Professional Documents
Culture Documents
Asset lancar merupakan sumberdaya atau klaim atas sumberdaya yang langsung dapat
diubah menjadi kas. Asset lancar adalah adalah asset yang diharapkan akan dijual, ditagih atau
digunakan selama satu tahun atau satu siklus operasi, tergantung dari mana yang akan menjadi
lebih panjang.
Selisish antara asset lancar dengan kewajiban lancar disebut modal kerja. Perusahaan
memerlukan modal kerja untuk beroperasi dengan efektif, namun modal kerja mahal karena
akan menggunakan investasi yang paling mnguntungkan . banyak perusahaan berusaha
meningkatkan profitabilitas dan arus kasnya dengan mengurangi investasi pada asset lancar
melalui metode seperti pengelolaan penjaminan kredit dan penagihan yang efektif, serta
persediaan tepat waktu. Perusahaan lain berusaha untuk mendanai asset lancara mereka
dengan kewajiban lancar, seperti utang dagang, sebagai usaha mengurangi modal kerja.
Kas merupakan asset yang paling liquid, mencangkup mata uang, deposito
dana, money orders dan cek. Sedangkan setara kas tergolong asset yang sangat lancar,
investasi jangka pendek yang siap dikonversi menjadi kas, dan hampir jatuh tempo
sehingga risiko perubahanj harga yang disebabakan pergerakan tingkat bunga minimal.
Kosep likuidasi penting dalam analisis laporan keuangan. Likuiditas berarti jumlah
kas atau setra kas yang dimiliki perusahaan dengan jumlah kas yang dapat diperoleh dalam
waktu singkat. Jumlah asset likuid yang dilaporkan perusahaan pada neraca sangat
beragam. Umumnya perusahaan dalam industry yang dinamis membutuhkan likuiditas
yang lebih tinggi untuk memanfaatkan kesempatan atau untuk bereaksi terhadap
perubahan yang cepat pada lingkungan yang kompetitif.
Selain memeriksa jumlah asset likuid untuk perusahaan, analisis juga harus
mempertimbangkan hal berikut :
1. Sejauh mana setara kas diinvestasikan pada efek ekuitas, perusahaan dapat
mengalami penurunan likuiditas jika nilai pasar dari efek investasi tersebut turun.
2. Kas dan setara kas sering kali dibutuhkan sebagai saldo kompensasi untuk
mendukung suatu perjanjian pinjaman atau sebagai jaminan hutang.
1.2 Piutang
Piutang merupakan nilai jatuh tempo yang berasal dari penjualan barang atau jasa
atau dari pemberian pinjaman uang. piutang usaha mengacu pada janji lisan untuk
membayar yang perasal dari penjualan produk dan jas asecara kredit. Wesel tagih mengacu
pada janji tertulis untuk membayar. Piutang diklasifikasikan ke dalam asset lancar jika
diharapkan akan direalisasi atau ditagih dalam waktu satu tahun atau satu siklus operasi,
tergantung dari mana yang lebih panjang.
a. Penilaian Piutang
b. Analisis Piutang
Terdiri dari piutang usaha : pihak ketiga dan pihak hubungan istimewa,
piutang lainnya yang terdiri dari pihak ketiga dan pihak hubungan istimewa.
Lancar Rp374,413
Jatuh tempo:
1 - 30 hari 46,975
31 - 60 hari 2,471
61 - 90 hari 1,833
Jumlah Rp430,031
Dikurangi:
Bersih Rp429,477
Tahun berjalan
Penghapusan (14,603)
Beban dibayar dimuka merupakan pembayaran dimuka atas barang atau jasa
yang belum diterima. Beban dibayar dimuka digolongkan ke dalam asset lancar karena
mencerminkan jasa yang diberikan jika tidak ada membutuhkan penggunaan asset
lancar lain.
B. PERSEDIAAN
Biaya persediaan awalnya dicatat pada neraca. Saat persediaan terjual, biaya ini
dipindahkan dari nerca dan mengalir pada laporan laba rugi sebagai harga pokok
penjualan. Biaya tidak dapat berada pada dua tempat yang sama pada waktu bersamaan,
melainkan dapat dicatat pada neraca sebagai beban masa depan, atau diakui saat ini pada
lapiran laba rugi profitabilitas untuk dikaitkan dengan pendapatan penjualan.
