generasi penerus di masa depan.
Akhir-akhir ini sering dibicarakan tentang peningkatan penggunaan ASI. Dukungan
politis dari pemerintah terhadap peningkatan penggunaan ASI, termasuk ASI ekslusif
telah memadai, hal ini terbukti dengan telah dicanangkannya Gerakan Nasional
Peningkatan Penggunaan Air Susu Ibu (GNPP-
ASI) oleh Bapak Presiden pada hari Ibu tanggal 22 Desember 1990 yang
betemakan “Dengan Asi, kaum ibu mempelopori peningkatan kualitas manusia
Indonesia”. Dalam pidatonya presiden menyatakan juga bahwa ASI sebagai makanan
tunggal harus diberikan sampai bayi berusia empat bulan.Pemberian ASI tanpa
pemberiaan makanan lain ini disebut dengan menyusui secara ekslusif. Sela
njutnya bayi perlu mendapatkan makanan pendamping ASI kemudian pemberian ASI
di teruskan sampai anak berusia dua tahun. ASI merupakan makanan yang bergizi
sehingga tidak memerlukan tambahan komposisi. Disamping itu ASI mudah dicerna
oleh bayi dan langsung terserap.
Diperkirakan 80% dari jumlah ibu yang melahirkan ternyata mampu
menghasilkan air susu dalam jumlah yang cukup untuk keperluan bayinya secara
penuh tanpa makanan tambahan. Selama enam bulan pertama. Bahkan ibu yang
gizinya kurang baikpun sering dapat menghasilkan ASI cukup tanpa makanan
tambahan selama tiga bulan pertama.
ASI sebagai makanan yang terbaik bagi bayi tidak perlu diragukan lagi,
namun akhir-akhir ini sangat disayangkan banyak diantara ibu-ibu meyusui
melupakan keuntungan menyusui. Selama ini dengan membiarkan bayi terbiasa
menyusu dari alat pengganti, padahal hanya sedikit bayi yang sebenarnya
menggunakan susu botol atau susu formula. Kalau hal yang demikian terus
berlangsung, tentunya hal ini merupakan ancaman yang serius terhadap upaya
pelestarian dari peningkatan penggunaan ASI.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa itu ASI ekslusif?
2. Kenapa ASI eksklusif penting untuk diberikan pada bayi?
3. Bagaimana nilai gizi dari ASI ekslusif?
4. Kapan waktu pemantauan dalam pemberian ASI eksklusif?
5. Apa saja faktor yang mempengaruhi pemberian ASI?
6. Apa kendala dalam pemberian ASI?
7. Bagaimana pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif?
8. Bagaiman tingkat pendidikan masyarakat ?
9. Bagaimana kerangka teori dari pemberian ASI eksklusif?
10. Bagaimana kerangka konsep dari pemberian ASI eksklusif?
11. Bagaimana hipotesis dalam pemberian ASI eksklusif?

1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi ASI ekslusif
2. Untuk mengetahui pentingnya ASI eksklusif untuk bayi
3. Untuk mengetahui nilai gizi dari ASI ekslusif
4. Untuk mengetahui waktu pemantauan dalam pemberian ASI eksklusif
5. Untuk mengetahui faktor-faktor dalam pemberian ASI
6. Untuk mengetahui kendala dalam pemberian ASI
7. Untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif
8. Untuk mengetahui tingkat pendidikan masyarakat
9. Untuk mengetahui kerangka teori dari pemberian ASI eksklusif
10. Untuk mengetahui kerangka konsep dari pemberian ASI eksklusif
11. Untuk mengetahui hipotesis dalam pemberian ASI eksklusif
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN ASI EKSKLUSIF


