Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh:
Tk II Reguler B
1
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang
Pengetahuan bahan pemeriksaan dan manfaatnya untuk masyarakat.
Terlepas dari semua itu ,kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah
ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang Pengetahuan Bahan Pemeriksaan
dan manfaatnya untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap
pembaca.
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
Pengetahuan bahan pemeriksaan merupakan hal yang terpenting dalam proses diagno
sis suatu penyakit. Banyak informasi penting yang bisa didapatkan dari proses tersebut yang
dapat digunakan sebagai dasar untuk menentukan langkah yang akan diambil terhadap pasien
. Dengan demikian, proses pemeriksaan laboratorium memiliki peranan vital bagi pasien. Pe
meriksaan laboratorium terhadap pasien menggunakan bahan pemeriksaan yang berasal dari t
ubuh pasien. Pada prinsipnya semua organ dan cairan tubuh dapat diperiksa, namun yang seri
ng dilakukan untuk pemeriksaan rutin hanya specimen yang memiliki arti klinis, misalnya dar
ah, urine, serum, sekret/efusi, cairan sendi, dan cairan otak (LCS).
Pada makalah ini akan dibahas secara khusus tentang pengetahuan bahan pemeriksaan
specimen Urine klinik, cairan otak atau Liquor Cerebro Spinalis (LCS), dan Transudat Eksudat.
1.3 TUJUAN
1. Agar dapat mengetahui dan memahami hal apa saja yang berkaitan dengan urine.
2. Agar dapat mengetahui dan memahami hal apa saja yang berkaitan dengan LCS.
3. Agar dapat mengetahui dan memahami hal apa saja yang berkaitan dengan Transudat dan E
ksudat.
4
BAB II
PEMBAHASAN
Urin sewaktu adalah urin yang dikeluarkan pada satu waktu yang tidak ditentukan
secara khusus.
Urin pagi adalah urin yang pertama dkeluarkan pada pagi hari setelah bangun tidur.
Baik untuk pemeriksaan sedimen, berat jenis (BJ), protein dan untuk tes kehamilan
berdasarkan adanya hormonehuman chorionic gonadotropin(HCG).
Urin postprandial, Pasien disuruh berkemih sebelum makan pagi hari, porsi tersebut
dibuang kemudian urin ditampung setelah 2 jam makan. Porsi urin kedua ini digunakan
untuk memeriksa glukosa dan pemantauan pengobatan insulin pada penderita diabetes
mellitus.
5
Timedspecimenatau sampel terjadwal
Urine 3 gelas dan urin 2 gelas. Berguna untuk memberikan gambaran letak radang
atau lesi yang terdapat pad saluran kemih pria.
Pemeriksaan Urine
1. Pemeriksaan Makroskopik
a) Volume urin
Banyak sekali faktor yang mempengaruhi volume urin seperti umur, berat badan, jenis kelamin,
makanan dan minuman, suhu badan, iklim dan aktivitas orang yang bersangkutan. Rata-rata
didaerah tropik volume urin dalam 24 jam antara 800--1300 ml untuk orang dewasa. Bila
didapatkan volume urin selama 24 jam lebih dari 2000 ml maka keadaan itu disebut poliuri.
Bila volume urin selama 24 jam 300--750 ml maka keadaan ini dikatakan oliguri, keadaan ini
mungkin didapat pada diarrhea, muntah -muntah, deman edema, nefritis menahun.
Anuri adalah suatu keadaan dimana jumlah urin selama 24 jam kurang dari 300 ml. Hal ini
mungkin dijumpai pada shock dan kegagalan ginjal
6
b) Warna urin
Pemeriksaan terhadap warna urin mempunyai makna karena kadang-kadang dapat
menunjukkan kelainan klinik. Warna urin dinyatakan dengan tidak berwarna, kuning muda,
kuning, kuning tua, kuning bercampur merah, merah, coklat, hijau, putih susu dan sebagainya.
