Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Seorang bayi selama dalam kandungan telah mengalami proses tumbuh kembang
sedemikian rupa, sehingga waktu bayi lahir berat badannya sudah mencapai berat badan
normal. Pertumbuhan dan perkembangan bayi terus berlangsung sampai dewasa. Proses
tumbuh kembang ini dipengaruhi oleh makanan yang diberikan pada anak. Makanan yang
paling sesuai untuk bayi adalah Air Susu Ibu (ASI), karena ASI memang diperuntukkan bagi
bayi sebagai makanan pokok bayi.
Kelahiran bayi merupakan peristiwa penting bagi kehidupan seorang pasien dan
keluarganya. Sangat penting untuk diingat bahwa persalinan juga merupakan proses yang
normal dan kejadian yang sehat. Namun demikian, potensi terjadinya komplikasi yang
mengancam nyawa selalu ada sehingga bidan harus mengamati dengan ketat pasien dan bayi
sepanjang proses melahirkan. Dukungan yang terus-menerus dan penatalaksanaan yang
terampil dari bidan dapat menyumbangkan suatu pengalaman melahirkan yang
menyenangkan dengan hasil persalinan yang sehat dan memuaskan.
United Nations International Children's Emergency Fund (UNICEF) melaporkan
sebanyak 30 ribu kematian bayi di Indonesia dan 10 juta kematian balita di seluruh dunia
pada tiap tahunnya dapat dicegah melalui pemberian air susu ibu secara eksklusif selama 6
bulan sejak lahir tanpa harus memberikan makanan serta minuman tambahan apapun kepada
bayi. Pemberian air susu ibu dapat membentuk perkembangan intelegensia, rohani dan
perkembangan emosional. WHO merekomendasikan inisiasi menyusu dini sebagai
tindakan life saving.
Berdasarkan hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2012 yang
dilakukan oleh BPS setiap 5 (lima) tahunan, diperoleh hasil bahwa AKB di Provinsi
Sumatera Utara mengalami penurunan dari tahun 1994 sebesar 61/1.000 KH, turun menjadi
42/1.000 KH pada SDKI tahun 2002. Namun pada tahun 2007 mengalami kenaikan menjadi
46/1.000 KH. Pada tahun 2012, menurun kembali menjadi sebesar 40/1.000 KH, untuk lebih
jelasnya berikut ini akan disajikan grafik AKB hasil SDKI mulai tahun 1994-2012.
Program Inisiasi Menyusu Dini (IMD) didasarkan pada hasil penelitian yang
membuktikan bahwa kontak bayi dengan ibunya seawal mungkin setelah lahir akan
berdampak positif untuk perkembangan bayi.(2) Inisiasi Menyusu Dini (IMD) merupakan
proses bayi mulai menyusu sendiri setelah dilahirkan. Segera setelah keluar dari rahim,
biarkan kulit bayi kontak langsung dengan kulit ibunya selama minimal satu jam untuk
mencari sendiri sumber minumnya (ASI).
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2012 bagian kedua
tentang Inisiasi Menyusu Dini Pasal 9, tenaga kesehatan dan penyelenggaran fasilitas
pelayanan kesehatan wajib melakukan inisiasi menyusu dini terhadap bayi yang baru lahir
kepada ibunya paling singkat selama 1 (satu) jam. Inisiasi menyusu dini sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan cara meletakkan bayi secara tengkurap di dada atau
perut ibu sehingga kulit bayi melekat pada kulit ibu.
Dari serangkaian hasil penelitian jangka panjang di seluruh belahan
dunia, WHO dan Unicefmengadaptasi Global Strategy for Infant and Young Child
Feeding demi menyelamatkan anak-anak yang terancam malnutrisi dari seluruh penjuru
dunia. Dalam strategi global pemberian makan bayi dan balita ini WHO dan Unicef
merekomendasikan : segera dilakukan inisiasi menyusu dini (IMD) segera dalam satu jam
setelah kelahiran bayi, pemberian ASI saja (ASI eksklusif) tanpa makanan dan minuman lain
bagi bayi 0 – 6 bulan, pengenalan makanan pendamping ASI yang mencukupi kebutuhan
nutrisi dan aman pada anak.
ASI dan pola pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) pada anak umur 0-23
bulan yang meliputi : proses mulai menyusu, inisiasi menyusu dini (IMD), pemberian
kolostrum, pemberian makanan prelakteal, menyusu eksklusif, dan pemberian MP-ASI.
