You are on page 1of 22

A.

PENGENALAN ASET LANCAR

Asset lancar merupakan sumberdaya atau klaim atas sumberdaya yang langsung dapat
diubah menjadi kas. Asset lancar adalah adalah asset yang diharapkan akan dijual, ditagih atau
digunakan selama satu tahun atau satu siklus operasi, tergantung dari mana yang akan menjadi
lebih panjang.

Selisish antara asset lancar dengan kewajiban lancar disebut modal kerja. Perusahaan
memerlukan modal kerja untuk beroperasi dengan efektif, namun modal kerja mahal karena
akan menggunakan investasi yang paling mnguntungkan . banyak perusahaan berusaha
meningkatkan profitabilitas dan arus kasnya dengan mengurangi investasi pada asset lancar
melalui metode seperti pengelolaan penjaminan kredit dan penagihan yang efektif, serta
persediaan tepat waktu. Perusahaan lain berusaha untuk mendanai asset lancara mereka
dengan kewajiban lancar, seperti utang dagang, sebagai usaha mengurangi modal kerja.

1.1 Kas Dan Setara Kas

Kas merupakan asset yang paling liquid, mencangkup mata uang, deposito
dana, money orders dan cek. Sedangkan setara kas tergolong asset yang sangat lancar,
investasi jangka pendek yang siap dikonversi menjadi kas, dan hampir jatuh tempo
sehingga risiko perubahanj harga yang disebabakan pergerakan tingkat bunga minimal.

Kosep likuidasi penting dalam analisis laporan keuangan. Likuiditas berarti jumlah
kas atau setra kas yang dimiliki perusahaan dengan jumlah kas yang dapat diperoleh dalam
waktu singkat. Jumlah asset likuid yang dilaporkan perusahaan pada neraca sangat
beragam. Umumnya perusahaan dalam industry yang dinamis membutuhkan likuiditas
yang lebih tinggi untuk memanfaatkan kesempatan atau untuk bereaksi terhadap
perubahan yang cepat pada lingkungan yang kompetitif.

Selain memeriksa jumlah asset likuid untuk perusahaan, analisis juga harus
mempertimbangkan hal berikut :

1. Sejauh mana setara kas diinvestasikan pada efek ekuitas, perusahaan dapat
mengalami penurunan likuiditas jika nilai pasar dari efek investasi tersebut turun.
2. Kas dan setara kas sering kali dibutuhkan sebagai saldo kompensasi untuk
mendukung suatu perjanjian pinjaman atau sebagai jaminan hutang.
1.2 Piutang

Piutang merupakan nilai jatuh tempo yang berasal dari penjualan barang atau jasa
atau dari pemberian pinjaman uang. piutang usaha mengacu pada janji lisan untuk
membayar yang perasal dari penjualan produk dan jas asecara kredit. Wesel tagih mengacu
pada janji tertulis untuk membayar. Piutang diklasifikasikan ke dalam asset lancar jika
diharapkan akan direalisasi atau ditagih dalam waktu satu tahun atau satu siklus operasi,
tergantung dari mana yang lebih panjang.

a. Penilaian Piutang

Analisis piutang sangat penting karena dampaknya terhadap posisi asset


dan arus laba yang saling terkait. Realitanya banyak perusahaan yang tidak mampu
menagih semua piutangnya. Kerugian piutang dapat menjadi sangat berarti dan
mengurangi asset lancar serta laba bersih sekarang dan masa depan. Resiko analisis
ini adalah pengalaman masa lalu kurang bisa memprediksi kerugian masa depan,
atau mungkin kita gagal mencerminkan kondisi terkini.

b. Analisis Piutang

Kita harus waspada terhadap insentif manajemen dan auditor dalam


melaporkan laba dan asset. Dengan memperhatika hal tersebut, terdapat dua
pertanyaan penting dalam analisis piutang.

Resiko kolektabilitas. Manajemen sering kali lebih mementingkan


pengalaman masa lalu karena kondisi ekonomi sulit diprediksi. Analisis harus
mempertimbangkan bahwa meskipun pendekatan dengan rumus untuk
menghitung penyisishan piutang tak tertagih sangat mudah dan praktis,
penghitungan ini mencerminkan penilaian mekanik yang menghasilkan kesalahan.
Informasi yang berguna harus diperolaeh dari sumber atau perusahaan lain. alat
analisis untuk memeriksa kolektabilitas mencangkup:
1. Memebandingkan presentase piutang terhadap penjualan perusahaan pesaing
dengan perusahaan yang sedang dianalisis.
2. Memerikasa konsentrasi pelangggan-resiko meningkat jika piutang
terkosentrasi pada satu atau sedikit pelanggan.
3. Menghitung menyelidiki tren periode rata-rata kolektabilitas piutang
disbanding dengan syarat kredit pelanggan untuk industry yang bersangkutan.
4. Menentukan bagian piutang yang merupakan pengalihan dari piutang atau
wesel tagih masa lalu.

Analisis posisi keuangan terkini dan kemampuan perusahaan memenuhi


utang lancar yag tercermnin dalam pengukuran seperti rasio lancar juga harus
mengakui pentingnya siklus operasi untuk mengklasifikasi piutang lancar. Siklus
operasi dapat menghasilkan piutang cicilan nyang belum dapat tertagih selama
beberapa tahun dapat dilaporkan sebagai asset lancar. Analisis asset lancer dan
kaitanya dengan kewajiban lancer harus diakui dan disesuaikan dengan risiko
waktu ini.

Keaslian piutang. Pemahaman mengenai praktik industry dan sumber


informasi tambahan digunakan untuk menambah keyakinan. Pelanggan pada
industry tertentu mengembaikan hak untuk mengembakikan barang. Analisis harus
mempertimbangkan hak pengembalian tersebut. Hak pengembalian yang bebas
dapat menurunkan kualitas piutang.

