Professional Documents
Culture Documents
BIOTEKNOLOGI
MAKALAH
Disusun untuk memenui tugas mata kuliah Biologi Umum
yang dibina oleh Siti Imroatul Maslikah, S.Si., M.Si
Oleh :
Azizah Hidayati (110322420026)
Norma Dian P. (110322420004)
Tri Yuanita K. (110322420012)
Kelompok X
Kelas G / Offering M
1. Pengertian Bioteknologi
Istilah bioteknologi pertama kali dikemukakan oleh Karl Erekty, seorang insinyur
Hongaria pada tahun 1917 untuk mendeskripsikan produk babi dalam skala besar dengan
menggunakan bit gula sebagai sumber pakan. Pada perkembangannya sampai pada tahun 1970
bioteknologi selalu berasosiasi dengan rekayasa biokimia (biochemical engineriing).
Definisi bioteknologi apabila dilihat dari akar katanya berasal dari bahasa latin yaitu
“bio” (hidup) dan “teknos” (teknologi = penerapan), dan “logos” (ilmu), yang secara harfiah
berarti ilmu yang menerapkan prinsip – prinsip biologi. Atau dapat dikatakan bioteknologi
adalah penggunaan organism atau sistem hidup untuk memecahkan suatu masalah atau untuk
menghasilkan produk yang berguna.
Menurut Federasi Bioteknologi Eropa (1981), bioteknologi adalah aplikasi terpadu
biokimia, mikrobiologi, dan rekayasa genetika dengan tujuan untuk mendapatkan aplikasi
teknologi dengan kapasitas biakan mikroba, sel, atau jaringan di bidang industry, kesehatan,
dan pertanian. Sedangkan menurut Sardoko (1991), definisi bioteknologi adalah proses –
proses biologi oleh mikroorganisme yang dimanfaatkan oleh dan untuk kepentingan manusia.
Definisi bioteknologi yang lebih luas dinyatakan oleh Bull, et. All, (1982), yaitu
penerapan prinsip – prinsip ilmiah dan rekayasa pengolahan bahan oleh agen – agen biologi
seperti mikroorganisme, sel tumbuhan, sel hewan, manusia, dan enzim untuk menghasilkan
barang dan jasa.
a. Mikrobiologi
Mikrobiolgi merupakan cabang biologi yang mempelajari mikroba atau jasad renik.
Pengetahuan sifat – sifat dan struktur mikroba mendukung kemauan bioteknologi. Misalnya,
mikroba berupa bakteri dapat tumbuh pada kisaran suhu tertentu. Oleh karenanya, bakteri dapat
digolongkan sebagai psikrofil yang tumbuh pada suhu 0˚C hingga 30˚C, mesofil yang tumbuh
pada suhu 25˚C hingga 40˚C, dan termofil yang tumbuh pada suhu 50˚C atau lebih.
Pengetahuan mengenai bakteri ini dapat digunakan saat membuat yogurt. Yogurt dibuat dari
susu yang difermentasi dengan menggunakan bakteri Lactobacillus Bulgaricus, pada suhu
40˚C selama 2,5 jam sampai 3,5 jam.
b. Biologi Sel
Biologi sel merupakan cabang biologi yang mempelajari sel. Pengetahuan mengenai sifat
– sifat dan struktur sel akan mendukung aplikasi bioteknologi. Pengetahuan mengenai sifat
protoplasma suatu sel yang dapat berfusi atau bergabung dengan protoplasma sel lain pada
spesies yang sama, bermanfaat bagi aplikasi fusi sel di bidang pemuliaan tanaman. Fusi sel
tersebut dapat dilakukan pada tanaman kedelai dengan jagung serta pada tanaman kedelai
dengan kacang kapri.
Contoh lainnya adalah pengetahuan mengenai sifat totipotensi pada sel – sel tanaman
bermanfaat untuk kultur jaringan. Totipotensi merupakan kemampuan sel – sel tanaman muda
dan hidup untuk berdiferensiasi menjadi berbagai organ tanaman yang baru.
c. Genetika
Genetika merupakancabang biologi yang mempelajari pewarisan sifat – sifat genetik
makhluk hidup dari satu generasi ke generasi berikutnya. Pemahaman mengenai bentuk dan
karakteristik materi pewaris sifat, yaitu DNA (gen) akan membantu percepatan kemajuan
bioteknologi. Penemuan tanaman tomat yang tidak mudah rusak atau busuk, insulin manusia
yang disintesis dari bakteri Escherichia coli, dan lainnya, merupakan penerapan ilmu genetika
dalam bioteknolgi.
d. Biokimia
Biokimia merupakan cabang ilmu kimia yang mempelajari makhluk hidup dari aspek
kimia. Biokimia menganggap hidup adalah kimia, gejala hidup adalah gejala kimia, proses –
proses hidup diselenggerakan atas dasar reaksi dan peristiwa kimia. Dengan biokimia, ahli
bioteknologi memperlakukan makhluk hidup sebagai bahan kimia yang dapat dipadukan dan
direkayasa.
