You are on page 1of 19

LOMBA ESAI MAHASISWA TINGKAT NASIONAL BIDANG PENDIDIKAN

EDUCREATION 2018

JUDUL ESAI
SEBARKAN LITERASI UNTUK ANAK JALANAN (SERASIKAN ANJAL)

Diusulkan oleh:
Ika Oktaviani Risanti
20170340006

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


BANTUL
2018
Pendahuluan
Dalam pidato Nelson Mandela, beliau pernah menyampaikan bahwa
pendidikan adalah senjata yang paling ampuh untuk mengubah dunia. Konteks
mengubah dunia dalam pidato beliau ialah pendidikan sebagai usaha sebuah negara
untuk meningkatkan kesejahteraan rakyatnya untuk mampu bersaing di tingkat
global. Pendidikan menjadi faktor yang fundamental dalam meningkatkan
pengetahuan, keterampilan, dan kualitas sumber daya manusia, baik bagi individu
maupun suatu negara. Arti dari pendidikan itu sendiri diambil dari kata pedagogi
yang dalam bahasa Yunani mempunyai arti paedos (anak) dan agoge (membimbing).
Berdasarkan pemikiran tersebut, terciptalah definisi pendidikan sebagai suatu
kegiatan yang dilakukan oleh seseorang untuk membimbing anak selama masa
tumbuh kembang guna memiliki sifat kritis, mandiri, kreatif, dan bertanggung jawab
di masa depan. Dengan bermodalkan pondasi pendidikan yang kokoh, cita – cita
bangsa Indonesia yang tercatut dalam pembukaan UUD 1945 alenia empat untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa akan tercapai.
Kegiatan belajar mengajar dalam proses pendidikan sangat erat kaitannya
dengan kemampuan literasi seseorang. EDC (Education Development Center)
mendefiniskan literasi lebih dari sekedar kemampuan untuk membaca dan menulis
saja. Literasi didefinisikan sebagai kemampuan seseorang dalam memahami dan
menggunakan potensi dan keterampilan yang dimiliki dalam hidupnya. Dengan kata
lain, seseorang dengan gelar literat mempunyai kemampuan untuk membaca aksara
dan membaca dunia. Melalui penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa
optimalisasi implementasi literasi akan sangat berpengaruh pada hasil kegiatan
belajar mengajar. Seseorang dengan kemauan dan kemampuan literasi yang baik,
cenderung lebih kritis dan analitis dalam menyelesaikan sebuah masalah. Literasi
mengambil peran penting dalam keberhasilan pendidikan dengan karakter kritis,
kreatif, mandiri, dan bertanggung jawab sebagai hasil dari proses pembelajaran.
Berdasarkan studi yang dilakukan oleh WMLN (World’s Most Literate
Nations), Indonesia menempati posisi ke – 60 dari 61 negara yang masuk dalam
peringkat. Adapun kategori yang digunakan dalam mempublikasikan data tersebut,
beberapa diantaranya adalah jumlah dan ukuran perpuskaan, serta jumlah pembaca
koran pada setiap harinya. Finlandia hadir menjadi peringkat pertama dalam
peringkat tersebut, disusul oleh Norwegia, Denmark, dan Islandia. Terdapat tiga
fokus yang diterapkan di Finlandia sebagai usaha untuk meningkatkan literasi.
Pertama, menciptakan lingkungan yang mendukung literasi. Kedua, meningkatkan
kualitas pembelajaran, dan ketiga adalah meningkatkan partisipasi, inklusi, dan
kesetaraan (Garbe et. al., 2016)

