DERMATITIS KONTAK ALERGI
Mari Paz Castanedo-Tardan & Kathryn A. Zug
Allergic Contact Dermatitis At A
Glance
 Allergic contact dermatitis
(ACD) is a cell-mediated (type
IV), delayed type,
hypersensitivity reaction caused
by skin contact with an
environmental allergen.
 Prior sensitization to a chemical
is required for allergy to
develop.
 The clinical manifestation of
ACD is an eczematous
dermatitis. The acute phase is
characterized by pruritus,
erythema, edema, and vesicles
usually confined to the area of
direct exposure. Recurrent
contact to the allergen in a
sensitized individual will result
in chronic disease,
characterized by lichenified
erythematous plaques with
variable hyperkeratosis and
fissuring that may spread
beyond the areas of direct
exposure.
 Itch and swelling are key
components of the history and
can be a clue to allergy.
 The hands, feet, and face
(including the eyelids) are some
of the common sites for ACD.
Selayang Pandang Dermatitis
Kontak Alergi
 Dermatitis kontak alergi (DKA)
adalah reaksi hipersensitivitas
tipe IV (tipe lambat, dimediasi
sel) yang disebabkan oleh
kontak kulit dengan alergen
lingkungan.
 Sensitisasi sebelumnya dengan
bahan kimia adalah komponen
dari pembentukan alergi.
 Manifestasi klinis DKA adalah
dermatitis eksematosa. Fase
akut ditandai oleh pruritus,
eritema, edema, dan vesikel
yang biasanya muncul di daerah
yang terpapar dengan alergen.
Kontak berulang akan
menyebabkan penyakit kronis,
yang ditandai oleh plak
eritematosa likenifikasi dengan
berbagai hiperkeratosis dan
fissura yang dapat meluas jauh
di luar daerah paparan langsung
tadi.
 Gatal dan bengkak adalah
komponen riwayat utama dan
dapat menjadi petunjuk alergi.
 Tangan, kaki, dan wajah
(termasuk kelopak mata) adalah
beberapa lokasi utama DKA.
  Patch testing is fundamental for
the identification of causal
allergens and is indicated for
patients with persistent or
recurrent dermatitis in whom
ACD is suspected.
 Avoidance is the mainstay of
treatment for ACD. Educating
patients about avoidance of the
allergen and its potentially
related substances, and
providing suitable alternatives
are crucial to a good outcome.
As the largest organ in the human
body, the skin is a complex and
dynamic organ that serves among many
other purposes, the function of
maintaining a physical and
immunologic barrier to the
environment. Therefore, the skin is the
first line of defense after exposure to a
variety of chemicals. Allergic contact
dermatitis (ACD) accounts for at least
20% or more of the new incident cases
in the subgroup of contact dermatitides
(irritant contact dermatitis accounts for
the remaining 80%).1 ACD, as the
name implies, is an adverse cutaneous
inflammatory reaction caused by
contact with a specific exogenous
allergen to which a person has
developed allergic sensitization. More
than 3,700 chemicals have been
implicated as causal agents of ACD in
humans.2 Following contact with an
allergen, the skin reacts
immunologically, giving the clinical
expression of eczematous
inflammation.
 Uji patch penting untuk
identifikasi alergen penyebab
dan diindikasikan untuk pasien
dengan dermatitis persisten atau
rekuren yang dicurigai
menderita DKA.
 Penghindaran adalah tindakan
terapi utama untuk DKA.
Mengedukasi pasien tentang
menghindari alergen dan
substansi berpotensi lainnya
dan memberikan alternatif
penting untuk luaran yang baik.
Sebagai organ terbesar dalam tubuh
manusia, kulit merupakan organ yang
kompleks dan dinamis yang memiliki
banyak fungsi, seperti perannya
sebagai sawar fisik dan imunologis
terhadap lingkungan. Oleh karena itu,
kulit adalah pertahanan pertama setelah
paparan terhadap berbagai bahan
kimia. Dermatitis kontak alergi (DKA)
adalah setidaknya 20% atau lebih dari
kasus kejadian baru dalam kelompok
dermatitis kontak (kontak iritan adalah
80%).1 DKA, seperti namanya, adalah
reaksi inflamasi kulit yang disebabkan
oleh kontak dengan alergen eksogen
spesifik di mana seseorang mengalami
sensitisasi alergik. Lebih dari 3,700
bahan kimia telah menjadi agen kausal
DKA pada manusia.2 Setelah kontak
dengan alergen, kulit bereaksi secara
imunologis, memberikan ekspresi
klinis inflamasi eksematosa.
In ACD the severity of the eczematous
dermatitis can range from a mild, short-
lived condition to a severe, persistent,
chronic disease. Appropriate allergen
identification through proper
epicutaneous patch testing has been
demonstrated to improve quality of life
as measured by standard tools,3 as it
allows for appropriate avoidance of the
inciting allergen and possibly sustained
remission of this potentially
debilitating condition. Recognition of
the presenting signs and symptoms,
and appropriate patch testing are
crucial in the evaluation of a patient
with suspected ACD.
EPIDEMIOLOGY
A small but substantial number of
studies have investigated the
prevalence of contact allergy in the
general population and in unselected
subgroups of the general population. In
2007, Thyssen and colleagues4
performed a retrospective study that
reviewed the main findings from
previously published epidemiological
studies on contact allergy in unselected
populations including all age groups
and most publishing countries (mainly
North America and Western Europe).
Based on these heterogeneous
published data collected between 1966
and 2007, the median prevalence of
contact allergy to at least one allergen
in the general population was 21.2%.
Additionally, the study found that the
most prevalent contact allergens in the
general population were nickel,
thimerosal, and fragrance mix.
Pada DKA, keparahan dermatitis
eksematosa dapat berkisar dari kondisi
singkat ringan sampai penyakit kronis
berat persisten. Identifikasi alergen
yang tepat melalui uji patch
epikutaneus yang tepat telah terbukti
mampu memperbaiki kualitas hidup
yang diukur dengan alat standar, karena
memungkinkan penghindaran yang
tepat dari alergen pemicu dan dapat
mempertahankan remisi dari kondisi
yang mengganggu ini. Pengenalan
tanda dan gejala yang ada dan uji patch
yang tepat merupakan hal yang penting
dalam evaluasi pasien yang dicurigai
mendertia DKA.
EPIDEMIOLOGI
Sejumlah kecil penelitian penting telah
menginvestigasi prevalensi alergi
kontak dalam populasi umum dan
subkelompok yang tidak terpilih dari
populasi umum. Pada 2007, Thyssen
dkk4 melakukan penelitian retrospektif
yang meninjau temuan utama dari
penelitian epidemiologis yang
dipublikasikan sebelumnya mengenai
alergi kontak pada populasi tak terpilih
yang meliputi semua kelompok umur
dan kebanyakan negara publikasi
(terutama Amerika Utara dan Eropa
Barat). Berdasarkan data heterogen
yang dikumpulkan antara 1966-2007
ini, prevalensi median dari alergi
kontak untuk setidaknya satu alergen
dalam populasi umum adalah 21.2%.
Selain itu, penelitian ini menemukan
bahwa kebanyakan alergen kontak
dalam populasi umum adalah nikel,
thimerosal, dan campuran wewangian.