Konsep penting akuntansi persediaa adalah arus biaya. Jika seluruh persediaan
diperoleh pada periede terjualnya, maka HPP akan sama dengan biaya pembelian barang.
Namun jika persediaan tersedia pada akhir periade akuntansi, penting untuk menentukan
persediaan mana yang telah terjual dan iaya mana yang tersdia pada neraca.
First- in, firs-out (FIFO). Metode ini mengansumsikan bahwa yang dibeli
pertama merupakan yang pertama dijual. Berikut adalah laba kotor perusahaan jika
menggnakan FIFO:
Penjualan $24.000
HPP (30@$500) $15.000
Oleh karena biaya persediaan sebesar $15.000 telah dipindahkan dari neraca,
biaya persediaan yang dilaporkan pada neraca akhir periode adalah $41.000.
Penjualan $24.000
Oleh karena biaya persdiaan sebesar $18.000 telah dipindahkan dari neraca
dan tercemin pada HPP, biaya yang tersisa pada neraca sebesar $38.000 dilaporkan
sebgai persediaan.
Average cost (Biaya persediaan rata-rata). Unit dijual tanoa memperhatikan
uutan pembeliannya dan menghitung HPP serta persediaan akhir seagai rata-rata
tertimbang sedrrhana sebgai berikut:
Penjualan $24.000
Harga Pokok
Metode Penjualan Laba kotor
Penjualan
FIFO $24.000 $15.000 $9.000
LIFO $24.000 $18.000 $6.000
Average Cost $24.000 $16.800 $7.200
Dari laba kotor sebesar $9.000, sebesar $3.000 terkait dengan keuntungan
inflasi yang diperoleh perusahaandari pembelian persdiaan masa lalu.
Laba kepemilikan merupakan fungsi dari perpuratan persediaan – berapa
lama persediaan tersimpan- dan tingkat inflasi. Salah satu masalah serius adalah
bahwa keuntungan ini telah hilang selama beberapa decade terakhir karena inflasi
yang lebih rendah dan pengawasan manajemen atas kuantitas persediaan melalui
proses manufaktur yang lebih baik, serta pengendalis persdiaan yang lebih baik.pada
negara yang tingkat inflasinya lebih tinggi disbanding Amerika Serikat, keuntungan
kepemilikan FIFO masih menjadi masalah.
Umunnya saat harga meningkat, laba LIFO lebih kecil pada laba FIFO.
Namun, dampak bersih dari penyajian kembali pada tahun manapun tegantung oada
dampak kombinasi dari perubahan persediaan awal dan akhir serta factor lain
termasuk likuidasi lapisan LIFO.
Penyajian Kembali (Restatement) Analisis Dari FIFO ke
LIFO. Penyesuaian ini membutuhkan asumsi penting sehingga bisa menimbulkan
kesalahan. Laba LIFO mencakup laba kepemilikan atas persediaan awal. Terdapat
manfaat untuk menghitung persediaan awal (PAFIFO) x tingkat inflasi untuk lini
persediaan tertentu yang dimiliki perusahaan:
Perhatikan bahwa r, bukan m,erupakan tingkat inflasi umum seperti IHK atau
IHP. Indeks ini merupakan inflasi yang terkait dengan lini persediaan tertentu yang
dimiliki perusahaan. Jika perusahaan memiliki beberapa lini produk, indeks
prodeuksinya harus diestimasi secara terpisah. Jika r bukan buka tungkat inflasi pada
umumnya seperti CPI tau IHP, dan dimaksud adalah indeks inflasi sehubungan
dengan lini persediaan tertentu yang dimiliki perusahaan.Dalam hal ini perusahaan
mempunyai berapa lini produk, secara teori, tiap lini tersebutharus diestimasi secara
terpisah.