ASI adalah satu – satunya makanan bayi yang paling baik, karena
mengandung zat gizi yang paling sesuai dengan kebutuhan bayi yang sedang
dalam tahap percepatan tumbuh kembang ( Sanyoto dan Eveline, 2008 ).
ASI eksklusif atau lebih tepatnya pemberian ASI secara eksklusif
adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain seperti susu
formula, jeruk, madu, air putih, dan tanpa tambahan makanan padat seperti
pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan tim. Bayi sehat umumnya
tidak memerlukan tambahan makanan sampai usia 6 bulan. Pada keadaan –
keadaan khusus dibenarkan untuk mulai memberi makanan padat setelah bayi
berumur 4 bulan tetapi belum mencapai 6 bulan. Misalnya karena terjadi
peningkatan berat badan kurang atau didapatkan tanda – tanda lain yang
menunjukkan bahwa pemberian ASI eksklusif tidak berjalan dengan baik
(Roesli, 2005).

B. PENTINGNYA PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF


Menyusui bayi dapat mendatangkan keuntungan bagi bayi, ibu,
keluarga, masyarakat, dan negara. Sebagai makanan bayi yang paling
sempurna, ASI mudah dicerna dan diserap karena mengandung enzim
penernaan. Beberapa manfaat ASI sebagai berikut :
1. Untuk Bayi
Ketika bayi berusia 0-6 bulan, ASI bertindak sebagai makanan utama bayi,
karena mengandung lebih dari 60% kebutuhan bayi, ASI memang terbaik
untuk bayi manusia sebagaimana susu sapi yang terbaik untuk bayi sapi,
ASI merupakan komposisi makanan ideal untuk bayi, pemberian ASI
dapat mengurangi resiko infeksi lambung dan usus, sembelit serta alergi,
bayi yang diberi ASI lebih kebal terhadap penyakit dari pada bayi yang
tidak mendapatkan ASI, bayi yang diberi ASI lebih mampu menghadapi
efek penyakit kuning, pemberian ASI dapat semakin mendekatkan
hubungan ibu dengan bayinya. Hal ini akan berpengaruh terhadap
kemapanan emosinya di masa depan, apabila bayi sakit, ASI merupakan
makanan yang tepat bagi bayi karena mudah dicerna dan dapat
mempercepat penyembuhan, pada bayi prematur, ASI dapat menaikkan
berat badan secara cepat dan mempercepat pertumbuhan sel otak, tingkat
kecerdasan bayi yang diberi ASI lebih tinggi 7-9 poin dibandingkan bayi
yang tidak diberi ASI ( Roesli, 2000 ).

2. Untuk Ibu
Isapan bayi dapat membuat rahim menciut, mempercepat kondisi ibu
untuk kembali ke masa prakehamilan, serta mengurangi resiko perdarahan,
lemak yang ditimbun di sekitar panggul dan paha pada masa kehamilan
akan berpindah ke dalam ASI, sehingga ibu lebih cepat langsing kembali,
resiko terkena kanker rahim dan kanker payudara pada ibu yang menyusui
bayi lebih rendah dari pada ibu yang tidak menyusui, menyusui bayi lebih
menghemat waktu, karena ibu tidak perlu menyiapkan botol dan
mensterilkannya, ASI lebih praktis lantaran ibu bisa berjalan-jalan tanpa
membawa perlengkapan lain, ASI lebih murah dari pada susu formula,
ASI selalu steril dan bebas kuman sehingga aman untuk ibu dan bayinya,
ibu dapat memperoleh manfaat fisik dan emotional ( Dwi Sunar, 2009 ).

3. Untuk Keluarga
Tidak perlu menghabiskan banyak uang untuk membeli susu formula,
botol susu, serta peralatan lainnya, jika bayi sehat, berarti keluarga
mengeluarkan lebih sedikit biaya guna perawatan kesehatan, penjarangan
kelahiran lantaran efek kontrasepsi dari ASI eksklusif, jika bayi sehat
berarti menghemat waktu keluarga, menghemat tenaga keluarga karena
ASI selalu tersedia setiap saat, keluarga tidak perlu repot membawa
berbagai peralatan susu ketika bepergian ( Roesli, 2005 ).
4. Untuk Masyarakat dan Negara
Menghemat devisa negara karena tidak perlu mengimpor susu formula dan
peralatan lainnya, bayi sehat membuat negara lebih sehat, penghematan
pada sektor kesehatan, karena jumlah bayi yang sakit hanya sedikit,
memperbaiki kelangsungan hidup anak karena dapat menurunkan angka
kematian, ASI merupakan sumber daya yang terus-menerus di produksi
(Dwi Sunar, 2009 ).