Warna urin dipengaruhi oleh kepekatan urin, obat yang dimakan maupun makanan. Warna
normal urin berkisar antara kuning muda dan kuning tua yang disebabkan oleh beberapa
macam zat warna seperti urochrom, urobilin dan porphyrin.
d) Bau urin
Bau urin normal disebabkan oleh asam organik yang mudah menguap. Bau yang berlainan
dapat disebabkan oleh makanan seperti jengkol, petai, obat-obatan seperti mentol, bau buah-
buahan seperti pada ketonuria.
e) pH urin
Penetapan pH diperlukan pada gangguan keseimbangan asam basa, kerena dapat memberi
kesan tentang keadaan dalam badan. pH urin normal berkisar antar 4,5 - 8,0. Selain itu
penetapan pH pada infeksi saluran kemih dapat memberi petunjuk ke arah etiologi. Pada infeksi
oleh Escherichia coli biasanya urin bereaksi asam, sedangkan pada infeksi dengan kuman
Proteus yang dapat merombak ureum menjadi atnoniak akan menyebabkan urin bersifat basa
2. Pemeriksaan Mikroskopik
Yang dimaksud dengan pemeriksaan mikroskopik urin yaitu pemeriksaan sedimen urin.
Ini penting untuk mengetahui adanya kelainan pada ginjal dan saluran kemih serta berat
ringannya penyakit
7
reagens pita. Reagens pita (strip) dari berbagai pabrik telah banyak beredar di
Indonesia. Reagens pita ini dapat dipakai untuk pemeriksaan pH, protein, glukosa,
keton, bilirubin, darah, urobilinogen dan nitrit.
a) Pemeriksaan glukosa
Dalam urin dapat dilakukan dengan memakai reagens pita. Selain itu penetapan glukosa dapat
dilakukan dengan cara reduksi ion cupri menjadi cupro. Dengan cara reduksi mungkin didapati
hasil positip palsu pada urin yang mengandung bahan reduktor selain glukosa seperti :
galaktosa, fruktosa, laktosa, pentosa, formalin, glukuronat dan obat-obatan seperti
streptomycin, salisilat, vitamin C. Cara enzimatik lebih sensitif dibandingkan dengan cara
reduksi. Cara enzimatik dapat mendeteksi kadar glukosa urin sampai 100 mg/dl, sedangkan
pada cara reduksi hanya sampai 250 mg/dl.
c) Pemeriksaan bilirubin
Dalam urin berdasarkan reaksi antara garam diazonium dengan bilirubin dalam suasana asam,
yang menimbulkan warna biru atau ungu tua. Garam diazonium terdiri dari p-nitrobenzene
diazonium dan p-toluene sulfonate, sedangkan asam yang dipakai adalah asam sulfo salisilat.
Adanya bilirubin 0,05-1 mg/dl urin akan memberikan basil positif dan keadaan ini
menunjukkan kelainan hati atau saluran empedu. Hasil positif palsu dapat terjadi bila dalam
urin terdapat mefenamic acid, chlorpromazine dengan kadar yang tinggi sedangkan negatif
palsu dapat terjadi bila urin mengandung metabolit pyridium atau serenium.
8
d) Pemeriksaan urobilinogen
Dengan reagens pita perlu urin segar. Dalam keadaan normal kadar urobilinogen berkisar
antara 0,1 - 1,0 Ehrlich unit per dl urin. Peningkatan ekskresi urobilinogen urin mungkin
disebabkan oleh kelainan hati, saluran empedu atau proses hemolisa yang berlebihan di dalam
tubuh.
Dalam keadaan normal tidak terdapat darah dalam urin, adanya darah dalam urin mungkin
disebabkan oleh perdarahan saluran kemih atau pada wanita yang sedang haid. Dengan
pemeriksaan ini dapat dideteksi adanya 150-450 ug hemoglobin per liter urin. Tes ini lebih
peka terhadap hemoglobin daripada eritrosit yang utuh sehingga perlu dilakukan pula
pemeriksaan mikroskopik urin. Hasil negatif palsu bila urin mengandung vitamin C lebih dari
10 mg/dl. Hasil positif palsu didapatkan bila urin mengandung oksidator seperti hipochlorid
atau peroksidase dari bakteri yang berasal dari infeksi saluran kemih atau akibat pertumbuhan
kuman yang terkontaminasi.
Liquour Cerebrospinalis adalah cairan otak yang diambil melalui lumbal punksi Cairan
otak tidak boleh dipandang sama dengan cairan yang terjadi oleh proses ultrafiltrasi saja dari
plasma darah. Di samping filtrasi, faktor sekresi dari plexus choriodeus turut berpengaruh.
