Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan masalah
1 Apa pengertian perawatan paliatif?
2 Apa tujuan perawatan paliatif?
3 Apa prinsip perawatan paliatif?
4 Apa elemen dalam perawatan paliatif?
5 Apa saja masalah keperawatan pada pasien paliatif?
6 Bagaimana dukungan keluarga pada pasien paliatif?
7 Bagaimana kebutuhan spiritual pada pasien paliatif ?
8 Bagaimana konsep teori kanker kandung kemih?
9 Bagaimana asuhan keperawatan paliatif pada pasien dengan masalah kandung kemih?
1.3.Tujuan Makalah
1.3.1. Tujuan Umum Makalah
Makalah ini menjabarkan secara rinci tentang teori konseptual mengenai
Kanker Kandung Kemih dan bagaimana cara memberikan penatalaksaan yang cepat
dan tepat, serta pembaca diharapkan memahami dan menerapkan asuhan
keperawatan pada kasus Kanker Kandung Kemih secara komprehensif.
2
1.4 Manfaat Makalah
Mahasiswa mampu mengetahui tentang perawatan paliatif pada klien dengan kanker
kandung kemih sehingga perawat akan lebih peka dan teliti dalam mengumpulkan data
pengkajian awal dan menganalisa suatu respon tubuh pasien terhadap penyakit.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
sebagai proses normal , tidak bertujuan mempercepat atau menghambat kematian,
memberikan dukungan psikologis, sosial dan spiritual, memberikan dukungan agar pasien
dapat hidup seaktif mungkin, memberikan dukungan kepada keluarga sampai masa dukacita,
serta menggunakan pendekatan tim untuk mengatasi kebutuhan pasien dan keluarganya.
5
k) Hambatan pengaturan. Perawatan paliatif seharusnya mencakup pembuat kebijakan,
pelaksanaan undang-undang, dan pengaturan yang dapat mewujudkan lingkungan klinis
yang optimal.
l) Peningkatan kualitas. Dimana dalam peningkatan kualitas membutuhkan evaluasi teratur
dan sistemik dalam kebutuhan pasien.
6
mengalami penurunan bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain
disekitarnya, pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu
membina hubungan yang berarti dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan
orang lain (Kelliat, 2006 ).
d) Masalah Spiritual
Menurut Carpenito (2006) salah satu masalah yang sering muncul pada pasien paliatif
adalah distress spiritual. Distres spiritual dapat terjadi karena diagnose penyakit kronis, nyeri,
gejala fisik, isolasi dalam menjalani pengobatan serta ketidakmampuan pasien dalam
melakukan ritual keagamaan yang mana biasanya dapat dilakukan secara mandiri.
Distres spiritual adalah kerusakan kemampuan dalam mengalami dan
mengintegrasikan arti dan tujuan hidup seseorang dengan diri, orang lain, seni, musik,
literature, alam dan kekuatan yang lebih besar dari dirinya (Hamid, 2008).
Definisi lain mengatakan bahwa distres spiritual adalah gangguan dalam prinsip hidup
yang meliputi seluruh kehidupan seseorang dan diintegrasikan biologis dan psikososial
(Keliat dkk, 2011).
7
c) Jenis Dukungan Keluarga
Jenis dukungan keluarga ada empat yaitu (Harnilawati, 2013) dan Friedman (2013) :
Dukungan instrumental, yaitu keluarga merupakan sumber pertolongan praktis dan konkrit.
Dukungan ini meliputi penyediaan dukungan jasmaniah seperti pelayanan, bantuan finansial dan
material berupa bantuan nyata, termasuk didalamnya bantuan langsung, seperti saat seseorang
memberi atau meminjamkan uang, membantu kegiatan spiritual seperti menyediakan keperluan-
keperluan yang bersangkutan dengan ibadah.
Dukungan keluarga informasional, yaitu keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan
disseminator (penyebar informasi). Jenis dukungan ini meliputi jaringan komunikasi dan
tanggung jawab bersama, termasuk di dalamnya memberikan solusi dari masalah, memberikan
nasehat, pengarahan, saran, atau umpan balik tentang apa yang dilakukan oleh seseorang. Dimana
keluarga sebagai penghimpun informasi dan pemberi informasi. Misalnya keluarga dapat
memberikan atau menyediakan buku, mendatangkan ulama atau rohaniawan.
Dukungan penilaian (appraisal), yaitu keluarga bertindak sebagai sebuah umpan balik,
membimbing dan menengahi pemecahan masalah dan sebagai sumber dan validator identitas
keluarga. Misalnya anggota keluarga yang sakit tidak bisa atau tidak mampu untuk
melakukan sholat/ibadah maka tugas keluarga yaitu membantu/mengajarkan cara melakukan
sholat/ibadah.