4. Macam-macam Bioteknologi dibedakan menjadi dua antara lain yaitu:
a. Bioteknologi konvensional (tradisional)
Bioteknologi konvensional (tradisional) adalah bioteknologi yang yang memanfaatkan
mikroba, proses biokimia, dan proses genetik alami seperti mutasi dan rekombinasi genetik.
Penangkaran ternak dan tanaman panen, pembuatan alkohol (minuman keras), dan minuman
anggur telah dikenal di masyarakat tradisional. Pada abad ke-18 baru disadari bahwa
pembuatan minuman beralkohol tersebut melibatkan mikroba melalui proses peragian yang
mengubah fruktosa (gula buah) dan glukosa menjadi alcohol dan gula.
Ciri khas bioteknologi konvensional adalah hanya dilakukan berdasarkan kebiasaan
masyarakat secara turun temurun, adanya penggunaan makhluk hidup secara langsung dan
belum tahu adanya penggunaan enzim. Sasaran utama bioteknologi konvensional adalah
produk – produk makanan yang berjuan untuk memenuhi kebutuhan makanan bagi masyarakat.
Sedangkan, teknologi yang dikembangkan adalah teknologi fermentasi ragi dalam keadaan
nonsteril.
Aplikasi bioteknologi tradisional mencakup berbagai aspek pada kehidupan manusia,
seperti aspek pangan, pertanian, peternakan, hingga kesehatan dan pengobatan.
3) Mentega
Pembuatan mentega menggunakan bahan dasar susu (krim/kepala susu) dengan
menggunakan cara mikroorganisme Streptococcus lactis dan Lectonostoceremoris. Proses
pembuatan diawali dengan proses penanaman (iokulasi) bakteri asam laktat pada susu skim.
Bakteri-bakteri tersebut.
Memfermentasikan susu skim dalam waktu minimal 12 jam dan akan menjadi asam laktat
dan diasetil. Selanjutnya, susu diberi cita rasa tertentu dan lemak mentega dipisahkan.
Kemudian lemak mentega diaduk untuk menghasilkan mentega yang siap dimakan.
4) Kefir dan Kumiss
Kefir dan Kumiss merupakan jenis minuman yang terkenal di Eropa Timur. Minuman ini
dibuat dari susu dengan jasa bakteri asam laktat yang ditambahkan ragi (Saccharomyces
cerreviceae) sehingga terjadi fermentasi laktosa menjadi asam laktat dan alcohol.
5) Produksi Protein Sel Tunggal
Protein sel tunggal adalah sel mikroba kering seperti daging, bakteri, ragi, kapang, dan
jamur tinggi yang ditumbuhkan dalam kultur skala besar. Protein ini dipakai untuk konsumsi
manusia atau hewan. Produk itu juga berisi bahan nutrisi lain, sperti karbohidrat, lemak,
vitamin dan mineral.
Teknologi modern untuk membuat protein sel tunggal berasal dari tahun 1879 di Inggris
dengan diperkenalkannya adonan yang diinginkan untuk membuat ragi ropti (saccoramyces
cerevisiase). Sekitar tahun 1900, di America Serikat diperkenalkan oleh pemusing untuk
memisahkan sel ragi rotidari adonan pembiakan.
Produksi protein sel tunggal dapat melalui proses fotosintesis (untuk mikroorganisme
yang berklorofil), dapat pula melalui fermentasi (mikroorganisme yang tidak berklorofil)
Pengubahan senyawa organik menjadi protein sel tunggal oleh mikroba yang tidak
berklorofil dapat dibuat skemanya dengan persamaan reaksi berikut :
Karbon organik + nitrogen + mineral bahan nutrisi + O2
Protein sel tunggal + CO2 + H2O + Panas.
2) Bir
Pembuatan bir (brewing) adalah proses yang menghasilkan minuman beralkohol melalui
proses fermentasi. Metode ini digunakan dalam produksi bir, sake, dan minuman anggur.
Biasanya menggunakan buah-buahan/biji-bijian untuk dapat menghasilkan minuman
beralkohol.
Skema Pembuatan Anggur
3) Kecap
Dalam pembuatan kecap, jamur, Aspergillus oryzae dibiakkan pada kulit gandum terlebih
dahulu. Jamur Aspergillus oryzae bersama-sama dengan bakteri asam laktat yang tumbuh pada
kedelai yang telah dimasak menghancurkan campuran gandum. Setelah proses fermentasi
karbohidrat berlangsung cukup lama akhirnya akan dihasilkan produk kecap.
