You are on page 1of 30

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas
hidup pasien (dewasa dan anak-anak) dan keluarga dalam menghadapi penyakit yang
mengancam jiwa, dengan cara meringankan penderita dari rasa sakit melalui identifikasi dini,
pengkajian yang sempurna, dan penatalaksanaan nyeri serta masalah lainnya baik fisik,
psikologis, sosial atau spiritual (World Health Organization (WHO), 2016).
Menurut WHO (2016) penyakit-penyakit yang termasuk dalam perawatan paliatif seperti
penyakit kardiovaskuler dengan prevalensi 38.5%, kanker 34%, penyakit pernapasan kronis
10.3%, HIV/AIDS 5.7%, diabetes 4.6% dan memerlukan perawatan paliatif sekitas 40-
60%.Pada tahun 2011 terdapat 29 juta orang meninggal di karenakan penyakit yang
membutuhkan perawatan paliatif.
Kanker menjadi penyakit yang termasuk kedalam perawatan paliatif berada di urutan
kedua tertinggi. Dari banyaknya jenis kanker, salah satunya yaitu kanker kandung kemih.
Kanker kandung kemih (karsinoma buli-buli) adalah kanker yang mengenai kandung kemih
dan kebanyakan menyerang laki-laki berusia di atas 50 tahun (Nursalam 2009).
Sebagian besar (±90%) tumor kandung kemih adalah karsinoma sel transisional. Tumor ini
bersifat multifokal, yaitu dapat terjadi di saluran kemih yang epitelnya terdiri atas sel
transisional, seperti di pielum, ureter, uretra posterior. Pada 90% kasus, gejala klinis yang
awal adalah hematuria intermitten yang tidak disertai nyeri. Sedangkan jenis yang lainnya
adalah karsinoma sel skuamosa (±10%) dan adenokarsinoma (±2%) (Nursalam 2009).
Kanker kandung kemih adalah neoplasma yang paling sering terjadi di saluran kemih,
dilaporkan mendekati angka 3% dari semua kematian yang disebabkan oleh kanker. Kanker
kandung kemih juga muncul 2-3 kali lebih sering pada pria daripada wanita meskipun
angka kejadian pada wanita juga meningkat. Kanker ini sekarang menjadi urutan nomor 5
dari kanker yang paling sering terjadi pada pria dan menjadi urutan 10 dari kanker yang
paling sering terjadi pada wanita.
Oleh karena itu, makalah ini disusun agar mahasiswa mampu memahami dengan baik
mengenai kanker kandung kemih serta mampu menerapkan asuhan keperawatan paliatif yang
tepat bagi penderita kanker kandung kemih.

1
1.2 Rumusan masalah
1 Apa pengertian perawatan paliatif?
2 Apa tujuan perawatan paliatif?
3 Apa prinsip perawatan paliatif?
4 Apa elemen dalam perawatan paliatif?
5 Apa saja masalah keperawatan pada pasien paliatif?
6 Bagaimana dukungan keluarga pada pasien paliatif?
7 Bagaimana kebutuhan spiritual pada pasien paliatif ?
8 Bagaimana konsep teori kanker kandung kemih?
9 Bagaimana asuhan keperawatan paliatif pada pasien dengan masalah kandung kemih?

1.3.Tujuan Makalah
1.3.1. Tujuan Umum Makalah
Makalah ini menjabarkan secara rinci tentang teori konseptual mengenai
Kanker Kandung Kemih dan bagaimana cara memberikan penatalaksaan yang cepat
dan tepat, serta pembaca diharapkan memahami dan menerapkan asuhan
keperawatan pada kasus Kanker Kandung Kemih secara komprehensif.

1.3.2. Tujuan Khusus Makalah


Mahasiswa mampu:
1. Menjelaskan pengertian perawatan paliatif
2. Menjelaskan tujuan perawatan paliatif
3. Menjelaskan prinsip perawatan paliatif
4. Menjelaskan elemen dalam perawatan paliatif
5. Menjelaskan masalah keperawatan pada pasien paliatif
6. Menjelaskan seperti apa bentuk dukungan keluarga pada pasien paliatif
7. Menjelaskan kebutuhan spiritual pada pasien paliatif
8. Menjelaskan konsep teori kanker kandung kemih
9. Menjelaskan asuhan keperawatan paliatif pada pasien dengan masalah kandung
kemih

2
1.4 Manfaat Makalah
Mahasiswa mampu mengetahui tentang perawatan paliatif pada klien dengan kanker
kandung kemih sehingga perawat akan lebih peka dan teliti dalam mengumpulkan data
pengkajian awal dan menganalisa suatu respon tubuh pasien terhadap penyakit.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perawatan Paliatif


Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup
pasien (dewasa dan anak-anak) dan keluarga dalam menghadapi penyakit yang mengancam
jiwa, dengan cara meringankan penderitaan rasa sakit melalui identifikasi dini, pengkajian
yang sempurna, dan penatalaksanaan nyeri serta masalah lainnya baik fisik, psikologis, sosial
atau spiritual. (World Health Organization (WHO) 2016).
Perawatan paliatif merupakan perawatan yang berfokus pada pasien dan keluarga
dalam mengoptimalkan kualitas hidup dengan mengantisipasi, mencegah, dan menghilangkan
penderitaan. Perawatan paliatif mencangkup seluruh rangkaian penyakit termasuk fisik,
intelektual, emosional, sosial, dan kebutuhan spiritual serta untuk memfasilitasi otonomi
pasien, mengakses informasi, dan pilihan (National Consensus Project for Quality Palliative
Care, 2013).
Pada perawatan paliatif ini, kematian tidak dianggap sebagai sesuatu yang harus di
hindari tetapi kematian merupakan suatu hal yang harus dihadapi sebagai bagian dari siklus
kehidupan normal setiap yang bernyawa (Nurwijaya dkk, 2010).

2.2 Tujuan Perawatan Paliatif


Perawatan paliatif ini bertujuan untuk membantu pasien yang sudah mendekati
ajalnya, agar pasien aktif dan dapat bertahan hidupselama mungkin. Perawatan paliatif ini
meliputi mengurangi rasa sakit dan gejala lainnya, membuat pasien menganggap kematias
sebagai prosesyang normal, mengintegrasikan aspek-aspek spikokologis dan spritual (Hartati
& Suheimi, 2010).
Selain itu perawatan paliatif juga bertujuan agar pasien terminal tetap dalam keadaan
nyaman dan dapat meninggal dunia dengan baik dan tenang (Bertens, 2009).

2.3 Prinsip Perawatan Paliatif


Prinsip perawatan paliatifyaitu menghormati dan menghargai martabat serta harga diri
pasien dan keluarganya (Ferrel & Coyle, 2007). Menurut Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia (KEMENKES, 2013) dan Aziz, Witjaksono, dan Rasjidi (2008) prinsip pelayanan
perawatan paliatif yaitu menghilangkan nyeri dan mencegah timbulnya gejala serta keluhan
fisik lainnya, penanggulangan nyeri, menghargai kehidupan dan menganggap kematian

4
sebagai proses normal , tidak bertujuan mempercepat atau menghambat kematian,
memberikan dukungan psikologis, sosial dan spiritual, memberikan dukungan agar pasien
dapat hidup seaktif mungkin, memberikan dukungan kepada keluarga sampai masa dukacita,
serta menggunakan pendekatan tim untuk mengatasi kebutuhan pasien dan keluarganya.