Dukungan emosional, yaitu keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan damai
untuk istirahat dan pemulihan serta penguasaan terhadap emosi.
d) Faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga dan faktor-faktor yang
mempengaruhi
ᅳ Faktor internal
Tahap perkembangan. Setiap dukungan ditentukan oleh faktor usia dimana termasuk
pertumbuhan dan perkembangan, dengan demikian setiap rentang usia memiliki pemahaman
dan respon terhadap perubahan kesehatan yang berbeda-beda.
Spiritual, aspek spiritual dapat terlihat dari bagaimana seseorang itu menjalani kehidupannya,
mencakup nilai dan keyakinan, hubungan dengan keluarga atau teman, dan kemampuan
mencari harapan serta arti dalam hidup.
ᅳ Faktor emosional
Faktor ini juga dapat mempengaruhi keyakinan seseorang terhadap adanya dukungan
dan cara melaksanakannya. Seseorang yang mengalami respon stress cenderung merasa
khawatir bahwa penyakit tersebut dapat mengancam kehidupannya. Seseorang yang secara
umum terlihat tenang.
8
2.7 Kebutuhan Spiritual pada Pasien Paliatif
a) Pengertian Spiritual
Spiritual merupakan sesuatu yang dipercayai oleh seseorang dalam hubungannya
dengan kekuatan yang lebih tinggi (Tuhan) yang menimbulkan suatu kebutuhan serta
kecintaan terhadap adanya Tuhan dan permohonan maaf atas kesalahan yang pernah dibuat
(Aziz, 2014 dalam Sasmika, 2016).
Definisi lain menyebutkan bahwa spiritual adalah multidimensi yang terdiri dari
dimensi vertikal dan dimensi horizontal yang berarti dimensi vertikal menunjukkan hubungan
individu dengan Tuhan yang dapat menuntun dan mempengaruhi individu dalam menjalani
kehidupan sedangkan dimensi horizontal merupakan hubungan individu dengan dirinya
sendiri, orang lain, dan lingkungannya (Rois, 2014 dalam Sasmika, 2016).
Kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh setiap orang
atau manusia dalam mencari arti dan tujuan hidup (Aziz, 2014 dalam Sasmika, 2016).
b) Karakterisitik Spiritual
Siregar (2015) menyatakan bahwa pemenuhan spiritual harus berdasarkan 4
karakteristik spiritual itu sendiri antara lain:
9
ᅳ Hubungan dengan alam
Pemenuhan kebutuhan spiritualitas meliputi hubungan individu dengan lingkungan.
Pemenuhan spiritualitas tersebut melalui kedamaian dan lingkungan atau suasana yang
tenang. Kedamaian merupakan keadilan, empati, dan kesatuan. Kedamaian membuat individu
menjadi tenang dan dapat meningkatkan status kesehatan.
ᅳ Tahap perkembangan.
Spiritual berubungan dengan kekuasaan non material, seseorang harus memiliki
beberapa kemampuan berfikir abstrak sebelum mulai mengerti spiritual dan menggali suatu
hubungan dengan Tuhan.
ᅳ Sistem hubungan.
Sistem pendukung individu seperti keluarga dan pihak yang mempunyai peran
penting di dalam hidup (Archiliandi, 2016). Peranan keluarga penting dalam perkembangan
spiritual individu. Selain keluarga perawat juga mempunyai peranan penting apabila individu
tersebut dirawat di rumah sakit khususnya dalam pemenuhan kebutuhan spiritual yang
meliputi thaharah dan shalat.
10
ᅳ Krisis dan perubahan.
Krisis sering dialami pada saat orang sedang menghadapi penyakit, penderitaan,
proses penuaan, kehilangan, dan bahkan kematian. Perubahan dalam kehidupan dan krisis
yang dihadapi tersebut merupakan pengalaman spiritual yang bersifat fisik dan emosional.
11
b) Klasifikasi Kanker
Klasifikasi DUKE-MASINA, JEWTT dengan modifikasi STRONGMARSHAL
untuk menentukan operasi atau observasi (Jiang & Lizhong, 2008)
T = Pembesaran local tumor primer, ditentukan melalui: Pemeriksaan
klinis, uroghrafy, cystoscopy, pemeriksaan bimanual di bawah
anestesi umum dan biopsy atau tansurethral reseksi.