Skuritas piutang. Salah satu masalah analisis penting adalah saat


perusahaan menjual semua atau again piutanganya pada pihak ketiga yang disebut
anjak piutang atau skuritisasi, piutang dapat dijual dengan ataupun
tanpa recourse pada pembeli jaminan kolektabilitas.

Skuritas piutang sering kali dilakukan dengan menciptakan entitas


bertujuan kusus seperti perwalian pembelian piutang dari perusahaan dan
mendanai pembelian ini melalui penjualan obligasi ke pasar.

Piutang usaha disajikan sebesar jumlah neto setelah dikurangi dengan


penyisihan piutang tidak tertagih, yang diestimasi berdasarkan penelaahan atas
kolektibilitas saldo piutang. Piutang dihapuskan pada saat piutang tersebut
dipastikan tidak akan tertagih.

Terdiri dari piutang usaha : pihak ketiga dan pihak hubungan istimewa,
piutang lainnya yang terdiri dari pihak ketiga dan pihak hubungan istimewa.

Analisis umur piutang :

Lancar Rp374,413

Jatuh tempo:

1 - 30 hari 46,975

31 - 60 hari 2,471

61 - 90 hari 1,833

> 90 hari 4,339

Jumlah Rp430,031

Dikurangi:

Penyisihan P.T.T (554)

Bersih Rp429,477

Mutasi penyisihan piutang tidak tertagih adalah sebagai, berikut:

Saldo pada awal tahun 8,752

Penambahan penyisihan 6,405

Tahun berjalan

Penghapusan (14,603)

Saldo pada akhir tahun 554

Berdasarkan hasil penelaahan terhadap keadaan akun piutang masing-


masing pelanggan pada akhir tahun, manajemen berkeyakinan bahwa penyisihan
piutang tidak tertagih tersebut cukup untuk menutup kemungkinan kerugian atas
tidak tertagihnya piutang usaha di kemudian hari.
1.3 Beban Dibayar Dimuka

Beban dibayar dimuka merupakan pembayaran dimuka atas barang atau jasa
yang belum diterima. Beban dibayar dimuka digolongkan ke dalam asset lancar karena
mencerminkan jasa yang diberikan jika tidak ada membutuhkan penggunaan asset
lancar lain.

B. PERSEDIAAN

2.1. Akuntansi Dan Valuasi Persediaan

Persediaan merupakan barang yang dijual dalam aktivitas operasi normal


perusahaan. Pentingnya metode akumulasi biaya dalam penilaian persediaan disebabakan
oleh dampaknya pada laba bersih dan penilaian asset. Metode persediaan digunakan
untukm mengalokasikan biaya barag tersedia untuk dijual pada harga pokok penjualan atau
persediaan akhir.

Persamaan persediaan dapat digunakan untuk memahami arus persediaan. Untuk


perusahaan: persediaan awal + pembelian bersih – harga pokok penjualan = persediaan
akhir. Persamaan ini menekankan arus biaya dalam perusahaan. Arus ini secara alternative
dapat dinyatakan pada grafik sebelah kiri.

Biaya persediaan awalnya dicatat pada neraca. Saat persediaan terjual, biaya ini
dipindahkan dari nerca dan mengalir pada laporan laba rugi sebagai harga pokok
penjualan. Biaya tidak dapat berada pada dua tempat yang sama pada waktu bersamaan,
melainkan dapat dicatat pada neraca sebagai beban masa depan, atau diakui saat ini pada
lapiran laba rugi profitabilitas untuk dikaitkan dengan pendapatan penjualan.

Konsep penting akuntansi persediaa adalah arus biaya. Jika seluruh persediaan
diperoleh pada periede terjualnya, maka HPP akan sama dengan biaya pembelian barang.
Namun jika persediaan tersedia pada akhir periade akuntansi, penting untuk menentukan
persediaan mana yang telah terjual dan iaya mana yang tersdia pada neraca.

Arus Biaya Persediaan:


Untuk memberikan ilustrasi asumsi arus biaya yang tersedia, misalanya catatan
persediaan suatu persahaan sebgai berikut:

Persediaan tanggal 1 januari, 2009 40 unit@$500 = $20.000

Persediaan dibeli sepanjang tahun 60 unit@$600 = $36.000

Harga pokok barang tersedia untuk dijual 100 unit $56.000

Selanjutnya, jika sepanjang tahun terjual 30 unit seharga $800 dan


menghasilkan pendapatan penjualan sebesar $24.000. GAAP memeberikan tiga
pilihan bagi perusahaan untuk menentukan biaya mana yang akan dikaitkan dengan
poen jualan:

First- in, firs-out (FIFO). Metode ini mengansumsikan bahwa yang dibeli
pertama merupakan yang pertama dijual. Berikut adalah laba kotor perusahaan jika
menggnakan FIFO:

Penjualan $24.000
HPP (30@$500) $15.000

Laba kotor $ 9.000

Oleh karena biaya persediaan sebesar $15.000 telah dipindahkan dari neraca,
biaya persediaan yang dilaporkan pada neraca akhir periode adalah $41.000.

Last-in, first-out (LIFO), metode ini mengansumsikan bahwa yang dibeli


terakhir merupaka yang pertama dijual. Sehingga laba kotornya adalah sebgai berikut:

Penjualan $24.000

Harga pokok penjualan (30 @ $600) $18.000

Laba Kotor $ 6.000

Oleh karena biaya persdiaan sebesar $18.000 telah dipindahkan dari neraca
dan tercemin pada HPP, biaya yang tersisa pada neraca sebesar $38.000 dilaporkan
sebgai persediaan.
Average cost (Biaya persediaan rata-rata). Unit dijual tanoa memperhatikan
uutan pembeliannya dan menghitung HPP serta persediaan akhir seagai rata-rata
tertimbang sedrrhana sebgai berikut:

Penjualan $24.000

HPP (30@$560) $16.800

Laba kotor $ 7.200

HPP dihitung dengan menggunakan rat-rata tertimbang dari biaya barang


tersedia untuk dijual total dibagi dengan jumlah unit yang tersedia untuk dijual
($56.000/100=$560). Persediaan akhir dilaporkan pada neraca adalah $39.200.