Karena itu cairan otak bukanlah transudat belaka. Akan tetapi seperti transudat, susunan cairan
otak juga selalu dipengaruhi oleh konsentrasi beberapa macam zat dalam plasma darah.
Pengambilan cairan otak itu dilakukan dengan maksud diagnostik atau untuk
melakukan tindakan terapi. Kelainan dalam hasil pemeriksaan dapat memberi petunjuk kearah
suatu penyakit susunan saraf pusat, baik yang mendadak maupun yang menahun dan berguna
pula setelah terjadi trauma. Secara makroskopi, mikroskopi, kimia, bakteriologi, dan serologi.
Cairan Serebro Spinal (CSS) ditemukan di ventrikel otak dan sisterna dan ruang
subarachnoid yang mengelilingi otak dan medula spinalis. Seluruh ruangan berhubungan satu
sama lain, dan tekanan cairan diatur pada suatu tingkat yang konstan.
9
- Pembentukan, Aliran dan Absorpsi Cairan Serebrospinal ; Sebagian besar CSS (dua
pertiga atau lebih) diproduksi di pleksus choroideus ventrikel serebri (utamanya
ventrikel lateralis). Sejumlah kecil dibentuk oleh sel ependim yang membatasi ventrikel
dan membran arakhnoid dan sejumlah kecil terbentuk dari cairan yang bocor ke
ruangan perivaskuler di sekitar pembuluh darah otak (kebocoran sawar darah
otak).Pada orang dewasa, produksi total CSS yang normal adalah sekitar 21 mL/jam
(500 mL/ hari),volume CSS total hanya sekitar 150 mL.
- Tekanan Cairan Serebrospinal ; Tekanan normal dari sistem cairan serebrospinal ketika
seseorang berbaring pada posisi horizontal, rata-rata 130 mm air (10 mmHg), meskipun
dapat juga serendah 65 mm air atau setinggi 95 mm air pada orang normal.. Pengaturan
Tekanan Cairan Serebsrospinal oleh Vili Arakhnoidalis. Normalnya, tekanan cairan
serebrospinal hampir seluruhnya diatur oleh absorpsi cairanmelalui vili arakhnoidalis.
Cairan otak biasanya diperoleh dengan melakukan punksi lumbal pada lumbal III
dan IV di cavum subarachnoidale, namun dapat pula pada suboccipital ke dalam cisterna
magma atau punksi ventrikel, yang dapat disesuaikan dengan indikasi klinik. Seorang klinik
yang ahli dapat memperkirakan pengambilan tersebut. Hasil punksi lumbal dimasukkan dalam
3 tabung atau 3 syringe yang berbeda, antara lain :
1.Tabung I berisi 1 mL
Dibuang karena tidak dapat digunakan sebagai bahan pemeriksaan karena mungkin
mengandung darah pada saat penyedotan.
2. Tabung II berisi 7 mL
Digunakan untuk pemeriksaan serologi, bakteriologi dan kimia klinik.
3.Tabung III berisi 2 mL
Digunakan untuk pemeriksaan jumlah sel, Diff.count dan protein kualitatif/kuantitatif.
Tata Cara :
1. Pasien dalam posisi miring pada salah satu sisi tubuh. Leher fleksi maksimal (lutut di tarik
ke arah dahi )
10
2. Tentukan daerah pungsi lumbal di antara L4 dan L5 yaitu dengan menentukan garis potong
sumbu kraniospinal ( kolumna verterbralis ) dan garis antara kedua spina ishiadika anterior
superior ( SIAS ) kiri dan kanan. Pungsi dapat pula di lakukan anatara L4 dan L5 atau antara
L2 dan L3 namun tidak boleh pada bayi.
3. Lakukan tindakan antisepsis pada kulit di sekitar daerah pungsi radius 10 cm dengan larutan
Povidon iodin di ikuti larutan alkohol 70% dan tutup dengan duk steril di mana daerah pungsi
lumbal di biarkan terbuka.
4. Tentukan kembali daerah pungsi dengan menekan ibu jari tangan yang telah memakai
sarung tangan steril selama 15 – 30 detik yang akan menandai titik pungsi tersebut selama 1
menit.
