Professional Documents
Culture Documents
KESEHATAN LINGKUNGAN
Disusun Oleh :
Kelompok 3 / Kelas A
DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR....................................................................................................................iii
DAFTAR TABEL..........................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................................1
1.2 Tujuan Praktikum...........................................................................................................2
1.3 Manfaat............................................................................................................................2
1.4 Waktu dan Tempat..........................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................................3
2.1 Biologi Ikan Sumatra (Puntius Tetrazona)....................................................................3
2.2 Tinjauan Umum Bahan Toksik......................................................................................5
2.3 Analisis Probit.................................................................................................................6
BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN..............................................................................8
3.1 Materi...............................................................................................................................8
3.2 Metode Praktikum..........................................................................................................8
3.1. Analisa Data...................................................................................................................10
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................................................11
4.1 Hasil................................................................................................................................11
4.2 Pembahasan...................................................................................................................13
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................................................21
5.1 Kesimpulan....................................................................................................................21
5.2 Saran..............................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................22
LAMPIRAN.................................................................................................................................23
ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2-1 Ikan Sumatera (Puntius Tetrazona)..............................................................................4
Gambar 2-2 Cairan pembersih pakaian “vanish”............................................................................6
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 4-1 Hasil Uji Pendahuluan...................................................................................................10
Tabel 2-2 Hasil Uji Sesungguhnya................................................................................................12
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, semakin banyak
jenis barang buatan pabrik yang dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan, perlu diketahui
bahwa diantara bahan-bahan tersebut ada yang berbahaya atau bersifat racun oleh karena itu
sangat penting untuk mengetahui jenis, sifat, kegunaan, serta bahaya dari setiap bahan kimia
yang digunakan. Pemakaian bahan kimia dapat berdampak buruk bagi manusia, hewan,
tumbuhan dan lingkungan sekitarnya. Kehidupan mahluk hidup tergantung dari apa yang
terjadi dilingkunganya. Lingkungan yang bebas mudah dimasuki bahan-bahan yang
tidak diketahui misalnya limbah.
Toksikologi adalah ilmu yang mempelajari proses peracunan atau sifat-sifat bahan
racun dan pengaruhnya terhadap mahluk hidup. Ilmu yang mempelajari mengenai proses
peracunan yang terjadi di lingkungan disebut ekotoksikologi. Ekotoksikologi merupakan
cabang ilmu dari Toksikologi. Ekotoksikologi merupakan ilmu yang mempelajari efek dari
senyawa-senyawa kimia terhadap populasi dan ekosistemnya, baik secara langsung maupun
tidak langsung (DFG, 1983 dalam Rudolph, 1991). Lebih lanjut dijelaskan oleh Nagel
(1988), Rudolph & Boje (1986) dalam Rudolph (1991) bahwa penelitian mengenai
ekotoksikologi menitikberatkan pada peribahan struktur dan fungsi ekosistem oleh senyawa
kimia lingkungan, yang mengakibatkan efek yang berbahaya bagi organisme.
1
yang digunakan sebagai pemutih antara lain kaporit, kalsium hipoklorit, natrium perborat,
hidrogen peroksida.
Pada percobaan kali ini pembersih pakaian yang digunakan mengandung bahan aktif
hidrogen peroksida 5%. Hidrogenperoksida (H2O2) adalah zat kimia bersifat asam lemah
berupa cairan tak berwarna, agak lebih kental dari pada air, namun merupakan oksidator atau
agen pemutih yang kuat. Hidrogen peroksida terbuat dari hidrogen (H 2) dan oksigen (O2).
Untuk menguji kandungan toksik pada pemutih pakaian digunakan obyek penelitian berupa
ikan untuk mengetahui akumulasi dari bahan-bahan kimia di lingkungan perairan. Ikan yang
akan digunakan adalah ikan sumatra, ikan sumatra (Puntiustetrazona) adalah
sejenis ikan kecil anggota suku Cyprinidae anak-suku Cyprininae. Nama tersebut adalah
nama perdagangannya sebagai ikan hias.
1. Mengetahui bahaya suatu bahan toksik yaitu pembersih pakaian “vanish” yang masuk ke
dalam perairan.
2. Mengetahui nilai LC50-96 jam dari bahan toksik yaitu pembersih pakaian “vanish” yang
dipaparkan ke ikan uji.
1.3 Manfaat
Manfaat dari Praktikum Ekotoksikologi Lingkungan adalah :
1. Dapat Mengetahui bahaya suatu bahan toksik yaitu pembersih pakaian “vanish” yang
masuk ke dalam perairan.