4) Tempe
Tempe kadang-kadang dianggap sebagai bahan makanan masyarakat golongan menengah
ke bawah, sehingga masyarakat merasa gengsi memasukkan tempe sebagai salah satu menu
makanannya. Akan tetapi, setelah diketahui manfaatnya bagi kesehatan, tempe mulai banyak
dicari dan digemari masyarakat dalam maupun luar negeri. Jenis tempe sebenarnya sangat
beragam, bergantung pada bahan dasarnya, namun yang paling luas penyebarannya adalah
tempe kedelai.
Tempe mempunyai nilai gizi yang baik. Di samping itu tempe mempunyai beberapa
khasiat, seperti dapat mencegah dan mengendalikan diare, mempercepat proses penyembuhan
duodenitis, memperlancar pencernaan, dapat menurunkan kadar kolesterol, dapat mengurangi
toksisitas, meningkatkan vitalitas, mencegah anemia, menghambat ketuaan, serta mampu
menghambat resiko jantung koroner, penyakit gula, dan kanker.
Untuk membuat tempe, selain diperlukan bahan dasar kedelai juga diperlukan ragi. Ragi
merupakan kumpulan spora mikroorganisme, dalam hal ini kapang. Dalam proses pembuatan
tempe paling sedikit diperlukan empat jenis kapang dari genus Rhizopus, yaitu Rhyzopus
oligosporus, Rhyzopus stolonifer, Rhyzopus arrhizus, dan Rhyzopus oryzae. Miselium dari
kapang tersebut akan mengikat keping-keping biji kedelai dan memfermentasikannya menjadi
produk tempe. Proses fermentasi tersebut menyebabkanterjadinya perubahan kimia pada
protein, lemak, dan karbohidrat.Perubahan tersebut meningkatkan kadar protein tempe sampai
sembilan kali lipat.
5) Tape
Tape dibuat dari bahan dasar ketela pohon dengan menggunakan sel-sel ragi. Ragi
menghasilkan enzim yang dapat mengubah zat tepung menjadi produk yang berupa gula dan
alkohol. Masyarakat kita membuat tape tersebut berdasarkan pengalaman.
Berikut ini Tabel Lengkap Berisi Produk Makanan Bioteknologi Konvensional
No Jenis Produk Mikroorganisme Bahan dasar
1 Tempe Rhizopus oligosporus Kedelai
Rhizopus oryzae
2 Kecap Aspergiillus oryzae Kedelai
Aspergiillus wenti
3 Taoco Aspergiillus oryzae Kedelai
4 Roti / Kue-kue Saccharomyces cerewiceae Tepung Gandum
5 Tape Saccharomyces cerewiceae Singkong, Ketan
6 Brem / minuman beralkohol/ Saccharomyces cerewiceae Ketan, Gandum
anggur
7 Asinan kobis / sawi Lactobacillus Sawi / Kubis
8 Sosis ikan mesenteroides Ikan
9 Sosis kering Hallopholic bacillus Daging sapi / babi
Pediococcus cerevceae
10 Izushi Lactobacillus sp Ikan segar
11 Kefir Streptococcus lactis Susu
Lactobacillus bulgaricus
Candida sp
12 Miso Aspergiillus oryzae Kedelai
Saccharomyces ruozii
13 Krim asam Streptococcus lactis Susu Skim
Lactobacillus lactis
14 Ragi tape Rhizopus sp Tepung Beras
Aspergillus sp
15 Olive Leuconostoc Olive Hijau
menesenteroides
2) Antibiotik
Antibiotik adalah bahan-bahan bersumber hayati berkadar rendah yang mampu
menghambat pertumbuhan mikroorganisme, sehingga dalam perkembangannya dapat
digunakan untuk mengobati suatu penyakit. Mikroorganisme yang mampu membuat zat
antibiotik pertama adalah fungi (jamur) Actinomycetes, Aspergillus dan beberapa jenis bacteri.
Sampai sekarang ini ditemukan lebih dari 2000 karakter antibiotik.