2.4 Elemen dalam Perawatan Paliatif


Elemen dalam perawatan paliatif menurut National Consensus Project dalam
Campbell (2013), meliputi :
a) Populasi pasien. Dimana dalam populasi pasien ini mencangkup pasien dengan semua
usia, penyakit kronis atau penyakit yang mengancam kehidupan.
b) Perawatan yang berfokus pada pasien dan keluarga. Dimana pasien dan keluarga
merupakan bagian dari perawatan paliatif itu sendiri.
c) Waktu perawatan paliatif. Waktu dalam pemberian perawatan paliatif berlangsung mulai
sejak terdiagnosanya penyakit dan berlanjut hingga sembuh atau meninggal sampai
periode duka cita.
d) Perawatan komprehensif. Dimana perawatan ini bersifat multidimensi yang bertujuan
untuk menanggulangi gejala penderitaan yang termasuk dalam aspek fisik, psikologis,
sosial maupun keagamaan.
e) Tim interdisiplin. Tim ini termasuk profesional dari kedokteran, perawat, farmasi, pekerja
sosial, sukarelawan, koordinator pengurusan jenazah, pemuka agama, psikolog, asisten
perawat, ahli diet, sukarelawan terlatih.
f) Perhatian terhadap berkurangnya penderitaan : Tujuan perawatan paliatif adalah mencegah
dan mengurangi gejala penderitaan yang disebabkan oleh penyakit maupun pengobatan.
g) Kemampuan berkomunikasi : Komunikasi efektif diperlukan dalam memberikan
informasi, mendengarkan aktif, menentukan tujuan, membantu membuat keputusan medis
dan komunikasi efektif terhadap individu yang membantu pasien dan keluarga.
h) Kemampuan merawat pasien yang meninggal dan berduka
i) Perawatan yang berkesinambungan. Dimana seluru sistem pelayanan kesehatan yang ada
dapat menjamin koordinasi, komunikasi, serta kelanjutan perawatan paliatif untuk
mencegah krisis dan rujukan yang tidak diperukan.
j) Akses yang tepat. Dalam pemberian perawatan paliatif dimana timharus bekerja pada
akses yang tepat bagi seluruh cakupanusia, populasi, kategori diagnosis, komunitas, tanpa
memandang ras, etnik, jenis kelamin, serta kemampuan instrumental pasien.

5
k) Hambatan pengaturan. Perawatan paliatif seharusnya mencakup pembuat kebijakan,
pelaksanaan undang-undang, dan pengaturan yang dapat mewujudkan lingkungan klinis
yang optimal.
l) Peningkatan kualitas. Dimana dalam peningkatan kualitas membutuhkan evaluasi teratur
dan sistemik dalam kebutuhan pasien.

2.5 Masalah Keperawatan pada Pasien Paliatif


Permasalahan yang sering muncul ataupun terjadi pada pasien dengan perawatan
paliatif meliputi masalah psikologi, masalah hubungan sosial, konsep diri, masalah dukungan
keluarga serta masalah pada aspek spiritual (Campbell, 2013).
Permasalahan perawatan paliatif yang sering digambarkan pasien yaitu kejadian-
kejadian yang dapat mengancam diri sendiri eimana masalah yang seringkali di keluhkan
pasien yaitu mengenai masalah seperti nyeri, masalah fisik, psikologi sosial, kultural serta
spiritual (IAHPC, 2016)
a) Masalah Fisik
Masalah fisik yang seringkali muncul yang merupakan keluhan dari pasien paliatif
yaitu nyeri. Nyeri merupakan pengalaman emosional dan sensori yang tidak menyenangkan
yang muncul akibat rusaknya jaringan aktual yang terjadi secara tiba-tiba dari intensitas
ringan hingga berat yang dapat diantisipasi dan diprediksi. Masalah nyeri dapat ditegakkan
apabiladata subjektif dan objektif dari pasien memenuhi minimal tiga kriteria (NANDA,
2015).
b) Masalah Psikologi
Masalah psikologi yang paling sering dialami pasien paliatif adalah kecemasan. Hal
yang menyebabkan terjadinya kecemasan ialah diagnosa penyakit yang membuat pasien takut
sehingga menyebabkan kecemasan bagi pasien maupun keluarga (Misgiyanto & Susilawati,
2014).
NANDA, 2015 menyatakan bahwa kecemasan adalah perasaan tidak nyaman atau
kekhawatiran yang diseratai oleh respon otonom, perasaan takut yang disebabkan oleh
antisipasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan tanda waspada yang memberi tanda individu
akan adanya bahaya dan mampukah individu tersebut mengatasinya.
c) Masalah Sosial
Masalah pada aspek sosial dapat terjadi karena adanya ketidaknormalan kondisi
hubungan sosial pasien dengan orang yang ada disekitar pasien baik itu keluarga maupun
rekan kerja (Misgiyanto & Susilawati, 2014). Atau suatu keadaan dimana seseorang individu

6
mengalami penurunan bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain
disekitarnya, pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu
membina hubungan yang berarti dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan
orang lain (Kelliat, 2006 ).
d) Masalah Spiritual
Menurut Carpenito (2006) salah satu masalah yang sering muncul pada pasien paliatif
adalah distress spiritual. Distres spiritual dapat terjadi karena diagnose penyakit kronis, nyeri,
gejala fisik, isolasi dalam menjalani pengobatan serta ketidakmampuan pasien dalam
melakukan ritual keagamaan yang mana biasanya dapat dilakukan secara mandiri.
Distres spiritual adalah kerusakan kemampuan dalam mengalami dan
mengintegrasikan arti dan tujuan hidup seseorang dengan diri, orang lain, seni, musik,
literature, alam dan kekuatan yang lebih besar dari dirinya (Hamid, 2008).
Definisi lain mengatakan bahwa distres spiritual adalah gangguan dalam prinsip hidup
yang meliputi seluruh kehidupan seseorang dan diintegrasikan biologis dan psikososial
(Keliat dkk, 2011).

2.6 Dukungan Keluarga pada Pasien Paliatif


a) Definisi dukungan keluarga
Dukungan keluarga adalah sikap dan tindakan terhadap anggota keluarga yang sakit
dan keluarga memberikan bantuan kepada anggota keluarga lain baik berupa barang, jasa,
informasi, dan nasihat sehingga anggota keluarga merasa di sayangi, di hormati dan dihargai
(Friedman, 2013).
Sedangkan menurut Helnilawati (2013) dukungan keluarga adalah dukungan yang
didapatkan dari keluarga ke anggota keluarga, yang dimana dukungan ini sangat bermanfaat
bagi anggota keluarga yang mendapatkan dukungan dan merasa diperhatikan, di hargai dan di
cintai oleh keluarganya.
b) Manfaat dukungan keluarga
Dukungan keluarga ini terjadi selama masa proses kehidupan dengan sifat dan tipe
dukungan yang bervariasi pada masing-masing tahap siklus kehidupan keluarga, walapun
demikian dalam semua tahapan siklus kehidupan keluarga, dukungan keluarga dapat
memungkinkan keluarga berfungsi secara penuh dan dapat meningkatkan adaptasi keluarga
dalam memenuhi kesehatan keluarga (Friedman, 2013).