C. NILAI GIZI ASI


Seperti halnya gizi pada umumya, ASI mengandung komponen mikro
dan makro nutrien. Yang termasuk makronutrien adalah karbohidrat, protein,
dan lemak. Sedangkan mikronutrien adalah vitamin dan mineral. ASI hampir
90%nya terdiri dari air. Volume dan komposisi gizi ASI berbeda untuk setiap
ibu bergantung dari kebutuhan bayi. Perbedaan volume dan komposisi di atas
juga terlihat pada masa menyusui (colostrum, ASI transisi, ASI matang, dan
ASI pada saat penyapihan). Kandungan zat gizi ASI awal dan akhir pada
setiap ibu yang menyusui juga berbeda. Colostrum yang diproduksi antara hari
1 – 5 menyusui kaya akan zat gizi terutama protein.
ASI transisi mengandung banyak lemak dan gula susu (laktosa). ASI
yang berasal dari ibu yang melahirkan bayi kurang bulan mengandung tinggi
lemak dan protein, serta rendah laktosa dibanding ASI yang berasal dari ibu
yang melahirkan bayi cukup bulan. Pada saat penyapihan kadar lemak dan
protein meningkat seiring bertambah banyaknya kelenjar payudara. Walaupun
kadar protein, laktosa dan nutrien yang larut dalam air sama pada setiap kali
periode menyusui, tetapi kadar lemak meningkat.
Jumlah total produksi ASI dan asupan ke bayi bervariasi untuk setiap
waktu menyusui, dengan jumlah berkisar antara 450 – 1200 ml dengan rerata
antara 750 – 850 ml per hari. Banyaknya ASI yang berasal dari ibu yang
mempunyai status gizi buruk dapat menurun sampai jumlah 100 – 200 ml per
hari. ( Hendarto dan Pringgadini, 2008 )
Komposisi ASI antara lain :
1. Karbohidrat
Laktosa adalah karbohidrat yang terdapat dalam ASI dan berfungsi
sebagai salah satu sumber energi untuk otak. Kadar laktosa yang terdapat
dalam ASI hampir 2 kali lipat dibandingkan laktosa yang ditemukan dalam
susu sapi atau susu formula. Angka kejadian diare karena laktosa sangat
jarang ditemukan pada bayi yang mendapat ASI. Hal ini dikarenakan
penyerapan laktosa ASI lebih baik dibanding laktosa susu sapi maupun
laktosa susu formula ( Walker, 2006 ).
2. Protein
Kandungan protein dalam ASI cukup tinggi. Protein yang terdapat
pada ASI dan susu sapi terdiri dari protein whey dan casein. Di dalam ASI
senderi lebih banyak terdapat protein whey yang lebih mudah diserap oleh
usus bayi. Sedangkan casein cenderung lebih susah dicerna oleh usus bayi
dan banyak terdapat pada susu sapi. ASI mempunyai jenis asam amino
yang lebih lengkap dibandingkan susu sapi. Salah satunya adalah taurin,
dimana asam amino jenis ini banyak ditemukan di ASI yang mempunyai
peran pada perkembangan otak. Selain itu ASI juga kaya akan nukleutida
dimana nukleutida ini berperan dalam meningkatkan pertumbuhan dan
kematangan usus, merangsang pertumbuhan bakteri baik yang ada di
dalam usus dan meningkatkan penyerapan besi dan meningkatkan daya
tahan tubuh ( Walker, 2006 ).
3. Lemak
Kadar lemak ASI lebih tinggi jika dibandingkan dengan susu sapi