Jenis mikroorganisme Antibiotik yang diproduksi
Penicillium notatum Penisilin
Penicillium chrysogenum Penisilin
Cephalosporium (fungsi) Sefalosporium
Streptomyces gruceus Streptomisin
Streptomyces venecuelae Kloromisetin atau kloromfemikol
Streptomyces aureofaciens Teraksiklin
Sterpomyces fradial Neuromisin
Sterptomyces rimosus Teramisin
2. Kloning
Skema Pengkloningan Manusia dan Hewan
Kloning adalah usaha menumbuhkan organismedari sel tunggal yang ditempatkan dalam
lingkungan yang sesuai sehinggadihasilkan individu baru yang identik dengan induknya. Pada
tahun 1997 seorang peneliti Skotlandia, Ian Wilmut dan rekan-rekannya menguasai pokok
berita surat kabar dengan pemberitaan mereka telah mengklon seekor domba dewasa.
Prosedur pengklonaan seekor mamalia adalah:
1) Sel kelenjar susu diambil dari sel puting susu (ambing) dan ditumbuhkan di dalam kultur
dengan nutrisi rendah. Kondisi nutrisi rendah (setengah kelaparan) ini menahan siklus sel tetap
berada pada G0 dan tampaknya membiarkan sel berdeferensiasi.
2) Sementara itu sel telur diambil dari domba lain dan nukleusnya dipindahkan.
3) Sel kelenjar susu pada fase G0 berfusi dengan sel telur yang tak bernukleus dengan cara
memberikan getaran arus listrik pada kedua sel tersebut, yang juga merangsang sel agar mulai
melakukan pembelahan.
4) Setelah ditumbuhkan dalam kultur selama 6 hari, embrio ditanam pada uterus domba ketiga,
yang mirip dengan pendonor sel telur.
5) Hasilnya setelah kehamilan berupa anak domba (Dolly) yang identik dalam penampakan dan
susunan kromosomnya dengan domba yang mendonorkan sel kelenjar susu. (Namun, gen
Dolly tidak identik secara keseluruhan dengan domba pendonor sel kelenjar susu karena DNA
mitokondria Dolly berasal dari pendonor sel telur).
Adapun kloning manusia adalah teknik membuat keturunan dengan kode genetik yang
sama dengan induknya yang berupa manusia. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengambil
sel tubuh (sel somatik) dari tubuh manusia, kemudian diambil inti selnya (nukleusnya), dan
selanjutnya ditanamkan pada sel telur (ovum) wanita yang telah dihilangkan inti selnya dengan
suatu metode yang mirip dengan proses pembuahan atau inseminasi buatan.
Dengan metode semacam itu, kloning manusia dilaksanakan dengan cara mengambil inti
sel dari tubuh seseorang, lalu dimasukkan ke dalam sel telur yang diambil dari seorang
perempuan. Lalu dengan bantuan cairan kimiawi khusus dan kejutan arus listrik, inti sel
digabungkan dengan sel telur. Setelah proses penggabungan ini terjadi, sel telur yang telah
bercampur dengan inti sel tersebut ditransfer ke dalam rahim seorang perempuan, agar dapat
memperbanyak diri,berkembang, berdiferensiasi, dan berubah menjadi janin sempurna. Setelah
itu keturunan yang dihasilkan dapat dilahirkan secara alami. Keturunan ini akan berkode
genetik sama dengan induknya, yakni orang yang menjadi sumber inti sel tubuh yang telah
ditanamkan pada sel telur perempuan.
3. Rekayasa Genetika
Rekayasa genetika diartikan sebagai teknik untuk menghasilkan molekul DNA yang berisi
gen baru yang diinginkan. Menggabungkan dua DNA dari sumber yang berbeda dikenal
sebagai rekombinasi DNA. DNA hasil rekombinasi dikenal sebagai DNA rekombinan. DNA
rekombinan diperoleh dengan cara memotong (digest), memindahkan (transfer), dan
menyisipkan / menyambung (ligasi) suatu gen yang diinginkan ke lingkungan genetic baru.
Menggabungkan dua DNA dari sumber yang berbeda dikenal sebagai rekombinasi DNA.
Teknologi rekayasa gentika dipacu oleh penemuan enzim endonuklease restriksi dari
Haemophilus influenza oleh Smith dan Wilcox tahun 1970. Penemuan penting lainnya adalah
penemuan enzim yang disebut ligase atau lebih dikenal dengan enzim pengelem DNA. Berkat
keberhasilan penemuan enzim ini, Paul Berg yang berhasil membuat DNA rekombinan
pertama kali pada tahun 1971. Selama ini, lebih 200 enzim restriksi endonuklease telah
ditemukan. Dengan demikian tersedialah beraneka ragam gunting molekuler untuk
menggunting gen – gen yang diinginkan dan dicangkokkan di tempat yang diinginkan.
Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengubah DNA sel. Misalnya melalui
persilangan, memberi sinar radioaktif, melakukan transplantasi inti, teknologi plasmid, fusi sel,
dan rekombinasi DNA.