Kriteria menyusu eksklusif ditegakkan bila anak umur 0-6 bulan hanya diberi ASI saja pada
24 jam terakhir dan tidak diberi makanan prelakteal. Menyusui sejak dini mempunyai
dampak yang positif baik bagi ibu maupun bayinya. Bagi bayi, menyusui mempunyai peran
penting untuk menunjang pertumbuhan, kesehatan, dan kelangsungan hidup bayi karena ASI
kaya dengan zat gizi dan antibodi. Sedangkan bagi ibu, menyusui dapat mengurangi
morbiditas dan mortalitas karena proses menyusui akan merangsang kontraksi uterus
sehingga mengurangi perdarahan pasca melahirkan (postpartum).
Berdasarkan laporan profil kesehatan kab/kota tahun 2012 dari 259.320 bayi lahir
hidup terdapat 1.970 bayi meninggal sebelum usia 1 tahun.Berdasarkan angka ini,
diperhitungkan Angka Kematian Bayi (AKB) di Sumatera Utara hanya 7,6/1.000 Kelahiran
Hidup (KH) pada tahun 2012. Rendahnya angka ini mungkin disebabkan karena kasus-kasus
yang terlaporkan adalah kasus kematian yang terjadi di sarana pelayanan kesehatan,
sedangkan kasus-kasus kematian yang terjadi di masyarakat belum seluruhnya terlaporkan.
Persentase nasional proses mulai menyusu kurang dari satu jam (IMD) setelah bayi
lahir adalah 34,5 persen, dengan persentase tertinggi di Nusa Tenggara Barat (52,9%) dan
terendah di Papua Barat (21,7%). Untuk Sumatera Utara pada tahun 2013 sendiri persentase
proses mulai menyusu < 1 jam (IMD) sebesar 22,9%, 1-6 jam sebesar 32,9%, 7-23 jam
sebesar 4,2%, 24-47 jam sebesar 17,1%, dan ≥ 48 jam sebesar 22,9%.
Penelitian yang dilakukan oleh Rati di Puskesmas Batua Tahun 2013 mengenai
perilaku ibu post partum dalam pelaksanaan Inisiasi Menyusi Dini (IMD) menunjukkan
bahwa ibu post partum belum mampu menjelaskan tentang IMD seperti pemahaman mereka
tentang ASI eksklusif sehingga IMD terkesan belum sepopuler ASI Eksklusif.
Berdasarkan survei awal yang dilakukan peneliti di Klinik Harapan Bunda Tahun
2014, melalui wawancara dari 8 orang ibu post partum, hanya terdapat 3 orang post
partum yang mengetahui dengan baik tentang pelaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD), dan
sikap positif tentang pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) pada bayi baru lahir dan
terdapat 5 orang ibu post partum yang tidak mengetahui dengan baik tentang pelaksanaan
inisiasi menyusu dini (IMD) pada bayi baru lahir, hal ini dikarenakan kurangnya informasi
yang didapatkan ibu mengenai Inisiasi Menyusui Dini (IMD) baik melalui petugas kesehatan
ataupun media massa, ibu terlalu sibuk dengan pekerjaan sehari atau ibu yang memang tidak
perduli mengenai pentingnya dan manfaat Inisiasi Menyusui Dini (IMD). Disamping itu
sebagian ibu juga enggan untuk dilakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pendapat Yang Menghambat Kontak Dini Kulit Dengan Kulit Bayi Baru Lahir
1. Bayi kedinginan.
2. Ibu lelah setelah melahirkan.
3. Kurang tersedia tenaga kesehatan.
4. Ibu harus dijahit.
5. Bayi perlu diberi Vitamin K dan tetes mata segera.
6. Bayi harus segera dibersihkan, ditimbang dan diukur.
7. Bayi kurang ‘alert’.
8. Kolostrum tidak keluar, tidak cukup, tidak baik, bahkan bahaya untuk bayi.
9. Suhu kamar bersalin, kamar operasi harus dingin dan biasanya AC sentral.
10. Tenaga kesehatan belum sependapat tentang pentingnya kesempatan inisiasi menyusu dini
pada bayi lahir dengan Operasi Caesar.(16)
Berbagai Hal Yang Berkaitan Dengan Penyebab ASI Berkurang dan Cara Untuk
Meningkatkan Jumlah ASI
1. Penyebab ASI berkurang, antara lain rasa khawatir, stress, rasa nyeri dan rasa keraguan
pada ibu yang berlebih.
2. ASI berkurang bida disebabkan juga karena :
a. Bayi tidak langsung disusui.
b. Asi tidak diperah.
c. Jika payudara tetap penuh, maka terbentuk PIF (Prolacting Inhibiting Fakor), yang
merupakan zat yang menghentikan pembentukan ASI.
3. Cara menigkatkan jumlah ASI, antara lain :
a. Ibu dianjurkan untuk berfikir dengan penuh kasih sayang terhadap bayi.
b. Suara bayi.
c. Kehadiran bayi.
d. Rasa percaya diri.(16)