2. Dapat Mengetahui besarnya konsentrasi suatu bahan toksik yaitu pembersih pakaian
“vanish” yang masih dapat diterima oleh organisme perairan.
1.4 Waktu dan Tempat
Praktikum Ekotoksikologi dilaksanakan pada tanggal 23 Februari 2018 sampai 03 Maret
2018 di Jl. Tunjungsari No.1B, Tembalang, Kota Semarang.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Fillum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Subkelas : Actinopterygii
Ordo : Cypriniformes
Famili : Cyprinidae
Genus : Puntius
Spesies: Puntius tetrazona
2.1.2 Morfologi
3
tersebut berjejer satu buah di bagian kepala melewati mata dan tutup insang, dua
buah di bagian badan, dan satu buah lagi di pangkal ekor (Atom, 2009).
Adapun morfologi dari ikan Sumatra dapat dilihat pada Gambar 2.1
4
Pemijahan Ikan Sumatra berlangsung pada pagi hari di tanaman-tanaman air.
Telur yang dipijahkan bersifat adhesif atau menempel pada substrat. Ikan Sumatra
mampu menghasilkan telur 300 butir setiap kali memijah. Setiap kali induk
Sumatra memijah, mampu mengahasilkan telur sebanyak 300 – 1000 butir. Telur
Ikan Sumatera berdiameter 1.18 + 0.05.
2.1.5 Pakan dan Kebiasaan Makan
Ikan sumatera termasuk ikan omnivora atau pemakan apa saja walaupun
pakan hidup lebih disukai. Sebagai ikan sungai maka pakannya adalah organisme
dasar perairan seperti cacing rambut (Tubifex sp). Cacing rambut merupakan salah
satu pakan yang baik karna mengandung pigmen yang dapat memperindah warna
sumatra atau larva insekta dasar seperti cacing darah (Chironomus sp.) dan pellet
dengan kandungan protein 30%.
2.2 Tinjauan Umum Bahan Toksik
Bahan kimia beracun atau biasa dikenal dengan sebutan toksik ialah bahan kimia
yang dapat menyebabkan bahaya terhadap kesehatan manusia atau menyebabkan
kematian apabila terserap kedalam tubuh karena tertelan, lewat pernafasan atau kontak
lewat kulit. Zat-zat yang bersifat toksik dapat langsung menggangu organ-organ tubuh
tertentu seperti hati, paru-paru, dan organ-organ tubuh lainnya.
Pengaruh efek racun terhadap badan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
a. Sifat fisik bahan kimia, yang dapat berwujud gas, uap (gas dari bentuk padat / cair),
debu (partikel padat), kabut (cairan halus di udara), fume (kondensasi partikel padat),
awan (partikel cair kondensasi dari fase gas), asap (partikel zat karbon).
b. Dosis beracun: jumlah / konsentrasi racun yang masuk dalam badan.
c. Lamanya pemaparan.
d. Sifat kimia zat racun: jenis persenyawaan; kelarutan dalam jaringan tubuh, jenis
pelarut.
e. Rute (jalan masuk ke badan), yang bias melalui pernapasan, pencernaan, kulit serta
selaput lendir.
f. Faktor-faktor pekerja, seperti umur, jenis kelamin, derajat kesehatan tubuh, daya
tahan / toleransi, habituasi / kebiasaan, nutrisi, tingkat kelemahan tubuh, factor
generik.
Bahan toksik yang digunakan dalam percobaan ini adalah cairan pembersih noda
pada pakaian yakni “vanish cair”. Vanish cair diketahui dapat menghilangkan noda
membandel yang aman bagi warna dan serat pakaian.
5
Gambar 2-2 Cairan pembersih pakaian “vanish”
6
BAB III
METODOLOGI PELAKSANAAN
3.1 Materi
Materi yang digunakan dalam praktikum Ekotoksikologi dan Kesehatan
Lingkungan adalah Ikan Sumatra (Puntius tetrazona) untuk dihitung nilai LC50-96 jam
terhadap bahan toksik “vanish”. Untuk menunjang praktikum Ekotoksikologi Perairan
maka dibutuhkan alat dan bahan sebagai berikut :
a) Alat
Alat yang digunakan pada praktikum ekotoksikologi antara lain:
1. 1 buah baskom kecil
2. 5 buah aquarium kecil
3. 1 buah saringan ikan
4. 1 buah pipet ukur
5. 1 buah aerator
6. selang yang dicabang dengan pipa T
7. Alat tulis
8. Kertas Label
b) Bahan
1. 60 ekor ikan (30 ekor untuk uji pendahuluan, 30 ekor untuk uji sesungguhnya)
2. Vanish
3. Air
4. Pakan Ikan
3.2 Metode Praktikum
Sebelum melakukan uji pendahuluan dan uji sesungguhnya, lakukan tahap
pemeliharaan dan tahap aklimasi. Tahap pemeliharaan dilakukan selama 2 hari untuk
membiarkan ikan beradaptasi dengan lingkungan baru. Pada tahap ini ikan diberi makan
sehari sekali. Setelah tahap pemeliharaan, ikan uji menjalani tahap aklimasi selama 2 hari,
yaitu ikan uji dibiarkan tidak makan untuk membersihkan perutnya.
