You are on page 1of 4

ANAK BERGANGGUAN FISIK DAN MOTORIK

ANAK BERGANGGUAN FISIK DAN MOTORIK


Masalah yang sering timbul dalam pertumbuhan dan perkembangan anak meliputi
gangguan pertumbuhan fisik, perkembangan motorik, bahasa, emosi, dan perilaku.

1. A. Pengertian anak bergangguan fisik dan motorik


Gangguan fisik dan motorik adalah anak yang menggalami kelainan atau cacat yang
menetap pada alat gerak ( tulang, sendi, otot ) sedemikian rupa sehingga memerlukan
peleyanan pendidikan khusus jika mengalami gangguan gerakan karena kelayuhan pada
fungsi otak.

Tunadaksa berasal dari kata “Tuna“ yang berarti rugi, kurang dan “daksa“
berarti tubuh.Dalam banyak literitur cacat tubuh atau kerusakan tubuh tidak terlepas dari
pembahasan tentang kesehatan sehingga sering dijumpai judul “Physical and Health
Impairments“
(kerusakan atau gangguan fisik dan kesehatan).
Hal ini disebabkan karena seringkali terdapat gangguan kesehatan. Sebagai contoh, otak
adalah pusat kontrol seluruh tubuh manusia. Apabila ada sesuatu yang salah pada otak
(luka atau infeksi), dapat mengakibatkan sesuatu pada fisik/tubuh, pada emosi atau
terhadap fungsifungsi mental, luka yang terjadi pada bagian otak baik sebelum, pada saat,
maupun sesudah kelahiran, menyebabkan retardasi dari mental (tunagrahita). Pada
dasarnya kelainan pada peserta didik tunadaksa dikelompokan menjadi dua bagian besar,
yaitu kelainan pada system
serebral (cerebral system) dan kelainan pada system otot dan rangka (musculoskeletal
system). Peserta didik tunadaksa memiliki kecacatan fisik sehingga mengalami gangguan
pada koordinasi gerak, persepsi dan kognisi disamping adanya kerusakan syaraf tertentu.
Kerusakan saraf disebabkan karena pertumbuhan sel saraf yang kurang atau adanya lika
pada system saraf pusat. Kelainan saraf utama menyebabkan adanya cerebral palsy,
epilepsi, spina bifida dan kerusakan otak lainnya.

Anak dengan cerebral palsy mempunyai masalah dengan persepsi visual meliputi gerakan-
gerakan untuk menggapai, menjakau dan menggenggam benda, serta hambatan dalam
memperikan jarak dan arah. Cerebral palsy merupakan kelainan koordinasi pada control
otot disebabkan oleh luka (mendapatkan cedera) diotak sebelum dan sesudah dilahirkan
atau pada awal masa anak-anak. Masalah utama gerak yang dihadapi oleh anak spina
bifida adalah kelumpuhan dan kurangnya
control gerak. Pada anak hydrocephalus masalah yang dihapi ialah mobilitas gerak.Derajat
keturunan akan mempengaruhi kemanpuan penyesuaian diri dengan lingkungan,
kecenderungan untuk bersifat pasif. Demikianlah pada halnya dengan tingkah laku anak
tunadaksa sangat dipengaruhi oleh jenis dan derajat keturunannya. Jenis kecacatan itu
akan dapat menimbulkan perubahan tingkah laku sebagai kompensasi akan kekurangan
atau kecacatan. Ditinjau dari aspek psikologis, anak tunadaksa cenderung merasa malu,
rendah diri dan sensitif, memisahkan diri dari lingkungan.

1. B. ciri –ciri anak bergangguan fisik dan motorik


Ciri- ciri umum anak jenis ini bisa di lihat sebagai berikut

1. Anggota ,gerak tubuh kaku,lemah,lumpuh


2. Kesulitan dalam gerakan tidak sempurna, tidak lentur
3. Terdapat bagian anggota gerak yang tridak lengkap, tidak sempurna lebih kecil dari
biasanya
4. Terdapat cacat pada alat gerak
5. Jari tangan kaku dan dan tidak dapat menggenggam
6. Kesulitan pada saat berdiri
7. Hiperatif/tidak dapat tenang
C.faktor penyebab terjadinya anak bergangguan fisik dan motorik
Secara umum penyebab dibagi dua:
1. Faktor penyebab datangnya dari dalam (endogen) seperti keturunan, penyaki dan
lain-lain
2. Faktor yang penyebabnya dari luar (eksogen) senyakit lain seperti kecelakaan atau
penyakit lain yang menular dari telinga.
1. macam-macam gangguan
2. angguan Pertumbuhan Fisik
Gangguan pertumbuhan fisik meliputi gangguan pertumbuhan di atas normal dan gangguan
pertumbuhan di bawah normal. Pemantauan berat badan menggunakan KMS (Kartu Menuju
Sehat) dapat dilakukan secara mudah untuk mengetahui pola pertumbuhan anak. Menurut
Soetjiningsih (2003) bila grafik berat badan anak lebih dari 120% kemungkinan anak
mengalami obesitas atau kelainan hormonal. Sedangkan, apabila grafik berat badan di
bawah normal kemungkinan anak mengalami kurang gizi, menderita penyakit kronis, atau
kelainan hormonal. Lingkar kepala juga menjadi salah satu parameter yang penting dalam
mendeteksi gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak. Ukuran lingkar kepala
menggambarkan isi kepala termasuk otak dan cairan serebrospinal. Lingkar kepala yang
lebih dari normal dapat dijumpai pada anak yang menderita hidrosefalus, megaensefali,
tumor otak ataupun hanya merupakan variasi normal. Sedangkan apabila lingkar kepala
kurang dari normal dapat diduga anak menderita retardasi mental, malnutrisi kronis
ataupun hanya merupakan variasi normal.