7
c) Jenis Dukungan Keluarga
Jenis dukungan keluarga ada empat yaitu (Harnilawati, 2013) dan Friedman (2013) :
Dukungan instrumental, yaitu keluarga merupakan sumber pertolongan praktis dan konkrit.
Dukungan ini meliputi penyediaan dukungan jasmaniah seperti pelayanan, bantuan finansial dan
material berupa bantuan nyata, termasuk didalamnya bantuan langsung, seperti saat seseorang
memberi atau meminjamkan uang, membantu kegiatan spiritual seperti menyediakan keperluan-
keperluan yang bersangkutan dengan ibadah.
Dukungan keluarga informasional, yaitu keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan
disseminator (penyebar informasi). Jenis dukungan ini meliputi jaringan komunikasi dan
tanggung jawab bersama, termasuk di dalamnya memberikan solusi dari masalah, memberikan
nasehat, pengarahan, saran, atau umpan balik tentang apa yang dilakukan oleh seseorang. Dimana
keluarga sebagai penghimpun informasi dan pemberi informasi. Misalnya keluarga dapat
memberikan atau menyediakan buku, mendatangkan ulama atau rohaniawan.
Dukungan penilaian (appraisal), yaitu keluarga bertindak sebagai sebuah umpan balik,
membimbing dan menengahi pemecahan masalah dan sebagai sumber dan validator identitas
keluarga. Misalnya anggota keluarga yang sakit tidak bisa atau tidak mampu untuk
melakukan sholat/ibadah maka tugas keluarga yaitu membantu/mengajarkan cara melakukan
sholat/ibadah.
Dukungan emosional, yaitu keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan damai
untuk istirahat dan pemulihan serta penguasaan terhadap emosi.
d) Faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga dan faktor-faktor yang
mempengaruhi

ᅳ Faktor internal
Tahap perkembangan. Setiap dukungan ditentukan oleh faktor usia dimana termasuk
pertumbuhan dan perkembangan, dengan demikian setiap rentang usia memiliki pemahaman
dan respon terhadap perubahan kesehatan yang berbeda-beda.
Spiritual, aspek spiritual dapat terlihat dari bagaimana seseorang itu menjalani kehidupannya,
mencakup nilai dan keyakinan, hubungan dengan keluarga atau teman, dan kemampuan
mencari harapan serta arti dalam hidup.

ᅳ Faktor emosional
Faktor ini juga dapat mempengaruhi keyakinan seseorang terhadap adanya dukungan
dan cara melaksanakannya. Seseorang yang mengalami respon stress cenderung merasa
khawatir bahwa penyakit tersebut dapat mengancam kehidupannya. Seseorang yang secara
umum terlihat tenang.

8
2.7 Kebutuhan Spiritual pada Pasien Paliatif
a) Pengertian Spiritual
Spiritual merupakan sesuatu yang dipercayai oleh seseorang dalam hubungannya
dengan kekuatan yang lebih tinggi (Tuhan) yang menimbulkan suatu kebutuhan serta
kecintaan terhadap adanya Tuhan dan permohonan maaf atas kesalahan yang pernah dibuat
(Aziz, 2014 dalam Sasmika, 2016).
Definisi lain menyebutkan bahwa spiritual adalah multidimensi yang terdiri dari
dimensi vertikal dan dimensi horizontal yang berarti dimensi vertikal menunjukkan hubungan
individu dengan Tuhan yang dapat menuntun dan mempengaruhi individu dalam menjalani
kehidupan sedangkan dimensi horizontal merupakan hubungan individu dengan dirinya
sendiri, orang lain, dan lingkungannya (Rois, 2014 dalam Sasmika, 2016).
Kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh setiap orang
atau manusia dalam mencari arti dan tujuan hidup (Aziz, 2014 dalam Sasmika, 2016).

b) Karakterisitik Spiritual
Siregar (2015) menyatakan bahwa pemenuhan spiritual harus berdasarkan 4
karakteristik spiritual itu sendiri antara lain:

ᅳ Hubungan dengan diri sendiri


Merupakan kekuatan dari dalam diri seseorang yang meliputi pengetahuan diri yaitu
siapa dirinya, apa yang dapat dilakukannya dan juga sikap yang menyangkut kepercayaan
pada diri sendiri, percaya pada kehidupan atau masa depan, ketenangan pikiran, serta
keselarasan dengan diri sendiri (Young dan Koopsen, 2007).
Kekuatan yang timbul dari diri seseorang membantunya menyadari makna dan tujuan
hidupnya, diantaranya memandang pengalaman hidupnya sebagai pengalaman yang positif,
kepuasan hidup, optimis terhadap masa depan, dan tujuan hidup yang semakin jelas.

ᅳ Hubungan dengan orang lain atau sesama


Hubungan seseorang dengan sesama sama pentingnya dengan diri sendiri. Kebutuhan
untuk menjadi anggota masyarakat dan saling keterhubungan telah lama diakui sebagai
bagian pokok dalam pengalaman manusiawi (Young dan Koopsen, 2007). Young dan
Koopsen ( 2007) menyatakan adanya hubungan antara manusia satu dengan lainnya yang
pada taraf kesadaran spiritual kita tahu bahwa kita terhubung dengan setiap manusia.
Hubungan ini terbagi atas harmonis dan tidak harmonisnya hubungan dengan orang lain.

9
ᅳ Hubungan dengan alam
Pemenuhan kebutuhan spiritualitas meliputi hubungan individu dengan lingkungan.
Pemenuhan spiritualitas tersebut melalui kedamaian dan lingkungan atau suasana yang
tenang. Kedamaian merupakan keadilan, empati, dan kesatuan. Kedamaian membuat individu
menjadi tenang dan dapat meningkatkan status kesehatan.

ᅳ Hubungan dengan Tuhan


Pemahaman tentang Tuhan dan hubungan manusia dengan Tuhan secara tradisional
dipahami dalam kerangka hidup keagamaan. Akan tetapi, dewasa ini telah dikembangkan
secara lebih luas dan tidak terbatas. Tuhan dipahami sebagai daya yang menyatukan, prinsip
hidup atau hakikat hidup. Kodrat tuhan mungkin mengambil berbagai macam bentuk dan
mempunyai makna yang berbeda bagi satu orang dengan orang lain (Young dan Koopsen,
2009).
c) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Spiritual
Menurut Taylor dan Craven dan Hirnle dalam Ummah (2016) menyebutkan faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi spiritual seseorang diantaranya:

ᅳ Tahap perkembangan.
Spiritual berubungan dengan kekuasaan non material, seseorang harus memiliki
beberapa kemampuan berfikir abstrak sebelum mulai mengerti spiritual dan menggali suatu
hubungan dengan Tuhan.

ᅳ Sistem hubungan.
Sistem pendukung individu seperti keluarga dan pihak yang mempunyai peran
penting di dalam hidup (Archiliandi, 2016). Peranan keluarga penting dalam perkembangan
spiritual individu. Selain keluarga perawat juga mempunyai peranan penting apabila individu
tersebut dirawat di rumah sakit khususnya dalam pemenuhan kebutuhan spiritual yang
meliputi thaharah dan shalat.

ᅳ Latar belakang etnik dan budaya.


Sikap, keyakinan, dan nilai dipengaruhi oleh latar belakang etnik dan sosial budaya.
Pada umumnya seseorang akan mengikuti tradisi agama dan spiritual keluarga.

ᅳ Pengalaman hidup sebelumnya.


Pengalaman hidup yang positif ataupun negatif dapat mempengaruhi spiritual
seseorang, peristiwa dalam kehidupan seseorang biasanya dianggap sebagai suatu cobaan
yang diberikan Tuhan kepada manusia untuk menguji keimanannya.

10
ᅳ Krisis dan perubahan.
Krisis sering dialami pada saat orang sedang menghadapi penyakit, penderitaan,
proses penuaan, kehilangan, dan bahkan kematian. Perubahan dalam kehidupan dan krisis
yang dihadapi tersebut merupakan pengalaman spiritual yang bersifat fisik dan emosional.

ᅳ Terpisah dari ikatan spiritual.


