You are on page 1of 26

LAPORAN PRATIKUM EKOTOKSIKOLOGI DAN

KESEHATAN LINGKUNGAN

Disusun Oleh :

Kelompok 3 / Kelas A

Andriani Silfiana 21080116120002

Umi Purwaningsih Sasmita 21080116120013

Raissa Emeline Pardede 21080116120019

Azah Irma Putri 21080116120033

Hevliza Tiara 21080116120039

Muhammad Aulia 21080115120047

DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2018
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR....................................................................................................................iii
DAFTAR TABEL..........................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................................1
1.2 Tujuan Praktikum...........................................................................................................2
1.3 Manfaat............................................................................................................................2
1.4 Waktu dan Tempat..........................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................................3
2.1 Biologi Ikan Sumatra (Puntius Tetrazona)....................................................................3
2.2 Tinjauan Umum Bahan Toksik......................................................................................5
2.3 Analisis Probit.................................................................................................................6
BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN..............................................................................8
3.1 Materi...............................................................................................................................8
3.2 Metode Praktikum..........................................................................................................8
3.1. Analisa Data...................................................................................................................10
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................................................11
4.1 Hasil................................................................................................................................11
4.2 Pembahasan...................................................................................................................13
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................................................21
5.1 Kesimpulan....................................................................................................................21
5.2 Saran..............................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................22
LAMPIRAN.................................................................................................................................23

ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2-1 Ikan Sumatera (Puntius Tetrazona)..............................................................................4
Gambar 2-2 Cairan pembersih pakaian “vanish”............................................................................6

iii
DAFTAR TABEL
Tabel 4-1 Hasil Uji Pendahuluan...................................................................................................10
Tabel 2-2 Hasil Uji Sesungguhnya................................................................................................12

iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, semakin banyak
jenis barang buatan pabrik yang dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan, perlu diketahui
bahwa diantara bahan-bahan tersebut ada yang berbahaya atau bersifat racun oleh karena itu
sangat penting untuk mengetahui jenis, sifat, kegunaan, serta bahaya dari setiap bahan kimia
yang digunakan. Pemakaian bahan kimia dapat berdampak buruk bagi manusia, hewan,
tumbuhan dan lingkungan sekitarnya. Kehidupan mahluk hidup tergantung dari apa yang
terjadi dilingkunganya. Lingkungan yang bebas mudah dimasuki bahan-bahan yang
tidak diketahui misalnya limbah.

Toksikologi adalah ilmu yang mempelajari proses peracunan atau sifat-sifat bahan
racun dan pengaruhnya terhadap mahluk hidup. Ilmu yang mempelajari mengenai proses
peracunan yang terjadi di lingkungan disebut ekotoksikologi. Ekotoksikologi merupakan
cabang ilmu dari Toksikologi. Ekotoksikologi merupakan ilmu yang mempelajari efek dari
senyawa-senyawa kimia terhadap populasi dan ekosistemnya, baik secara langsung maupun
tidak langsung (DFG, 1983 dalam Rudolph, 1991). Lebih lanjut dijelaskan oleh Nagel
(1988), Rudolph & Boje (1986) dalam Rudolph (1991) bahwa penelitian mengenai
ekotoksikologi menitikberatkan pada peribahan struktur dan fungsi ekosistem oleh senyawa
kimia lingkungan, yang mengakibatkan efek yang berbahaya bagi organisme.

Aktivitas manusia sehari-hari tidak dapat dipisahkan dari penggunaan


bahan- bahan kimia. Salah satu bahan kimia yang paling banyak digunakan sehari-hari
adalah cairan pemutih pakaian. Bahan pemutih mengoksidasi kotoran sehingga kotoran tidak
tampak lagi. Selain dengan kotoran, bahan pemutih juga akan bereaksi dengan zat warna dan
bereaksi dengan jaringan tubuh. Bahan kimia beracun atau biasa dikenal dengan sebutan
toxic ialah bahan kimia yang dapat menyebabkan bahaya terhadap kesehatan manusia atau
menyebabkan kematian apabila terserap kedalam tubuh karena tertelan, lewat pernafasan
atau kontak lewat kulit. Zat-zat yang bersifat toksik dapat langsung menggangu organ-organ
tubuh tertentu seperti hati, paru-paru, dan organ-organ tubuh lainnya. Beberapa bahan kimia

1
yang digunakan sebagai pemutih antara lain kaporit, kalsium hipoklorit, natrium perborat,
hidrogen peroksida.