5. Tusukan jarum spinal/stylet pada tempat yang telah di tentukan. Masukan jarum perlahan-
lahan menyusur tulang vertebra sebelah proksimal dengan mulut jarum terbuka ke atas sampai
menembus duramater. Jarak antara kulit dan ruang subarakhnoi berbeda pada tiap anak
tergantung umur dan keadaan gizi. Umumnya 1,5 – 2,5 cm pada bayi dan meningkat menjadi
5 cm pada umur 3 –5 tahun. Pada remaja jaraknya 6 – 8 cm.
6. Lepaskan stylet perlahan-lahan dan cairan keluar. Untuk mendapatkan aliran cairan yang
lebih baik, jarum di putar hingga mulut jarum mengarah ke kranial. Ambil cairan untuk
pemeriksaan
7. Cabut jarum dan tutup lubang tusukan dengan plester.
1. Makroskopik
Warna
BJ
pH
Kekeruhan (Kejernihan)
Bekuan
2. Mikroskopik
11
3. Kimiawi
Pandy
Glukosa
Chlorida
Nonne
Protein
4. Bakteriologi (Pembiakan)
Transudat adalah cairan dalam ruang interstitial yang terjadi hanya sebagai akibat
tekanan hidrostatik atau turunnya protein plasma intravascular yang meningkat (tidak
disebabkan proses peradangan/inflamasi).Berat jenis transudat pada umumnya kurang dari
1.012 yang mencerminkan kandungan protein yang rendah. Contoh transudat terdapat pada
wanita hamil dimana terjadi penekanan dalam cairan tubuh.
Transudat merupakan discharge patologis, merupakan serum darah yang merembes keluar dari
pembuluh-pembuluh kapiler ke dalam sela-sela jaringan atau rongga badan, tanpa radang
Rongga-rongga serosa dalam badan normal mengandung sejumlah kecil cairan. Cairan itu
terdapat ump, dalam rongga pericardium, rongga pleura, rongga perut dan berfungsi sebagai
pelumas agar membran-membran yang dilapisi mesotel dapat bergerak tanpa geseran. Jumlah
cairan itu dalam keadaan normal hamper tidak dapat diukur karena sangat sedikit. Jumlah itu
mungkin bertambah pada beberapa keadaan dan akan berupa transudat atau exudat.
Transudat terjadi sebagai akibat proses bukan radang oleh gangguan keseimbangan cairan
badan (tekanan osmotic koloid, statis dalam kapiler atau tekanan hidrostatik, kerusakan
endotel, dsb), sedangkan exudat bertalian dengan salah satu proses peradangan.
Transudat terjadi apabila hubungan antara tekanan kapiler hidrostatik dan koloid osmotik
menjadi terganggu, sehingga terbentuknya cairan pada satu sisi pleura akan melebihi reabsorbsi
oleh pleura lainnya. Tingginya penyakit jantung sebagai penyebab efusi pleura dikarenakan
12
penyakit tersebut merupakan penyakit yang terbanyak dan penyebab kematian utama di
Indonesia..
Eksudat adalah cairan radang ekstravaskular dengan berat jenis tinggi (diatas 1.020)
dan seringkali mengandung protein 2-4 mg % serta sel-sel darah putih yang melakukan
emigrasi.Cairan ini tertimbun sebagai akibat permeabilitas vascular (yang memungkinkan
protein plasma dengan molekul besar dapat terlepas), bertambahnya tekanan hidrostatik
intravascular sebagai akibat aliran lokal yang meningkat pula dan serentetan peristiwa rumit
leukosit yang menyebabkan emigrasinya.
Eksudat, merupakan substansi yang merembes melalui dinding vasa ke dalam jaringan
sekitarnya pada radang, berupa nanah. Jadi…termasuk discharge yang patologis.
Eksudat terbentuk melalui membran kapiler yang permeabilitasnya abnormal. Perubahan
permeabilitas membran disebabkan adanya peradangan pada pleura seperti infeksi atau
keganasan.
Komplikasi yang terjadi seperti efusi pleura terjadi disebabkan keterlambatan diagnosis,
kepatuhan penderita dalam pengobatan, sarana pelayanan kesehatan, lingkungan dan lain
sebagainya sehingga insidennya masih cukup tinggi. Demikian juga dengan keganasan,
biasanya terdiagnosis pada stadium lanjut yang telah berkomplikasi pada organ lainnya.