2.2. Analisis Persediaan

a. Dampak Biaya Persediaan Terhadap Profitabilitas

Ringkasan hasil perhitungan dengan tiga alternative metode diatas adalah :

Persediaan Persediaan Harga Pokok


Metode Pembelian
Awal Akhir Penjualan
FIFO $20.000 $36.000 $42.000 $15.000
LIFO $20.000 $36.000 $38.000 $18.000
Average Cost $20.000 $36.000 $30.200 $16.800

Laporan laba rugi berdasarkan ketiga metode berikut adalah:

Harga Pokok
Metode Penjualan Laba kotor
Penjualan
FIFO $24.000 $15.000 $9.000
LIFO $24.000 $18.000 $6.000
Average Cost $24.000 $16.800 $7.200

Kesimpulan : laba kotor dapat dipengaruhi oleh pilihan metode penghitungan


biaya perusahaan.
Pada periode dimana harga meningkat, FIFO memberikan laba kotor yang
lebih tinggi disbanding LIFO karena biaya persediaan yang lebih rendah dikaitkan
dengan pendapatan penjualan dengan harga pasar terkini. Hal ini sering dinyatakan
segai keuntungan fiktif FIFO karena laba kotor sebenarnya merupakan penjumlahan
dari laba ekonomi dan laba kepemilikan.
Laba ekonomi sesuai dengan jumlah yang terjual dikalikan dengan selisish
antar harga juala dsan biaya penggantian persdiaan seperti dibawah ini:
Laba ekonomi = 30 unit X ($800-$600) = $6.000

Laba kepemilikan merupakan kenaikan biaya penggantian karena


persediaan telah diperoleh dan sama dengan jumlah unit terjual dikalikan dengan
selisish biaya penggntian terkini dengan biaya perolehan awal, seperti dibawah ini:

Laba kepemilikan = 30 unit x ($600-$500) = $3.000

Dari laba kotor sebesar $9.000, sebesar $3.000 terkait dengan keuntungan
inflasi yang diperoleh perusahaandari pembelian persdiaan masa lalu.
Laba kepemilikan merupakan fungsi dari perpuratan persediaan – berapa
lama persediaan tersimpan- dan tingkat inflasi. Salah satu masalah serius adalah
bahwa keuntungan ini telah hilang selama beberapa decade terakhir karena inflasi
yang lebih rendah dan pengawasan manajemen atas kuantitas persediaan melalui
proses manufaktur yang lebih baik, serta pengendalis persdiaan yang lebih baik.pada
negara yang tingkat inflasinya lebih tinggi disbanding Amerika Serikat, keuntungan
kepemilikan FIFO masih menjadi masalah.

b. Dampak Biaya Persediaan Terhadap Neraca

Pada periode harga meningkat, dan dengan asumsi persediaan belum


melikuidasi laporan persediaan lamanya, LIFO melaporkan persediaan akhitr pada
harga yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan biaya penggantian. Sehingga,
neraca perusahan yang menggunakan LIFO, tidak secara akurat mencerminkan
investasi lancaryang dimiliki perusahaan dalam persediaan.

c. Dampak Biaya Persediaan Terhadap Arus Kas


Peningkatan laba kotor dengan metode FIFO juga menyebabkan laba
sebelum pajak yang lebih tinggi, sehingga menimbulkan utang pajak yang lebih
tinggi. Pada periode ini di mana harga meningkat, perusahaan dapat terjebak pada
pengurangan arus kas karena membayar pajak yang lebih tinggi dan perlu mengganti
persediaan yang terjual pada biaya penggantian yang lebih tinggi dibandingkan
dengan biaya pembelian awal.

Salah satu alasan digunakannya LIFO adalah pengurangan kewajiban pajak


pada periode harga meningkat. Namun IRS mengharuskan bahwa perushaan yang
menggunakan LIFO untuk tujuan pajak harus menggunakan metode ini untuk
laporan keuangan. Ini merupakan aturan ketaan LIFO (LIFO conformity rule).

Perusahaan yang menggunakan biaya persediaan LIFO diharuskan untuk


mengungkapkan jumlah yang akan dilaporkan jika perusahaan menggunakan
metode FIFO. Selisih antar kedua metode ini dinamakan cadangan LIFO. Hal ini
dapat digunakan untuk menghitung jumlah yang akan memengaruhi arus kas
kumulatif maupun periode berjalan karena penggunaan LIFO.