atau susu formula. Kadar lemak yang tinggi ini sangat dibutuhkan untuk
mendukung pertumbuhan otak yang cepat selama masa bayi. Lemak
omega 3 dan omega 6 banyak ditemukan dalam ASI yang berperan dalam
perkembangan otak. DHA dan ARA hanya terdapat dalam ASI yang
berperan dalam perkembangan jaringan saraf dan retina mata. ASI juga
mengandung asam lemak jenuh dan tak jenuh yang seimbang, yang baik
untuk kesehatan jantung dan pembuluh darah ( Hendarto dan Pringgadini,
2008 ).
4. Karnitin
Karnitin dalam ASI sangat tiggi dan memiliki fungsi membantu
proses pembentukan energi yang diperlukan untuk mempertahankan
metabolisme tubuh ( Hendarto dan Pringgadini, 2008 ).
5. Vitamin K
Vitamin K dalam ASI jumlahnya sangat sedikit sehingga perlu
tambahan vitamin K yang biasanya dalam bentuk suntikan. Vitamin K ini
berfungsi sebagai faktor pembekuan darah ( Walker, 2006 ).
6. Vitamin D
ASI hanya sedikit mengandung vitamin D. Sehingga dengan
pemberian ASI eksklusif dan ditambah dengan membeiarkan bayi terpapar
pada sinar matahari pagi akan mencegah bayi menderita penyakit tulang
karena kekurangan vitamin D ( Walker, 2006 ).
7. Vitamin E
Salah satu keuntungan ASI adalah kandungan vitamin Enya cukup
tinggi terutama pada kolostrum dan ASI transisi awal. Fungsi penting
vitamin E adalah untuk ketahanan dinding sel darah merah ( Hendarto dan
Pringgadini, 2008 ).
8. Vitamin A
ASI mengandung vitamin A dan betakaroten yang cukup tinggi.
Selain berfungsi untuk kesehatan mata, vitamin A juga berfungsi untuk
mendukung pembelahan sel, kekebalan tubuh, dan pertumbuhan. Inilah
yang menerangkan mengapa bayi yang mendapat ASI mempunyai tumbuh
kembang dan daya tahan tubuh yang baik ( Hendarto dan Pringgadini,
2008 ).
9. Vitamin yang larut dalam air
Hampir semua vitamin larut air terdapat dalam ASI. Seperti
vitamin B, vitamin C dan asam folat. Kadar vitamin B1 dan B2 cukup
tinggi dalam ASI tetapi vitamin B6 dan B12 serta asam folat rendah
terutama pada ibu yang kurang gizi. Sehingga perlu tambahan vitamin ini
pada ibu yang menyusui ( Walker, 2006 ).
10. Mineral
Mineral dalam ASI memiliki kualitas yang lebih baik dan lebih
mudah diserap dibandingkan mineral yang terdapat dalam susu sapi.
Mineral utama yang terdapat dalam susu sapi adalah kalsium yang
berfungsi untuk pertumbuhan jaringan otot dan rangka, transmisi jaringan
saraf, dan pembekuan darah. Walaupun kadar kalsium pada ASI lebih
rendah daripada susu sapi tetapi penyerapannya lebih besar. Bayi yang
mendapat ASI eksklusif beresiko sangat kecil untuk kekurangan zat besi,
walaupun kadar zat besi dalam ASI rendah. Hal ini dikarenakan Zat besi
yang terdapat dalam ASI lebih mudah diserap daripada yang terdapat
dalam susu sapi. Mineral yang cukup tinggi terdapat dalam ASI
dibandingkan susu sapi dan susu formula adalah selenium, yang sangat
berfungsi pada saat pertumbuhan anak cepat ( Hendarto dan Pringgadini,
2008 ).