Menderita sakit terutama yang bersifat akut, sering kali membuat individu merasa
terisolasi dan kehilangan kebebasan pribadi dari sistem dukungan sosial. Akibatnya,
kebiasaan hidup sehari-hari juga berubah, diantaranya tidak dapat menghadiri acara resmi,
mengikuti kegiatan keagamaan atau tidak dapat berkumpul dengan keluarga atau teman dekat
yang bisa memberikan dukungan setiap saat bila diinginkan.

2.8 Konsep Teori Kanker Kandung Kemih


a) Definisi Kanker Kandung Kemih
Kanker kandung kemih adalah kanker nonagresif yang muncul pada lapisan sel
transisional kandung kemih. Kanker ini sifatnya kambuh. Dalam kasus yang lebih sedikit,
kanker kandung kemih ditemukan menginvasi lapisan lebih dalam dari jaringan kandung
kemih. Dalam kasus ini, kanker cenderung lebih agresif. Paparan zat kimia industri (cat,
tekstil), riwayat penggunaan cyclophosphamide, dan merokok meningkatkan resiko kanker
kandung kemih (DiGiulio, et al. 2007).
Kebanyakan kanker kandung kemih merupakan pertumbuhan papiloma di urotelium
kandung kemih, meskipun pertumbuhan ini dapat menyebar ke dinding kandung kemih.
Kanker kandung kemih adalah neoplasma yang paling sering terjadi di saluran kemih,
dilaporkan mendekati angka 3% dari semua kematian yang disebabkan oleh kanker. Kanker
ini paling sering muncul pada orang-orang di usia 40 – 60 tahun. Kanker kandung kemih juga
muncul 2 – 3 kali lebih sering pada pria daripada wanita meskipun angka kejadian pada
wanita juga meningkat.

11
b) Klasifikasi Kanker
Klasifikasi DUKE-MASINA, JEWTT dengan modifikasi STRONGMARSHAL
untuk menentukan operasi atau observasi (Jiang & Lizhong, 2008)
T = Pembesaran local tumor primer, ditentukan melalui: Pemeriksaan
klinis, uroghrafy, cystoscopy, pemeriksaan bimanual di bawah
anestesi umum dan biopsy atau tansurethral reseksi.
Tis Carcinoma insitu (pre invasive Ca)
TX Cara pemeriksaan untuk menetapkan penyebaran tumor, tak dapat
dilakukan
T0 Tanda-tanda tumor primer tidak ada
T1 Pada pemeriksaan bimanual didapatkan massa yang bergerak
T2 Pada pemeriksaan bimanual ada indurasi daripada dinding buli-buli
T3 Pada pemeriksaan bimanual indurasi atau massa nodular yang
bergerak bebas dapat diraba di buli-buli
T3a Invasi otot yang lebih dalam
T3b Perluasan lewat dinding buli-buli
T4 Tumor sudah melewati struktur sebelahnya
T4a Tumor mengadakan invasi ke dalam prostate, uterus vagina
T4b Tumor sudah melekat pada dinding pelvis atau infiltrasi ke dalam
abdomen
N = Pembesaran secara klinis untuk pembesaran kelenjar limfe,
pemeriksaan kinis, lympgraphy, urography, operative
NX Minimal yang ditetapkan kel.Lymfe regional tidak dapat ditemukan
N0 Tanpa tanda-tanda pembesaran kelenjar lymfe regional
N1 Pembesaran tunggal kelenjar lymfe regional yang homolateral
N2 Pembesaran kontralateral atau bilateral atau kelenjar lymfe regional
yang multiple
N3 Masa yang melekat pada dinding pelvis dengan rongga yang
bebas antaranya dan tumor
N4 Pembesaran kelenjar lymfe juxta regional
M = Metastase jauh termasuk pembesaran kelenjar limfe yang jauh,
Pemeriksaan klinis , thorax foto, dan test biokimia
MX Kebutuhan cara pemeriksaan minimal untuk menetapkan adanya

12
metastase jauh, tak dapat dilaksanakan
M1 Adanya metastase jauh
M1a Adanya metastase yang tersembunyi pada test-test biokimia
M1b Metastase tunggal dalam satu organ yang tunggal
M1c Metastase multiple dalam satu terdapat organ yang multiple
M1d Metastase dalam organ yang multiple

c) Tipe Tumor
Tipe tumor didasarkan pada tipe selnya, tingkat anaplasia dan invasi :
(1) Efidermoid Ca, kira-kira 5% neoplasma buli-buli squamosa cell anaplastik, invasi yang
dalam dan cepat metastasenya.
(2) Adeno Ca, sangat jarang dan sering muncul pada bekas urachus
(3) Rhabdomyo sarcoma, sering terjadi pada anak-anak laki-laki (adolescent), infiltasi,
metastase cepat dan biasanya fatal.
(4) Primary Malignant lymphoma, neurofibroma dan pheochromacytoma, dapat
menimbulkan serangan hipertensi selama kencing.
(5) Ca dari pada kulit, melanoma, lambung, paru dan mamma mungkin mengadakan
metastase ke buli-buli, invasi ke buli-buli oleh endometriosis dapat terjadi.

d) Etiologi dan Faktor Resiko


Kanker kandung kemih memiliki beberapa faktor etiologi termasuk interaksi antara
latar belakang genetik dan faktor lingkungan dan merokok adalah faktor resiko utama pemicu
kanker kandung kemih (Cohen, et al. 2000 dalam Rouissi, et al. 2011), dan bertanggung
jawab atas 50% kasus pada pria dan 35% pada wanita (Zeegers, et al. 2000 dalam Rouissi, et
al. 2011).
Asap rokok mengandung sejumlah xenobiotics termasuk oksidan dan radikal bebas,
sehingga asap rokok dapat menurunkan serum dan folat sel darah merah dalam darah dan
antioksidan vitamin B12 (Maninno, et al. 2003; Tungtrongchitr, et al. 2003 dalam Rouissi, et
al. 2011). Sebagai tambahan laporan mengindikasikan bahwa konsentrasi total plasma
homocysteine lebih tinggi pada perokok daripada non perokok (Lwin, et al. 2002; Saw, et al.
2001 dalam Rouissi. et al. 2011).

13
Penemuan-penemuan ini menunjukkan bahwa fungsi polimorfisme pada gen terlibat
dalam metabolisme folat dan tingkat serum dari vitamin B12 memiliki peranan penting dalam
perkembangan karsinogenesis kanker.
Penelitian menemukan bahwa faktor-faktor berikut beresiko terhadap munculnya
kanker kandung kemih (National Cancer Institute 2010) :
(1) Merokok
Merokok merupakan faktor resiko utama untuk kanker kandung kemih. Merokok
merupakan penyebab utama dari beberapa kasus kanker kandung kemih.
(2) Bahan-bahan kimia di tempat kerja
Orang-orang tertentu memiliki resiko lebih tinggi karena bahan kimia penyebab
kanker di tempat mereka bekerja.
(3) Riwayat kanker kandung kemih
Orang-orang yang memiliki riwayat kanker kandung kemih memiliki kemungkinan
untuk kembali memiliki penyakit yang sama.
(4) Pengobatan kanker tertentu
Orang yang pernah mendapatkan pengobatan kanker dengan obat-obatan tertentu
seperti cyclophosphamide akan meningkatkan resiko kanker kandung kemih.
(5) Arsenik
Arsenik merupakan suatu racun yang mampu meningkatkan resiko kanker kandung
kemih.
(6) Riwayat keluarga dengan kanker kandung kemih
Keluarga yang memiliki riwayat kanker kandung kemih maupun kanker lain seperti
kanker kolon dan kanker ginjal (RCC) akan menimbulkan resiko kanker kandung
kemih.
(7) Infeksi
Infeksi kronis saluran kencing dan infeksi dari parasit S. haematobium juga
dikaitkan dengan peningkatan resiko kanker kandung kemih, seringnya pada
karsinoma sel skuamosa.