Tis Carcinoma insitu (pre invasive Ca)
TX Cara pemeriksaan untuk menetapkan penyebaran tumor, tak dapat
dilakukan
T0 Tanda-tanda tumor primer tidak ada
T1 Pada pemeriksaan bimanual didapatkan massa yang bergerak
T2 Pada pemeriksaan bimanual ada indurasi daripada dinding buli-buli
T3 Pada pemeriksaan bimanual indurasi atau massa nodular yang
bergerak bebas dapat diraba di buli-buli
T3a Invasi otot yang lebih dalam
T3b Perluasan lewat dinding buli-buli
T4 Tumor sudah melewati struktur sebelahnya
T4a Tumor mengadakan invasi ke dalam prostate, uterus vagina
T4b Tumor sudah melekat pada dinding pelvis atau infiltrasi ke dalam
abdomen
N = Pembesaran secara klinis untuk pembesaran kelenjar limfe,
pemeriksaan kinis, lympgraphy, urography, operative
NX Minimal yang ditetapkan kel.Lymfe regional tidak dapat ditemukan
N0 Tanpa tanda-tanda pembesaran kelenjar lymfe regional
N1 Pembesaran tunggal kelenjar lymfe regional yang homolateral
N2 Pembesaran kontralateral atau bilateral atau kelenjar lymfe regional
yang multiple
N3 Masa yang melekat pada dinding pelvis dengan rongga yang
bebas antaranya dan tumor
N4 Pembesaran kelenjar lymfe juxta regional
M = Metastase jauh termasuk pembesaran kelenjar limfe yang jauh,
Pemeriksaan klinis , thorax foto, dan test biokimia
MX Kebutuhan cara pemeriksaan minimal untuk menetapkan adanya
12
metastase jauh, tak dapat dilaksanakan
M1 Adanya metastase jauh
M1a Adanya metastase yang tersembunyi pada test-test biokimia
M1b Metastase tunggal dalam satu organ yang tunggal
M1c Metastase multiple dalam satu terdapat organ yang multiple
M1d Metastase dalam organ yang multiple
c) Tipe Tumor
Tipe tumor didasarkan pada tipe selnya, tingkat anaplasia dan invasi :
(1) Efidermoid Ca, kira-kira 5% neoplasma buli-buli squamosa cell anaplastik, invasi yang
dalam dan cepat metastasenya.
(2) Adeno Ca, sangat jarang dan sering muncul pada bekas urachus
(3) Rhabdomyo sarcoma, sering terjadi pada anak-anak laki-laki (adolescent), infiltasi,
metastase cepat dan biasanya fatal.
(4) Primary Malignant lymphoma, neurofibroma dan pheochromacytoma, dapat
menimbulkan serangan hipertensi selama kencing.
(5) Ca dari pada kulit, melanoma, lambung, paru dan mamma mungkin mengadakan
metastase ke buli-buli, invasi ke buli-buli oleh endometriosis dapat terjadi.
13
Penemuan-penemuan ini menunjukkan bahwa fungsi polimorfisme pada gen terlibat
dalam metabolisme folat dan tingkat serum dari vitamin B12 memiliki peranan penting dalam
perkembangan karsinogenesis kanker.
Penelitian menemukan bahwa faktor-faktor berikut beresiko terhadap munculnya
kanker kandung kemih (National Cancer Institute 2010) :
(1) Merokok
Merokok merupakan faktor resiko utama untuk kanker kandung kemih. Merokok
merupakan penyebab utama dari beberapa kasus kanker kandung kemih.
(2) Bahan-bahan kimia di tempat kerja
Orang-orang tertentu memiliki resiko lebih tinggi karena bahan kimia penyebab
kanker di tempat mereka bekerja.
(3) Riwayat kanker kandung kemih
Orang-orang yang memiliki riwayat kanker kandung kemih memiliki kemungkinan
untuk kembali memiliki penyakit yang sama.
(4) Pengobatan kanker tertentu
Orang yang pernah mendapatkan pengobatan kanker dengan obat-obatan tertentu
seperti cyclophosphamide akan meningkatkan resiko kanker kandung kemih.
(5) Arsenik
Arsenik merupakan suatu racun yang mampu meningkatkan resiko kanker kandung
kemih.
(6) Riwayat keluarga dengan kanker kandung kemih
Keluarga yang memiliki riwayat kanker kandung kemih maupun kanker lain seperti
kanker kolon dan kanker ginjal (RCC) akan menimbulkan resiko kanker kandung
kemih.
(7) Infeksi
Infeksi kronis saluran kencing dan infeksi dari parasit S. haematobium juga
dikaitkan dengan peningkatan resiko kanker kandung kemih, seringnya pada
karsinoma sel skuamosa.
14
e) Manifestasi Klinis
Kanker kandung kemih dapat menyebabkan beberapa gejala seperti berikut (National
Cancer Institute 2010) :
(1) Terdapat darah dalam urin (urine terlihat seperti berkarat atau merah gelap).
(2) Adanya dorongan mendesak untuk mengosongkan kandung kemih.
(3) Harus mengosongkan kandung kemih lebih sering dari biasanya.
(4) Adanya dorongan untuk mengosongkan kandung kemih tanpa ada hasil.
(5) Merasa perlu berusaha keras saat mengosongkan kandung kemih.