D. JANGKA WAKTU PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF


Pemberian ASI Eksklusif ini dianjurkan untuk jangka waktu
setidaknya selama 4 bulan, tetapi bila mungkin terjadi sampai 6 bulan. Setelah
bayi berumur 6 bulan, ia harus mulai diperkenalkan dengan makanan padat,
sedangkan ASI dapat diberikan sampai bayi berusia 2 tahun atau bahkan lebih
dari 2 tahun (Roesli, 2000).
Seiring dengan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan,
pemerintah telah mengeluarkan kebijakan baru terkait dengan pemberian ASI
eksklusif. Jangka waktu pemberian ASI eksklusif yang dianjurkan oleh
pemerintah saat ini adalah 6 bulan pertama yang kemudian dilanjutkan sampai
2 tahun dengan pemberian MP-ASI setelah 6 bulan (Depkes, 2005)
E. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF
Faktor – faktor yang mempengaruhi seorang ibu dalam memberikan

1. Kemudahan-kemudahan yang didapat sebagai hasil kemajuan teknologi


pembuatan makanan bayi seperti pembuatan tepung makanan bayi, susu
buatan bayi, mendorong ibu untuk mengganti ASI dengan makanan olahan
lain.
2. Iklan yang menyesatkan dari produksi makanan bayi menyebabkan ibu
beranggapan bahwa makanan-makanan itu lebih baik dari ASI
3. Para ibu sering keluar rumah baik karena bekerja maupun karena tugas-
tugas sosial, maka susu sapi adalah satu-satunya jalan keluar dalam
pemberian makanan bagi bayi yang ditinggalkan dirumah.
4. Adanya anggapan bahwa memberikan susu botol kepada anak sebagai
salah satu simbol bagi kehidupan tingkat sosial yan lebih tinggi, terdidik
dan mengikuti perkembangan zaman.
5. Ibu takut bentuk payudara rusak apabila menyusui dan kecantikannya akan
hilang.
6. Pengaruh melahirkan dirumah sakit atau klinik bersalin. Belum semua
petugas paramedis diberi pesan dan diberi cukup informasi agar
menganjurkan setiap ibu untuk menyusui bayi mereka, serta praktek yang
keliru dengan memberikan susu botol kepada bayi yang baru lahir.
( Arifin, 2004 )

F. KENDALA PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF


Beberapa kendala yang menyebabkan seorang ibu tidak dapat
melakukan pemberian ASI secara eksklusif antara lain :
1. produksi ASI kurang
2. ibu kurang memahami tata laksana laktasi yang benar
3. ibu ingin menyusui kembali setelah bayi diberi formula (relaktasi)
4. bayi terlanjur mendapat prelacteal feeding (pemberian air gula /
dekstrosa, susu formula pada hari – hari pertama kelahiran)
5. kelainan yang terjadi pada ibu (puting ibu lecet, puting ibu luka,
payudara bengkak, engorgement, mastitis dan abses)
6. ibu hamil lagi pada saat masih menyusui
7. ibu sibuk bekerja
8. kelainan yang terjadi pada bayi (bayi sakit dan abnormalitas bayi)
( Nyoman dan Jeanne, 2008 )

