You are on page 1of 18

MAKALAH FARMAKOLOGI I

SEDATIVE - HIPNOTIK

Dosen pembimbing : Isnenia, M.Sc, Apt

DISUSUN OLEH :

Kelompok 3

1. Balqis Qotrunnada (1748401010)


2. Diana Permatasari (1748401007)
3. Nisrina Ariesa Salsabila (1748401034)
4. Novia Rahmawati (1748401013)

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG


JURUSAN FARMASI
TAHUN 2017/2018
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1


1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 2
1.3 Tujuan .......................................................................................... 2
1.4 Manfaat ......................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi Sedatif-Hipnotik .............................................................. 3


2.2 Penggolongan Sedatif-Hipnotik .................................................... 3
2.3 Neurotransmisi pada SSP .............................................................. 5
2.4 Mekanisme Kerja Obat .................................................................. 5
2.5 Benzodiazepin ............................................................................... 6
2.6 Barbiturat ....................................................................................... 9
2.7 Contoh Obat pada golongan obat sedative-hipnotik ................... 11

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan .................................................................................. 14


3.2 Saran ............................................................................................ 15

DAFTAR PUSTAKA
1
FARMAKOLOGI I

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sedative Hipnotik adalah istilah untuk obat-obatan yang mampu


mendepresi sistem saraf pusat. Sedatif adalah substansi yang memiliki
aktifitas moderate yang memberikan efek menenangkan, sementara
hipnotik adalah substansi yang dapat memberikan efek mengantuk
dan yang dapat memberikan onset serta mempertahankan tidur.
Beberapa macam obat dalam dunia kedokreran, seperti magadom
digunakan sebagai zat penenang (sedative - hipnotika). Pemakaian
sedative - hipnotika dalam dosis kecil dapat menenangkan, dan dalam
dosis besar dapat membuat orang yang memakainya tertidur. Gejala akibat
pemakaiannya adalah mula-mula gelisah, mengamuk lalu mengantuk,
malas, daya pikir menurun, bicara dan tindakan lambat. Jika sudah
kecanduan, kemudian diputus pemakainya maka akan menimbulkan
gejala gelisah, sukar tidur, gemetar, muntah, berkeringat, denyut nadi
cepat, tekanan darah naik , dan kejang-kejang. Jika pemakainya
overdosis maka akan timbul gejala gelisah, kendali diri turun, banyak
bicara, tetapi tidak jelas, sempoyangan, suka bertengkar, napas lambat,
kesadaran turun, pingsan, dan jika pemakainya melebihi dosis tertentu
dapat menimbulkan kematian. Penggunaan klinis kedua golongan obat-
obatan ini telah digunakan secara luas seperti untuk tata laksana nyeri
akut dan kronik, tindakan anestesia, penata laksanaan kejang, serta
insomnia. Pentingnya penggunaan obat-obatan ini dalam tindakan
anestesi memerlukan pemahaman mengenai farmakologi obat-obatan
kedua obat.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa pengertian sedative dan hipnotik?
b. Apa saja obat – obat yang termasuk golongan sedative dan hipnotik?
c. Bagaimana mekanisme kerja, farmakokinetik, dan farmakodinamik obat
sedatif dan hipnotik?

TAHUN AJARAN 2017-2018


2
FARMAKOLOGI I

1.3 Tujuan
a. Untuk memahami pengertian sedatif dan hipnotik.
b. Untuk mengetahui obat – obat yang termasuk golongan sedatif dan
hipnotik.
c. Untuk mengetahui mekanisme kerja, farmakokinetik, dan
farmakodinamik obat sedatif dan hipnotik.
d. Untuk menambah pengetahuan penulis.
e. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Farmakologi I.

1.4 Manfaat
a. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian sedatif dan hipnotik.
b. Mahasiswa dapat mengetahui obat – obat yang termasuk golongan sedatif
dan hipnotik.
c. Mahasiswa dapat mengetahui mekanisme kerja, farmakokinetik, dan
farmakodinamik obat sedatif dan hipnotik.

TAHUN AJARAN 2017-2018


3
FARMAKOLOGI I

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Sedatif – Hipnotik

Hipnotika dan sedativa adalah obat depresan Susunan Saraf Pusat (SSP)
yang tidak selektif, efek mulai ringan-berat (hilangnya kesadaran, anestesi,
koma, mati). Sedativa digunakan dalam pengobatan cemas. Hipnotika digunakan
untuk pengobatan insomnia. Adapun yang berfungsi sebagai antikonvulsan.
Hipnotika atau obat tidur adalah zat-zat yang dalam dosis terapeutik
diperuntukkan untuk mempermudah atau menyebabkan tidur. Hipnotika
menimbulkan rasa kantuk, mempercepat tidur, dan sepanjang malam
mempertahakan keadaan tidur yang yang menyerupai tidur alamiah. Secara ideal
obat tidur tidak memiliki aktivitas sisa pada keesokan harinya.
Kata hipnotika berasal dari bahasa Yunani (hypnos = tidur). Jadi, obat tidur
yaitu obat yang diberikan dalam dosis pengobatan dapat mempermudah tidur
atau menyebabkan tidur.
Hipnotika atau obat tidur adalah zat yang umumnya diberikan pada malam
hari dengan tujuan untuk mempertinggi keinginan faal dan normal untuk tidur,
mempermudah atau menyebabkan tidur. Jika hipnotika diberikan dalam dosis
yang lebih rendah dari dosis terapinya, maka obat tersebut berfungsi sebagai
sedativa (menenangkan) dan umumnya diberikan pada siang hari.