Estimasi r dapat menggunakan angka yang dikeluarkan opelh departemen
perdagangan untuk industriu kusus perusahaan. Selain itu jika perusahaan
menjalankan usaha erdasarkan komuditas dapat digunakan dengan asumsi bahwa
komponen biaya biaya persediaan lain berubah secara proporsional terhadap bahan
bakunya. Analisis juga dapat menggunakan tingkat inflsi perusahaan pesaing. Jika
perusahaan dengan lini produk serupa menggunakan biaya persediaan LIFO, tingkat
inflasi dapat diestimasi sebesar peningkatan cadangan LIFO : persediaan perusahaan
pesaing erdasarkan FIFO pada akhir periode lalu sebagai berikut :
Produksi
1. Bahan baku atau bahan mentah – biaya dari bahan dasar yang digunakan
untuk membuat produk.
2. Tenaga kerja – biaya tenaga langsng yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
produk jadi.
3. Overhead – biaya tidak langsung pada prises manufaktur.
Overhead sering kali merupakan komponen biaya produk terbesar dan paling
sulit diukur untuk tingkat produksi. Total overhead harus dialokasikan pada seluruh
hasil produksi. Analisi biaya ini harus waspada bahwa alokasi biaya overheadbukan
merupakan ilmu pasti dan sangat tergantung pada asumsi yang digunakan. Jika
peningkatan pada tingkat produksi menyebabkan persediaan akhir meningkat, lebih
banyak viaya overhead yang tinggal dineraca dan profitabilitas meningkat.
Kemudian saat kuantitas persediaan menurun, laporan laba rugi tidak hanya
terbebano niaya overhead periode berjalan tetapi juga biaya overhead perode
sebelumnya yang berasal dari persediaan tahun berjalan, karenanaya laba menjadi
turun. Oleh karena itu analisi harus waspada terhadap dampak perubahan tingkat
prduksi terhadap laba yang dilaporkan
2.5. Biaya Perolehan atau Nilai Pasar, Mana yang Lebih Rendah
Proses akuntansi aset jangka panjang mencakup tiga aktivitas terpisah, diantaranya
kapitalisasi, alokasi, dan penurunan nilai. Kapitalisasi (capitalization) merupakan proses
penangguhan biaya yang terjadi pada periode berjalan, tetapi manfaatnya diharapkan dapat
berlangsung selama beberapa periode di masa depan. Kapitalisasi ini yang menciptakan
akun asset.
Alokasi (allocation) merupakan proses pembebanan biaya tangguhan (aset) secara
periodic sepanjang satu atau lebih periode amnfaat yang diharapkan. Proses alokasi ini
dinamakna penyusutan untuk asset berwujud, amortisasi untuk asset tak berwujud, dan
deplesi untuk sumber daya alam. Penurunan nilai (impairment) merupakan proses
penurunan nilai buku asset saat arus kas yang diharapkan tidak lagi cukup untuk menutupi
biaya tersisa yan masih tercatat pada neraca.
Kapitalisasi Aset jangka panjang diciptakan melalui proses kapitalisasi.
Kapitalisasi berarti menempatkan aset di neraca, bukan membebankan biayanya dilaporan
laba rugi. Untuk aset berwujud (hard asset) seperti Plant Property and Equiptment (PPE),
aset dicatat sesuai nilai perolehan. Sedangkan untuk aset tak berwujud (soft asset) seperti
litbang, iklan, biaya upah, kapitalisasi lebih bermasalah. Semua aset ini tidak
menghasilkan keuntugan di masa depan, meskipun dapat ditempakan sebagai aset.
Konsekuensinya, biaya aset tidak berwujud segera dibiayakan dan tidak dicatat pada
neraca.
Alokasi merupakan pembebanan biaya aset secara periodik sepanjang periode
manfaat yang diharapkan. Alokasi biaya disebut penyusutan (depreciation) jika terkait
dengan aset tetap, amortisasi (amortization) jika digunakan untuk aset tak berwujud, dan
deplesi (depletion) untuk sumber daya alam, ketiga istilah tersebut mengacu pada alokasi.
Alokasi biaya meruoakan proses untuk mengaitkan biaya aset dengan manfaatnya dan
bukan merupakan proses valuasi. Nilai tercatat aset (niali kapitalisasi dikurangi alokasi
biaya kumulatif) tidak perlu mencerminkan nilai wajar.