G. PENGETAHUAN
1. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan dibagi menjadi 2 yaitu pengetahuan yang didapat dari
pengalaman dan pengetahuan yang didapat dari keterangan. Pengetahuan
yang didapat dari pengalaman disebut pengetahuan pengalaman.
Sedangkan pengetahuan yang didapat dengan jalan keterangan disebut
ilmu pengetahuan (Waridjan, 2000)
Pengetahuan ibu mengenai keunggulan ASI dan cara pemberian
ASI yang benar akan menunjang untuk keberhasilan menyusui. Suatu
penelitian yang dilakukan di Semarang menunjukkan bahwa wanita dari
semua tingkat ekonomi mempunyai pengetahuan yang baik tentang
kegunaan ASI dan mempunyai sikap positif terhadap usaha memberikan
ASI, tetapi dalam prakteknya tidak selalu sejalan dengan pengetahuan
mereka (Almatsier, 2001)
2. Mengukur Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan menggunakan
instrument berbentuk pertanyaan pilihan dan berganda ( multiple choice
test ), instrument ini merupakan bentuk test objektif yang paling sering
digunakan. Di dalam menyusun instrument ini diperlukan jawaban –
jawaban, kemudian responden hanya memilih jawaban yang benar saja
(Khomsan, 2000).
Pengetahuan ini dapat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan formal.
Tingkat pendidikan formal merupakan faktor yang menentukan mudah
tidaknya menyerap dan memahami informasi tentang gizi khususnya
tentang ASI (Handayani, 1994)
Kategori pengetahuan bisa dibagi dalam 3 kelompok yaitu baik,
sedang dan kurang. Cara pengkategorian dilakukan dengan menetapkan
cut of point dari skor yang telah dijadikan persen.

TABEL 1
Kategori Pengetahuan
Kategori pengetahuan Skor
Baik > 80 %
Sedang 60 – 80 %
Kurang < 60 %
Sumber : Khomsan, 2000

Reabilitas yang diharapkan adalah konsistensi antar butir soal


pengetahuan, bila butir soal tersebut mengukur dampak pembelajaran
yang sama. Validitas ialah kesesuaian antara skor yang diperoleh dalam
suatu test dengan maksud atau tujuan dari test tersebut.

H. TINGKAT PENDIDIKAN
Latar belakang pendidikan orang tua baik suami maupun istri
merupakan salah satu unsur penting yang ikut menentukan keadaan gizi anak.
Dari berbagai penelitian diketahui adanya korelasi positif antara keadaan gizi
anak dengan pendidikan orang tua (Atmarita dan Jalal, 1991)
Penelitian ini mengemukakan bahwa masyarakat dengan pendidikan
cukup tinggi maka prevalensi gizi kurang umumnya rendah. Sebaliknya bila
tingkat pendidikan orang tua rendah prevalensi gizi kurang umunya tinggi.
Ada dua sisi kemungkinan hubungan tingkat pendidikan orang tua dengan
keadaan ekonomi rumah tangga. Pendidikan istri disamping merupakan modal
utama dalam menunjang perekonomian rumah tangga juga berperan dalam
penyuluhan pada makanan rumah tangga maupun pola pengasuhan anak
(Sayogyo, 1995).
Kurangnya pendidikan gizi seringkali merupakan rintangan terpenting
dalam jalur perjalanan pangan. Penting untuk selalu diingat bahwa jalur
perjalanan pangan berhubungan dengan banyak hal. Misalnya cara-cara
bertani yang kurang baik, rencana pembelanjaan keluarga yang kurang serasi,
distribusi makanan diantara anggota keluarga kurang merata, seimbang dan
kebiasaan menyusui serta memberi makanan tambahan pada bayi yang salah.
Dengan demikian banyak segi yang dihadapi dalam bidang pendidikan
perbaikan gizi (Sayogya, 1995).
I. KERANGKA TEORI

TINGKAT PENDIDIKAN TINGKAT PENGETAHUAN

PEKERJAAN IBU

STATUS SOSIAL

KEMAJUAN
TEKNOLOGI

TINGKAT
PENDAPATAN

DAYA BELI

PENYAKIT /
INFEKSI

PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF

Sumber : ( Modifikasi Roesli, 2000 )


J. KERANGKA KONSEP

TINGKAT PENDIDIKAN

LAMA PEMBERIAN ASI


EKSKLUSIF

TINGKAT
PENGETAHUAN IBU
TENTANG ASI

K. HIPOTESIS

1. Ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu balita dengan lama


pemberian ASI Eksklusif pada balita usia 6 – 24 bulan.
2. Ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu balita tentang ASI dengan
lama pemberian ASI Eksklusif pada balita usia 6 – 24 bulan.
DAFTAR PUSTAKA

You might also like