Gerakan Literasi di Finlandia


Dilansir dari artikel Koran Jawa Pos yang berjudul “Rahasia Budaya Literasi
Finlandia, Bayi Lahir dapat Paket Berisi Buku”, untuk menciptakan lingkungan yang
mendukung literasi, pemerintah Finlandia memulai budaya literasi dalam berbagai
lingkup kehidupan mulai dari keluarga, sekolah, dan tempat umum. Orang tua dalam
keluarga berperan sebagai aktor utama dalam pembentukan karakter seorang anak.
Selain itu, orang tua juga mengajarkan bahasa ibu kepada anak yang akan digunakan
dalam percakapan sehari – hari. Hal ini menjdi penting karena tanpa adanya
kemampuan bahasa dan komunikasi yang baik anak tidak dapat memahami pesan
yang diterima dari sekelilingnya. Tidak hanya itu, rumah juga dikondisikan agar
ramah akan buku bacaan. Sebagian besar orang tua di Finlandia juga tidak segan
untuk membacakan buku bagi anaknya.
Kedua, meningkatkan kualitas pembelajaran. Regulasi pembelajaran yang
diimplementasikan di Finlandia tidak jauh berbeda dengan Indonesia. Pendidikan
wajib belajar di Finlandia diwajibkan dari usia 7 – 15 tahun secara gratis. Begitu pun
di Indonesia pogram wajib belajar sudah dilaksanakan dari Sekolah Dasar sampai
Sekolah Menengah Atas. Uniknya, pembelajaran di Finlandia dimulai sejak pra-
sekolah. Anak diajarkan untuk mengenal lingkungan, berkomunikasi dengan
sekelilingnya, dan mengendalikan emosi dalam berinteraksi sejak dini. Pelajaran
bahasa ibu dan bacaan berbasis pengalaman sehari – hari pun juga diberikan. Guru di
Finlandia mempunyai tugas untuk melakukan penanganan khusus untuk siswa yang
mengalami kesulitan dengan metode pembelajaran intensif dan remedial teaching.
Selanjutnya, meningkatkan partisipasi, inklusi, dan kesetaraan. Berbicara
tentang kesetaraan, Finlandia tidak hanya berhenti pada sekolah gratis bagi
masyarakat saja. Lebih dari itu, Finlandia juga menerapkan perpustakaan ramah
disabilitas dan lansia. Disediakan petugas yang siap untuk mengantar atau mengambil
buku agar kegiatan membaca menjadi lebih nyaman. Untuk meningkatkan minat
pembaca, setiap individu juga diberikan kebebasan untuk mengakses teks maupun
buku sesuai dengan genre yang diminati.

Gerakan Literasi di Indonesia


Munculnya Indonesia pada peringkat ke 60 dari 61 negara menjadikan
tamparan keras bagi pemerintah. Tidak hanya berpangku tangan pemerintah segera
membuat gebrakan untuk menanggulangi krisis literasi yang saat itu sedang melanda
Indonesia. Dilansir dari http://gln.kemdikbud.go.id, sejak tahun 2016 Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan menggiatkan Gerakan Literasi Nasional (GLN) sebagai
bagian dari implementasi dari Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23
Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti. Program yang sudah
diimplementasikan ialah Gerakan Literasi Nasional (GLN), yang di dalamnya
terdapat Gerakan Literasi Keluarga (GLK), Gerakan Literasi Sekolah (GLS), dan
Gerakan Literasi Masyarakat (GLM).
GLK dilakukan dengan cara mengadakan teks yang dapat dijadikan pedoman
bagi keluarga dalam kehidupan sehari – hari. Teks tersebut berupa Praktik Baik
Pelibatan keluarga dan Praktik Baik Penyelenggaraan Keluarga. Untuk di lingkup
sekolah, pemerintah mewajibkan adanya sudut baca dan siswa diwajibkan untuk
membaca buku yang mereka minati selama 15 menit. Selanjutnya adalah GLM, untuk
mempropagandakan literasi di masyarakat pemerintah menggunakan media radio
karena dirasa dekat bagi seluruh kalangan. Siaran yang dilakukan oleh Radio Itjen
Kemendikbud mempunyai fungsi untuk menjadi penghubung public dalam
mengakses informasi dan penerima pengaduan atau aspirasi masyarakat.
Meskipun literasi sudah digiatkan dalam dua tahun terakhir ini, nampaknya
masih terdapat beberapa kalangan yang tidak dapat merasakan implementasi GLN.
Terdapat banyak faktor yang menjadikan GLN belum mencapai kesetaraan, beberapa
diantaranya adalah faktor geografis dan ekonomi. Kondisi geografis Indonesia yang
terdiri atas banyak pulau diantara perairan yang luas, menjadikan akses informasi
maupun fasilitas menjadi sulit. Rendahnya tingkat ekonomi berdampak pada
paradigma bahwa mengumpulkan uang dengan carayang instan menjadi prioritas
utama dalam kehidupan. Padahal pendidikan melalui literasi seperti investasi yang
sangat menjanjikan untuk membangun ekonomi yang lebih dinamis di masa yang
akan datang.
Tidak perlu menengok sampai ke batas pulau terluar di Indonesia, kaum
marjin pun dapat ditemukan di perkotaan. Salah satunya ialah anak jalanan yang
masih sering dijumpai di Kota Yogyakarta. Stigma buruk dalam masyarakat
menganggap bahwa anak jalanan merupakan sebuah masalah sosial yang harus
diatasi. Padahal mereka hanyalah korban struktural atas keadaan ekonomi yang
menyebabkan mereka harus berada di jalan untuk menyambung hidup. Kian hari
potret anak jalanan kian memprihatinkan, mereka cenderung rentan terhadap
eksploitasi seksual, ekonomi, dan penyalahgunaan narkoba. Tidak hanya itu, mereka
juga kehilangan hak untuk memperoleh informasi dan pendidikan yang memadai.
Waktu yang seharusnya dihabiskan untuk meningkatkan kemampuan diri di bidang
akademik seperti sekolah, belajar, dan mengembangkan bakat menjadi berkurang.
Jangankan untuk mendapat implementasi dari GLN, untuk memperoleh pendidikan
formal saja mereka belum mendapatkan.