Pada percobaan kali ini pembersih pakaian yang digunakan mengandung bahan aktif
hidrogen peroksida 5%. Hidrogenperoksida (H2O2) adalah zat kimia bersifat asam lemah
berupa cairan tak berwarna, agak lebih kental dari pada air, namun merupakan oksidator atau
agen pemutih yang kuat. Hidrogen peroksida terbuat dari hidrogen (H 2) dan oksigen (O2).
Untuk menguji kandungan toksik pada pemutih pakaian digunakan obyek penelitian berupa
ikan untuk mengetahui akumulasi dari bahan-bahan kimia di lingkungan perairan. Ikan yang
akan digunakan adalah ikan sumatra, ikan sumatra (Puntiustetrazona) adalah
sejenis ikan kecil anggota suku Cyprinidae anak-suku Cyprininae. Nama tersebut adalah
nama perdagangannya sebagai ikan hias.

1.2 Tujuan Praktikum


Tujuan dari Praktikum Ekotoksikologi Lingkungan adalah :

1. Mengetahui bahaya suatu bahan toksik yaitu pembersih pakaian “vanish” yang masuk ke
dalam perairan.
2. Mengetahui nilai LC50-96 jam dari bahan toksik yaitu pembersih pakaian “vanish” yang
dipaparkan ke ikan uji.
1.3 Manfaat
Manfaat dari Praktikum Ekotoksikologi Lingkungan adalah :

1. Dapat Mengetahui bahaya suatu bahan toksik yaitu pembersih pakaian “vanish” yang
masuk ke dalam perairan.
2. Dapat Mengetahui besarnya konsentrasi suatu bahan toksik yaitu pembersih pakaian
“vanish” yang masih dapat diterima oleh organisme perairan.
1.4 Waktu dan Tempat
Praktikum Ekotoksikologi dilaksanakan pada tanggal 23 Februari 2018 sampai 03 Maret
2018 di Jl. Tunjungsari No.1B, Tembalang, Kota Semarang.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Biologi Ikan Sumatra (Puntius Tetrazona)


2.1.1 Klasifikasi
Ikan Sumatra (Puntius tetrazona) adalah sejenis ikan kecil
anggota suku Cyprinidae anak-suku Cyprininae. Nama tersebut adalah nama
perdagangannya sebagai ikan hias. Dalam bahasa Inggris, ikan ini dikenal
sebagai sumatra barb atau tiger barb.
Klasifikasi ikan sumatra sebagai berikut :

Fillum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Subkelas : Actinopterygii
Ordo : Cypriniformes
Famili : Cyprinidae
Genus : Puntius
Spesies: Puntius tetrazona
2.1.2 Morfologi

Morfologi Ikan Sumatera yang berukuran kecil, dengan panjang total


(beserta ekor) mencapai 70 mm. Tubuh berwarna kekuningan dengan empat pita
tegak berwarna gelap, pita yang pertama melewati mata dan yang terakhir pada
pangkal ekor. Gurat sisi tak sempurna, 22-25 buah dengan hanya 8-9 sisik
terdepan yang berpori. Batang ekor dikelilingi 12 sisik. Tinggi tubuh sekitar
setengah kali panjang standar (tanpa ekor). Sekitar mulutnya, sirip perut dan ekor
berwarna kemerahan.
Sirip punggung dan sirip dubur berwarna hitam, namun warna hitam pada
sirip punggung dibatasi oleh garis merah. Ikan Sumatra memiliki bentuk tubuh
memanjang pipih ke samping. Pada tubuhnya yang berwarna kuning terdapat
empat buah garis berwarna hitam kebiruan memotong badannya. Keempat garis

3
tersebut berjejer satu buah di bagian kepala melewati mata dan tutup insang, dua
buah di bagian badan, dan satu buah lagi di pangkal ekor (Atom, 2009).
Adapun morfologi dari ikan Sumatra dapat dilihat pada Gambar 2.1

Gambar 2-1 Ikan Sumatera (Puntius Tetrazona)