Tiga faktor ayng menentukan nilai alokasi biaya, yaitu periode manfaat, nilai sisa,
dan metode alokasi.
Penurunan Nilai (Impairment) Jika arus kas yang diharapkan (tidak didiskonto)
lebih kecil disbanding dengan nilai tercatat aset (biaya dikurangi akumulasi penyusutan),
aset perlu diturunkan nilainya dan dinyatakan sebesar nilai pasar wajar (jumlah diskonto
taksiran arus kas). Dampaknya adalah untuk mengurangi nilai tercatat aset pada neraca
dan mengurangi profitabilitas sebesar jumlah yang sama.
Ada dua distorsi terkait dengan penurunan aset, yaitu.
a) Bias konservatif mendistorsi valuasi aset jangka panjang karena nilai aset dapat
diturunkan namun tidak dapat dinaikkan
b) Pengakuan penurunan nilai aset memiliki dampak temporer besar yang mendistorsi
laba bersih sementara berpotensi untuk meningkatkan kegunaan nilai aset pada
neraca.
3.2. Kapitalisasi Versus Pembebanan
Properti, pabrik, dan peralatan (atau aset tetap) merupakan aset berwujud tak lancar yang
digunakan dalam proses menafkur, penjualan, atau jasa untuk menhasilkan pendapat dan arus
kas selama lebih dari satu periode. Oleh karena itu, aset ini memiliki periode manfaat yang
diharapkan (masa manfaat) yang meliputi lebih dari satu periode. Aset ini diperoleh untuk
digunakan dalam aktivitas operasi dan bukan untuk dijual pada aktivitas usaha biasa. Nilai
atau potensi jasa yang dimiliki akan berkurang karena digunakan, dan aset ini biasanya
merupakan aset operasi yang terbesar. Properti terkait dengan biaya real estat: pabrik
mengacu pada bangunan dan struktur operasi: dan peralatan mengacu pada mesin yang
digunakan dalam operasi. Properti, pabrik, dan peralatan disebut juga aset produktif, aset
model, dan aset tetap.
Bangunan dan sumber daya alam biasanya dusustkan selama masa manfaat
berdasarkan prinsip alokasi dengan tujuan penentuan laba. Nilai yang terbawa dari
asset yang disusutkan tidak dirancang untyuk merefleksikan nilai sekarang dari
asset. Meskipun dengan konservativ, akuntansi seringkali melakukan refleksi
nilai, dengan menurunkan nilai pada neraca (write down) untuk merefleksikan nilai
saat ini. saat Ini akuntansi tidak memperbolehkan menuliskan nilai asset untuk
merefleksikan nilai pasar.
Valuais asset tetap dan sumberdaya alam menekankan objektivitas biaya historis.
Namun, biaya historis tidak relevan dalam menilai asset pengganti. Juga biaya ini tidak
dapat dibandingkan untuk beberapa lapiran keuangan perusahaan, dan tidak terlalu
bermanfaat untuk mengukur biaya kesempatan atau dalam menilai kegunaan
alternative dana. Dalam periode tingkat dana meningkat, biaya histori mencerminkan
daya beli yang bebeda.
Penilaian nilai asset tetap menjadi sebesar nilai pasar tidak diperbolehkan dalam
akuntansi. Namun, konservatismen mengizinkan adanya oenghapusan nilai karena
penurunan nilai yang permanen. Penurunana nilai menghilangkan beban yang terkait
dengan aktivitas operasi pada periode masa depan.
Aturan akuntansi untuk menurunkan nilai asset jangka panjang mewajibkan
perusahaan untuk secara berkala menelaah kejadian atau perubahan kondisi yang
merupakan penurunan nilai. Penurunan asset setelahnya dapat mendistorsi hasil yang
dilaporkan. Jika taksiran arus kas tidak lebih kecil dari nilai yang tercatat asset,
maka nilai asset diturunkan. Kerugian penurunan nilai dihitung sebagai selisish nilai
tercatat asset dengn nilai wajarnya.