SERASIKAN ANJAL Menjadi Alternatif yang Realistis untuk


Diimplementasikan
Saat ini, Rumah Singgah menjadi wadah bagi mereka untuk mendapatkan
pendidikan. Dahulu Rumah Singgah berada dibawah naungan Kementerian Sosial
dan merupakan program dari UNDP (United Nations Development Programme),
yang berfungsi sebagai tempat istirahat bagi anak jalanan. Berbeda dengan sekarang,
Rumah Singgah berstatus sebagai organisasi non-pemerintah yang akan
menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar bagi anak jalanan. Salah satu Rumah
Singgah yang ada di Yogyakarta adalah Rumah Singgah Anak Mandiri (RSAM).
Kondisi RSAM belum bisa dikatakan layak, masih terdapat banyak sarana dan
prasarana penunjang pembelajaran yang harus dibenahi.
Kegiatan belajar mengajar di RSAM dilaksanakan pada hari Senin hingga
Rabu, dimulai pukul 13.00 sampai 15.00 WIB. Jumlah anak yang hadir sekitar 10 –
13 anak saja, karena masih banyak anak yang enggan untuk ikut bergabung dan
belajar di RSAM. Materi – materi yang didapat disesuaikan dengan materi di sekolah
konvensional, karena mereka pun harus menempuh ujian paket untuk mendapatkan
ijazah. Di dalam RSAM terdapat banyak buku bacaan baik fiksi maupun non fiksi.
Hal yang disayangkan adalah tidak dilakukannya aktualiasi buku, sehingga anak
kurang tertarik untuk membacanya. Beberapa dari mereka sudah mempunyai gawai
dan mereka lebih suka untuk menghabiskan waktunya dengan bermain gawai dari
pada membaca buku. Berdasarkan wawancara dengan pimpinan RSAM, beliau
memaparkan bahwa mereka hanya dapat fokus dengan metode pembelajaran
konvensional selama 15 menit saja. Anak jalanan lebih menggemari metode
pembelajaran digital seperti menonton video atau mendengarkan musik. Bagi mereka
metode tersebut lebih mudah dimengerti.
Sebarkan Literasi Berkelanjutan bagi Anak Jalanan (Serasikan Anjal) dapat
menjadi solusi alternatif yang realistis untuk diimplementasikan. Untuk menerapkan
budaya literasi yang notabene baru bagi anak, perlu digunakan media yang paling
dekat, mudah, dan diminati, yaitu media digital. Tidak hanya itu, program ini akan
dilaksanakan secara berkelanjutan dengan cara melakukan digitalisasi RSAM agar
mudah untuk melakukan pengumpulan dana dan relawan untuk mengajar. Selama
berlangsungnya Serasikan Anjal, materi yang diberikan akan dibukukan agar dapat
digunakan secara berkelanjutan. Dalam pelaksanaannya anak perlu pembimbing
untuk mengarahkan konten – konten positif yang sesuai dengan usia dan minat
mereka. Disinilah peran dari relawan diperlukan, mereka akan menjadi promotor
untuk mensosialisasikan konten positif ramah anak, dan memberikan edukasi bahaya
dari penyalahgunaan gawai baik di dalam maupun di luar jaringan. Adapun metode
yang akan penulis gunakan yaitu Metode Tell-Show-Do yang di modifikasi dan akan
di jelaskan lebih detail di lampiran I.