(6) Merasa nyeri saat mengosongkan kandung kemih.
f) Patofisiologi
Keganasan yang terjadi pada kandung kemih ini kebanyakan menyerang pada sel
epitel transisional kandung kemih (Monahan, et al, 2007). Perubahan (mutasi gen) pada
kandung kemih melibatkan zat-zat karsinogen yang didapat dari lingkungan seperti
tembakau, aromatik amina, arsen; faktor resiko lain yang mempengaruhi proses pertumbuhan
sel kanker pada kandung kemih diantaranya : genetik dan riwayat penyakit kandung kemih
sebelumnya. Secara umum, karsinogenesis dapat terjadi melalui aktivasi proto-onkogen dan
rusaknya gen supresor tumor yang termasuk fosfatase dan tensin homolog (PTEN) dan p53.
Akibat dari mutasi ini terdapat delesi dari kromosom 9 atau mengaktifkan mutasi
dari reseptor faktor pertumbuhan fibroblast 3 (FGFR 3) (Ching & Hansel 2010). Karsinoma
kandung yang masih dini merupakan tumor superficial. Tumor ini lama-kelamaan dapat
mengadakan infiltrasi ke lamina propia, otot dan lemak perivesika yang kemudian menyebar
langsung ke jaringan sekitarnya. Hematuria yang disertai nyeri merupakan gejala awal kanker
pada kebanyakan pasien (Nursalam & Batticaca, 2006).
g) Pemeriksaan Diagnostik
(1) Pemeriksaan Laboratorium (Purnomo 2011) :
a. Urinalisis
Pemeriksaan ini meliputi:
1. Maskroskopik dengan menilai warna, bau, dan berat jenis urine.
2. Kimiawi meliputi pemeriksaan derajat keasaman/pH, protein, dan
3. gula dalam urine.
4. Mikroskopik mencari kemungkinan adanya sel-sel, cast (silinder), atau bentukan
lain di dalam urine.
15
b. Pemeriksaan Darah
1. Darah rutin
Pemeriksaan darah rutin terdiri atas pemeriksaan kadar hemoglobin,
leukosit, laju endap darah, hitung jenis leukosit, dan hitung trombosit.
2. Faal ginjal
Beberapa uji faal ginjal yang sering diperiksa adalah pemeriksaan kadar
kreatinin, kadar ureum atau BUN (Blood Urea Nitrogen), dan klirens kreatinin.
3. Faal Hepar
Pemeriksaan faal hepar ditujukan untuk mencari adanya metastasis suatu
keganasan atau untuk melihat fungsi hepar secara umum.
4. β - Human Chorionic Gonadotropin
β – HCG digunakan untuk menunjukkan adanya peningkatan metastase
tumor kandung kemih (Oliver, et.al. 1989)
5. Cell survey antigen study
Pemeriksaan laboratorium untuk mencari sel antigen terhadap kanker,
bahan yang digunakan adalah darah vena (Nursalam & Batticaca 2009).
6. Kultur urine
Digunakan untuk memeriksa adanya infeksi saluran kemih.
7. Histopatologi
Pemeriksaan patologi anatomik adalah pemeriksaan histopatologis yang
diambil melalui biopsi jaringan ataupun melalui operasi.
8. Sitologi
Pemeriksaan sel-sel urotelium yang terlepas bersama urine (biasanya nilai
negative palsu tinggi).
c. Pemeriksaan Radiologis
1. Foto Polos Abdomen (BOF; BNO; KUB)
Foto polos abdomen atau KUB (Kidney Ureter Bladder) adalah foto
skrining untuk pemeriksaan kelainan urologi (Purnomo, 2011).
2. USG
Sebelum pemeriksaan, pasien dipuasakan untuk meminimalkan gas di usus
yang dapat menghalangi pemeriksaan. Pemeriksaan USG merupakan pemeriksaan
yang tidak invasive yang dapat menilai bentuk dan kelainan dari buli (Muttaqin,
2011).
16
3. Sitoskopi
Prosedur pemeriksaan ini merupakan inspeksi langsung uretra dan kandung
kemih dengan menggunakan alat sitoskopi (meruapakan suatu alat yang
mempunyai lensa optik pada ujungnya sehingga dapat dengan leluasa melihat
langsung).
4. Flow Cytometri (Nursalam 2009)
5. Pielogram Intravena / IVP
Prosedur yang lazim pada IVP adalah foto polos radiografi abdomen yang
kemudian dilanjutkan dengan penyuntikan media kontras intravena.
6. Arteriogram ginjal
Tindakan memasukkan kateter melalui arteri femoralis dan aorta
abdominlis sampai setinggi arteri renalis selanjutnya media kontas disuntikkan.
7. Biopsi
Jika pada test pencitraan dicurigai kanker telah menyebar, biopsi dapat
digunakan untuk memastikan penyebaran kanker ke luar kandung kemih seperti
jaringan sekitar kandung kemih, kelenjar limfa, atau organ tubuh lain (American
Cancer Society 2012).