2.1.3 Habitat dan Penyebaran


Ikan sumatera secara alami menyebar di Semenanjung Malaya (termasuk di
wilayah Thailand), Sumatera dan Kalimantan. Di samping itu, ada pula laporan-
laporan temuan dari wilayah lain di Asia Tenggara yang sukar dikonfirmasi,
apakah ikan-ikan tersebut memang asli setempat atau ikan lepasan yang telah
beradaptasi.
Ikan ini sering didapati pada sungai-sungai dangkal berarus sedang, yang
jernih atau keruh. Ikan sumatera menyukai pH antara 6.0–8.0, kesadahan air
antara 5–19 dGH, dan kisaran temperatur air antara 20–26 °C. Ikan sumatra juga
didapati di rawa-rawa, yang mengindikasikan bahwa ikan ini memiliki toleransi
yang cukup tinggi terhadap perubahan kualitas air. Rata-rata lama hidup ikan
sumatra adalah sekitar 6 tahun (Sunarna, 2010)
2.1.4 Reproduksi Ikan Sumatera (Puntius tetrazona)
Ikan betina lebih besar dan memiliki sirip dorsal yang lebih gelap,
sedangkan ikan jantan berwarna lebih terang. Memijah pada musim penghujan di
daerah hilir sungai dan telur-telur menetas, larva hidup di daerah tersebut sampai
berukuran ± 1 cm kemudian berupaya ke danau-danau dan anak-anak sungai.
Fekunditas berkisar antara 300-500 telur dan fekunditas tertinggi dapat mencapai
1.000 butir telur (Muthmainnah 2009). Axelrod et al. (1983) mengemukakan
bahwa proses pemijahan pada Ikan Sumatra dapat dipercepat apabila media
pemijahan memiliki kesadahan yang lebih rendah dari pada media pemeliharaan.

4
Pemijahan Ikan Sumatra berlangsung pada pagi hari di tanaman-tanaman air.
Telur yang dipijahkan bersifat adhesif atau menempel pada substrat. Ikan Sumatra
mampu menghasilkan telur 300 butir setiap kali memijah. Setiap kali induk
Sumatra memijah, mampu mengahasilkan telur sebanyak 300 – 1000 butir. Telur
Ikan Sumatera berdiameter 1.18 + 0.05.
2.1.5 Pakan dan Kebiasaan Makan
Ikan sumatera termasuk ikan omnivora atau pemakan apa saja walaupun
pakan hidup lebih disukai. Sebagai ikan sungai maka pakannya adalah organisme
dasar perairan seperti cacing rambut (Tubifex sp). Cacing rambut merupakan salah
satu pakan yang baik karna mengandung pigmen yang dapat memperindah warna
sumatra atau larva insekta dasar seperti cacing darah (Chironomus sp.) dan pellet
dengan kandungan protein 30%.
2.2 Tinjauan Umum Bahan Toksik
Bahan kimia beracun atau biasa dikenal dengan sebutan toksik ialah bahan kimia
yang dapat menyebabkan bahaya terhadap kesehatan manusia atau menyebabkan
kematian apabila terserap kedalam tubuh karena tertelan, lewat pernafasan atau kontak
lewat kulit. Zat-zat yang bersifat toksik dapat langsung menggangu organ-organ tubuh
tertentu seperti hati, paru-paru, dan organ-organ tubuh lainnya.
Pengaruh efek racun terhadap badan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
a. Sifat fisik bahan kimia, yang dapat berwujud gas, uap (gas dari bentuk padat / cair),
debu (partikel padat), kabut (cairan halus di udara), fume (kondensasi partikel padat),
awan (partikel cair kondensasi dari fase gas), asap (partikel zat karbon).
b. Dosis beracun: jumlah / konsentrasi racun yang masuk dalam badan.
c. Lamanya pemaparan.
d. Sifat kimia zat racun: jenis persenyawaan; kelarutan dalam jaringan tubuh, jenis
pelarut.
e. Rute (jalan masuk ke badan), yang bias melalui pernapasan, pencernaan, kulit serta
selaput lendir.
f. Faktor-faktor pekerja, seperti umur, jenis kelamin, derajat kesehatan tubuh, daya
tahan / toleransi, habituasi / kebiasaan, nutrisi, tingkat kelemahan tubuh, factor
generik.
Bahan toksik yang digunakan dalam percobaan ini adalah cairan pembersih noda
pada pakaian yakni “vanish cair”. Vanish cair diketahui dapat menghilangkan noda
membandel yang aman bagi warna dan serat pakaian.