Menggunakan Media yang Mereka Gemari


Penting untuk mengetahui kegemaran anak jalanan, karena dengan
menggunakan media yang digemari, literasi akan mudah dimengerti dan
menyenangkan. Paparan gawai yang terlalu dini tidak selalu menjadi bumerang,
justru hal tersebut dapat dimanfaatkan untuk mengajarkan kepada mereka konten
literasi yang ramah anak dan menyenangkan. Selain itu, kebiasaan mereka ngamen
dijalan menjadikan mereka dekat dengan musik dan belajar diluar ruangan. Kedua hal
tersebut dapat menjadi kombinasi yang sempurna untuk menarik minat anak melalui
nyanyian dan pembelajaran kontekstual diluar ruangan seperti, Taman Pintar, Kebun
Binatang, Museum, dll.

Digitalisasi Rumah Singgah


Pergeseran era dari cetak ke digital menjadi fenomena yang tidak dapat
dihindari dan harus diikuti. Berbagai informasi dapat tersebar keseluruh penjuru
dunia hanya dengan hitungan menit saja. Salah satu fitur yang sedang ramai
digunakan saat ini adalah media sosial. Kehadiran media sosial menjadi angina segar
bagi komunitas baik profit maupun non profit untuk mengenalkan kegiatan mereka
kepada publik. Pembuatan media sosial bagi Rumah Singgah bertujuan untuk
mengenalkan Rumah Singgah dan menjadi media yang mudah bagi masyarakat
apabila ingin memberikan bantuan berupa dana maupun tenaga dengan menjadi
relawan. Dengan begitu, sarana dan prasarana dalam Rumah Singgah perlahan dapat
diperbaiki dan semakin banyak relawan yang bersedia untuk melanjutkan program
Serasikan Anjal.

Hasil Nyata yang Berkelanjutan


Pada setiap pertemuan Serasikan Anjal (Garis besar jadwal kegiatan terdapat
di lampiran II), akan dibagikan selebaran mengenai materi yang akan disampaikan di
pertemuan itu. Setelah seluruh selebaran tersebut terkumpul, selanjutnya akan
dibukukan agar tetap dapat digunakan bagi anak jalanan di lain waktu. Selain itu,
untuk menggiatkan literasi bagi anak jalanan penulis mempunyai tujuan dan tolak
ukur kegiatan yang akan dijabarkan di lampiran III. Di akhir periode nanti, anak
jalanan akan diberikan materi untuk melakukan sosialisasi. Kegiatan sosialisasi
dilakukan di jalanan dengan sasaran anak jalanan yang masih enggan untuk ke
Rumah Singgah sehingga mereka tertarik untuk mengikuti kegiatan literasi di rumah
singgah. Adapun petunjuk teknis dalam program Serasikan Anjal, akan dijelaskan
lebih lanjut di lampiran IV. Dengan adanya Serasikan Anjal, diharapkan anak jalanan
mendapat hak yang sama dengan anak seusianya. Selain itu, semangat literasi perlu
untuk terus disebarkan agar mereka mempunyai karakter kritis, kreatif, mandiri, dan
bertanggung jawab.

Kesimpulan
Serasikan Anjal menjadi program yang realistis dan berkelanjutan untuk
diimplementasikan. Penanaman karakter melalui literasi dengan metode yang dekat
dengan anak jalanan dapat mengurangi ketimpangan literasi di Indonesia yang masih
berfokus pada pendidikan konvensional. Karakter kritis, kreatif, mandiri, dan
bertanggung jawab merupakan bagian dari 18 nilai pendidikan karakter dapat dimiliki
oleh anak jalanan guna menghadapi kehidupan di masa depan. Dengan adanya
program Serasikan Anjal, anak jalanan pun siap menghadapi Indonesia emas pada
tahun 2045 tanpa ketimpangan kualitas sumber saya manusia.
DAFTAR PUSTAKA

Chysta Gusti,. 2017. “Rahasia Budaya Literasi Finlandia Bayi Lahir Dapat Paket
Buku”. 3 Desember 2017. FInlandia.

Muhardi. 2004. “Kontribusi Pendidikan dalam Meningkatkan Kualitas Bangsa


Indonesia” dalam Mimbar Volume XX No. 4 (hlm. 478-492)

Ane Permatasari, 2015, ‘Membangun Kualitas Bangsa dengan Budaya Literasi’, Unit
Penerbitan FKIP Bengkulu, pp. 146 – 156
Lampiran I