14
e) Manifestasi Klinis
Kanker kandung kemih dapat menyebabkan beberapa gejala seperti berikut (National
Cancer Institute 2010) :
(1) Terdapat darah dalam urin (urine terlihat seperti berkarat atau merah gelap).
(2) Adanya dorongan mendesak untuk mengosongkan kandung kemih.
(3) Harus mengosongkan kandung kemih lebih sering dari biasanya.
(4) Adanya dorongan untuk mengosongkan kandung kemih tanpa ada hasil.
(5) Merasa perlu berusaha keras saat mengosongkan kandung kemih.
(6) Merasa nyeri saat mengosongkan kandung kemih.

f) Patofisiologi
Keganasan yang terjadi pada kandung kemih ini kebanyakan menyerang pada sel
epitel transisional kandung kemih (Monahan, et al, 2007). Perubahan (mutasi gen) pada
kandung kemih melibatkan zat-zat karsinogen yang didapat dari lingkungan seperti
tembakau, aromatik amina, arsen; faktor resiko lain yang mempengaruhi proses pertumbuhan
sel kanker pada kandung kemih diantaranya : genetik dan riwayat penyakit kandung kemih
sebelumnya. Secara umum, karsinogenesis dapat terjadi melalui aktivasi proto-onkogen dan
rusaknya gen supresor tumor yang termasuk fosfatase dan tensin homolog (PTEN) dan p53.
Akibat dari mutasi ini terdapat delesi dari kromosom 9 atau mengaktifkan mutasi
dari reseptor faktor pertumbuhan fibroblast 3 (FGFR 3) (Ching & Hansel 2010). Karsinoma
kandung yang masih dini merupakan tumor superficial. Tumor ini lama-kelamaan dapat
mengadakan infiltrasi ke lamina propia, otot dan lemak perivesika yang kemudian menyebar
langsung ke jaringan sekitarnya. Hematuria yang disertai nyeri merupakan gejala awal kanker
pada kebanyakan pasien (Nursalam & Batticaca, 2006).

g) Pemeriksaan Diagnostik
(1) Pemeriksaan Laboratorium (Purnomo 2011) :
a. Urinalisis
Pemeriksaan ini meliputi:
1. Maskroskopik dengan menilai warna, bau, dan berat jenis urine.
2. Kimiawi meliputi pemeriksaan derajat keasaman/pH, protein, dan
3. gula dalam urine.
4. Mikroskopik mencari kemungkinan adanya sel-sel, cast (silinder), atau bentukan
lain di dalam urine.

15
b. Pemeriksaan Darah
1. Darah rutin
Pemeriksaan darah rutin terdiri atas pemeriksaan kadar hemoglobin,
leukosit, laju endap darah, hitung jenis leukosit, dan hitung trombosit.
2. Faal ginjal
Beberapa uji faal ginjal yang sering diperiksa adalah pemeriksaan kadar
kreatinin, kadar ureum atau BUN (Blood Urea Nitrogen), dan klirens kreatinin.
3. Faal Hepar
Pemeriksaan faal hepar ditujukan untuk mencari adanya metastasis suatu
keganasan atau untuk melihat fungsi hepar secara umum.
4. β - Human Chorionic Gonadotropin
β – HCG digunakan untuk menunjukkan adanya peningkatan metastase
tumor kandung kemih (Oliver, et.al. 1989)
5. Cell survey antigen study
Pemeriksaan laboratorium untuk mencari sel antigen terhadap kanker,
bahan yang digunakan adalah darah vena (Nursalam & Batticaca 2009).
6. Kultur urine
Digunakan untuk memeriksa adanya infeksi saluran kemih.
7. Histopatologi
Pemeriksaan patologi anatomik adalah pemeriksaan histopatologis yang
diambil melalui biopsi jaringan ataupun melalui operasi.
8. Sitologi
Pemeriksaan sel-sel urotelium yang terlepas bersama urine (biasanya nilai
negative palsu tinggi).
c. Pemeriksaan Radiologis
1. Foto Polos Abdomen (BOF; BNO; KUB)
Foto polos abdomen atau KUB (Kidney Ureter Bladder) adalah foto
skrining untuk pemeriksaan kelainan urologi (Purnomo, 2011).
2. USG
Sebelum pemeriksaan, pasien dipuasakan untuk meminimalkan gas di usus
yang dapat menghalangi pemeriksaan. Pemeriksaan USG merupakan pemeriksaan
yang tidak invasive yang dapat menilai bentuk dan kelainan dari buli (Muttaqin,
2011).

16
3. Sitoskopi
Prosedur pemeriksaan ini merupakan inspeksi langsung uretra dan kandung
kemih dengan menggunakan alat sitoskopi (meruapakan suatu alat yang
mempunyai lensa optik pada ujungnya sehingga dapat dengan leluasa melihat
langsung).
4. Flow Cytometri (Nursalam 2009)
5. Pielogram Intravena / IVP
Prosedur yang lazim pada IVP adalah foto polos radiografi abdomen yang
kemudian dilanjutkan dengan penyuntikan media kontras intravena.
6. Arteriogram ginjal
Tindakan memasukkan kateter melalui arteri femoralis dan aorta
abdominlis sampai setinggi arteri renalis selanjutnya media kontas disuntikkan.
7. Biopsi
Jika pada test pencitraan dicurigai kanker telah menyebar, biopsi dapat
digunakan untuk memastikan penyebaran kanker ke luar kandung kemih seperti
jaringan sekitar kandung kemih, kelenjar limfa, atau organ tubuh lain (American
Cancer Society 2012).

Secara umum peran perawat dalam menjalakan pengkajian diagnostik


meliputi (Muttaqin, 2011) :
(1) Memenuhi informasi umum tentang prosedur diagnostik yang akan
dilaksanakan.
(2) Memberikan informasi waktu dan jadwal yang tepat kapan prosedur diagnostik
akan dilaksanakan.
(3) Memberikan informasi tentang aktivitas yang diperlukan pasien memberikan
instruksi tentang perawatan pasca prosedur, pembatasan diet, dan aktivitas.
(4) Memberikan informasi tentang nutrien khusus yang diberikan setelah diagnosis.
(5) Memberikan dukungan psikologis untuk menurunkan tingkat kecemasan.
(6) Mengajarkan teknik distraksi dan relaksasi untuk menurunkan
ketidaknyamanan.
(7) Mendorong anggota keluaraga dan orang terdekat, untuk memberikan
dukungan emosi pada pasien selama tes diagnostik.