5
Gambar 2-2 Cairan pembersih pakaian “vanish”

Vanish merupakan produk penghilang noda yang digunakan bersamaan dengan


detergen untuk menghilangkan noda membandel pada pakaian. Vanish mengandung
bahan hydrogen peroksida sebagai bahan utama aktif, seperti tidak mengandung klorin.
Hydrogen peroksida (H2O2) adalah zat kimia bersifat asam lemah berupa cairan
tak berwarna, agak lebih kental dari pada air, namun merupakan oksidator atau agen
pemutih yang kuat. Hydrogen peroksida terbuat dari hydrogen (H2) dan oksigen (O2).
Selain digunakan sebagai pemutih, hydrogen peroksida juga digunakan sebagai antiseptik
dan beberapa produk industry rumahan. (3-9%) biasanya digunakan sebagai campuran
aplikasi obat, pemutih pakaian, hingga bleaching rambut.
2.3 Analisis Probit
Analisis probit adalah jenis regresi digunakan untuk menganalisis variabel respon
binomial. Analisa probit dapat dilakukan dengan menggunakan tabel, perhitungan
manual, maupun dengan menggunakan software EPA Probit Analysis.
Pengukuran toksisitas (daya racun) dari suatu jenis bahan pencemar dapat
dilakukan dengan menetapkan nilai LC50 dari bahan pencemar tersebut terhadap hewan
percobaan dengan melakukan analisa probit. Analisa probit adalah suatu metode
pengujian yang umum dipergunakan untuk menilai toksisitas dari suatu bahan pencemar,
yang diukur dari lethal concentration, yang diartikan sebagai berapa miligram bahan
pencemar untuk setiap kilogram hewan uji yang dapat mengakibatkan kematian sebanyak
50 % dari populasinya. Meskipun analisa probit merupakan teknik parametrik yang biasa
dipakai untuk menangani data toksisitas, simpangan nyata dari model log probit dapat
terjadi, sebagai contoh, pada saat data tidak tersebar normal (Buikema et al, 1982).

6
BAB III
METODOLOGI PELAKSANAAN

3.1 Materi
Materi yang digunakan dalam praktikum Ekotoksikologi dan Kesehatan
Lingkungan adalah Ikan Sumatra (Puntius tetrazona) untuk dihitung nilai LC50-96 jam
terhadap bahan toksik “vanish”. Untuk menunjang praktikum Ekotoksikologi Perairan
maka dibutuhkan alat dan bahan sebagai berikut :
a) Alat
Alat yang digunakan pada praktikum ekotoksikologi antara lain:
1. 1 buah baskom kecil
2. 5 buah aquarium kecil
3. 1 buah saringan ikan
4. 1 buah pipet ukur
5. 1 buah aerator
6. selang yang dicabang dengan pipa T
7. Alat tulis
8. Kertas Label
b) Bahan
1. 60 ekor ikan (30 ekor untuk uji pendahuluan, 30 ekor untuk uji sesungguhnya)
2. Vanish
3. Air
4. Pakan Ikan
3.2 Metode Praktikum
Sebelum melakukan uji pendahuluan dan uji sesungguhnya, lakukan tahap
pemeliharaan dan tahap aklimasi. Tahap pemeliharaan dilakukan selama 2 hari untuk
membiarkan ikan beradaptasi dengan lingkungan baru. Pada tahap ini ikan diberi makan
sehari sekali. Setelah tahap pemeliharaan, ikan uji menjalani tahap aklimasi selama 2 hari,
yaitu ikan uji dibiarkan tidak makan untuk membersihkan perutnya.

a) Uji Pendahuluan
Dilakukan untuk mendapatkan konsentrasi batas ambang atas dan ambang
bawah. Berikut adalah langkah-langkahnya:

7
1. Memasukkan air sebanyak 1 L pada masing-masing aquarium yang sudah
dibersihkan sebelumnya
2. Memasang selang yang sudah dihubungkan dengan aerator
3. Memasukkan ikan uji dengan kepadatan 5 ekor ikan dalam satu aquarium
4. Tambahkan vanish dengan konsentrasi berturut-turut 0,001 ml, 0,01 ml, 0,1 ml, 1
ml, 10 ml. Dan satu wadah sebagai kontrol tanpa pemberian toksik
5. Melakukan pengamatan mortalitas ikan setelah 8 jam hingga 48 jam.
b) Uji Sesungguhnya
Uji ini dilakukan untuk mengetahui konsentrasi dimana ikan uji mati 50%
selama jangka waktu 96 jam. Berikut adalah langkah-langkahnya:
1. Memberi air pada aquarium yang sudah dibersihkan sebelumnya;
2. Melakukan perhitungan menggunakan rumus untuk mencari konsentrasi
pembersih lantai sebenarnya dengan menggunakan persamaan rumus :