1) Transplantasi Inti
Transplantasi inti atau transplantasi nukleus adalah memindahkan inti dari sel yang satu ke
sel yang lain agar diperoleh individu baru yang memiliki sifat baru sesuai dengan inti yang
diterimanya. Percobaab transplantasi nukleus pertama dilakukan oleh dua ahli embriologi AS,
Robert Briggs dan Thomas King pada tahun1950-an dan kemudian dilanjutkan oleh John
Gurdon seorang ahli embriologi Inggris. Pengamat-pengamat itu memindah atau
menghancurkan nukleus dari sel-sel telur katak dengan radiasi sinar ultraviolet, kemudian
nukleus dari sel embrionik (sel usus berudu) dari spesies yang sama ditransplantasi ke dalam
sel telur yang tak bernukleus. Kemampuan nukleus yang ditransplantasi untuk mendukung
perkembangan normal berbanding terbalik dengan umur embrio donor. Bila nukleus berasal
dari sel embrio muda yang relatif tidak berdiferensiasi, telur resipien (penerima nukleus)
umumnya dapat berkembang menjadi berudu. Tetapi bila nukleus berasal dari sel usus berudu
yang telah berdiferensiasi, kurang dari 2% dari telur-telur itu yang berkembang menjadi berudu
normal, dan bahkan sebagian besar embrio gagal untuk melalui tahap perkembangan embrionik
yang lebih awal sekalipun.
2) Teknologi Plasmid
Plasmid adalah molekul DNA berbentuk sirkular kecil yang terpisah dari gen kromosom
bakteri atau ragi. Untuk mengklon gen atau potongan DNA lain, DNA yang mengandung gen
yang diinginkan dan DNA plasmid terlebih dahulu diisolasi dari sel bakteri. Kemudian gen
yang diinginkan diselipkan ke dalam plasmid. Plasmid tersebut merupakan molekul DNA
rekombinan yang menggabungkan DNA dari dua sumber. Plasmid itu dikembalikan ke sel
bakteri, yang kemudian bereproduksi untuk membentuk klon sel. Gen asing yang dibawa oleh
plasmid diklon pada wakto yang sama, karena bakteri yang sedang membelah terus mereplikasi
plasmid rekombinannya. Pada keadaan yang cocok, klon bakteri akan membuat protein yang
dikode oleh gen asing tersebut. Penggunaan dari gen hasil klon ini terbagi menjadi dua tujuan
umum. Tujuan pertama adalah untuk menghasilkan produk protein, baik untuk dipelajari
ataupun untuk penggunaan praktis. Misalnya, perusahaan farmasi menggunakan bakteri yang
membawa gen hormon pertumbuhan manusia untuk menghasilkan sejumlah besar hormon
yang bisa dimanfaatkan untuk mengobati pertumbuhan yang terhambat. Tujuan kedua adalah
untuk mempersiapkan banyak salinan dari gen itu sendiri. Seorang saintis mungkin
berkeinginan untuk menentukan urutan nukleotida gen atau menggunakan gen itu untuk
memberi suatu organisme kemampuan metabolik baru. Misalnya, gen hasil klon untuk
resistensi terhadap hama yang berasal dari satu spesies tanaman budidaya dapat ditransfer ke
tumbuhan spesies lain.
3) Fusi Sel
Fusi sel artinya meleburkan dua sel dari spesies yang sama atau berbeda untuk
menghasilkan sel hibridoma yang membawa gen dari kedua induknya. Disebut hibridoma
karena pada mulanya sel yang difusikan adalah sel tertentu dengan sel kanker. Fusi sel
didahului oleh peleburan membran kedua sel, diikuti oleh peleburan sitoplasma (plasmogami),
dan akhirnya terjadi peleburan inti sel (kariogami).
Pada proses fusi sel buatan (in vitro) diperlukan sel wadah (sel mieloma), sel sumber gen (sel
limfosit B), dan zat pemicu fusi sel yang dikenal sebagai fusigen (zat-zat yang mempercepat
terjadinya fusi sel, misalnya NaNO3, CsCl++, pH tinggi, medan listrik, PEG, dan lain-lain).