Jenis-Jenis Eksudat
· - Eksudat fibrinosa
Pada beberapa keadaan radang, eksudat hampir terdiri dari cairan dan zat-zat yang terlarut
dengan sangat sedikit leukosit. Jenis eksudat nonseluler yang paling sederhana adalah eksudat
serosa,yang pada dasamya terdiri dari protein yang bocor dari pembuluh-pembuluh darah yang
permiable dalam daerah radang bersama-sama dengan cairan yang menyertainya. Contoh
eksudat serosa yang paling dikenal adalah cairan luka melepuh.
14
2. Eksudat Seluler
Eksudat seluler terdiri dari:
- Eksudat netrofilik
Eksudat yang mungkin paling sering dijumpai adalah eksudat yang terutama
terdiri dari neutrofil polimorfonuklear dalam jumlah yang begitu banyak sehingga bagian
cairan dan protein kurang mendapat perhatian. Eksudat neutrofil semacam ini disebut purulen.
Eksudat purulen sangat sering terbentuk akibat infeksi bakteri.lnfeksi bakteri sering
menyebabkan konsentrasi neutrofil yang luar biasa tingginya di dalam jaringan dan banyak
dari sel-sel ini mati dan membebaskan enzim-enzim hidrolisis yang kuat disekitarnya. Dalam
keadaan ini enzim-enzim hidrolisis neutrofil secara haraf ah mencernakan jaringan dibawahnya
dan mencairkannya. Kombinasi agregasi netrofil dan pencairan jaringan-jaringan di bawahnya
ini disebut suppuratif,atau lebih sering disebut pus/nanah.
Jadi pus terdiri dari :
- neutrofil pmn. yang hidup dan yang mati neutrofil pmn. yang hancur
- hasil pencairan jaringan dasar (merupakan hasil pencernaan)
- eksudat cair dari proses radang
- bakteri-bakteri penyebab
- nekrosis liquefactiva.
3. Eksudat Campuran
Sering terjadi campuran eksudat seluler dan nonseluler dan campuran ini dinamakan
sesuai dengan campurannya.Jika terdapat eksudat fibrinopurulen yang terdiri dari fibrin dan
neutrofil polimorfonuklear,eksudat mukopurulen, yang terdiri dari musin dan neutrofil, eksudat
serofibrinosa.
Pada luka bakar saluran-saluran limfe tetap terbuka yaitu karena jaringan yang terbakar
tidak menimbulkan tromboplastin sehingga tidak terjadi kooagulasi eksudat. Jika aliran cairan
limfe tidak tersumbat akan memudahkan menyebarkan kuman-kuman sehingga masuk dalam
sirkulasi darah dan terjadi septikhemi.
Dalam praktek sering dijumpai cairan yang sifat-sifatnya sebagian sifat transudat dan sebagian
lagi sifat exudat, sehingga usaha membedakan antara transudat dan exudat menjadi sukar.
15
Cara Memperoleh Bahan
Bahan (dari rongga perut, pleura, pericardium, sendi, kista, hydrocele, dsb) didapat dengan
mengadakan pungsi. Karena tidak dapat diketahui terlebih dahulu apakah cairan itu berupa
transudat atau exudat, haruslah pertama-tama syarat bekerja steril didindahkan dan kedua untuk
menyediakan antikoagulans. Sediakanlah pada waktu melakukan pungsi selain penampung
biasa juga penampung steril (untuk biakan) dan penampung yang berisi larutan natrium citrate
20% atau heparinsteril.
a) Jumlah
Ukurlah dan catatlah volume yang didapat dengan pungsi. Jika semua cairan dikeluarkan
jumlah itu memberi petunjuk tenteng luasnya kelainan.
b) Warna
Mungkin sangat berbeda-beda, agak kuning, kuning campur hijau, merah jambu, merah, putih
serupa susu, dll. Bilirubin memberi warna kuning pada transudat, darah yang menjadikannya
merah atau coklat, pus memberi warna putih-kuning, chylus putih serupa susu, B. pyocyaneus
biru-hijau. Warna transudat biasanya kekuning-kuningan, sedangkan exudat dapat berbeda-
beda warnanya dari putih melalui kuning sampai merah darah sesuaidengan causa peradangan
dan beratnya radang. Warna exudat oleh proses radang ringan tidak banyak berbeda dari warna
transudat.