17
h) Penatalaksanaan
(1) Tindakan konservatif
Irigasi kandung kemih adalah tindakan mencuci kandung kemih dengan cairan
yang mengalir. Tindakan ini dilakukan untuk mempertahankan kepatenan kandung
kemih, membuang atau meminimalkan obstruksi seperti bekuan dan plug mucus
dalam kandung kemih, mencegah atau mengatasi inflamasi atau infeksi kandung
kemih dan untuk memasukkan obat untuk pengobatan kandung kemih lokal.
(Johnson, 2005).
(2) Tindakan invasive minimal
Tindakan yang pertama dilakukan untuk mengatasi kanker kandung kemih
adalah dengan TURB. Transurethral reseksi bledder (TURB): Prosedur ini, atau
disebut dengan "reseksi transurethral dari tumor kandung kemih", umum untuk
kanker kandung kemih tahap awal, atau mereka yang terbatas pada lapisan
superfisial dari dinding kandung kemih.
(3) Pembedahan untuk kanker kandung kemih (Cancer Treatment Cancer of America
2013)
Pembedahan biasanya pilihan pengobatan pertama untuk tahap awal kanker
kandung kemih karena tumor memiliki kemungkinan tidak menyebar ke area lain
dari tubuh.
(4) Diversi Urine (NKUDIC 2013)
Prosedur ini untuk mengalihkan urine yang diperlukan dalam menangani
kegasanan pada sistem perkemihan. Diversi urin dapat bersifat sementara atau
permanen, tergantung pada alasan untuk prosedur ini.
(5) Radiasi dan Kemoterapi intrabladder atau intrabuli (Singhealth 2013)
Terapi radiasi dapat menjadi alternatif untuk operasi untuk penyakit lokal.
Hal ini juga dapat digunakan jika pasien memiliki penyakit lain yang mencegah
operasi.
Kemoterapi adalah penggunaan obat-obatan yang membunuh kanker .
Beberapa obat kemoterapi dapat disuntikkan langsung ke dalam kandung kemih
untuk pasien dengan kanker kandung kemih awal, untuk mencegah kambuhnya
kanker.

18
(6) Immunoterapi Intravesical (Cancer Treatment Cancer of America 2013)
Ada beberapa jenis imunoterapi intravesical :
a. Terapi Bacillus Calmette-Guerin ( BCG )
b. Interferon

i) Komplikasi
(1) Retensi urin akut
Striktur uretra dapat secara total menghalangi aliran urin, menyebabkan retensi urin
akut. Retensi urine adalah ketidakmampuan dalam mengeluarkan urine sesuai
dengan keinginan, sehingga urine yang terkumpul di buli-buli melampaui batas
maksimal.
(2) Hydronephrosis
Hydronephrosis adalah pembesaran satu atau kedua ginjal yang disebabkan oleh
terhalangnya aliran urin.
(3) Masalah seksual (NHS N.D.)
a. Disfungsi ereksi.
b. Penyempitan vagina.
(4) Infeksi
Bisa terjadi akibat penatalaksanaan divers urin, dimana terdapat lubang stoma yang
rentan terhadap kuman yang dapat menyebabkan infeksi.
(5) Sedangkan komplikasi lain
Dikaitkan dengan daerah metastase penyakit. Penyebaran dapat terjadi secara
limfogen menuju kelenjar limfe, obturator, iliaka eksterna dan iliaka komunis serta
penyebaran secara hematogen paling sering terjadi di hepar, paru dan tulang.

19
2.9 Asuhan Keperawatan Paliatif pada Pasien dengan Masalah Kandung Kemih
A. Pengkajian
I. Anamnesa
1. Identitas
Yang paling sering dijangkiti kanker dari alat perkemihan adalah Buli-buli.
Kanker Buli-buli terjadi tiga kali lebih banyak pada pria dibandingkan pada wanita,
dan tumor-tumor multipel juga lebih sering, kira-kira 25% klien mempunyai lebih dari
satu lesi pada satu kali dibuat diagnosa.
2. Riwayat keperawatan
Keluhan penderita yang utama adalah mengeluh kencing darah yang intermitten,
merasa panas waktu kening. Merasa ingin kencing, sering kencing terutama malam
hari dan pada fase selanjutnya sukar kencing, nyeri suprapubik yang konstan, panas
badan dan merasa lemah, nyeri pinggang karena tekanan saraf, dan nyeri pada satu
sisi karena hydronephrosis
3. Pemeriksaan fisik dan klinis
Inspeksi , tampak warna kencing campur darah, pemebesaran suprapubic bil
atumor sudah bear.
Palpasi, teraba tumor 9masa) suprapubic, pmeriksaan bimaual teraba tumpr
pada dasar buli-buli dengan bantuan general anestesi baik waktu VT atau RT.

II. Pemeriksaan Diagnostik


a. Pemeriksaan Laboratorium
1. Urinalisis
Pada analisis mikoskopik urine, ditemukannya sel – sel darah merah secara
signifikan (lebih dari 2 per lapang pandang) menunjukkan adanya cedera pada
sistem saluran kemih dan didapatkannya leukositoria (>5/lpb) menunjukkan
adanya proses inflamasi pada saluran kemih (Purnomo, 2011)
2. Pemeriksaan Darah
 Darah rutin (Purnomo 2011)
Pemeriksaan darah rutin terdiri atas pemeriksaan kadar hemoglobin,
leukosit, laju endap darah, hitung jenis leukosit, dan hitung trombosit.

20
 Faal ginjal (Purnomo 2011)
Beberapa uji faal ginjal yang sering diperiksa adalah pemeriksaan
kadar kreatinin, kadar ureum atau BUN (Blood Urea Nitrogen), dan klirens
kreatinin.
 Faal Hepar (Purnomo 2011)
Pemeriksaan faal hepar ditujukan untuk mencari adanya metastasis
suatu keganasan atau untuk melihat fungsi hepar secara umum
 Pemeriksaan penanda tumor (tumor marker)
Pemeriksaan penanda tumor antara lain adalah : PAP (Prostatic Acid
Phosphate) dan PSA (Prostat Spesific Antigen) yang berguna untuk
menegakkan diagnosis karsinoma. PSA ini dapat digunakan sebagai deteksi
awal tumor yang tidak invasif (Luo 2004).
 Cell survey antigen study (Nursalam 2009)
Pemeriksaan laboratorium untuk mencari sel antigen terhadap kanker,
bahan yang digunakan adalah darah vena.
 Kultur urine
Digunakan untuk memeriksa adanya infeksi saluran kemih.
 Histopatologi
Pemeriksaan ini dapat menentukan suatu jaringan normal, mengalami
proses inflamasi, pertumbuhan benigna, atau terjadi maligna. Selain itu
pemeriksaan ini dapat menentukan stadium patologik serta derajat
diferensiasi suatu keganasan.
 Sitologi
Pemeriksaan sel-sel urotelium yang terlepas bersama urine (biasanya
nilai negative palsu tinggi). Derajat perubahan sel diklasifikasikan dalam
lima kelas mulai dari; normal, sel yang mengalami peradangan, sel atipik,
disuga menjadi sel ganas, dan sel yang sudah mengalami perubahan
morfologi menjadi sel ganas.
b. Pemeriksaan Radiologis
1) Foto Polos Abdomen (BOF; BNO; KUB) (Purnomo 2011)
Foto polos abdomen atau KUB (Kidney Ureter Bladder) adalah foto skrining
untuk pemeriksaan kelainan urologi.