4) Rekombinasi DNA
Semua organisme mengandung DNA dari bahan yang sama, yaitu gula, asam fosfat, dan
basa N. oleh karena itu, para ahli berhipotesis bahwa DNA dapat disambung-sambungkan dari
manapun asalnya. Hipotesis tersebut dapat dibuktikan oleh Stanley Cohen, yang berhasil
menyambung DNA pada tahun 1970-an. Proses penyambungan DNA disebut rekombinasi
DNA atau rekombinasi gen. Hasil sambungan DNA dikenal sebagai DNA rekombinan. Dalam
rekombinasi DNA dilakukan pemotongan dan penyambungan DNA. Proses pemotongan dan
penyambungan itu dilakukan oleh enzim pemotong dan penyambung. Enzim pemotong disebut
enzim restriksi endonuklease. Pada tahun 1978 beberapa ahli seperti Werner Arber, Hamilton
Smith, dan Daniel mendapatkan hadiah nobel untuk penemuannya tentang Endonuklease
restriksi, yaitu enzim yang dapat memotong DNA. Paul Berg untuk hybrid SU-40-I (Simin
Virus-40 bakteriofage I) dalam teknik DNA rekombinan. Enzim penyambung disebut enzim
ligase. Secara alami rekombinasi DNA biasa terjadi. Misalnya, proses pindah silang,
transduksi, transformasi. Secara buatan rekombinasi DNA, misalnya penyambungan DNA
secara in vitro. Alasan dapat dilakukan rekombinasi DNA adalah struktur DNA semua spesies
sama, DNA dapat disambung-sambung, ditemukan enzim pemotong dan penyambung, dan gen
dapat berekspresi di sel apapun. Komponen yang diperlukan dalam rekombinasi DNA adalah:
1) Metode mendapatkan gen
Untuk mendapatkan DNA diperlukan metode-metode berikut:
a. Metode tembak langsung, yakni mendapatkan gen dengan cara memotong langsung dari DNA
b. Metode transkip balik, yakni mendapatkan gen dengan cara mentranskripsi balik RNA menjadi
DNA dengan pertolongan enzim tertentu.
c. Metode sintesis gen, yakni membuat gen secara in vitro di laboratorium.
2) Enzim pemotong dan penyambung
Enzim pemotong atau penggunting disebut enzim restriksi endonuklease. Fungsi enzim
ini memotong-motong DNA yang panjang menjadi pendek agar dapat disambung-sambungkan
kembali. Enzim pemotong secara alami dimiliki oleh sel untuk memotong DNA di dalam sel.
Setiap enzim bekerja secara khusus. Artinya, setiap enzim hanya dapat memotong urutan basa
tertentu pada DNA. Enzim penyambung yang berfungsi menyambung-nyambungkan DNA,
yaitu enzim ligase. Enzim ligase DNA mengkatalisis ikatan fosfodiester antara dua rantai
DNA. Ligase DNA tidak dapat menyambungkan DNA untai tunggal, melainkan harus DNA
rangkap.
3) Pembawa gen atau vektor
Mengingat ukuran gen yang sangat kecil, maka memasukkan gen ke dalam sel target harus
menggunakan pembawa gen atau vektor. Vektor itu bertugas sebagai kendaraan bagi gen untuk
mengangkut gen masuk ke dalam sel target.
4) Sel target
Sel target yang biasa digunakan dalam rekombinasi DNA adalah sel bakteri Escherichia
Coli. Alasan menggunakan E. Coli adalah mudah diperoleh dan mudah didapat, tidak
mengandung gen yang membahayakan, dan dapat membelah diri dengan cepat.
Prosedur rekombinasi DNA adalah:
Sel-sel bakteri yang mengandung plasmid dihancurkan kemudian diambil DNA-nya melalui
proses sentrifugasi, plasmid dipisahkan dari kromosom bakteri. Plasmid yang masih berbentuk
sirkuler diputus oleh enzim restriksi endonuklease pada basa nitrogen GAATS, sehingga
terbentuklah plasmid berbentuk linier yang memiliki ujung basa nitrogen bebas AATTS.
Plasmid ini dapat ditempeli dengan DNA asing yang ujungnya juga memiliki basa nitrogen
bebas AATTS sehingga terbentuk plasmid sirkuler baru dengan tambahan DNA asing. Enzim
yang berperan dalam menggabungkan DNA plasmid dengan DNA asing adalah ligase. Plasmid
yang mengandung DNA asing dapat dimasukkan ke dalam bakteri. Jadi, bakteri ini sekarang
mengandung plasmid yang mengandung DNA asing tersebut. Bakteri ini dapat diklona
sehingga bakteri turunannya mengandung DNA asing.
Rekayasa genetika sangat bermanfaat dalam segala aspek kehidupan. Berikut ini beberapa
manfaat rekayasa genetika adalah :
(d) Vaksin
Dengan teknik rekayasa genetika protein gen dan vaksin dikloning ke bakteri E. colli,
sehingga didapatkan vaksin dalam jumlah yang cukup besar antara lain sebagai berikut :
- Vaksin rabies, dikloning dari gen glikoprotein virus rabies ke E. Colli.
- Vaksin Hepatitis B, antigen hepatitis B dapat dikloning ke jamur atau virus vaksinia.