Sedativa adalah obat yang dalam dosis lebih rendah dari terapi yang
diberikan pada siang hari untuk tujuan menenangkan. Sedativa termasuk ke
dalam kelompok psikoleptika yang mencakup obat-obat yang menekan atau
menghambat sistem saraf pusat. Sedativa berfungsi menurunkan aktivitas,
mengurangi ketegangan, dan menenangkan penggunanya.
Sedativa adalah obat-obatan yang menciptakan ketenangan dan
pengurangan rasa sakit dan /atau kecemasan, digunakan bersama dengan anestesi
lokal untuk prosedur minor, seperti endoskopi atau perawatan gigi, atau sebelum
anestesi umum.

TAHUN AJARAN 2017-2018


4
FARMAKOLOGI I

Hipnotika dan sedativa merupakan golongan obat pendepresi Susunan Saraf


Pusat(SSP). Efeknya bergantung dosis, mulai dari ringan, yaitu menyebabkan
tenang atau kantuk, menidurkan, hingga berat yaitu kehilangan kesadaran,
keadaan anestesi, koma, dan mati. Obat-obatan hipnotika dan sedativa adalah
istilah untuk obat-obatan yang mampu mendepresi sistem saraf pusat. Sedativa
adalah substansi yang memiliki aktivitas moderate yang memberikan efek
menenangkan, sementara hipnotika adalah substansi yang dapat memberikan
efek mengantuk dan dapat memberikan onset, serta mempertahankan tidur.
Penggolongan suatu obat ke dalam jenis hipnotika dan sedativa
menunjukkan bahwa kegunaan terapeutik utamanya adalah menyebabkan sedasi
(dengan disertai hilangnya rasa cemas) atau menyebabkan kantuk. Hipnotika dan
sedativa sering kali diresepkan untuk gangguan tidur karena termasuk ke dalam
obat-obatan penekan sistem saraf pusat yang dapat menimbulkan depresi
(penurunan aktivitas fungsional) dalam berbagai tingkat dalam Sistem Saraf
Pusat.
Efek hipnotika meliputi depresi Sistem Saraf Pusat yang lebih kuat daripada
sedasi, hal ini dapat dicapai dengan semua obat sedativa dengan peningkatan
dosis. Depresi Sistem Saraf Pusat yang bergantung pada tingkat dosis merupakan
karakteristik dari hipnotika dan sedativa. Dengan peningkatan dosis yang
diperluka untuk hipnotika dapat mengarah kepada keadaan anestesi umum.
Masih pada dosis yang tinggi, obat hipnotika dan sedativa dapat mendepresi
pusat-pusat pernafasan dan vasomotor di medulla, yang dapat mengakibatkan
koma dan kematian.

2.2 Penggolongan Obat Sedatif – Hipnotik

Obat-obatan sedatiif hipnotik diklasifikasikan menjadi 3 kelompok, yakni :

a. Benzodiazepin : alprazopam, klordiazepoksid, klorazepat, diazepam,


flurazepam, lorazepam
b. Barbiturat : amobarbital, pentobarbital, fenobarbital, sekobarbital,
thiopental