Metode dan Teknik Pelaksanaan


Metode dan teknik yang akan digunakan dalam pelaksanaan program
tersebut adalah Tell-Show-Do yang dimodifikasi dengan ditambah Express
dan Reward. Metode ini diciptakan oleh Addelston pada tahun 1959 untuk
pengendalian perilaku anak saat pertama kali datang ke dokter gigi.
a. Tell : Promotor sekaligus fasilitator berperan sebagai
panutan dalam penggunaan gawai, dalam konteks ini adalah
relawan. Tugas dari promotor adalah memberikan edukasi tentang
pengaruh baik dari paparan konten positif dan pengaruh buruk dari
konten negatif yang mereka akses.
b. Show : Promotor akan mendemonstrasikan bagaimana
penggunaan dari konten tersebut. Untuk kelompok anak – anak,
dalam satu kelompok hanya diberikan satu gawai yaitu gawai dari
promotor sendiri.
c. Do : Anak jalanan sebagai subyek dari program ini akan
mulai menerapkan penjelasan yang telah diberikan. Mereka akan
diberikan waktu 15 menit untuk mencari informasi yang mereka
inginkan sesuai dengan bakat dan minat mereka.
d. Express : Setelah selesai mengakses informasi, subyek diberi
waktu 15 menit untuk memberikan ulasan atas apa yang telah
mereka akses dalam media curah pendapat. Didalam ulasan
tersebut, diharapkan subyek dapat menarik kesimpulan mengenai
pesan moral apa yang mereka dapat dan bagaimana reaksi mereka
terhadap konten yang mereka terima. Ulasan yang diberikan dapat
berupa komentar, prosa, puisi, musikalisasi puisi, dsb. Disesuaikan
dengan bakat dan minat yang dimiliki oleh masing – masing
subyek.
e. Reward : Untuk memacu semangat dari subyek agar meberikan
perhatian penuh pada konten yang mereka akses, akan diberikan
hadiah bagi subyek dengan ulasan terbaik.
Lampiran II
Garis Besar Jadwal Kegiatan

Kegiatan November Desember Januari Febuari


Pengkajian Materi
Literasi
Pembekalan
Promotor
Implementasi
Sapulidi
Evaluasi
Lampiran III
Tujuan dan Tolak Ukur Kegiatan
November Desember Januari Febuari
Peserta mulai Peserta lebih Peserta mulai Peserta
senang antusias tersadar akan menanggap
dengan dalam manfaat dari literasi adalah
adanya mengikuti adanya sebuah
Tujuan kegiatan ini. kegiatan. literasi. kebutuhan.
Peserta
Peserta akan Jumlah mengajak Jumlah peserta
datang di peserta yang teman yang yang datang
Tolak pertemuan datang lain untuk tidak
Ukur berikutnya konsisten. datang. berkurang.
Lampiran IV

Petunjuk Teknis Kegiatan

Dalam pelaksanaannya penulis telah memetakan beberapa materi yang


akan disampaikan selama berjalannya program Serasikan Anjal sebagai
berikut,
No Kegiatan Personil Materi Keterangan
Pemantik adalah
mantan anak
Promotor, jalanan yang
mediator, sekarang sudah
pemantik, Pentingnya keinginan sukses karena mau
dan untuk berubah bila berusaha dan
1 Pertemuan 1 peserta. ingin meraih sukses. berubah.
Pembelajaran luar
Promotor, ruang mengenai Lokasi adalah
mediator, dampak langsung dan jalanan disekitar
2 Pertemuan 2 peserta. tidak langsung literasi. RSAM.
Implementasi literasi
digital : Pengenalan Dilaksanakan di
Promotor, pada anak akan kanal RSAM dan
mediator, Youtube yang edukatif diselingi dengan
3 Pertemuan 3 peserta. dan ramah anak. permainan.
Promotor, Dilaksanakan di
mediator, Literasi dengan media Taman Pintar
4 Pertemuan 4 peserta. rekreasi edukatif. Yogyakarta.
Promotor, Pemantik adalah
mediator, Penanaman psikolog anak yang
pemantik, kepercayaan diri bahwa akan meningkatkan
dan peserta dapat berguna kembali semangat
5 Pertemuan 5 peserta. bagi orang lain. mereka.
Promotor, Media terbaik akan
mediator, Pembuatan media mendapatkan
6 Pertemuan 6 peserta. literasi oleh peserta. hadiah.
Peserta dengan
Promotor, Pelatihan sosialisasi simulasi sosialisasi
mediator, dengan media yang terbaik akan diberi
7 Pertemuan 7 peserta. telah mereka buat. penghargaan.
Dilaksanakan di
Promotor, jalan - jalan tempat
mediator, Sosialisasi akan mereka dahulu
8 Pertemuan 8 peserta. pentingnya literasi. tinggal dengan
sasaran anak
jalanan dan
pengguna trotoar.
Kartu Tanda Mahasiswa
Bukti Pembayaran

You might also like