17
h) Penatalaksanaan
(1) Tindakan konservatif
Irigasi kandung kemih adalah tindakan mencuci kandung kemih dengan cairan
yang mengalir. Tindakan ini dilakukan untuk mempertahankan kepatenan kandung
kemih, membuang atau meminimalkan obstruksi seperti bekuan dan plug mucus
dalam kandung kemih, mencegah atau mengatasi inflamasi atau infeksi kandung
kemih dan untuk memasukkan obat untuk pengobatan kandung kemih lokal.
(Johnson, 2005).
(2) Tindakan invasive minimal
Tindakan yang pertama dilakukan untuk mengatasi kanker kandung kemih
adalah dengan TURB. Transurethral reseksi bledder (TURB): Prosedur ini, atau
disebut dengan "reseksi transurethral dari tumor kandung kemih", umum untuk
kanker kandung kemih tahap awal, atau mereka yang terbatas pada lapisan
superfisial dari dinding kandung kemih.
(3) Pembedahan untuk kanker kandung kemih (Cancer Treatment Cancer of America
2013)
Pembedahan biasanya pilihan pengobatan pertama untuk tahap awal kanker
kandung kemih karena tumor memiliki kemungkinan tidak menyebar ke area lain
dari tubuh.
(4) Diversi Urine (NKUDIC 2013)
Prosedur ini untuk mengalihkan urine yang diperlukan dalam menangani
kegasanan pada sistem perkemihan. Diversi urin dapat bersifat sementara atau
permanen, tergantung pada alasan untuk prosedur ini.
(5) Radiasi dan Kemoterapi intrabladder atau intrabuli (Singhealth 2013)
Terapi radiasi dapat menjadi alternatif untuk operasi untuk penyakit lokal.
Hal ini juga dapat digunakan jika pasien memiliki penyakit lain yang mencegah
operasi.
Kemoterapi adalah penggunaan obat-obatan yang membunuh kanker .
Beberapa obat kemoterapi dapat disuntikkan langsung ke dalam kandung kemih
untuk pasien dengan kanker kandung kemih awal, untuk mencegah kambuhnya
kanker.
18
(6) Immunoterapi Intravesical (Cancer Treatment Cancer of America 2013)
Ada beberapa jenis imunoterapi intravesical :
a. Terapi Bacillus Calmette-Guerin ( BCG )
b. Interferon
i) Komplikasi
(1) Retensi urin akut
Striktur uretra dapat secara total menghalangi aliran urin, menyebabkan retensi urin
akut. Retensi urine adalah ketidakmampuan dalam mengeluarkan urine sesuai
dengan keinginan, sehingga urine yang terkumpul di buli-buli melampaui batas
maksimal.
(2) Hydronephrosis
Hydronephrosis adalah pembesaran satu atau kedua ginjal yang disebabkan oleh
terhalangnya aliran urin.
(3) Masalah seksual (NHS N.D.)
a. Disfungsi ereksi.
b. Penyempitan vagina.
(4) Infeksi
Bisa terjadi akibat penatalaksanaan divers urin, dimana terdapat lubang stoma yang
rentan terhadap kuman yang dapat menyebabkan infeksi.
(5) Sedangkan komplikasi lain
Dikaitkan dengan daerah metastase penyakit. Penyebaran dapat terjadi secara
limfogen menuju kelenjar limfe, obturator, iliaka eksterna dan iliaka komunis serta
penyebaran secara hematogen paling sering terjadi di hepar, paru dan tulang.
19
2.9 Asuhan Keperawatan Paliatif pada Pasien dengan Masalah Kandung Kemih
A. Pengkajian
I. Anamnesa
1. Identitas
Yang paling sering dijangkiti kanker dari alat perkemihan adalah Buli-buli.
Kanker Buli-buli terjadi tiga kali lebih banyak pada pria dibandingkan pada wanita,
dan tumor-tumor multipel juga lebih sering, kira-kira 25% klien mempunyai lebih dari
satu lesi pada satu kali dibuat diagnosa.
2. Riwayat keperawatan
Keluhan penderita yang utama adalah mengeluh kencing darah yang intermitten,
merasa panas waktu kening. Merasa ingin kencing, sering kencing terutama malam
hari dan pada fase selanjutnya sukar kencing, nyeri suprapubik yang konstan, panas
badan dan merasa lemah, nyeri pinggang karena tekanan saraf, dan nyeri pada satu
sisi karena hydronephrosis
3. Pemeriksaan fisik dan klinis
Inspeksi , tampak warna kencing campur darah, pemebesaran suprapubic bil
atumor sudah bear.
Palpasi, teraba tumor 9masa) suprapubic, pmeriksaan bimaual teraba tumpr
pada dasar buli-buli dengan bantuan general anestesi baik waktu VT atau RT.