21
2) USG (Muttaqin 2011)
Sebelum pemeriksaan, pasien dipuasakan untuk meminimalkan gas di usus
yang dapat menghalangi pemeriksaan. Pemeriksaan USG merupakan
pemeriksaan yang tidak invasive yang dapat menilai bentuk dan kelainan dari
buli.
3) Sitoskopi (Muttaqin 2011)
Prosedur pemeriksaan ini merupakan inspeksi langsung uretra dan kandung
kemih dengan menggunakan alat sitoskopi (merupakan suat alat yang mempunyai
lensa optik pada ujungnya sehingga dapat dengan leluasa melihat langsung).
Sitoskop juga memungkinkan ahli urologi untuk mendapatkan spesimen urine
dari setiap ginjal guna mengevaluasi fungsi ginjal. Alat forceps dapat dimasukkan
melalui sitokop untuk keperluan biopsi pada kandunng kemih.
4) Flow Cytometri (Nursalam 2009)
Mendeteksi adanya kelaian kromosom sel-sel urotelim.
5) Pielogram Intravena / IVP (Price dan Wilson 2005)
Prosedur yang lazim pada IVP adalah foto polos radiografi abdomen yang
kemudian dilanjutkan dengan penyuntikan media kontras intravena. IVP dapat
memastikan keberadaan posisi ginjal, serta menilai ukuran dan bentuk ginjal.
Efek berbagai pemyakit terhadap kemampuan ginjal untuk memekatkan dan
mengekskresi zat warna juga dapat dinilai.
6) Arteriogram ginjal (Price dan Wilson 2005)
Tindakan memasukkan kateter melalui arteri femoralis danaorta abdominlis
sampai setinggi arteri renalis selanjutnya media kontas disuntikkan. Tindakan ini
untuk dapat sipakai untuk melihat pembuluh darah pada neoplasma
7) CT-scan (Price dan Wilson 2005)
CT-scan berperan penting dalam penetapan stadium neoplasma menggantikan
IVP dalam kasus trauma ginjal.
8) Biopsi (American Cancer Society 2012)
Jika pada test pencitraan dicurigai kanker telah menyebar, biopsi dapat
digunakan untuk memastikan penyebaran kanker ke luar kandung kemih seperti
jaringan sekitar kandung kemih, kelenjar limfa, atau organ tubuh lain.

22
B. Diagnosa Keperawatan
1. Cemas / takut berhubungan dengan situasi krisis (kanker), perubahan kesehatan,
sosio ekonomi, peran dan fungsi, bentuk interaksi, persiapan kematian,
pemisahan dengan keluarga ditandai dengan peningkatan tegangan, kelelahan,
mengekspresikan kecanggungan peran, perasaan tergantung, tidak adekuat
kemampuan menolong diri, stimulasi simpatetik.
2. Nyeri (akut) berhubungan dengan proses penyakit (penekanan/kerusakan jaringan
syaraf, infiltrasi sistem suplay syaraf, obstruksi jalur syaraf, inflamasi), efek
samping therapi kanker ditandai dengan klien mngatakan nyeri, klien sulit tidur,
tidak mampu memusatkan perhatian, ekspresi nyeri, kelemahan.
3. Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) berhubungan dengan
hipermetabolik yang berhubungan dengan kanker, konsekwensi khemotherapi,
radiasi, pembedahan (anoreksia, iritasi lambung, kurangnya rasa kecap, nausea),
emotional distress, fatigue, ketidakmampuan mengontrol nyeri ditandai dengan
klien mengatakan intake tidak adekuat, hilangnya rasa kecap, kehilangan selera,
berat badan turun sampai 20% atau lebih dibawah ideal, penurunan massa otot
dan lemak subkutan, konstipasi, abdominal cramping.
4. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya informasi, misinterpretasi, keterbatasan kognitif
ditandai dengan sering bertanya, menyatakan masalahnya, pernyataan
miskonsepsi, tidak akurat dalam mengikiuti intruksi/pencegahan komplikasi.
5. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan tubuh
sekunder dan sistem imun (efek kemotherapi/radiasi), malnutrisi, prosedur invasif

C. Rencana Keperawatan
1. Cemas / takut berhubungan dengan situasi krisis (kanker), perubahan kesehatan,
sosio ekonomi, peran dan fungsi, bentuk interaksi, persiapan kematian,
pemisahan dengan keluarga ditandai dengan peningkatan tegangan, kelelahan,
mengekspresikan kecanggungan peran, perasaan tergantung, tidak adekuat
kemampuan menolong diri, stimulasi simpatetik.
Tujuan :
- Klien dapat mengurangi rasa cemasnya
- Rileks dan dapat melihat dirinya secara obyektif.
- Menunjukkan koping yang efektif serta mampu berpartisipasi dalam

23
pengobatan.
INTERVENSI RASIONAL
a. Tentukan pengalaman klien a. Data-data mengenai pengalaman klien
sebelumnya terhadap penyakit sebelumnya akan memberikan dasar
yang dideritanya. untuk penyuluhan dan menghindari
adanya duplikasi.
b. Berikan informasi tentang b. Pemberian informasi dapat membantu
prognosis secara akurat. klien dalam memahami proses
penyakitnya.
c. Beri kesempatan pada klien untuk c. Dapat menurunkan kecemasan klien.
mengekspresikan rasa marah, takut,
konfrontasi. Beri informasi dengan
emosi wajar dan ekspresi yang
sesuai.
d. Jelaskan pengobatan, tujuan dan d. Membantu klien dalam memahami
efek samping. Bantu klien kebutuhan untuk pengobatan dan efek
mempersiapkan diri dalam sampingnya.
pengobatan.
e. Catat koping yang tidak efektif e. Mengetahui dan menggali pola koping
seperti kurang interaksi sosial, klien serta mengatasinya/memberikan
ketidak berdayaan dll. solusi dalam upaya meningkatkan
kekuatan dalam mengatasi kecemasan.
f. Anjurkan untuk mengembangkan f. Agar klien memperoleh dukungan dari
interaksi dengan support system. orang yang terdekat/keluarga.
g. Berikan lingkungan yang tenang g. Memberikan kesempatan pada klien
dan nyaman. untuk berpikir/merenung/istirahat.
h. Pertahankan kontak dengan klien, h. Klien mendapatkan kepercayaan diri
bicara dan sentuhlah dengan wajar. dan keyakinan bahwa dia benar-benar
ditolong.

24
2. Nyeri (akut) berhubungan dengan proses penyakit (penekanan/kerusakan jaringan
syaraf, infiltrasi sistem suplay syaraf, obstruksi jalur syaraf, inflamasi), efek
samping therapi kanker ditandai dengan klien mngatakan nyeri, klien sulit tidur,
tidak mampu memusatkan perhatian, ekspresi nyeri, kelemahan.
Tujuan :
- Klien mampu mengontrol rasa nyeri melalui aktivitas
- Melaporkan nyeri yang dialaminya
- Mengikuti program pengobatan
- Mendemontrasikan tehnik relaksasi dan pengalihan rasa nyeri melalui
aktivitas yang mungkin
INTERVENSI RASIONAL
a. Tentukan riwayat nyeri, lokasi, a. Memberikan informasi yang diperlukan
durasi dan intensitas untuk merencanakan asuhan.
b. Evaluasi therapi: pembedahan, b. Untuk mengetahui terapi yang dilakukan
radiasi, khemotherapi, biotherapi, sesuai atau tidak, atau malah
ajarkan klien dan keluarga tentang menyebabkan komplikasi.
cara menghadapinya
c. Berikan pengalihan seperti reposisi c. Untuk meningkatkan kenyamanan
dan aktivitas menyenangkan seperti dengan mengalihkan perhatian klien dari
mendengarkan musik atau nonton rasa nyeri.
TV
d. Menganjurkan tehnik penanganan d. Meningkatkan kontrol diri atas efek
stress (tehnik relaksasi, visualisasi, samping dengan menurunkan stress dan
bimbingan), gembira, dan berikan ansietas.
sentuhan therapeutik.
e. Evaluasi nyeri, berikan pengobatan e. Untuk mengetahui efektifitas
bila perlu. penanganan nyeri, tingkat nyeri dan
sampai sejauhmana klien mampu
menahannya serta untuk mengetahui
kebutuhan klien akan obat-obatan anti
nyeri.
f. Diskusikan penanganan nyeri f. Agar terapi yang diberikan tepat sasaran.
dengan dokter dan juga dengan

25
klien
g. Berikan analgetik sesuai indikasi g. Untuk mengatasi nyeri.
seperti morfin, methadone, narkotik
dll

3. Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) berhubungan dengan


hipermetabolik yang berhubungan dengan kanker, konsekwensi khemotherapi,
radiasi, pembedahan (anoreksia, iritasi lambung, kurangnya rasa kecap, nausea),
emotional distress, fatigue, ketidakmampuan mengontrol nyeri ditandai dengan
klien mengatakan intake tidak adekuat, hilangnya rasa kecap, kehilangan selera,
berat badan turun sampai 20% atau lebih dibawah ideal, penurunan massa otot
dan lemak subkutan, konstipasi, abdominal cramping.
Tujuan :
- Klien menunjukkan berat badan yang stabil, hasil lab normal dan tidak ada
tanda malnutrisi
- Menyatakan pengertiannya terhadap perlunya intake yang adekuat
- Berpartisipasi dalam penatalaksanaan diet yang berhubungan dengan
penyakitnya
INTERVENSI RASIONAL
a. Monitor intake makanan setiap hari, a. Memberikan informasi tentang status
apakah klien makan sesuai dengan gizi klien.
kebutuhannya.
b. Timbang dan ukur berat badan, b. Memberikan informasi tentang
ukuran triceps serta amati penambahan dan penurunan berat badan
penurunan berat badan. klien.
c. Kaji pucat, penyembuhan luka yang c. Menunjukkan keadaan gizi klien sangat
lambat dan pembesaran kelenjar buruk.
parotis.
d. Anjurkan klien untuk d. Kalori merupakan sumber energi.
mengkonsumsi makanan tinggi
kalori dengan intake cairan yang
adekuat. Anjurkan pula makanan
kecil untuk klien.

26
e. Kontrol faktor lingkungan seperti e. Mencegah mual muntah, distensi
bau busuk atau bising. Hindarkan berlebihan, dispepsia yang menyebabkan
makanan yang terlalu manis, penurunan nafsu makan serta
berlemak dan pedas. mengurangi stimulus berbahaya yang
dapat meningkatkan ansietas.
f. Ciptakan suasana makan yang f. Agar klien merasa seperti berada
menyenangkan misalnya makan dirumah sendiri.
bersama teman atau keluarga.
g. Anjurkan tehnik relaksasi, g. Untuk menimbulkan perasaan ingin
visualisasi, latihan moderate makan/membangkitkan selera makan.
sebelum makan.
h. Anjurkan komunikasi terbuka h. Agar dapat diatasi secara bersama-sama
tentang problem anoreksia yang (dengan ahli gizi, perawat dan klien).
dialami klien.
i. Kolaboratif i. Untuk mengetahui/menegakkan
terjadinya gangguan nutrisi sebagi akibat
perjalanan penyakit, pengobatan dan
perawatan terhadap klien.
j. Amati studi laboraturium seperti j. Membantu menghilangkan gejala
total limposit, serum transferin dan penyakit, efek samping dan
albumin meningkatkan status kesehatan klien.
k. Berikan pengobatan sesuai indikasi k. Mempermudah intake makanan dan
Phenotiazine, minuman dengan hasil yang maksimal
antidopaminergic, corticosteroids, dan tepat sesuai kebutuhan.
vitamins khususnya A,D,E dan B6,
antacida

4. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan pengobatan


berhubungan dengan kurangnya informasi, misinterpretasi, keterbatasan kognitif
ditandai dengan sering bertanya, menyatakan masalahnya, pernyataan
miskonsepsi, tidak akurat dalam mengikiuti intruksi/pencegahan komplikasi.
Tujuan :
- Klien dapat mengatakan secara akurat tentang diagnosis dan pengobatan
pada ting-katan siap.
27
- Mengikuti prosedur dengan baik dan menjelaskan tentang alasan mengikuti
prosedur tersebut.
- Mempunyai inisiatif dalam perubahan gaya hidup dan berpartisipasi dalam
pengo- batan.
- Bekerjasama dengan pemberi informasi.
INTERVENSI RASIONAL
a. Review pengertian klien dan a. Menghindari adanya duplikasi dan
keluarga tentang diagnosa, pengulangan terhadap pengetahuan
pengobatan dan akibatnya. klien.

b. Tentukan persepsi klien tentang b. Memungkinkan dilakukan pembenaran


kanker dan pengobatannya, terhadap kesalahan persepsi dan
ceritakan pada klien tentang konsepsi serta kesalahan pengertian.
pengalaman klien lain yang
menderita kanker.
c. Beri informasi yang akurat dan c. Membantu klien dalam memahami
faktual. Jawab pertanyaan secara proses penyakit.
spesifik, hindarkan informasi yang
tidak diperlukan.
d. Berikan bimbingan kepada d. Membantu klien dan keluarga dalam
klien/keluarga sebelum mengikuti membuat keputusan pengobatan.
prosedur pengobatan, therapy yang
lama, komplikasi. Jujurlah pada
klien.
e. Anjurkan klien untuk memberikan e. Mengetahui sampai sejauhmana
umpan balik verbal dan pemahaman klien dan keluarga
mengkoreksi miskonsepsi tentang mengenai penyakit klien.
penyakitnya.
f. Review klien /keluarga tentang f. Meningkatkan pengetahuan klien dan
pentingnya status nutrisi yang keluarga mengenai nutrisi yang adekuat.
optimal.
g. Anjurkan klien untuk mengkaji g. Mengkaji perkembangan proses-proses
membran mukosa mulutnya secara penyembuhan dan tanda-tanda infeksi

28
rutin, perhatikan adanya eritema, serta masalah dengan kesehatan mulut
ulcerasi. yang dapat mempengaruhi intake
makanan dan minuman.
h. Anjurkan klien memelihara h. Meningkatkan integritas kulit dan
kebersihan kulit dan rambut. kepala.

D. Evaluasi
Hasil yang diharapkan setelah mendapatkan intervensi keperawatan adalah
sebagai berikut:
1. Eliminasi urine dapat optimal sesuai toleransi individu
2. Penurunan skala nyeri
3. Perfusi jaringan ginjal adekuat
4. Pasien menunjukkan toleransi terhadap aktivitas.
5. Tidak terjadi infeksi pada luka pasca bedah.
6. Informasi kesehatan terpenuhi

29
BAB III
PENUTUP

3.1. Simpulan
Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup pasien
dan keluarga dalam menghadapi penyakit yang mengancam jiwa, dengan cara meringankan
penderitaan rasa sakit melalui identifikasi dini, pengkajian yang sempurna, dan
penatalaksanaan nyeri serta masalah lainnya baik fisik, psikologis, sosial atau spiritual.
Kanker kandung kemih adalah jenis kanker yang berkembang di daerah kandung kemih,
organ berbetuk balon terletak di bagian panggul yang menyimpang urin. Kebanyakan kanker
ini diawali pada sel-sel yang melapisi bagian dalam kandung kemih.
Tidak jelas apa yang menyebabkan kanker kandung kemih. Kanker kandung kemih
memiliki keterkaitan dengan merokok, infeksi parasit, radiasi dan terkena zat kimia. Kanker
kandung kemih terjadi karena mutasi sel. Mutasi ini menyebabkan sel tumbuh dengan tidak
terkendalikan dan kemudian hidup ketika sel lainnya mati.

1.2. Saran
Semoga dengan makalah ini, pembaca dapat mengerti bagaimana asuhan keperawatan
paliatif pada klien dengan kanker kandung kemih, dan paham bagaimana patofiologi yang
terjadi klien kanker kandung kemih. sehingga bisa berpikir kritis dalam melakukan tindakan
keperawatan.

30

You might also like