Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi ASI ekslusif
2. Untuk mengetahui pentingnya ASI eksklusif untuk bayi
3. Untuk mengetahui nilai gizi dari ASI ekslusif
4. Untuk mengetahui waktu pemantauan dalam pemberian ASI eksklusif
5. Untuk mengetahui faktor-faktor dalam pemberian ASI
6. Untuk mengetahui kendala dalam pemberian ASI
7. Untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif
8. Untuk mengetahui tingkat pendidikan masyarakat
9. Untuk mengetahui kerangka teori dari pemberian ASI eksklusif
10. Untuk mengetahui kerangka konsep dari pemberian ASI eksklusif
11. Untuk mengetahui hipotesis dalam pemberian ASI eksklusif
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Untuk Ibu
Isapan bayi dapat membuat rahim menciut, mempercepat kondisi ibu
untuk kembali ke masa prakehamilan, serta mengurangi resiko perdarahan,
lemak yang ditimbun di sekitar panggul dan paha pada masa kehamilan
akan berpindah ke dalam ASI, sehingga ibu lebih cepat langsing kembali,
resiko terkena kanker rahim dan kanker payudara pada ibu yang menyusui
bayi lebih rendah dari pada ibu yang tidak menyusui, menyusui bayi lebih
menghemat waktu, karena ibu tidak perlu menyiapkan botol dan
mensterilkannya, ASI lebih praktis lantaran ibu bisa berjalan-jalan tanpa
membawa perlengkapan lain, ASI lebih murah dari pada susu formula,
ASI selalu steril dan bebas kuman sehingga aman untuk ibu dan bayinya,
ibu dapat memperoleh manfaat fisik dan emotional ( Dwi Sunar, 2009 ).
3. Untuk Keluarga
Tidak perlu menghabiskan banyak uang untuk membeli susu formula,
botol susu, serta peralatan lainnya, jika bayi sehat, berarti keluarga
mengeluarkan lebih sedikit biaya guna perawatan kesehatan, penjarangan
kelahiran lantaran efek kontrasepsi dari ASI eksklusif, jika bayi sehat
berarti menghemat waktu keluarga, menghemat tenaga keluarga karena
ASI selalu tersedia setiap saat, keluarga tidak perlu repot membawa
berbagai peralatan susu ketika bepergian ( Roesli, 2005 ).
4. Untuk Masyarakat dan Negara
Menghemat devisa negara karena tidak perlu mengimpor susu formula dan
peralatan lainnya, bayi sehat membuat negara lebih sehat, penghematan
pada sektor kesehatan, karena jumlah bayi yang sakit hanya sedikit,
memperbaiki kelangsungan hidup anak karena dapat menurunkan angka
kematian, ASI merupakan sumber daya yang terus-menerus di produksi
(Dwi Sunar, 2009 ).
G. PENGETAHUAN
1. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan dibagi menjadi 2 yaitu pengetahuan yang didapat dari
pengalaman dan pengetahuan yang didapat dari keterangan. Pengetahuan
yang didapat dari pengalaman disebut pengetahuan pengalaman.
Sedangkan pengetahuan yang didapat dengan jalan keterangan disebut
ilmu pengetahuan (Waridjan, 2000)
Pengetahuan ibu mengenai keunggulan ASI dan cara pemberian
ASI yang benar akan menunjang untuk keberhasilan menyusui. Suatu
penelitian yang dilakukan di Semarang menunjukkan bahwa wanita dari
semua tingkat ekonomi mempunyai pengetahuan yang baik tentang
kegunaan ASI dan mempunyai sikap positif terhadap usaha memberikan
ASI, tetapi dalam prakteknya tidak selalu sejalan dengan pengetahuan
mereka (Almatsier, 2001)
2. Mengukur Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan menggunakan
instrument berbentuk pertanyaan pilihan dan berganda ( multiple choice
test ), instrument ini merupakan bentuk test objektif yang paling sering
digunakan. Di dalam menyusun instrument ini diperlukan jawaban –
jawaban, kemudian responden hanya memilih jawaban yang benar saja
(Khomsan, 2000).
Pengetahuan ini dapat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan formal.
Tingkat pendidikan formal merupakan faktor yang menentukan mudah
tidaknya menyerap dan memahami informasi tentang gizi khususnya
tentang ASI (Handayani, 1994)
Kategori pengetahuan bisa dibagi dalam 3 kelompok yaitu baik,
sedang dan kurang. Cara pengkategorian dilakukan dengan menetapkan
cut of point dari skor yang telah dijadikan persen.
TABEL 1
Kategori Pengetahuan
Kategori pengetahuan Skor
Baik > 80 %
Sedang 60 – 80 %
Kurang < 60 %
Sumber : Khomsan, 2000
H. TINGKAT PENDIDIKAN
Latar belakang pendidikan orang tua baik suami maupun istri
merupakan salah satu unsur penting yang ikut menentukan keadaan gizi anak.
Dari berbagai penelitian diketahui adanya korelasi positif antara keadaan gizi
anak dengan pendidikan orang tua (Atmarita dan Jalal, 1991)
Penelitian ini mengemukakan bahwa masyarakat dengan pendidikan
cukup tinggi maka prevalensi gizi kurang umumnya rendah. Sebaliknya bila
tingkat pendidikan orang tua rendah prevalensi gizi kurang umunya tinggi.
Ada dua sisi kemungkinan hubungan tingkat pendidikan orang tua dengan
keadaan ekonomi rumah tangga. Pendidikan istri disamping merupakan modal
utama dalam menunjang perekonomian rumah tangga juga berperan dalam
penyuluhan pada makanan rumah tangga maupun pola pengasuhan anak
(Sayogyo, 1995).
Kurangnya pendidikan gizi seringkali merupakan rintangan terpenting
dalam jalur perjalanan pangan. Penting untuk selalu diingat bahwa jalur
perjalanan pangan berhubungan dengan banyak hal. Misalnya cara-cara
bertani yang kurang baik, rencana pembelanjaan keluarga yang kurang serasi,
distribusi makanan diantara anggota keluarga kurang merata, seimbang dan
kebiasaan menyusui serta memberi makanan tambahan pada bayi yang salah.
Dengan demikian banyak segi yang dihadapi dalam bidang pendidikan
perbaikan gizi (Sayogya, 1995).
I. KERANGKA TEORI
PEKERJAAN IBU
STATUS SOSIAL
KEMAJUAN
TEKNOLOGI
TINGKAT
PENDAPATAN
DAYA BELI
PENYAKIT /
INFEKSI
TINGKAT PENDIDIKAN
TINGKAT
PENGETAHUAN IBU
TENTANG ASI
K. HIPOTESIS