2.3. Masalah Penilaian Persediaan Lainnya

Likuidasi LIFO. Perusahaan diwajibkan mencatat setiap tingkat biaya


sebagai kelompok npersediaan terpisah. Untuk biaya persediaan LIFO, persediaan
akhir diloaporkan pada biaya pembelian terdahilu yang dapat lebih rendah atau lebih
tinggi secara signifikandari buaya saat ini. Pada periode harga meningkat
pengurangan kuantitas masalah disebut sebagai likuidasi LIFO menghasilkan
peningkqatan pada laba kotor seperti penggunaan pada biaya persediaan FIFObegitu
juga sebaliknya. Dampak likuidasi LIFO dapat dilihat pada catatan kaki persediaan
laporan tahunan. Perusahaan mengindikasikan bahwa pengurangan kuantitas
persediaan menyebabkan penjualan barang yang dicatat dengan biaya masa lalu yang
berbeda dengan biaya sekarang. Seorang anslisi LIFO harus hati-hati terhadap
dampak likuidasi LIFO pada profitabilitas.
Penyajian Kembali (Restatement) Analisis Dari LIFO ke FIFO. Metode
LIFO merupakan metide yang diharapkan oleh penganalisis, karena laporan laba
rugi tidak membutuhkan penyesuaian besar disebabakan harga pokok penjualan
telah mendekati biaya terkini. Namun metode ini menyebabkan persediaan neraca
tidak mencerminkan harga saat ini-sering kali dinyatakan lebih rendah. Hal ini dapat
mengurangi kegunaan berbagai pengukuran seperti rasio lancar atau rasio perputaran
persediaan. Hal ini menyebabakan kemampuan perusahaan dalam memebayar utang
terlalau rendah, perputara persediaan terlalau tinggi. Untuk mengatasinya, dapat
menggunakan teknik analisis untuk menyesuaikan LIFO agar lebih mendekati situasi
performa dengan mengasumsikan FIFO.
Penyesuaian neraca dimungkinkan jika perusahaan mengungkapakan
selisish lebih biaya kini atas persediaan yang dihitung dengan LIFO, atau cadanagn
LIFO. Maka diperlukan tiga penyesuain berikut :

1. Persdiaan = persediaan yang dilaporkan berdasarkan LIFO + cadangan LIFO


2. Pertambahan kewajiban pajak tengguhan sebesar: (cadangan LIFO X tariff
pajak)
3. Saldo laba = saldo laba yang dilaporkan +[cadangan LIFO x (1-tarif pajak)

Umunnya saat harga meningkat, laba LIFO lebih kecil pada laba FIFO.
Namun, dampak bersih dari penyajian kembali pada tahun manapun tegantung oada
dampak kombinasi dari perubahan persediaan awal dan akhir serta factor lain
termasuk likuidasi lapisan LIFO.
Penyajian Kembali (Restatement) Analisis Dari FIFO ke
LIFO. Penyesuaian ini membutuhkan asumsi penting sehingga bisa menimbulkan
kesalahan. Laba LIFO mencakup laba kepemilikan atas persediaan awal. Terdapat
manfaat untuk menghitung persediaan awal (PAFIFO) x tingkat inflasi untuk lini
persediaan tertentu yang dimiliki perusahaan:

HPPLIFO = HPPFIFO + (PAFIFO x r), dengan r sebagai tingkat inflasi.

Perhatikan bahwa r, bukan m,erupakan tingkat inflasi umum seperti IHK atau
IHP. Indeks ini merupakan inflasi yang terkait dengan lini persediaan tertentu yang
dimiliki perusahaan. Jika perusahaan memiliki beberapa lini produk, indeks
prodeuksinya harus diestimasi secara terpisah. Jika r bukan buka tungkat inflasi pada
umumnya seperti CPI tau IHP, dan dimaksud adalah indeks inflasi sehubungan
dengan lini persediaan tertentu yang dimiliki perusahaan.Dalam hal ini perusahaan
mempunyai berapa lini produk, secara teori, tiap lini tersebutharus diestimasi secara
terpisah.
Estimasi r dapat menggunakan angka yang dikeluarkan opelh departemen
perdagangan untuk industriu kusus perusahaan. Selain itu jika perusahaan
menjalankan usaha erdasarkan komuditas dapat digunakan dengan asumsi bahwa
komponen biaya biaya persediaan lain berubah secara proporsional terhadap bahan
bakunya. Analisis juga dapat menggunakan tingkat inflsi perusahaan pesaing. Jika
perusahaan dengan lini produk serupa menggunakan biaya persediaan LIFO, tingkat
inflasi dapat diestimasi sebesar peningkatan cadangan LIFO : persediaan perusahaan
pesaing erdasarkan FIFO pada akhir periode lalu sebagai berikut :

R= perubahan cadangan LIFO


Persediaan FIFO dari akhir periode lalu
2.4. Biaya Persediaan Perusahaan Manufaktur dan Dampak Peningkatan

Produksi

Biaya manufaktur terdiri atas tiga komponen :

1. Bahan baku atau bahan mentah – biaya dari bahan dasar yang digunakan
untuk membuat produk.
2. Tenaga kerja – biaya tenaga langsng yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
produk jadi.
3. Overhead – biaya tidak langsung pada prises manufaktur.

Overhead sering kali merupakan komponen biaya produk terbesar dan paling
sulit diukur untuk tingkat produksi. Total overhead harus dialokasikan pada seluruh
hasil produksi. Analisi biaya ini harus waspada bahwa alokasi biaya overheadbukan
merupakan ilmu pasti dan sangat tergantung pada asumsi yang digunakan. Jika
peningkatan pada tingkat produksi menyebabkan persediaan akhir meningkat, lebih
banyak viaya overhead yang tinggal dineraca dan profitabilitas meningkat.
Kemudian saat kuantitas persediaan menurun, laporan laba rugi tidak hanya
terbebano niaya overhead periode berjalan tetapi juga biaya overhead perode
sebelumnya yang berasal dari persediaan tahun berjalan, karenanaya laba menjadi
turun. Oleh karena itu analisi harus waspada terhadap dampak perubahan tingkat
prduksi terhadap laba yang dilaporkan
2.5. Biaya Perolehan atau Nilai Pasar, Mana yang Lebih Rendah

Prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum atau valuasi adalah menilai


pada biaya perolehan atau nilai pasar, dinilai dari mana yang lebih rendah (lower of
cost or market- LOCOM). Nilai atau harga pasar (market) dijabarkan sebagai biaya
penggantian terkini melalui pembelian atau reproduksi. Meskipun begitu, nilai pasar
tidak boleh melebihi nilai realisasi bersih atau kurang dari nilai realisasi bersih
setelah dikurangi margin keuntungan normal. Batas atas nilai pasar, atau nilai
realisasi bersih, mencerminkan biaya oenyelesaian dan penyerahan yang terkait
dengan penjualan barang. Batas bawah memastikan bahwa jika nilai
persediaan diturunkan dari biaya perolehan awal menjadi nilai pasar, angka
penurunan yang terjadi telah mencakuo realisasi laba kotor normal atas penjualan
ayng akan dilakukan.
Biaya (cost) merpakan biaya perolehan persediaan. Biaya ini dihitung
dengan salah satu dari metode biaya persediaan. Misalnya, FIFO, LIFO, atau Biaya
Rata-rata. Analisis persediaan kita harus memperhatikan dampak aturan LOCOM.
Saat harga meningkat, aturan ini cenderung menilai persediaan terlalu rendah tanpa
memperhatikan pilihan metode biaya persediaan. Hal ini akan menekan rasio lancar.
Dalam praktik, beberapa perusahaan dengan sukarela mengungkapkan biaya
persediaan terkini, biasanya pada catatan.
C. PENGENALAN ASET JANGKA PANJANG

Aset jangka panjang metupakan aset yuang digunakan untuk menghasilkan


penghasilan operasi atau mengurangi biaya operasi untuk lebih dari satu periode. Asset
jangka panjang yang paling umum adalah asset tetap berwujudseperti bangunan, pabrik
dan peralatan. Aset jangka panjang juga mencakup aset tak berwujud seperti hak paten,
merk dagang, copyright, dan goodwill.

3.1. Akuntansi Aset Jangka Panjang

a. Kapitalisasi, Alokasi, dan Penurunan Nilai

Proses akuntansi aset jangka panjang mencakup tiga aktivitas terpisah, diantaranya
kapitalisasi, alokasi, dan penurunan nilai. Kapitalisasi (capitalization) merupakan proses
penangguhan biaya yang terjadi pada periode berjalan, tetapi manfaatnya diharapkan dapat
berlangsung selama beberapa periode di masa depan. Kapitalisasi ini yang menciptakan
akun asset.
Alokasi (allocation) merupakan proses pembebanan biaya tangguhan (aset) secara
periodic sepanjang satu atau lebih periode amnfaat yang diharapkan. Proses alokasi ini
dinamakna penyusutan untuk asset berwujud, amortisasi untuk asset tak berwujud, dan
deplesi untuk sumber daya alam. Penurunan nilai (impairment) merupakan proses
penurunan nilai buku asset saat arus kas yang diharapkan tidak lagi cukup untuk menutupi
biaya tersisa yan masih tercatat pada neraca.
Kapitalisasi Aset jangka panjang diciptakan melalui proses kapitalisasi.
Kapitalisasi berarti menempatkan aset di neraca, bukan membebankan biayanya dilaporan
laba rugi. Untuk aset berwujud (hard asset) seperti Plant Property and Equiptment (PPE),
aset dicatat sesuai nilai perolehan. Sedangkan untuk aset tak berwujud (soft asset) seperti
litbang, iklan, biaya upah, kapitalisasi lebih bermasalah. Semua aset ini tidak
menghasilkan keuntugan di masa depan, meskipun dapat ditempakan sebagai aset.
Konsekuensinya, biaya aset tidak berwujud segera dibiayakan dan tidak dicatat pada
neraca.
Alokasi merupakan pembebanan biaya aset secara periodik sepanjang periode
manfaat yang diharapkan. Alokasi biaya disebut penyusutan (depreciation) jika terkait
dengan aset tetap, amortisasi (amortization) jika digunakan untuk aset tak berwujud, dan
deplesi (depletion) untuk sumber daya alam, ketiga istilah tersebut mengacu pada alokasi.
Alokasi biaya meruoakan proses untuk mengaitkan biaya aset dengan manfaatnya dan
bukan merupakan proses valuasi. Nilai tercatat aset (niali kapitalisasi dikurangi alokasi
biaya kumulatif) tidak perlu mencerminkan nilai wajar.
Tiga faktor ayng menentukan nilai alokasi biaya, yaitu periode manfaat, nilai sisa,
dan metode alokasi.
Penurunan Nilai (Impairment) Jika arus kas yang diharapkan (tidak didiskonto)
lebih kecil disbanding dengan nilai tercatat aset (biaya dikurangi akumulasi penyusutan),
aset perlu diturunkan nilainya dan dinyatakan sebesar nilai pasar wajar (jumlah diskonto
taksiran arus kas). Dampaknya adalah untuk mengurangi nilai tercatat aset pada neraca
dan mengurangi profitabilitas sebesar jumlah yang sama.
Ada dua distorsi terkait dengan penurunan aset, yaitu.
a) Bias konservatif mendistorsi valuasi aset jangka panjang karena nilai aset dapat
diturunkan namun tidak dapat dinaikkan
b) Pengakuan penurunan nilai aset memiliki dampak temporer besar yang mendistorsi
laba bersih sementara berpotensi untuk meningkatkan kegunaan nilai aset pada
neraca.
3.2. Kapitalisasi Versus Pembebanan