Deteksi dini gangguan penglihatan dan gangguan pendengaran juga perlu dilakukan untuk
mengantisipasi terjadinya gangguan yang lebih berat. Jenis gangguan penglihatan yang
dapat diderita oleh anak antara lain adalah maturitas visual yang terlambat, gangguan
refraksi, juling, nistagmus, ambliopia, buta warna, dan kebutaan akibat katarak, neuritis
optik, glaukoma, dan lain sebagainya. (Soetjiningsih, 2003). Sedangkan ketulian pada anak
dapat dibedakan menjadi tuli konduksi dan tuli sensorineural.

Menurut Hendarmin (2000), tuli pada anak dapat disebabkan karena faktor prenatal dan
postnatal. Faktor prenatal antara lain adalah genetik dan infeksi TORCH yang terjadi
selama kehamilan. Sedangkan faktor postnatal yang sering mengakibatkan ketulian adalah
infeksi bakteri atau virus yang terkait dengan otitis media.

2. Gangguan perkembangan motorik


Perkembangan motorik yang lambat dapat disebabkan oleh beberapa hal. Salah satu
penyebab gangguan perkembangan motorik adalah kelainan tonus otot atau penyakit
neuromuskular. Anak dengan serebral palsi dapat mengalami keterbatasan perkembangan
motorik sebagai akibat spastisitas, athetosis, ataksia, atau hipotonia. Kelainan sumsum
tulang belakang seperti spina bifida juga dapat menyebabkan keterlambatan
perkembangan motorik. Penyakit neuromuscular sepeti muscular distrofi memperlihatkan
keterlambatan dalam kemampuan berjalan. Namun, tidak selamanya gangguan
perkembangan motorik selalu didasari adanya penyakit tersebut.

Faktor lingkungan serta kepribadian anak juga dapat mempengaruhi keterlambatan dalam
perkembangan motorik. Anak yang tidak mempunyai kesempatan untuk belajar seperti
sering digendong atau diletakkan di baby walker dapat mengalami keterlambatan dalam
mencapai kemampuan motorik.

3. Gangguan perkembangan bahasa


Kemampuan bahasa merupakan kombinasi seluruh system perkembangan anak.
Kemampuan berbahasa melibatkan kemapuan motorik, psikologis, emosional, dan perilaku
(Widyastuti, 2008). Gangguan perkembangan bahasa pada anak dapat diakibatkan berbagai
faktor, yaitu adanya faktor genetik, gangguan pendengaran, intelegensia rendah, kurangnya
interaksi anak dengan lingkungan, maturasi yang terlambat, dan faktor keluarga. Selain itu,
gangguan bicara juga dapat disebabkan karena adanya kelainan fisik seperti bibir sumbing
dan serebral palsi. Gagap juga termasuk salah satu gangguan perkembangan bahasa yang
dapat disebabkan karena adanya tekanan dari orang tua agar anak bicara jelas
(Soetjingsih, 2003).
4. Gangguan Emosi dan Perilaku
Selama tahap perkembangan, anak juga dapat mengalami berbagai gangguan yang terkait
dengan psikiatri. Kecemasan adalah salah satu gangguan yang muncul pada anak dan
memerlukan suatu intervensi khusus apabila mempengaruh interaksi sosial dan
perkembangan anak. Contoh kecemasan yang dapat dialami anak adalah fobia sekolah,
kecemasan berpisah, fobia sosial, dan kecemasan setelah mengalami trauma. Gangguan
perkembangan pervasif pada anak meliputi autisme serta gangguan perilaku dan interaksi
sosial. Menurut Widyastuti (2008) autism adalah kelainan neurobiologis yang menunjukkan
gangguan komunikasi, interaksi, dan perilaku. Autisme ditandai dengan terhambatnya
perkembangan bahasa, munculnya gerakan-gerakan aneh seperti berputar-putar,
melompat-lompat, atau mengamuk tanpa sebab.

1. Cara membantu anak dengan kelainan fisik dan motorik di lingkungan inklusif
Lingkungan yang paling kondusif guna pembelajaran siswa berkelainan fisik adalah kelas
reguler.

1. Pengajaran kemandirian yang optimal


Penekanan dalam pengajaran bagi siswa-siswa ini harus pada kemandirian yang mandirian
yang optimal dan memperhatikan perbedaan antar pribadi.