a) Uji Pendahuluan
Dilakukan untuk mendapatkan konsentrasi batas ambang atas dan ambang
bawah. Berikut adalah langkah-langkahnya:
7
1. Memasukkan air sebanyak 1 L pada masing-masing aquarium yang sudah
dibersihkan sebelumnya
2. Memasang selang yang sudah dihubungkan dengan aerator
3. Memasukkan ikan uji dengan kepadatan 5 ekor ikan dalam satu aquarium
4. Tambahkan vanish dengan konsentrasi berturut-turut 0,001 ml, 0,01 ml, 0,1 ml, 1
ml, 10 ml. Dan satu wadah sebagai kontrol tanpa pemberian toksik
5. Melakukan pengamatan mortalitas ikan setelah 8 jam hingga 48 jam.
b) Uji Sesungguhnya
Uji ini dilakukan untuk mengetahui konsentrasi dimana ikan uji mati 50%
selama jangka waktu 96 jam. Berikut adalah langkah-langkahnya:
1. Memberi air pada aquarium yang sudah dibersihkan sebelumnya;
2. Melakukan perhitungan menggunakan rumus untuk mencari konsentrasi
pembersih lantai sebenarnya dengan menggunakan persamaan rumus :
8
9
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
a. Uji Pendahuluan
Tabel 4- 1 Hasil Uji Pendahuluan
Jam Ke - Prosentase
Konsentrasi 8 16 24 32 40 48
(%)
0 ml 0 0 0 0 0 0 0
0,001 ml 0 0 0 0 0 1 20
0,01 ml 0 0 0 0 3 0 60
0,1 ml 0 1 2 0 0 0 60
1 ml 1 2 2 0 0 0 100
10 ml 5 0 0 0 0 0 100
Sumber : Analisis Praktikan, 2018
Dari hasil tes pendahuluan di dapatkan range konsentrasi untuk tes sesungguhnya
adalah 0,001-1. Dilakukan 5 perlakuan, untuk mendapatkan konsentrasi untuk uji
sesungguhnya melalui perhitungan di bawah ini :
Keterangan :
N = Konsentrasi ambang atas
n = Konsentrasi ambang bawah
K = Jumlah konsentrasi yang di uji
10
------a = 0,0039 ≈ 0,004
setelah diketahui nilai a maka nilai b,c,d,dan e dapat kita cari sesuai perhitungan di
bawah ini
b = 0,016 ≈ 0,02
c = 0,06
d = 0,2
11
e = 0,6
dari perhitungan di atas maka di dapatkan konsentrasi untuk Uji Sesungguhnya, yaitu:
a = 0,004
b = 0,02
c = 0,06
d = 0,2
e = 0,6
b. Uji Sesungguhnya
Tabel 2-2 Hasil Uji Sesungguhnya
Jam Ke - Prosentase
Konsentrasi 8 16 24 32 40 48 56 64 72 80 88 96
(%)
0 ml 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0,004 ml 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0,02 ml 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 40
0,06 ml 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 40
0,2 ml 0 0 2 1 0 0 0 0 0 0 0 0 60
0,6 ml 0 2 1 2 0 0 0 0 0 0 0 0 100
Sumber : Analisis Praktikan, 2018
4.2 Pembahasan
a. Uji Pendahuluan
Pada percobaan ini terdapat 5 buah aquarium berisi masing-masing 1 Liter air
dengan konsentrasi cairan pemutih yang berbeda-beda. Masing-masing aquarium ini
diisi dengan 5 ekor ikan. Pada perlakuan kontrol kondisi ikan dalam keadaan normal,
baik proses metabolisme maupun respirasinya. Untuk perlakuan ini ikan yang
digunakan sebagai ikan uji tidak mendapat tambahan bahan toksik dalam
lingkungannya, sehingga proses yang terjadi dalam tubuhnya tidak terganggu.