c) Kejernihan
Inipun mungkin sangat berbeda-beda dari jernih, agak keruh sampai sangat keruh. Transudat
murni kelihatan jernih, sedangkan exudat biasanya ada kekeruhan. Jika mungkin, kekeruhan
yang menunjuk kepada sifat exudat itu dijelaskan lebih lanjtu sebagai umpamanya
serofibrineus, seropurulent, serosangineus, hemoragik, fibrineus, dll.
16
Kekeruhan terutama disebabkan oleh adanya dan banyaknya sel, leukosit dapat menyebabkan
kekeruhan sangat ringan sampai kekeruhan berat seperti bubur. Eritrosit menyebabkan
kekeruhan yang kemerah-merahan.
d) Bau
Biasanya baik transudat mupun exudat tidak mempunyai bau bermakna kecuali kalau terjadi
pembusukan protein. Infeksi dengan kuman anaerob dan oleh E. coli mungkin menimbulkan
bau busuk, demikian adanya bau mengarahkan ke exudat.
e) Berat jenis
Harus segera ditentukan sebelum kemungkinan terjainya bekuan. Penetapan ini penting untuk
menentukan jenis cairan. Kalau jumlah cairan yang tersedia cukup, penetapan dapat dilakukan
dengan urinometer, kalau hanya sedikit sebaiknya memakai refraktometer. Seperti sudah
diterangkan, nilai berat jenis dapat ikut memberi petunjuk apakah cairan mempunyai cirri-ciri
transudat atau exudat.
f) Bekuan
Perhatikan terjadinya bekuan dan terangkan sifatnya (renggang, berkeping, sanagat halus, dll)
bekuan it tersusun dari fibrin dan hanya didapat pada exudat. Kalau dikira cairan yang dipungsi
bersifat exudat, campurlah tetap cair dan dapat dipakai untuk pemeriksaan lain-lain.
2. Pemeriksaan Mikroskopis
Menghitung jumlah sel dalam cairan eksudat atau transudat tidak selalu mendatangkan
manfaat.
Jikalau diperkirakan akan terjadi bekuan, perlulah cairan setelah pungsi dicampur dengan
antikoagulans, umpamanya larutan Na citrate 20% untuk tiap 1 ml cairan dipakai 0,01 ml
larutan citrate itu.
Sel yang dihitung biasanya hanya leukosit (bersama sel-sel berinti lain seperti sel
mesotel, sel plasma, dbs) saja, menghitung jumlah eritrosit jarang sekali dilakukan karena tidak
bermakna.
17
1. Menghitung jumlah leukosit
Kalau cairan berupa purulent, tidak ada gunanya untuk menghitung jumlah leukosit,
tindakan ini baiklah hanya dilakukan dengan cairan yang jernih atau agak keruh saja..
Pada cairan jernih pakailah pengenceran seperti dipakai untuk menghitung jumlah
leukosit dalam darah ataupun pengenceran seperti dipakai untuk menghitung jumlah
leukosit dalam cairan yang agak keruh, pilihlah pengenceran yang sesuai.
Bahan pengenceran sebaiknya larutan NaCl 0,9%, jangan larutan turk karena larutan turk
itu mungkin menyebabkan terjadinya bekuan dalam cairan.
Cairan yang berupa transudat biasanya mengandung kurang dari 500 sel/ul. Semakin
tinggi angka itu semakin besar kemungkinan cairan tersebut bersifat eksudat.
Cara :
# Sediaan apus dibuat dengan cara yang berlain-lain tergantung sifat cairan itu:
· Jika cairan jernih, sehingga diperkirakan tidak mengandung banyak sel, pusinglah 10-15
ml bahan, cairan atas dibuang dan sediment dicampur dengan beberapa tetes serum penderita
sendiri. Buatlah sediaan apus dari campuran itu
· Kalau cairan keruh sekali atau purulent, buatlah sediaan apus langsung memakai bahan
itu. Jika terdapat bekuan dalam cairan, bekuan itulah yang dipakai untuk membuat sediaan tipis
18
3. Pemeriksaan Kimia
Pemeriksaan kimia biasanya dibatasi saja kepada kadar glukosa dan protein dalam cairan itu.