- Vaksin malaria, antigen sporozoid yang dikoning pada E. Colli.
(e) Interferon
Interferon merupakan mediator sistem kekebalan tubuh yang dibuat oleh sistem kekebalan
itu sendiri sebagai senyawa antivirus yang bermanfaat untuk mengobati beberapa jenis kanker
dan efektif untuk beberpa jenis leukemia. Fungsi interferon yang lain adalah untuk pengobatan
hepatitis, herpes simplek, herpes zooter.
5. Dampak Bioteknologi
Dampak Positif
1. Bidang Pangan
Bioteknologi memainkan peranan penting dalam bidang pangan yaitu dengan memproduksi
makanan dengan bantuan mikroba (tempe, roti, keju, yoghurt, kecap, dll), vitamin, dan enzim.
2. Bidang Kesehatan
Bioteknologi juga dimanfaatkan untuk berbagai keperluan misalnya dalam pembuatan antibodi
monoklonal, pembuatan vaksin, terapi gen, dan pembuatan antibiotik. Proses penambahan
DNA asing pada bakteri merupakan prospek untuk memproduksi hormon atau obat-obatan di
dunia kedokteran. Contohnya pada produksi hormon insulin, hormon pertumbuhan, dan zat
antivirus yang disebut interferon. Orang yang menderita diabetes melitus membutuhkan suplai
insulin dari luar tubuh. Dengan menggunakan teknik DNA rekombinan, insulin dapat dipanen
dari bakteri.
3. Bidang Lingkungan
Bioteknologi dapat digunakan untuk perbaikan lingkungan misalnya dalam hal mengurangi
pencemaran dengan adanya teknik pengolahan limbah dan dengan memanipulasi
mikroorganisme.
4. Bidang Pertanian
Adanya perbaikan sifat tanaman dapat dilakukan dengan teknik modifikasi genetik dengan
bioteknologi melalui rekayasa genetika untuk memperoleh varietas unggul, produksi tinggi,
tahan lama, patogen, dan herbisida. Perkembangan bioteknologi molekuler memberikan
sumbangan yang besar terhadap kemajuan ilmu pemulihan ilmu tanaman (plant breeding).
Suatu hal yang tidak dapat dipungkiri bahwa perbaikan genetis melalui pemulihan tanaman
konvensional telah memberikan kontibusi yang sangat besar dalam penyediaan pangan dunia.
Dalam bidang pertanian telah dapat dibentuk tanaman dengan memanfaatkan mikroorganisme
dalam fiksasi nitrogen yang dapat membuat pupuknya sendiri sehingga dapat menguntungkan
bagi para petani. Demikian pula terciptanya tanaman yang tahan terhadap gersang. Mikroba
yang direkayasa secara genetik dapat meningkatkan hasil panen pertanian, demikian juga
dalam cara lain, sperti meningkatkan kapasitas mengikat nitrogen dari bakteri Rhizobium.
Keturunan bakteri yang telah disempurnakan atau diperbaiki dapat meningkatkan hasil panen
kacang kedelai sampai 50%. Rekayasa genetik lain sedang mencoba mengembangkan turunan
dari bakteri Azotobacter yang melekat pada akar tumbuh bukan tumbuhan kacang-kacangan
(seperti jagung) dan mengembangbiakkan, membebaskan tumbuhan jagung dari
ketergantungan pada kebutuhan pupuk amonia (pupuk buatan).
Hama tanaman merupakan salah satu kendala besar dalam budidaya tanaman pertnian. Untuk
mengatasinya, selama ini digunakan pestisida. Namun ternyata pestisida banyak menimbulkan
berbagai dampak negatif, antara lain matinya organisme nontarget, keracunan bagi hewan dan
manusia, serta pencemaran lingkungan. Oleh karena itu perlu dicari terobosan untuk mengatasi
masalah tersebut dengan cara yang lebih aman. Kita mengetahui bahwa mikroorganisme yang
terdapat di alam sangat banyak, dan setiap jenis mikroorganisme tersebut memiliki sifat yang
berbeda-beda. Dari sekian banyak jenis mikroorganisme, ada satu kelompok yang bersifat
patogenik (dapat menyebabkan penyakit) pada hama tertentu, namun tidak menimbulkan
penyakit bagi makhluk hidup lain. Contoh mikroorganisme tersebut adalah bakteri Bacillus
thuringiensis. Hasil penelitian menunjukkan Bacillus thuringiensis mampu menghasilkan suatu
protein yang bersifat toksik bagi serangga, terutama serangga dari ordo Lepidoptera. Protein
ini bersifat mudah larut dan aktif menjadi toksik, terutama setelah masuk ke dalam saluran
pencernaan serangga. Bacillus thuringiensis mudah dikembangbiakan dan dapat dimanfaatkan
sebagai biopestisida pembasni hama tanaman. Pemakaian biopestisida ini diharapkan dapat
mengurangi dampak negatif yang timbul dari pemakaian pestisida kimia.