20
Faal ginjal (Purnomo 2011)
Beberapa uji faal ginjal yang sering diperiksa adalah pemeriksaan
kadar kreatinin, kadar ureum atau BUN (Blood Urea Nitrogen), dan klirens
kreatinin.
Faal Hepar (Purnomo 2011)
Pemeriksaan faal hepar ditujukan untuk mencari adanya metastasis
suatu keganasan atau untuk melihat fungsi hepar secara umum
Pemeriksaan penanda tumor (tumor marker)
Pemeriksaan penanda tumor antara lain adalah : PAP (Prostatic Acid
Phosphate) dan PSA (Prostat Spesific Antigen) yang berguna untuk
menegakkan diagnosis karsinoma. PSA ini dapat digunakan sebagai deteksi
awal tumor yang tidak invasif (Luo 2004).
Cell survey antigen study (Nursalam 2009)
Pemeriksaan laboratorium untuk mencari sel antigen terhadap kanker,
bahan yang digunakan adalah darah vena.
Kultur urine
Digunakan untuk memeriksa adanya infeksi saluran kemih.
Histopatologi
Pemeriksaan ini dapat menentukan suatu jaringan normal, mengalami
proses inflamasi, pertumbuhan benigna, atau terjadi maligna. Selain itu
pemeriksaan ini dapat menentukan stadium patologik serta derajat
diferensiasi suatu keganasan.
Sitologi
Pemeriksaan sel-sel urotelium yang terlepas bersama urine (biasanya
nilai negative palsu tinggi). Derajat perubahan sel diklasifikasikan dalam
lima kelas mulai dari; normal, sel yang mengalami peradangan, sel atipik,
disuga menjadi sel ganas, dan sel yang sudah mengalami perubahan
morfologi menjadi sel ganas.
b. Pemeriksaan Radiologis
1) Foto Polos Abdomen (BOF; BNO; KUB) (Purnomo 2011)
Foto polos abdomen atau KUB (Kidney Ureter Bladder) adalah foto skrining
untuk pemeriksaan kelainan urologi.
21
2) USG (Muttaqin 2011)
Sebelum pemeriksaan, pasien dipuasakan untuk meminimalkan gas di usus
yang dapat menghalangi pemeriksaan. Pemeriksaan USG merupakan
pemeriksaan yang tidak invasive yang dapat menilai bentuk dan kelainan dari
buli.
3) Sitoskopi (Muttaqin 2011)
Prosedur pemeriksaan ini merupakan inspeksi langsung uretra dan kandung
kemih dengan menggunakan alat sitoskopi (merupakan suat alat yang mempunyai
lensa optik pada ujungnya sehingga dapat dengan leluasa melihat langsung).
Sitoskop juga memungkinkan ahli urologi untuk mendapatkan spesimen urine
dari setiap ginjal guna mengevaluasi fungsi ginjal. Alat forceps dapat dimasukkan
melalui sitokop untuk keperluan biopsi pada kandunng kemih.
4) Flow Cytometri (Nursalam 2009)
Mendeteksi adanya kelaian kromosom sel-sel urotelim.
5) Pielogram Intravena / IVP (Price dan Wilson 2005)
Prosedur yang lazim pada IVP adalah foto polos radiografi abdomen yang
kemudian dilanjutkan dengan penyuntikan media kontras intravena. IVP dapat
memastikan keberadaan posisi ginjal, serta menilai ukuran dan bentuk ginjal.
Efek berbagai pemyakit terhadap kemampuan ginjal untuk memekatkan dan
mengekskresi zat warna juga dapat dinilai.
6) Arteriogram ginjal (Price dan Wilson 2005)
Tindakan memasukkan kateter melalui arteri femoralis danaorta abdominlis
sampai setinggi arteri renalis selanjutnya media kontas disuntikkan. Tindakan ini
untuk dapat sipakai untuk melihat pembuluh darah pada neoplasma
7) CT-scan (Price dan Wilson 2005)
CT-scan berperan penting dalam penetapan stadium neoplasma menggantikan
IVP dalam kasus trauma ginjal.
8) Biopsi (American Cancer Society 2012)
Jika pada test pencitraan dicurigai kanker telah menyebar, biopsi dapat
digunakan untuk memastikan penyebaran kanker ke luar kandung kemih seperti
jaringan sekitar kandung kemih, kelenjar limfa, atau organ tubuh lain.
22
B. Diagnosa Keperawatan
1. Cemas / takut berhubungan dengan situasi krisis (kanker), perubahan kesehatan,
sosio ekonomi, peran dan fungsi, bentuk interaksi, persiapan kematian,
pemisahan dengan keluarga ditandai dengan peningkatan tegangan, kelelahan,
mengekspresikan kecanggungan peran, perasaan tergantung, tidak adekuat
kemampuan menolong diri, stimulasi simpatetik.