Dimana: N = konsentrasi ambang atas


n = konsentrasi ambang bawah

3. Memasukkan ikan uji ke dalam aquarium dengan kepadatan 5 ekor setiap


aquarium
4. Menambahkan Vanish dengan konsentrasi berturut-turut a ml/1,5l; b ml/1,5l; c
ml/1,5l; d ml/1,5l; e ml/1,5l.
5. Melakukan pengamatan pergerakan dan tingkah laku ikan tiap 8 jam hingga 96
jam.
3.1. Analisa Data
Pada praktikum Ekotoksikologi ini dilakukan analisis data untuk mengolah data
yang sudah didapat dari uji di atas. Dalam praktikum ini, dalam melakukan analisa probit
digunakan software EPA Probit Analysis untuk menentukan nilai LC50-96 jam.

8
9
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
a. Uji Pendahuluan
Tabel 4- 1 Hasil Uji Pendahuluan

Jam Ke - Prosentase
Konsentrasi 8 16 24 32 40 48
(%)
0 ml 0 0 0 0 0 0 0

0,001 ml 0 0 0 0 0 1 20
0,01 ml 0 0 0 0 3 0 60
0,1 ml 0 1 2 0 0 0 60
1 ml 1 2 2 0 0 0 100
10 ml 5 0 0 0 0 0 100
Sumber : Analisis Praktikan, 2018

Dari hasil tes pendahuluan di dapatkan range konsentrasi untuk tes sesungguhnya
adalah 0,001-1. Dilakukan 5 perlakuan, untuk mendapatkan konsentrasi untuk uji
sesungguhnya melalui perhitungan di bawah ini :

Keterangan :
N = Konsentrasi ambang atas
n = Konsentrasi ambang bawah
K = Jumlah konsentrasi yang di uji

10
------a = 0,0039 ≈ 0,004

setelah diketahui nilai a maka nilai b,c,d,dan e dapat kita cari sesuai perhitungan di
bawah ini

b = 0,016 ≈ 0,02

c = 0,06

d = 0,2

11
e = 0,6

dari perhitungan di atas maka di dapatkan konsentrasi untuk Uji Sesungguhnya, yaitu:
a = 0,004
b = 0,02
c = 0,06
d = 0,2
e = 0,6

b. Uji Sesungguhnya
Tabel 2-2 Hasil Uji Sesungguhnya

Jam Ke - Prosentase
Konsentrasi 8 16 24 32 40 48 56 64 72 80 88 96
(%)
0 ml 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0,004 ml 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0,02 ml 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 40
0,06 ml 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 40
0,2 ml 0 0 2 1 0 0 0 0 0 0 0 0 60
0,6 ml 0 2 1 2 0 0 0 0 0 0 0 0 100
Sumber : Analisis Praktikan, 2018
4.2 Pembahasan
a. Uji Pendahuluan
Pada percobaan ini terdapat 5 buah aquarium berisi masing-masing 1 Liter air
dengan konsentrasi cairan pemutih yang berbeda-beda. Masing-masing aquarium ini
diisi dengan 5 ekor ikan. Pada perlakuan kontrol kondisi ikan dalam keadaan normal,
baik proses metabolisme maupun respirasinya. Untuk perlakuan ini ikan yang
digunakan sebagai ikan uji tidak mendapat tambahan bahan toksik dalam
lingkungannya, sehingga proses yang terjadi dalam tubuhnya tidak terganggu.
Berdasarkan hasil praktikum pada uji pendahuluan dengan pemberian
pembersih vanish dalam berbagai konsentrasi pada Ikan Sumatra, dapat diketahui