1. Penggunaan garis lurus baik dalam pelaporan keuangan maupun tujuan pajak
2. Penggunaan garis lurus untuk lapiran keuangan dan metode dipercepat untuk
pajak. Dampak pajak menguntungkan berasal dari penangguhan pembayaran
pajak yang menghasilkan penggunaan dana gratis.
3. Penggunaan metode dipercepat baik untuk pelaporan keuangan maupun
tujuan pajak. Hal ini mengakibatkan penyusustan yang lebih tinggi pada
tahun-tahun awal, yang dapat diperpanjang selama beberapa tahun bagi
perusahaan yang sedang ekspansi.
Meskipun terdapat kelemanahan, informasi penyusustan tidak boleh
diabaikan. Kesalahan konsep lain dalam penyerdehanaan arus kas adalah bahwa
penyusutan hanya meruoakan beban tata buku dan berbed dari beban lain seperti
tenaga kerja dan bahan baku, oleh karena itu, boleh dikeluarkan dan dianggap tidak
sepenting beban lainnya.
Menganalisa penyusustan memebutuhkan evaluasi kelayakan. Evaluasi ini
dapat menggunakan pengukuran seperti rasio penyusutan terhadap asset total atau
penyusustan terhadap faktir yang terkait dengan ukuran lainnya. Terdapat beberapa
pengukuran yang terkait dengan umur asset tetap yang berguna untuk
membandingkan kebijakan penyusustan antar periode dan antar perusahaan
diantaranya Rata-rata jangkauan total, umur rata-rata dan umur sisa rata-rata.
Pengukuran tersebut memberikan estimasi yang layak untuk perusahaan
yang menggunakan oenyusustan garis lurus tetapi tidak terlalau bermanfaat bagi
perusahaan yang menggunakan metode dipercepat. Pengukuran lain yang sering
digunakan dalam analisis ini adalah :
a. Asset tak berwujud yang dapat diidentifikasi merupakan asset tak berwujud yang
dapat diindenifikasi terpisah dan dikaitkan dengan hak tertentu atau
keistimewaaan selama periode manfaat yang terbatas.
b. asset tidak berwujud yang tidak dapat diidentifikasikan merupakan asset yang
dapat dikembangkan secara internal atau dibeli namun tidak dapat
diidentifikasikan dan sering kali memiliki masa manfaat yang tak terhingga.
Misalnya good will, perusahaan harus membebankan biaya pengembangan,
pemeliharaan dan pemulihan asset tak berwujud saat terjadnya, kecuali goodwill.
1.2 Menganalisis Aset Tak Berwujud
Analisis sering kali mencurigai asset tak berwujud saat menilai laporan
keuangan. Asset tak berwujud sering kali merupakan salah satu asset berharga yang
dimiliki perusahaan dan sering kali terjadi kesa;ahan penilaian yang serius.
Misalnya, goodwill dicatat hanya oada saat akuisisi, sebagian besar goodwill mungkin
terdapat pada neraca. Namun, sering kali goodwill tercermin dalam kelebihan laba.
Jika kelebihan laba tidak terbukti, maka goodwill aik dibeli maupun tidak, hanyalah
bernilai kecil atau bahkan tidak bernilai.
Dalam menganalisis asset tidak berwujud, diperlukan suatu estimasi sendiri mengenai
penilaian asset. Analisis juga harus waspada terhadap komposisi, penilaian, dan di
posisi good will. Goodwill dihapus jika klebihan laba mendasari eksistensinya tidak
ada lagi.
1.3 Aset Tak Berwujud Tak Tercatat Dan Kontijensi
Salah satu asset penting dalam kategori ini adalah good will yang diciptakan secara
internal. Pengeluaran untuk menciptakan good will sering kali diebankan saat
terjadinya. Jika good will diciptakan dan dapat dijual dan menghasilkan laba yang
lebih besar, laba saat ini terlalu rendah karena pembebanan penegmbangan.
Salah satu asset tak tercatat yang terkait dengan pembebanan yang terkait dengan
elemen jasa atau ide. Sebagai contoh adalah program televises yang dicatat sebesar
biaya tersembunyi untuk menghasilkan penghasilan lisensi yang bernilai jutaan.