Berdasarkan hasil praktikum pada uji pendahuluan dengan pemberian
pembersih vanish dalam berbagai konsentrasi pada Ikan Sumatra, dapat diketahui
12
pengaruh penggunaan toksik ini pada kehidupan ikan, yang dapat dilihat dari tingkat
kematian atau mortalitas ikan. Konsentrasi yang digunakan pada uji pendahuluan
adalah 10 ml/1L; 1 ml/1L ; 0,1 ml/1L ; 0,01ml/1L dan 0,001 ml/1L. Ikan uji mati
seratus persen selama 8 jam dan 24 jam pada konsentrasi 10 ml/1L dan 1 ml/1L. Ikan
uji yang digunakan mati semua sebelum 32 jam jam sehingga dapat disimpulkan
bahwa ambang atas (LC100-32jam) dari bahan toksik cairan pemutih adalah 1 ml dan
pada ambang bawah (LC0-96jam) dari bahan toksik cairan pemutih adalah 0,001 ml
dimana dalam jangka waktu 48 jam hanya ada 1 ikan uji yang mati dalam konsentrasi
tersebut. Dengan didapatkannya konsentrasi ambang atas (N) dan konsentrasi ambang
bawah (n), maka kita dapat melakukan perhitungan konsentrasi untuk uji
sesungguhnya.
Berdasarkan uji pendahuluan ini, kita dapat mengetahui bahwa cairan pemutih
dapat bersifat lethal dan sublethal terhadap ikan. Pada konsentrasi sublethal pembersih
vanish akan merusak jaringan epithelium insang ikan. Kondisi ini akan lebih
membahayakan kehidupan ikan, apabila kandungan oksigen terlarutnya rendah.
Rusaknya jaringan epithelium tersebut dapat mengganggu kerja insang yang pada
akhirnya dapat mengakibatkan kematian pada hewan uji.
b. Uji Sesungguhnya
Setelah kita melakukan uji pendahuluan untuk menentukan konsentrasi bahan
toksik, selanjutnya kita melakukan uji sesungguhnya, yaitu untuk mengetahui dampak
perbedaan konsentrasi bahan toksik yang diberikan terhadap ikan uji, dan untuk
menetukan LC50-96jam.Untuk uji sesungguhnya ini, disediakan 5 aquarium yang diisi
masing-masing 5 ekor ikan dan 1 liter air dengan konsentrasi bahan toksik hasil
perhitungan, yaitu 0,004 ml/1L; 0,02 ml/1L; 0,06 ml/1L; 0,2 ml/1L dan 0,6 ml/1L.
1) Perlakuan Pertama
Pada perlakuan ini digunakan konsentrasi bahan toksik (cairan vanish)
terendah, yaitu 0,004 ml/1L. Berdasarkan hasil pengamatan, dapat diketahui ikan
uji masih menunjukkan tingkah laku dalam keadaan normal. Ikan masih berenang
dengan aktif. Warna air pada konsentrasi ini masih bersih bila dibandingkan
dengan warna air pada aquarim dengan konsentrasi yang lebih besar. Ikan uji pada
13
konsentrasi terendah ini mampu bertahan hingga 72 jam dengan tingkat mortalitas
sebanyak 0%.
2) Perlakuan Kedua
Ikan Sumatra dimasukkan ke dalam 1 liter air yang telah dicampur dengan
0,02 ml cairan vanish. Pada konsentrasi ini, ikan uji masih menunjukkan tingkah
laku yang normal pada jangka waktu 8 jam. Namun, pada jangka waktu 56 jam,
ditemukan 2 ikan mati. Ikan yang mati ini memiliki warna yang normal dengan
mulut terbuka. Terbukanya mulut ikan ini menandakan bahwa ikan mengalami
sufokasi atau kekurangan oksigen. Dalam jangka waktu 56 jam dan 64 jam
ditemukan masing-masing 1 ikan mati sehingga tingkat mortalitasnya 40%.
3) Perlakuan Ketiga
Pada perlakuan ini, ikan sumatra dimasukkan dalam 1 liter air yang telah
dicampur dengan 0,06 ml cairan vanish. Pada konsentrasi ini, mulai dapat dilihat
perubahan tingkah laku pada ikan sumatra, yaitu sebagian ikan uji lebih pasif dan
berada pada dasar aquarium. Warna air pada konsentrasi ini juga lebih keruh
karena bertambahnya konsentrasi cairan vanish. Dalam jangka waktu 48 jam 1
ikan mati, dan dalam jangka waktu 56 jam 1 ikan uji mati, sehingga total ikan uji
yang mati adalah 2 ekor dan tingkat mortalitasnya 40%.