12
pengaruh penggunaan toksik ini pada kehidupan ikan, yang dapat dilihat dari tingkat
kematian atau mortalitas ikan. Konsentrasi yang digunakan pada uji pendahuluan
adalah 10 ml/1L; 1 ml/1L ; 0,1 ml/1L ; 0,01ml/1L dan 0,001 ml/1L. Ikan uji mati
seratus persen selama 8 jam dan 24 jam pada konsentrasi 10 ml/1L dan 1 ml/1L. Ikan
uji yang digunakan mati semua sebelum 32 jam jam sehingga dapat disimpulkan
bahwa ambang atas (LC100-32jam) dari bahan toksik cairan pemutih adalah 1 ml dan
pada ambang bawah (LC0-96jam) dari bahan toksik cairan pemutih adalah 0,001 ml
dimana dalam jangka waktu 48 jam hanya ada 1 ikan uji yang mati dalam konsentrasi
tersebut. Dengan didapatkannya konsentrasi ambang atas (N) dan konsentrasi ambang
bawah (n), maka kita dapat melakukan perhitungan konsentrasi untuk uji
sesungguhnya.
Berdasarkan uji pendahuluan ini, kita dapat mengetahui bahwa cairan pemutih
dapat bersifat lethal dan sublethal terhadap ikan. Pada konsentrasi sublethal pembersih
vanish akan merusak jaringan epithelium insang ikan. Kondisi ini akan lebih
membahayakan kehidupan ikan, apabila kandungan oksigen terlarutnya rendah.
Rusaknya jaringan epithelium tersebut dapat mengganggu kerja insang yang pada
akhirnya dapat mengakibatkan kematian pada hewan uji.
b. Uji Sesungguhnya
Setelah kita melakukan uji pendahuluan untuk menentukan konsentrasi bahan
toksik, selanjutnya kita melakukan uji sesungguhnya, yaitu untuk mengetahui dampak
perbedaan konsentrasi bahan toksik yang diberikan terhadap ikan uji, dan untuk
menetukan LC50-96jam.Untuk uji sesungguhnya ini, disediakan 5 aquarium yang diisi
masing-masing 5 ekor ikan dan 1 liter air dengan konsentrasi bahan toksik hasil
perhitungan, yaitu 0,004 ml/1L; 0,02 ml/1L; 0,06 ml/1L; 0,2 ml/1L dan 0,6 ml/1L.
1) Perlakuan Pertama
Pada perlakuan ini digunakan konsentrasi bahan toksik (cairan vanish)
terendah, yaitu 0,004 ml/1L. Berdasarkan hasil pengamatan, dapat diketahui ikan
uji masih menunjukkan tingkah laku dalam keadaan normal. Ikan masih berenang
dengan aktif. Warna air pada konsentrasi ini masih bersih bila dibandingkan
dengan warna air pada aquarim dengan konsentrasi yang lebih besar. Ikan uji pada

13
konsentrasi terendah ini mampu bertahan hingga 72 jam dengan tingkat mortalitas
sebanyak 0%.
2) Perlakuan Kedua
Ikan Sumatra dimasukkan ke dalam 1 liter air yang telah dicampur dengan
0,02 ml cairan vanish. Pada konsentrasi ini, ikan uji masih menunjukkan tingkah
laku yang normal pada jangka waktu 8 jam. Namun, pada jangka waktu 56 jam,
ditemukan 2 ikan mati. Ikan yang mati ini memiliki warna yang normal dengan
mulut terbuka. Terbukanya mulut ikan ini menandakan bahwa ikan mengalami
sufokasi atau kekurangan oksigen. Dalam jangka waktu 56 jam dan 64 jam
ditemukan masing-masing 1 ikan mati sehingga tingkat mortalitasnya 40%.
3) Perlakuan Ketiga
Pada perlakuan ini, ikan sumatra dimasukkan dalam 1 liter air yang telah
dicampur dengan 0,06 ml cairan vanish. Pada konsentrasi ini, mulai dapat dilihat
perubahan tingkah laku pada ikan sumatra, yaitu sebagian ikan uji lebih pasif dan
berada pada dasar aquarium. Warna air pada konsentrasi ini juga lebih keruh
karena bertambahnya konsentrasi cairan vanish. Dalam jangka waktu 48 jam 1
ikan mati, dan dalam jangka waktu 56 jam 1 ikan uji mati, sehingga total ikan uji
yang mati adalah 2 ekor dan tingkat mortalitasnya 40%.
4) Perlakuan Keempat
Pada perlakuan ini, ikan sumatra dimasukkan ke dalam 1 liter air yang telah
dicampur dengan 0,2 ml cairan vanish. Konsentrasi cairan vanish pada perlakuan
ini cukup tinggi, dapat dilihat dari busa yang lebih banyak dari perlakuan ketiga.
Perbedaan perilaku ikan uji mulai terlihat jelas di sini. Gerakan berenang ikan
mulai berbeda, ikan terkadang melompat ke permukaan, lalu berenang miring.
Pada perlakuan ini, dalam jangka waktu 24 jam 2 ekor ikan uji mati, dan dalam
jangka waktu 32 jam 1 ekor ikan uji mati. Sehingga tingkat mortalitas pada
perlakuan ini yaitu 60%, dengan kondisi ikan mati dengan mulut terbuka.
5) Perlakuan Kelima
Pada perlakuan ini, ikan sumatra dimasukkan ke dalam 1 liter air yang telah
dicampur dengan 0,2 ml cairan vanish. Tidak jauh beda dengan perlakuan
keempat banyak busa, dan hanya pada waktu 16 jam terdapat ikan yag melompat