Dengan berkembangnya bioteknologi, sekarang dapat diperoleh cara yang lebih efektif lagi
untuk membasmi hama. Pada saat ini sudah dikembangkan tanaman transgenik yang resisten
terhadap hama. Tanaman transgenik diperoleh dengan cara rekayasa genetika. Gen yang
mengkode pembentukan protein toksin yang dimiliki oleh B. Thuringiensis dapat diperbanyak
dan disisipkan ke dalam sel beberapa tanaman budidaya. Dengan cara ini diharapkan tanaman
tersebut mampu menghasilkan protein yang bersifat toksik terhadap serangga sehingga
pestisida tidak diperlukan lagi.
5. Bidang Peternakan
Peningkatan produksi ternak, meningkatkan efisiensi dan kualitas pakan seperti manipulasi
mikroba rumen, menghasilkan embrio yang banyak dalam satu kali siklus reproduksi,
menciptakan jenis ternak unggul dan dapat memproduksi asam amino tertentu.
Hewan ternak diberi perlakuan dengan produk-produk yang dihasilkan dari mtode DNA
rekombinan. Produk ini mencakup vaksin-vaksin baru atau yang didesain ulang, antibodi dan
hormon-hormon pertumbuhan. Misalnya, beberapa sapi perah disuntik dengan hormon
pertumbuhan sapi (BGH, bovine growth hormone) yang dibuat oleh E.coli untuk menaikkan
produksi susu (vaksin ini dapat meningkatkan hingga 10%). BGH juga meningkatkan
perolehan bobot dalam daging ternak. Sejauh ini telah lulus dari semua uji keamanan dan BGH
sekarang digunakan secara meluas dalam kelompok pabrik susu.
Adapun hewan transgenik, organisme yang mengandung gen dari spesies lain termasuk ternak
penghasil daging dan susu, serta beberapa spesies ikan yang dipelihara secara komersial,
dihasilkan dengan menyuntikkan DNA asing ke dalam nukleus sel telur atau embrio muda.
6. Bidang Hukum
Dengan teknologi DNA, menawarkan aplikasi bagi kepentingan forensik. Pada kriminalitas
dengan kekerasan , darah atau jaringan lain dalam jumlah kecil dapat tertinggal di tempat
kejadian perkara. Jika ada perkosaan, air mani dalam jumlah kecil dapat ditemukan dalam
tubuh korban. Melalui pengujian sidik jari DNA (DNA finngerprint), dapat di identifikasi
pelaku dengan derajat kepastian yang tinggi karena urutan DNA setiap orang itu unik (kecuali
untuk kembar identik). Sampel darah atau jaringan lain yang dibutuhkan dalam tes DNA sangat
sedikit (kira-kira 1000 sel).
DNA finngeprint merupakan satu langkah lebih maju dalam proses pengungkapan kejahatan
di Indonesia. Keakuratan hasil yang hampir mencapai 100% menjadikan metode DNA
finngerprint selangkah lebih maju dibandingkan dengan proses biometri yang telah lama di
gunakan kepolisian untuk identifikasi.
Dampak Negatif
1. Dampak terhadap kesehatan
Produk-produk hasil rekayasa genetika memiliki resiko potensial sebagai berikut:
a. Gen sintetik dan produk gen baru yang berevolusi dapat menjadi racun dan atau imunogenik
untuk manusia dan hewan
b. Rekayasa genetik tidak terkontrol dan tidak pasti, genom bermutasi dan bergabung, adanya
kelainan bentuk generasi karena racun atau imonogenik yang disebabkan tidak stabilnya DNA
rekayasa genetik
c. Virus di dalam sekumpulan genom yang menyebabkan penyakit mungkin diaktifkan oleh
rekayasa genetik
d. Penyebaran gen tahan antibiotik pada pathogen oleh transfer gen horizontal membuat tidak
menghilangkan infeksi
e. Meningkatkan transfer gen horizontal dan rekombinasi, jalur utama penyebab penyakit
f. DNA rekayasa genetik dibentuk untuk menyerang genom dan kekuatan sebagai promoter
sintetik yang dapat mengakibatkan kanker dengan pengaktifan oncogen (materi dasar sel-sel
kanker)
g. Tanaman rekayasa genetik tahan herbisida mengakumulasikan herbisida dan meningkatkan
residu herbisida sehingga meracuni manusia dan binatang seperti pada tanaman