Dampak terhadap Laporan Keuangan dan Rasio


Kapitalisasi merupakan bagian penting dari akuntansi modern. Kapitalisasi
mempengaruhi baik laporan keuangan maupun rasionya. Kapitalisasi juga membuat
laba menjadi lebih unggul dibandingkan arus kas sebagai pengukuran kinerja
keuangan.
Dampak Kapitalisai terhadap Laba
Kapitalisasi memiliki dua dampak terhadap laba. Pertama, kapitalisasi
menangguhkan pengakuan biaya. Sehingga menghasilkan laba yang lebih tinggi
selama periode akuisisi namun laba yang rendah pada periode berikutnya jika
dibandingkan dengan pembebanan biaya. Kedua, kapitalisasi menghasilkan serial
perataan laba.
Dampak kapitalisasi terhadap Tingkat Pengembalian Investasi
Kapitalisasi mempengaruhi laba maupun basis investasi dari rasio tingkat
pengembalian investasi. Sebaliknya, membebankan biaya aset menghasilkan basis
investasi yang lebih rendah dan meningkatkan fliuktuasi laba. Peningkatan fliktuasi
laba diperbesar dengan digunakannya basis investasi, ayng mengarah pada rasio
tingkat pemgembalian yang lebih berfliktuasi dan kurang bermanfaat. Pembebanan
juga menghasilkan bias terhadap pengukuran laba, karena laba dinyatakan terlalu
rendah pada tahun akuisisi dan terlalu tinggi pada tahun-tahun berikutnya.
Dampak Kapitalisasi terhadap Rasio Solvabilitas
Biaya aset secara langsung, rasio solvabilitas, seperti rasio utang terhadap
ekuitasmencerminkan kondisi perusahaan yang lebih buruk dari kondisi sebenarnya.
Hal ini terjadi karena pembebanan biaya langsung menyebabkan ekuitas dinyatakan
terlalu rendah untuk perusahaan yang memiliki aset produktif.
Dampak Kapitalisasi terhadap arus Kas Operasi
Ketika biaya aset dibebankan langsung, biaya ini dilaporkan sebagai arus kas keluar
aktivitas operasi. Sebaliknya, jika aset dikapitalisasi, biaya ini dilaporkan sebagai
arus kas keluar aktivitas investasi. Hal ini berarti pembebanan langsung biaya aset
akan menyatakan arus kas keluar operasi yang terlalu tinggi dan arus kas keluar
investasi terlalu rendah pada tahun akuisisi dibandingkan degngan kapitalisasui
biaya.
D. ASET TETAP DAN SUMBER DAYA ALAM

Properti, pabrik, dan peralatan (atau aset tetap) merupakan aset berwujud tak lancar yang
digunakan dalam proses menafkur, penjualan, atau jasa untuk menhasilkan pendapat dan arus
kas selama lebih dari satu periode. Oleh karena itu, aset ini memiliki periode manfaat yang
diharapkan (masa manfaat) yang meliputi lebih dari satu periode. Aset ini diperoleh untuk
digunakan dalam aktivitas operasi dan bukan untuk dijual pada aktivitas usaha biasa. Nilai
atau potensi jasa yang dimiliki akan berkurang karena digunakan, dan aset ini biasanya
merupakan aset operasi yang terbesar. Properti terkait dengan biaya real estat: pabrik
mengacu pada bangunan dan struktur operasi: dan peralatan mengacu pada mesin yang
digunakan dalam operasi. Properti, pabrik, dan peralatan disebut juga aset produktif, aset
model, dan aset tetap.

4.1. Menilai Aset Tetap dan Sumber Daya Alam

Bagian ini mendiskripsikan penilaian aset dan sumber daya alam.

a. Menilai Properti, Pabrik, dan Peraalatan


Biaya ini mencakup beban apapun yang diperlukan agar aset tersebut
berada dalam lokasi dan kondisi siap digunakan atau siap memberikan jasa seperti
baiya angkut, instalasi, pajak, dan biaya pemasangan (set up). Seluruh biaya
akuisisi dan persiapan dikapitalisasi pada saldo akun aset. Alasan digunakan biaya
historis terutama sehubungan dengan objektivitasnya. Penilaian aset tetap dengan
biaya historis, jika diterapkan secara konsisten, biasanya tidak menghasilkan
distorsi yang serius. Bagian ini akan mempertimbangkan beberapa masalah khisus
yang akan terjadi saat menilai aset.
b. Menilai Sumber Daya Alam
Sumber daya alam yang digunakan disebut aset yang dihabiskan (wasting
asset), merupakan hak untuk mengambil atau mengonsumsi sumber daya
alam.Juga sering kali terdapat biaya cukup tinggi untuk menemukan sumber daya
yang dikapitalisasi dalam neraca, dan biaya ini langsung dibebankan saat sumber
daya tersebut kemudian dipindahkan, dikonsumsi, atau dijual. Perusahaan
biasanya mengalikasikan biaya sumber daya alam pada jumlah estimasi unit
cadang yang tersedia.
c. Penyusutan
Prinsip dasar penyusutan laba adalah , laba yang mendapatkan manfaat dari
penggunaan aset jangka panjang, harus menanggung bagian proporsional dan
biaya aset tersebut. Penyusutan merupakan alikasi biaya bangunan dan peralatan
(tanah tidak disusutkan) sepanjang masa manfaatnya.
Meskipun penambahan kembali dalam laporan arus kas atau nenan non kas,
penyusutan tidak menghasilkan dana bagi penggantian aset. Hal ini merupakan
kesalahan konseo yang umum terjadi. Pendanaan dari biaya modal dicapai melalui
kegiatan arus kas operasi maupun pendanaan.
c.1 Tingkat Penyusutan
Tingkat penyusutan tergantung pada dua faktor , masa manfaat dan metode
alokasi.
Umur masa manfaat. Kerusakan fisik merupakan faktor penting yang
membatasi masa manfaat, dan hamper seluruh aset mengalaminya. Frekuensi dan
kualitas pemeliharaan mempengaruhi kerusakan fisik. Pemeliharaan dapat
memperpanjang masa manfaat namun tidak bisa membuat masa manfaat menjadi
takterbatas. Faktor pembatas lainnya adalah keusangan, yang mengurangi masa
manfaat melalui perkembangan teknologi, pola konsumsi dan kekuatan ekonomi.
Keusangan bisa terjadi jika perkembangan teknologi membuat aset menjadi tidak
efisien atau tidak ekonomis sebelum masa manfaatnya habis.
Metode Alokasi.Keragaman penyusutan secara signifikan disebabkan oleh
metode yang dipilih. Kita akan melihat ada dua jenis metode yang biasa digunakan,
garis lurus dan dipercepat.