Alasannya ialah cairan rongga dalam keadaan normal mempunyai susunan yag praktis serupa
dengan susunan plasma darah tanpa albumin dan globulin-globulin. Transudat mempunyai
kadar glukosa sama seperti plasma, sedangakan exudat itu megandung banyak leukosit.
Protein dalam transudat dan exudat praktis hanya fibrinogen saja, dalam transudat kadar
fibrinogen rendah, yakni antara 300-400 mg/dl dan dalam exudat kadar protein itu 4-6 gr/dl
atau lebih tinggi lagi.
Percobaan Rivalta ; Test yang sudah tua ini tetap masih berguna dalam upaya
membedakan transudat dari exudat dengan cara yang amat sederhana.
Kadar Protein ; Menentukan kadar protein dalam cairan rongga tubuh dapat
membantu klinik dalam membedakan transudat dari exudat. Kadar protein dalam
transudat biasanya kurang dari 2,5 gr/dl sedangkan exudat berisi lebih dari 4gr/dl
cairan. Penetapan ini tidak memerlukan cara yang teliti.
Zat Lemak ; Transudat tidak mengandung zat lemak, kecuali kalau tercampur dengan
chylus. Dalam exudat mungkin didapat zat lemak disebabkan oleh karena dinding
kapiler dapat ditembus olehnya. Keadaan itu sering dipertlikan dengan proses
tuberculosis.
4. Pemeriksaan Bakterioskopi
Pakailah sediaan seperti dibuat untuk menghitung jenis sel dan pulaslah menurut Gram
dan menurut Zeihl-Neelsen.
Kalau akan mencari fungsi, letakkan satu tetes sediment atau bahan ke atas kaca objek
dan campurlah dengan sama banyak larutan KOH atau NaOH 10%. Tutup dengan kaca
penutup, biarkan selam 20 menit, kemudian periksalah dengan mikroskop.
19
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
I. Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal
yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreks iurin
diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalamdarahyang disaring oleh
ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh
II. Liquour Cerebrospinalis adalah cairan otak yang diambil melalui lumbal punksi Cairan
otak tidak boleh dipandang sama dengan cairan yang terjadi oleh proses ultrafiltrasi
saja dari plasma darah. Di samping filtrasi, faktor sekresi dari plexus choriodeus turut
berpengaruh. Karena itu cairan otak bukanlah transudat belaka. Akan tetapi seperti
transudat, susunan cairan otak juga selalu dipengaruhi oleh konsentrasi beberapa
macam zat dalam plasma darah
III. Transudat adalah cairan dalam ruang interstitial yang terjadi hanya sebagai akibat
tekanan hidrostatik atau turunnya protein plasma intravascular yang meningkat (tidak
disebabkan proses peradangan/inflamasi).Berat jenis transudat pada umumnya kurang
dari 1.012 yang mencerminkan kandungan protein yang rendah. Contoh transudat
terdapat pada wanita hamil dimana terjadi penekanan dalam cairan tubuh. Sedangkan,
Eksudat adalah cairan radang ekstravaskular dengan berat jenis tinggi (diatas 1.020)
dan seringkali mengandung protein 2-4 mg % serta sel-sel darah putih yang melakukan
emigrasi.Cairan ini tertimbun sebagai akibat permeabilitas vascular (yang
memungkinkan protein plasma dengan molekul besar dapat terlepas), bertambahnya
tekanan hidrostatik intravascular sebagai akibat aliran lokal yang meningkat pula dan
serentetan peristiwa rumit leukosit yang menyebabkan emigrasinya.
20
DAFTAR PUSTAKA
1. Soebrata, Prof. Dr. R. Ganda. 1968. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta: Penerbit
Dian Rakyat.
2. Cairan Tubuh (Prof. Hardjoeno dan dr.Fitriani, Unhas Makassar)
3. file:///D:/kimia%20klinik/analisis-cairan-pleura-pada-penderita.html
4. www.akademik.unsri.ac.id/download/.../transudat%20&%20eksudat.pdf
21