2. Belajar kelompok
Belajar kelompok disekolah seringkali dilakukan dengan tujuan menciptakan kemampuan
atau keterampilan yang lebih homogen.

3. Team teachingi
Dengan melakukan team teaching siswa dapat mengembangkan kemampuan perancangan
yang lebih baik ,peningkatan kemampuan memecahkan masalah,

Menambah harga diri ,meningkatkan kemampuan komunikasi, kemampuan sosial yang


efektif dan lebih memuaskan ,serta menambah pembelajaran akamis.

4. Bina Mandiri :Kenali kondisi anak, Kondisi anak dapat dikenali dengan
melakukandiagnosa dan perawatan yang tepat. Dengan mengenali kondisi
anak,guru dapat menentukan perlakuan yang tepat sesuai kekurangan padafisik
anak.
5. Bersikap positif. Selalu memberi dukungan dan pengertian pada anak tetapi tidak
memberi harapan palsu.
6. Memberi cinta. Cinta dan kasih sayang orang di sekeliling menjadikekuatan
terbesar bagi anak untuk mengatasi kekurangannya. Tunjukkanrasa cinta tanpa
pamrih melalui pelukan, ciuman, genggaman tangan,meluangkan waktu untuk
meberi bantuan.Menghadirkan keadaan normal.
7. Menciptakan kegiatan yangnormal. Kegiatan yang disusun tidak terlalu
memanjakan atau melindungianak, karena akan menghambat perkembangan
anak.Selalu menghargai anak melalui kata-kata maupun tindakan. Memberitahu
kelebihan anak yang dapat digunakan untuk menghadapi permasalahananak.
8. Memberikan fasilitas berupa berbagai alat bantu untuk menambah
danmempermudah anak beraktivitas.Membantu anak berinteraksi. Bagaimana
menghadapi dan menerimakehadiran anak lain.
9. Melibatkan anak secara aktif pada berbagai kegiatan.
10. Memfasilitasi dan stimulasi latihan dapat diberikan ditempat tidur,di gymnasium, di
kolam renang.Terapi Okupasi Latihan diberikan dalam bentuk aktifitas permainan,
dengan menggunakan plastisin, manik-manik, puzzle; dengan berbagai bentuk
gerakan, ketepatan arah, permainan yang memerlukan keberanian. Aktifitas
kehidupan sehari-hari : berpakaian, makan minum,penggunaan alat perkakas rumah
tangga dan aktifitas belajar. Seni dan keterampilan : menggunting, menusuk,
melipat, menempel dan mengamplas
11. Terapi Wicara : pada anak dengan gangguan komunikasi/bicara dengan latihan
dalam bahasa pasif : anggota tubuh, benda-benda di dalam/diluar rumah dan
disekolah dan dalam bahasa konsonan, suku kata, kata,kalimat. dengan
pengucapan huruf hidup/voval,Terapi Musik : tujuannya menumbuh kembangkan
potensi-potensi pada anak yang berkelainan baik fisik, mental intelektual maupun
social emosional sehingga mereka akan berkembang menjadi percaya diri
Pelayanan tersebut dengan cara melatih : ritme, nada dan irama,interfal, tarian,
drama, cerita, senam, pengenalan alat musik, pengenalanlagu, latihan baca
sajak/puisi.Psikolog : pemeriksaan kecerdasan, psikoterapi, edukasi pada orang
tuadan keluarga agar dapat menghadapi anak dengan kelainan tersebut.Sosial
Medik.
12. memberikan pelayanan mencari data keluarga, sosial,ekonomi, pendidikan,
lingkungan tempat tinggal, dsb. Yang dapat bermanfaat bagi para dokter dan
terapis dalam menyusun program Selain itu pelayanan yang berhubungan dengan
Yayasan-yayasan sosial lainnya, Kantor Departemen sosial, Rumah sakit,
Sekolah,sehingga dapat terjalin hubungan erat dengan berbagai instansi yang
sangat penting untuk keberhasilan program rehabilitasi .Ortotik Prostetik
13. memberikan pelayanan pembuatan alat-alat bantu; misalbrace, tongkat ketiak, kaki
tiruan, kursi roda.
14. Memberi kegiatan sesuai minat dan kebutuhan anak- Memperkenalkan hal-hal yang
baik dan tidak baik sejak usia dini melalui kata-kata maupun tindakan.
Memberitahukelebihan anak yang dapat digunakan untuk menghadapi
permasalahananak.
15. Memberikan fasilitas berupa berbagai alat bantu untuk menambah dan
mempermudah anak beraktivitas.
16. Membantu anak berinteraksi. Bagaimana menghadapi dan menerima kehadiran
anak lain. Melibatkan anak secara aktif pada berbagai kegiatan.
Daftar Sumber
Soepardi, Narendra, M. B. 2003. Penilaian Pertumbuhan dan Perkembangan Anak . Jakarta:
EGC.
Setiati, T. E., et al (ed). 1997. Tumbuh Kembang Anak dan Masalah Kesehatan Terkini.
Soetjiningsih. 1998. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC.
Soetjiningsih. 2003. Perkembangan Anak dan Permasalahannya. Jakarta: EGC.

You might also like