14
dan lalu berenang miring. Pada perlakuan ini, dalam jangka waktu 16 jam 2 ekor
ikan uji mati, dan dalam jangka waktu 24 jam 1 ekor ikan uji mati dan pada waktu
32 jam 2 ekor ikan mati. Sehingga tingkat mortalitas pada perlakuan ini yaitu
100%, dengan kondisi ikan mati dengan mulut terbuka.
Berbeda dengan hasil uji pendahuluan, uji sesungguhnya yang dilakukan
dengan pemberian konsentrasi yang berbeda-beda yaitu 0,004 ml/1L; 0,02 ml/1L;
0,06 ml/1L; 0,2 ml/1L dan 0,6 ml/1L. Keempat konsentrasi ini berpengaruh
terhadap tingkat mortalitas ikan uji. Pada konsentrasi 0,004 ml/1L tidak ada ikan
yang mati, pada konsentrasi 0,02 ml/1L jumlah ikan uji yang mati adalah 2 ekor,
pada konsentrasi 0,06 ml/1L jumlah ikan uji yang mati adalah 2 ekor, pada
konsentrasi 0,2 ml/1L jumlah ikan uji yang mati adalah 3 ekor, pada konsentrasi
0,6 ml/1L jumlah ikan uji yang mati adalah 5 ekor. Berdasarkan hasil pengamatan
bahwa ikan uji mati seratus persen pada konsentrasi tertinggi yaitu 0,6 ml/1L.
Kematian ikan uji disebabkan karena rusaknya jaringan insang dan proses
metabolisme tubuh akibat kontak langsung dengan toksik. Hal itu dibuktikan
tingkah laku ikan yang tidak seimbang dan warna ikan menjadi pucat. Mortalitas
ikan uji tidak hanya disebabkan oleh kandungan toksik saja, tetapi dapat juga
disebabkan oleh faktor lain yaitu kebersihan air media dan metabolisme dari ikan
itu sendiri.
Tingkah laku ikan sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungannya. Adanya
bahan toksik dalam hal ini cairan pemutih dapat merubah tingkah laku ikan. Pada
perlakuan kontrol tanpa penambahan cairan pemutih, tingkah laku ikan normal,
pergerakannya aktif. Hal itu disebabkan karena proses fisiologis dan
metabolismenya berlangsung normal sedangkan pada perlakuan dengan
konsentrasi cairan pemutih yang lebih tinggi, ikan lebih sering berada di dasar
aquarium plastik dan telihat pasif, namun ikan masih aktif berenang. Kandungan
cairan pemutih yang tinggi menyebabkan tertutupnya jaringan yang terdapat di
insang yang menghambat proses pernapasan. Kematian ikan-ikan tersebut
disebabkan oleh absorbsi racun dalam tubuh ikan terjadi sangat cepat sehingga
akumulasi racun pada organ tubuh ikan berlangsung cepat (Sastrawijaya, 1991).

15
Menurut Wibisono (2005), zat toksikan atau polutan dapat menghambat
kerja enzim di dalam tubuh ikan. Kematian ikan uji tersebut disebabkan karena zat
toksikan (cairan pemutih) yang terjerap ke dalam tubuh ikan berinteraksi dengan
membran sel dan enzim sehingga kerja enzim menjadi tidak stabil. Dengan
demikian, kerja enzim terhambat atau terjadi transmisi selektif ion-ion melalui
membran sel.
Penyebab lainnya adalah berkaitan dengan ketersediaan oksigen terlarut,
dimana Cairan pemutih dengan kepekatan tinggi akan menghambat masuknya
oksigen dari udara ke dalam larutan uji (cairan pemutih) sehingga ikan-ikan
tersebut lama kelamaan kehabisan oksigen. Semakin tinggi konsentrasi cairan
pemutih yang dipakai semakin berkurang oksigen dan semakin membuat jenuh
perairan. Aldridge (1980) mengatakan bahwa konsentrasi oksigen terlarut
tergantung pada tingkat kejenuhan air itu sendiri, kejenuhan air dapat disebabkan
oleh koloidal yang melayang di air maupun jumlah larutan cairan pemutih yang
terlarut di air.
c. Analisis Probit
Analisis regresi probit adalah analisis yang digunakan untuk melihat hubungan
antara variabel dependen yang bersifat kategori (kualitatif) dan variabel-variabel
independen yang bersifat kualitatif maupan kuantitatif.
Input SPSS