4) Perlakuan Keempat
Pada perlakuan ini, ikan sumatra dimasukkan ke dalam 1 liter air yang telah
dicampur dengan 0,2 ml cairan vanish. Konsentrasi cairan vanish pada perlakuan
ini cukup tinggi, dapat dilihat dari busa yang lebih banyak dari perlakuan ketiga.
Perbedaan perilaku ikan uji mulai terlihat jelas di sini. Gerakan berenang ikan
mulai berbeda, ikan terkadang melompat ke permukaan, lalu berenang miring.
Pada perlakuan ini, dalam jangka waktu 24 jam 2 ekor ikan uji mati, dan dalam
jangka waktu 32 jam 1 ekor ikan uji mati. Sehingga tingkat mortalitas pada
perlakuan ini yaitu 60%, dengan kondisi ikan mati dengan mulut terbuka.
5) Perlakuan Kelima
Pada perlakuan ini, ikan sumatra dimasukkan ke dalam 1 liter air yang telah
dicampur dengan 0,2 ml cairan vanish. Tidak jauh beda dengan perlakuan
keempat banyak busa, dan hanya pada waktu 16 jam terdapat ikan yag melompat
14
dan lalu berenang miring. Pada perlakuan ini, dalam jangka waktu 16 jam 2 ekor
ikan uji mati, dan dalam jangka waktu 24 jam 1 ekor ikan uji mati dan pada waktu
32 jam 2 ekor ikan mati. Sehingga tingkat mortalitas pada perlakuan ini yaitu
100%, dengan kondisi ikan mati dengan mulut terbuka.
Berbeda dengan hasil uji pendahuluan, uji sesungguhnya yang dilakukan
dengan pemberian konsentrasi yang berbeda-beda yaitu 0,004 ml/1L; 0,02 ml/1L;
0,06 ml/1L; 0,2 ml/1L dan 0,6 ml/1L. Keempat konsentrasi ini berpengaruh
terhadap tingkat mortalitas ikan uji. Pada konsentrasi 0,004 ml/1L tidak ada ikan
yang mati, pada konsentrasi 0,02 ml/1L jumlah ikan uji yang mati adalah 2 ekor,
pada konsentrasi 0,06 ml/1L jumlah ikan uji yang mati adalah 2 ekor, pada
konsentrasi 0,2 ml/1L jumlah ikan uji yang mati adalah 3 ekor, pada konsentrasi
0,6 ml/1L jumlah ikan uji yang mati adalah 5 ekor. Berdasarkan hasil pengamatan
bahwa ikan uji mati seratus persen pada konsentrasi tertinggi yaitu 0,6 ml/1L.
Kematian ikan uji disebabkan karena rusaknya jaringan insang dan proses
metabolisme tubuh akibat kontak langsung dengan toksik. Hal itu dibuktikan
tingkah laku ikan yang tidak seimbang dan warna ikan menjadi pucat. Mortalitas
ikan uji tidak hanya disebabkan oleh kandungan toksik saja, tetapi dapat juga
disebabkan oleh faktor lain yaitu kebersihan air media dan metabolisme dari ikan
itu sendiri.
Tingkah laku ikan sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungannya. Adanya
bahan toksik dalam hal ini cairan pemutih dapat merubah tingkah laku ikan. Pada
perlakuan kontrol tanpa penambahan cairan pemutih, tingkah laku ikan normal,
pergerakannya aktif. Hal itu disebabkan karena proses fisiologis dan
metabolismenya berlangsung normal sedangkan pada perlakuan dengan
konsentrasi cairan pemutih yang lebih tinggi, ikan lebih sering berada di dasar
aquarium plastik dan telihat pasif, namun ikan masih aktif berenang. Kandungan
cairan pemutih yang tinggi menyebabkan tertutupnya jaringan yang terdapat di
insang yang menghambat proses pernapasan. Kematian ikan-ikan tersebut
disebabkan oleh absorbsi racun dalam tubuh ikan terjadi sangat cepat sehingga
akumulasi racun pada organ tubuh ikan berlangsung cepat (Sastrawijaya, 1991).