2. Nyeri (akut) berhubungan dengan proses penyakit (penekanan/kerusakan jaringan
syaraf, infiltrasi sistem suplay syaraf, obstruksi jalur syaraf, inflamasi), efek
samping therapi kanker ditandai dengan klien mngatakan nyeri, klien sulit tidur,
tidak mampu memusatkan perhatian, ekspresi nyeri, kelemahan.
3. Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) berhubungan dengan
hipermetabolik yang berhubungan dengan kanker, konsekwensi khemotherapi,
radiasi, pembedahan (anoreksia, iritasi lambung, kurangnya rasa kecap, nausea),
emotional distress, fatigue, ketidakmampuan mengontrol nyeri ditandai dengan
klien mengatakan intake tidak adekuat, hilangnya rasa kecap, kehilangan selera,
berat badan turun sampai 20% atau lebih dibawah ideal, penurunan massa otot
dan lemak subkutan, konstipasi, abdominal cramping.
4. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya informasi, misinterpretasi, keterbatasan kognitif
ditandai dengan sering bertanya, menyatakan masalahnya, pernyataan
miskonsepsi, tidak akurat dalam mengikiuti intruksi/pencegahan komplikasi.
5. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan tubuh
sekunder dan sistem imun (efek kemotherapi/radiasi), malnutrisi, prosedur invasif
C. Rencana Keperawatan
1. Cemas / takut berhubungan dengan situasi krisis (kanker), perubahan kesehatan,
sosio ekonomi, peran dan fungsi, bentuk interaksi, persiapan kematian,
pemisahan dengan keluarga ditandai dengan peningkatan tegangan, kelelahan,
mengekspresikan kecanggungan peran, perasaan tergantung, tidak adekuat
kemampuan menolong diri, stimulasi simpatetik.
Tujuan :
- Klien dapat mengurangi rasa cemasnya
- Rileks dan dapat melihat dirinya secara obyektif.
- Menunjukkan koping yang efektif serta mampu berpartisipasi dalam
23
pengobatan.
INTERVENSI RASIONAL
a. Tentukan pengalaman klien a. Data-data mengenai pengalaman klien
sebelumnya terhadap penyakit sebelumnya akan memberikan dasar
yang dideritanya. untuk penyuluhan dan menghindari
adanya duplikasi.
b. Berikan informasi tentang b. Pemberian informasi dapat membantu
prognosis secara akurat. klien dalam memahami proses
penyakitnya.
c. Beri kesempatan pada klien untuk c. Dapat menurunkan kecemasan klien.
mengekspresikan rasa marah, takut,
konfrontasi. Beri informasi dengan
emosi wajar dan ekspresi yang
sesuai.
d. Jelaskan pengobatan, tujuan dan d. Membantu klien dalam memahami
efek samping. Bantu klien kebutuhan untuk pengobatan dan efek
mempersiapkan diri dalam sampingnya.
pengobatan.
e. Catat koping yang tidak efektif e. Mengetahui dan menggali pola koping
seperti kurang interaksi sosial, klien serta mengatasinya/memberikan
ketidak berdayaan dll. solusi dalam upaya meningkatkan
kekuatan dalam mengatasi kecemasan.
f. Anjurkan untuk mengembangkan f. Agar klien memperoleh dukungan dari
interaksi dengan support system. orang yang terdekat/keluarga.
g. Berikan lingkungan yang tenang g. Memberikan kesempatan pada klien
dan nyaman. untuk berpikir/merenung/istirahat.
h. Pertahankan kontak dengan klien, h. Klien mendapatkan kepercayaan diri
bicara dan sentuhlah dengan wajar. dan keyakinan bahwa dia benar-benar
ditolong.
24
2. Nyeri (akut) berhubungan dengan proses penyakit (penekanan/kerusakan jaringan
syaraf, infiltrasi sistem suplay syaraf, obstruksi jalur syaraf, inflamasi), efek
samping therapi kanker ditandai dengan klien mngatakan nyeri, klien sulit tidur,
tidak mampu memusatkan perhatian, ekspresi nyeri, kelemahan.
Tujuan :
- Klien mampu mengontrol rasa nyeri melalui aktivitas
- Melaporkan nyeri yang dialaminya
- Mengikuti program pengobatan
- Mendemontrasikan tehnik relaksasi dan pengalihan rasa nyeri melalui
aktivitas yang mungkin
INTERVENSI RASIONAL
a. Tentukan riwayat nyeri, lokasi, a. Memberikan informasi yang diperlukan
durasi dan intensitas untuk merencanakan asuhan.
b. Evaluasi therapi: pembedahan, b. Untuk mengetahui terapi yang dilakukan
radiasi, khemotherapi, biotherapi, sesuai atau tidak, atau malah
ajarkan klien dan keluarga tentang menyebabkan komplikasi.
cara menghadapinya
c. Berikan pengalihan seperti reposisi c. Untuk meningkatkan kenyamanan
dan aktivitas menyenangkan seperti dengan mengalihkan perhatian klien dari
mendengarkan musik atau nonton rasa nyeri.