i. Garis Lurus. Metode penyusutan garis lurus (straight line) mengalokasikan


biaya aset pada masa manfaat berdasarkan beban periodic yang sama.
Bangunan dibandingakan untuk mesin dimana penggunanya merupakan faktor
yang lebih penting. Penentu penyusutan lain, keusangan, tidak selalu terjadi
seragam sepanjang waktu. Namun karena tidak adanya informasi mengenai
tingkat penyusutan yang mungkin, metode garis lurus memiliki keunggulan
karena sederhana. Karakteristik ini, memungkinkan yang menjadikan metode
ini popular, diandingkan karakteristik lainnya.
Analisis kita harus mewaspadai kelemahan konseptual penyusutan garis lurus.
Penyusutan garis lurus secara implist mengasumsikan bahwa penyusutan pada
tahun-tahun awal sama dengan tahun berikutnya saat mungkin aset telah
kurang efisien dan membutuhkan pemeliharaan yang lebih tinggi.Penyusutan
garis lurus menghasilkan bias yang makin besar pada pola tingkat pengambilan
aset sepanjang waktu.
Meskipun biaya pemeliharaan dapat menurunkan laba sebeum penyusutan,
biaya ini tidak menghilangkan dampak meningkatnya pengembalian seiring
waktu. Tentunya, peningkatan aset yang sudah tua tidak tercermin pada
sebagian besar perusahaan.
ii. Dipercepat.Metode penyusutan yang dipercepat (acceleranted)
mengalokasikan biaya aset sepanjang masa manfaat dengan pola yang semakin
menurun. Penggunaan metode ini didukung oleh penerimaan dan interval
Revenue Code. Daya penarik metode ini untuk tujuan pajak adalah percepatan
alokasi biaya dan berikut penangguhan laba kena pajak. Semakin cepat aset
dihapuskan untuk tujuan pajak semakin besar penangguhan pajak untuk masa
depan, dan semakin banyak dana yang tersedia lagsung untuk operasi. Konsep
yang mendukung metode dipercepat adalah padangan bahw beban penyusutan
yang semakin kecil sepanjang waktu merupakan kompensasi atas (1)
peningkatan biaya perbaikan dan perawatan, (2) penurunan pendapatan dan
efisiensi operasi, serta (3) peningkatan ketidakpastian pendapatan atas aset
berumur di masa depan (karena keusangannya).
iii. Khusus. Metode penyusutan khusus ditentukan pada industrui tertentu seperti
baja dan mesin berat. Persamaan metode ini adalah dikaitkannya beban
penyusutan pada aktivitas penggunaan asset. Jika metode aktivitas atau yang
biasa juga disebut sebagai metode unit produksi dietapkan, perlu menelaah
estimasi masa manfaat secara periodic.
c.2 Deplesi

Deplesi merupakan alokasi biaya sumber daya alam berdasarkan tingkat


pemungutan. Deplesiasi tergantung pada produksi, menghasilkan lebih banyak
produksi berarti mengeluarkan biaya deplesi yang lebih pula.

c.3 Penurunan Nilai

Bangunan dan sumber daya alam biasanya dusustkan selama masa manfaat
berdasarkan prinsip alokasi dengan tujuan penentuan laba. Nilai yang terbawa dari
asset yang disusutkan tidak dirancang untyuk merefleksikan nilai sekarang dari
asset. Meskipun dengan konservativ, akuntansi seringkali melakukan refleksi
nilai, dengan menurunkan nilai pada neraca (write down) untuk merefleksikan nilai
saat ini. saat Ini akuntansi tidak memperbolehkan menuliskan nilai asset untuk
merefleksikan nilai pasar.

4.2. Menganalisis Asset Tetap Dan Sumber Daya Alam

Valuais asset tetap dan sumberdaya alam menekankan objektivitas biaya historis.
Namun, biaya historis tidak relevan dalam menilai asset pengganti. Juga biaya ini tidak
dapat dibandingkan untuk beberapa lapiran keuangan perusahaan, dan tidak terlalu
bermanfaat untuk mengukur biaya kesempatan atau dalam menilai kegunaan
alternative dana. Dalam periode tingkat dana meningkat, biaya histori mencerminkan
daya beli yang bebeda.
Penilaian nilai asset tetap menjadi sebesar nilai pasar tidak diperbolehkan dalam
akuntansi. Namun, konservatismen mengizinkan adanya oenghapusan nilai karena
penurunan nilai yang permanen. Penurunana nilai menghilangkan beban yang terkait
dengan aktivitas operasi pada periode masa depan.
Aturan akuntansi untuk menurunkan nilai asset jangka panjang mewajibkan
perusahaan untuk secara berkala menelaah kejadian atau perubahan kondisi yang
merupakan penurunan nilai. Penurunan asset setelahnya dapat mendistorsi hasil yang
dilaporkan. Jika taksiran arus kas tidak lebih kecil dari nilai yang tercatat asset,
maka nilai asset diturunkan. Kerugian penurunan nilai dihitung sebagai selisish nilai
tercatat asset dengn nilai wajarnya.

a. Menganalisis Penyusutan Dan Deplesi

Sebagaian besar perusahaan menggunakan aset produktf jangka panjang


pada aktivitas operasi mereka, dan penyusutan merupakan beban utama. Salah satu
faktor yang harus diperhatikan dalam hal ini adalah adanya revisi masa manfaat
asset.
Biasanya tidk adan pengungkapan mengenai hungun antar tingkat
penyusutan dan ukuran kelompok asset, maupun antara tingkat tersebut dan
metode akuntansi. Tantangan lain bagi analisis ini berasal dari perbedaan metode
alokasi yang digunakan untuk pelaporan keuangan dan tujuan pajak. Tiga
kemungkinan yang umum adalah:

1. Penggunaan garis lurus baik dalam pelaporan keuangan maupun tujuan pajak
2. Penggunaan garis lurus untuk lapiran keuangan dan metode dipercepat untuk
pajak. Dampak pajak menguntungkan berasal dari penangguhan pembayaran
pajak yang menghasilkan penggunaan dana gratis.
3. Penggunaan metode dipercepat baik untuk pelaporan keuangan maupun
tujuan pajak. Hal ini mengakibatkan penyusustan yang lebih tinggi pada
tahun-tahun awal, yang dapat diperpanjang selama beberapa tahun bagi
perusahaan yang sedang ekspansi.
Meskipun terdapat kelemanahan, informasi penyusustan tidak boleh
diabaikan. Kesalahan konsep lain dalam penyerdehanaan arus kas adalah bahwa
penyusutan hanya meruoakan beban tata buku dan berbed dari beban lain seperti
tenaga kerja dan bahan baku, oleh karena itu, boleh dikeluarkan dan dianggap tidak
sepenting beban lainnya.
Menganalisa penyusustan memebutuhkan evaluasi kelayakan. Evaluasi ini
dapat menggunakan pengukuran seperti rasio penyusutan terhadap asset total atau
penyusustan terhadap faktir yang terkait dengan ukuran lainnya. Terdapat beberapa
pengukuran yang terkait dengan umur asset tetap yang berguna untuk
membandingkan kebijakan penyusustan antar periode dan antar perusahaan
diantaranya Rata-rata jangkauan total, umur rata-rata dan umur sisa rata-rata.
Pengukuran tersebut memberikan estimasi yang layak untuk perusahaan
yang menggunakan oenyusustan garis lurus tetapi tidak terlalau bermanfaat bagi
perusahaan yang menggunakan metode dipercepat. Pengukuran lain yang sering
digunakan dalam analisis ini adalah :

Rata-rata jangkauan waktu total = umur rata-rata + umur sisa rata-rata

Tiap pengukuran dapat memebantu menilai kebijakan dan keputusan


penyusustan sepanjang waktu. Umur rata-rata bagunan dan perlengkapan berguna
untuk mengevaluasi bebrapa factor seperti margin laba dan persyaratan pendanaan
masa depan.
b. Analisis Penurunan Nilai
Tiga masalah analis yang timbul dari penurunan nilai adalah evaluasi
kelayakan jumlah penurunan nilai, evaluasi kelayakan waktu penurunan nilai, dan
analisis efek penurunan nilai terhadap laba.
Evaluasi waktu penurunan asset juga cukup penting dan merupaka tugas
analis tersulit. Pertama perlu melakukan identifikasi asset yang diklasifikasikan
akan turun, kemudian mengukur presentase asset yang dihapus dan evaluasi
apakah nilai penghapusan layak atau tidak untuk kelas asset yang bersangkutan.
Jika penghapusa terjadi, akibat kelemahan industry secara keseluruhan maka
nakan sengan bermanfaat apabila membandingkan prosentase penghapusan yang
dilakukan suatu perusahaan dengan perusahaan lain di dalam industri yang sama.
E. ASET TAK BERWUJUD
Asset tidak berwujud merupakan hak, istimewa, dan manfaat kepemilikan atau
pengendalian. Dengan karakteristik umum tingginya ketidak pastian masa manfaat dan
tidak adanya wujud fisik. Asset tidak berwujud sering kali tidak dapat dipisahkan dari
suatu perusahaan atau segmennya, masa manfaat yang tidak terhingga, dan mengalami
perubahan penilaian yang besar karena kondisi yang kompetitif.
1.1 Akuntansi Aset Tak Berwujud

a. Asset tak berwujud yang dapat diidentifikasi merupakan asset tak berwujud yang
dapat diindenifikasi terpisah dan dikaitkan dengan hak tertentu atau
keistimewaaan selama periode manfaat yang terbatas.

b. asset tidak berwujud yang tidak dapat diidentifikasikan merupakan asset yang
dapat dikembangkan secara internal atau dibeli namun tidak dapat
diidentifikasikan dan sering kali memiliki masa manfaat yang tak terhingga.
Misalnya good will, perusahaan harus membebankan biaya pengembangan,
pemeliharaan dan pemulihan asset tak berwujud saat terjadnya, kecuali goodwill.
1.2 Menganalisis Aset Tak Berwujud

Analisis sering kali mencurigai asset tak berwujud saat menilai laporan
keuangan. Asset tak berwujud sering kali merupakan salah satu asset berharga yang
dimiliki perusahaan dan sering kali terjadi kesa;ahan penilaian yang serius.
Misalnya, goodwill dicatat hanya oada saat akuisisi, sebagian besar goodwill mungkin
terdapat pada neraca. Namun, sering kali goodwill tercermin dalam kelebihan laba.
Jika kelebihan laba tidak terbukti, maka goodwill aik dibeli maupun tidak, hanyalah
bernilai kecil atau bahkan tidak bernilai.
Dalam menganalisis asset tidak berwujud, diperlukan suatu estimasi sendiri mengenai
penilaian asset. Analisis juga harus waspada terhadap komposisi, penilaian, dan di
posisi good will. Goodwill dihapus jika klebihan laba mendasari eksistensinya tidak
ada lagi.
1.3 Aset Tak Berwujud Tak Tercatat Dan Kontijensi

Salah satu asset penting dalam kategori ini adalah good will yang diciptakan secara
internal. Pengeluaran untuk menciptakan good will sering kali diebankan saat
terjadinya. Jika good will diciptakan dan dapat dijual dan menghasilkan laba yang
lebih besar, laba saat ini terlalu rendah karena pembebanan penegmbangan.
Salah satu asset tak tercatat yang terkait dengan pembebanan yang terkait dengan
elemen jasa atau ide. Sebagai contoh adalah program televises yang dicatat sebesar
biaya tersembunyi untuk menghasilkan penghasilan lisensi yang bernilai jutaan.

You might also like