15
Menurut Wibisono (2005), zat toksikan atau polutan dapat menghambat
kerja enzim di dalam tubuh ikan. Kematian ikan uji tersebut disebabkan karena zat
toksikan (cairan pemutih) yang terjerap ke dalam tubuh ikan berinteraksi dengan
membran sel dan enzim sehingga kerja enzim menjadi tidak stabil. Dengan
demikian, kerja enzim terhambat atau terjadi transmisi selektif ion-ion melalui
membran sel.
Penyebab lainnya adalah berkaitan dengan ketersediaan oksigen terlarut,
dimana Cairan pemutih dengan kepekatan tinggi akan menghambat masuknya
oksigen dari udara ke dalam larutan uji (cairan pemutih) sehingga ikan-ikan
tersebut lama kelamaan kehabisan oksigen. Semakin tinggi konsentrasi cairan
pemutih yang dipakai semakin berkurang oksigen dan semakin membuat jenuh
perairan. Aldridge (1980) mengatakan bahwa konsentrasi oksigen terlarut
tergantung pada tingkat kejenuhan air itu sendiri, kejenuhan air dapat disebabkan
oleh koloidal yang melayang di air maupun jumlah larutan cairan pemutih yang
terlarut di air.
c. Analisis Probit
Analisis regresi probit adalah analisis yang digunakan untuk melihat hubungan
antara variabel dependen yang bersifat kategori (kualitatif) dan variabel-variabel
independen yang bersifat kualitatif maupan kuantitatif.
Input SPSS
16
Output SPSS
Cell Counts and Residuals
Confidence Limits
Probability 95% Confidence Limits for konsentrasi 95% Confidence Limits for
log(konsentrasi)a
Estimate Lower Upper Estimate Lower Upper
Bound Bound Bound Bound
0.010 0.017 . . -1.762 . .
0.020 0.022 . . -1.649 . .
0.030 0.026 . . -1.578 . .
0.040 0.030 . . -1.524 . .
0.050 0.033 . . -1.480 . .
0.060 0.036 . . -1.443 . .
0.070 0.039 . . -1.410 . .
0.080 0.042 . . -1.381 . .
0.090 0.044 . . -1.354 . .
0.100 0.047 . . -1.330 . .
0.150 0.059 . . -1.228 . .
0.200 0.071 . . -1.148 . .
0.250 0.083 . . -1.079 . .
0.300 0.096 . . -1.017 . .
0.350 0.110 . . -0.959 . .
0.400 0.125 . . -0.904 . .
0.450 0.141 . . -0.852 . .
0.500 0.159 . . -0.800 . .
0.550 0.179 . . -0.748 . .
0.600 0.202 . . -0.695 . .
0.650 0.229 . . -0.640 . .
0.700 0.261 . . -0.583 . .
0.750 0.301 . . -0.521 . .
0.800 0.354 . . -0.452 . .
0.850 0.426 . . -0.371 . .
0.900 0.537 . . -0.270 . .
0.910 0.569 . . -0.245 . .
0.920 0.605 . . -0.219 . .
0.930 0.647 . . -0.189 . .
0.940 0.697 . . -0.157 . .
0.950 0.760 . . -0.119 . .
0.960 0.840 . . -0.076 . .
0.970 0.951 . . -0.022 . .
0.980 1.121 . . 0.050 . .
17
0.990 1.454 . . 0.162 . .
Logarithm base = 10.
Berdasarkan uji SPSS diatas, didapat nilai LC50-96 jam adalah sebesar 0,159 ml. Hal
tersebut berarti bahwa deterjen “vanish” memiliki sifat toksik, yang mampu mematikan
50 % populasi ikan pada setiap aquarium yang di uji dengan konsentrasi 0,159 ml dalam
jangka waktu pengujian selama 96 jam.
18
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan dari Praktikum Ekotoksikologi ini adalah :
1. Bahan toksik yang dimasukkan ke dalam air pada saat percobaan, memberikan
dampak pada perilaku ikan uji. Dampak yang diperlihatkan tergantung dari
konsentrasi bahan toksik yang ditambahkan.
5.2 Saran
Saran yang diberikan untuk Praktikum Ekotoksikologi ini adalah:
1. Sebaiknya bahan toksik yang digunakan lebih bervariasi hasil yang didapat antar
kelompok dapat dibandingkan.
2. Sebaiknya terdapat juga variasi jenis ikan yang digunakan agar hasil yang didapat
juga dapat dibandingkan.
3. Sebaiknya praktikan sering memantau pengujian
19
DAFTAR PUSTAKA
20
LAMPIRAN
21
22