TV
d. Menganjurkan tehnik penanganan d. Meningkatkan kontrol diri atas efek
stress (tehnik relaksasi, visualisasi, samping dengan menurunkan stress dan
bimbingan), gembira, dan berikan ansietas.
sentuhan therapeutik.
e. Evaluasi nyeri, berikan pengobatan e. Untuk mengetahui efektifitas
bila perlu. penanganan nyeri, tingkat nyeri dan
sampai sejauhmana klien mampu
menahannya serta untuk mengetahui
kebutuhan klien akan obat-obatan anti
nyeri.
f. Diskusikan penanganan nyeri f. Agar terapi yang diberikan tepat sasaran.
dengan dokter dan juga dengan
25
klien
g. Berikan analgetik sesuai indikasi g. Untuk mengatasi nyeri.
seperti morfin, methadone, narkotik
dll
26
e. Kontrol faktor lingkungan seperti e. Mencegah mual muntah, distensi
bau busuk atau bising. Hindarkan berlebihan, dispepsia yang menyebabkan
makanan yang terlalu manis, penurunan nafsu makan serta
berlemak dan pedas. mengurangi stimulus berbahaya yang
dapat meningkatkan ansietas.
f. Ciptakan suasana makan yang f. Agar klien merasa seperti berada
menyenangkan misalnya makan dirumah sendiri.
bersama teman atau keluarga.
g. Anjurkan tehnik relaksasi, g. Untuk menimbulkan perasaan ingin
visualisasi, latihan moderate makan/membangkitkan selera makan.
sebelum makan.
h. Anjurkan komunikasi terbuka h. Agar dapat diatasi secara bersama-sama
tentang problem anoreksia yang (dengan ahli gizi, perawat dan klien).
dialami klien.
i. Kolaboratif i. Untuk mengetahui/menegakkan
terjadinya gangguan nutrisi sebagi akibat
perjalanan penyakit, pengobatan dan
perawatan terhadap klien.
j. Amati studi laboraturium seperti j. Membantu menghilangkan gejala
total limposit, serum transferin dan penyakit, efek samping dan
albumin meningkatkan status kesehatan klien.
k. Berikan pengobatan sesuai indikasi k. Mempermudah intake makanan dan
Phenotiazine, minuman dengan hasil yang maksimal
antidopaminergic, corticosteroids, dan tepat sesuai kebutuhan.
vitamins khususnya A,D,E dan B6,
antacida
28
rutin, perhatikan adanya eritema, serta masalah dengan kesehatan mulut
ulcerasi. yang dapat mempengaruhi intake
makanan dan minuman.
h. Anjurkan klien memelihara h. Meningkatkan integritas kulit dan
kebersihan kulit dan rambut. kepala.
D. Evaluasi
Hasil yang diharapkan setelah mendapatkan intervensi keperawatan adalah
sebagai berikut:
1. Eliminasi urine dapat optimal sesuai toleransi individu
2. Penurunan skala nyeri
3. Perfusi jaringan ginjal adekuat
4. Pasien menunjukkan toleransi terhadap aktivitas.
5. Tidak terjadi infeksi pada luka pasca bedah.
6. Informasi kesehatan terpenuhi
29
BAB III
PENUTUP
3.1. Simpulan
Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup pasien
dan keluarga dalam menghadapi penyakit yang mengancam jiwa, dengan cara meringankan
penderitaan rasa sakit melalui identifikasi dini, pengkajian yang sempurna, dan
penatalaksanaan nyeri serta masalah lainnya baik fisik, psikologis, sosial atau spiritual.
Kanker kandung kemih adalah jenis kanker yang berkembang di daerah kandung kemih,
organ berbetuk balon terletak di bagian panggul yang menyimpang urin. Kebanyakan kanker
ini diawali pada sel-sel yang melapisi bagian dalam kandung kemih.
Tidak jelas apa yang menyebabkan kanker kandung kemih. Kanker kandung kemih
memiliki keterkaitan dengan merokok, infeksi parasit, radiasi dan terkena zat kimia. Kanker
kandung kemih terjadi karena mutasi sel. Mutasi ini menyebabkan sel tumbuh dengan tidak
terkendalikan dan kemudian hidup ketika sel lainnya mati.
1.2. Saran
Semoga dengan makalah ini, pembaca dapat mengerti bagaimana asuhan keperawatan
paliatif pada klien dengan kanker kandung kemih, dan paham bagaimana patofiologi yang
terjadi klien kanker kandung kemih. sehingga bisa berpikir kritis dalam melakukan tindakan
keperawatan.
30