16
Output SPSS
Cell Counts and Residuals

No Konsentrasi Number of Observed Expected Residual Probability


Subjects Responses Responses
1 -3.000 5 1 1.532 -0.532 0.306
2 -2.000 5 3 1.539 1.461 0.308
3 -1.000 5 3 2.621 0.379 0.524
4 0.000 5 5 4.908 0.092 0.982
5 1.000 5 5 5.000 0.000 1.000
6 -2.398 5 0 1.533 -1.533 0.307
7 -1.699 5 2 1.584 0.416 0.317
8 -1.222 5 2 2.065 -0.065 0.413
9 -0.699 5 3 3.600 -0.600 0.720
10 -0.222 5 5 4.718 0.282 0.944

Confidence Limits

Probability 95% Confidence Limits for konsentrasi 95% Confidence Limits for
log(konsentrasi)a
Estimate Lower Upper Estimate Lower Upper
Bound Bound Bound Bound
0.010 0.017 . . -1.762 . .
0.020 0.022 . . -1.649 . .
0.030 0.026 . . -1.578 . .
0.040 0.030 . . -1.524 . .
0.050 0.033 . . -1.480 . .
0.060 0.036 . . -1.443 . .
0.070 0.039 . . -1.410 . .
0.080 0.042 . . -1.381 . .
0.090 0.044 . . -1.354 . .
0.100 0.047 . . -1.330 . .
0.150 0.059 . . -1.228 . .
0.200 0.071 . . -1.148 . .
0.250 0.083 . . -1.079 . .
0.300 0.096 . . -1.017 . .
0.350 0.110 . . -0.959 . .
0.400 0.125 . . -0.904 . .
0.450 0.141 . . -0.852 . .
0.500 0.159 . . -0.800 . .
0.550 0.179 . . -0.748 . .
0.600 0.202 . . -0.695 . .
0.650 0.229 . . -0.640 . .
0.700 0.261 . . -0.583 . .
0.750 0.301 . . -0.521 . .
0.800 0.354 . . -0.452 . .
0.850 0.426 . . -0.371 . .
0.900 0.537 . . -0.270 . .
0.910 0.569 . . -0.245 . .
0.920 0.605 . . -0.219 . .
0.930 0.647 . . -0.189 . .
0.940 0.697 . . -0.157 . .
0.950 0.760 . . -0.119 . .
0.960 0.840 . . -0.076 . .
0.970 0.951 . . -0.022 . .
0.980 1.121 . . 0.050 . .

17
0.990 1.454 . . 0.162 . .
Logarithm base = 10.

Berdasarkan uji SPSS diatas, didapat nilai LC50-96 jam adalah sebesar 0,159 ml. Hal
tersebut berarti bahwa deterjen “vanish” memiliki sifat toksik, yang mampu mematikan
50 % populasi ikan pada setiap aquarium yang di uji dengan konsentrasi 0,159 ml dalam
jangka waktu pengujian selama 96 jam.

18
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan dari Praktikum Ekotoksikologi ini adalah :

1. Bahan toksik yang dimasukkan ke dalam air pada saat percobaan, memberikan
dampak pada perilaku ikan uji. Dampak yang diperlihatkan tergantung dari
konsentrasi bahan toksik yang ditambahkan.
5.2 Saran
Saran yang diberikan untuk Praktikum Ekotoksikologi ini adalah:

1. Sebaiknya bahan toksik yang digunakan lebih bervariasi hasil yang didapat antar
kelompok dapat dibandingkan.
2. Sebaiknya terdapat juga variasi jenis ikan yang digunakan agar hasil yang didapat
juga dapat dibandingkan.
3. Sebaiknya praktikan sering memantau pengujian

19
DAFTAR PUSTAKA

Atom. 2009. Budidaya ikan sumatra. (http://iniikanku.blogspot.com/). Diakses pada tanggal 24


Februari 2018 pukul 20.00 WIB.
Buikema, Jr., A.L., Niederlehner, B.R., dan Cairns, Jr.,J. 1982. Biological monitoring. Bagian IV
- Toxicity testing. Water Res.
Sunarma, A. 2010. Panduan Singkat Teknik Pembenihan Ikan Patin (Pangasius hypopthalmus).
Sukabumi: BBPBAT

20
LAMPIRAN

21
22

You might also like