TAHUN AJARAN 2017-2018


5
FARMAKOLOGI I

c. Non benzodiazepin-Non barbiturat : Propofol, Ketamin,


Dekstromethorpan

2.3 Neurotransmisi pada SSP


Neurotransmitter pada obat sedative hipnotik adalah
neurotransmitter GABA (gamma-aminobutyric acid).
GABA (Gamma Amino Butyric Acid) adalah senyawa asam amino
yang tersusun atas senyawa glukosa, piruvat dan glutamin. GABA disintesis
melalui proses transaminase asam α ketoglutarat dari siklus asam sitrat oleh
GABA transaminase menjadi asam glutamate. GABA memiliki dua fungsi
utama dalam tubuh yaitu bekerja sebagai neurotransmitter inhibitor, artinya
akan menghalangi penghantaran impuls di serabut saraf. reseptor
GABA terdapat dalam tiga tipe, yaitu reseptor GABAA, GABAB, GABAC.
Reseptor GABAA dan GABAC merupakan keluarga reseptor ionotropik,
sedangkan GABAB adalah reseptor metabotropik (terkait dengan protein G).
Reseptor GABAA dan GABAC masing-masing terkait dengan kanal Cl–.
Reseptor GABAA juga memiliki tempat ikatan untuk obat – obat golongan
barbiturat yang disebut barbiturat binding site dan untuk golongan
benzodiazepin disebut benzodiazepin binding site atau sisi alosterik resptor.
Suatu obat dapat bereaksi dengan sisi alosterik menyebabkan efek
agonis. Aktivitas GABA oleh neurotransmitternya menyebabkan
membukanya kanal Cl–dan lebih lanjut akan memicu terjadinya
hiperpolarisasi yang akan menghambat penghantaran potensial aksi. Hal
inilah yg menyebabkan efek sedatif dan anestesi.
2.4 Mekanisme Kerja Obat
Kerja obat sedatif - hipnotik terutama merupakan potensiasi inhibisi
neuron dengan GABA (asam gamma amino butirat) sebagai mediator.
Apabila tanpa GABA obat ini tidak dapat membuka kanal klorida dan
menghambat kerja neuron. Proses inhibisi neuron ada 2 macam, yaitu:
penghambatan post sinaps dan penghambatan presinaps (yang melibatkan
GABA).

TAHUN AJARAN 2017-2018


6
FARMAKOLOGI I

Penghambatan postsinaps merupakan peristiwa penghambatan yang


disebabkan oleh bekerjanya sinaps yang sedang terhambat terhadap membran
neuron. Inhibisi neuron terutama akan membuka saluran klorida, dan ini akan
mempermudah lewatnya ion klorida. pembukaan saluran klorida akan
mempermudah bergeraknya ion klorida yang bermuatan negatif ke arah
dalam, sehingga akan membuat potensial membran lebih negatif daripada
normal, dan pembukaan saluran kalium akan mempermudah ion kalium yang
bermuatan positif untuk bergerak ke arah luar, sehingga juga akan
menyebakan potensial membran menjadi lebih negatif daripada biasanya.
Keadaan ini akan meningkatkan derajat atau besarnya negatifitas intraseluler
yang disebut hiperpolarisasi.
Penghambatan presinaps merupakan jenis penghambatan yang
terjadi pada ujung presinaps sebelum sinyal dapat mencapai sinaps. Pada
penghambatan presinaps, timbulnya penghambatan disebabkan oleh sinaps
inhibisi yang terletak di bagian ujung presinaps serabut saraf. Pada banyak
contoh, substansi transmiter inhibisi yang dilepaskan adalah GABA.

2.5 Benzodiazepin
a. Pengertian
Benzodiazepin adalah
sekelompok obat golongan psikotropika yang
mempunyai efek antiansietas atau dikenal sebagai minor tranquilizer, dan
psikoleptika. Benzodiazepin memiliki lima efek farmakologi sekaligus,
yaitu anxiolisis, sedasi, anti konvulsi, relaksasi otot melalui medula spinalis,
dan amnesia retrograde.
Golongan Benzodiazepin menggantikan penggunaan golongan
Barbiturat yang mulai ditinggalkan, Keunggulan benzodiazepine dari
barbiturate yaitu rendahnya tingkat toleransi obat, potensi penyalahgunaan
yang rendah, margin dosis aman yang lebar, dan tidak menginduksi enzim
mikrosom di hati. Benzodiazepin telah banyak digunakan sebagai pengganti
barbiturat sebagai premedikasi dan menimbulkan sedasi pada pasien dalam
monitorng anestesi.

TAHUN AJARAN 2017-2018


7
FARMAKOLOGI I

b. Rumus Kimia Benzodiazepin

Rumus benzodiazepine terdiri dari cincin benzene (cincin A) yang


melekat pada cincin aromatic diezepin (cincin B). Karena secara
farmakologis selalu mengandung gugus 5- aril (cincin C) dan cincin 1,4-
benzodiazepin, rumus bangun kimia golongan ini selalu diidentikan
dengan 5-aril-1,4-benzodiazepin.

c. Penggolongan Benzodiazepin

Berdasarkan kecepatan metabolismenya dapat dibedakan menjadi 3


kelompok yaitu :

1. Long acting
Obat-obat ini dirombak dengan jalan demetilasi dan hidroksilasi
menjadi metabolit aktif (sehingga memperpanjang waktu kerja) yang
kemudian dirombak kembali menjadi oksazepam yang dikonjugasi
menjadi glukoronida tak aktif.
2. Short acting
Obat-obat ini dimetabolisme tanpa menghasilkan zat aktif. Sehingga
waktu kerjanya tidak diperpanjang. Obat-obat ini jarang menghasilkan
efek sisa karena tidak terakumulasi pada penggunaan berulang.

3. Ultra short acting


Lama kerjanya sangat kurang dari short acting. Hanya kurang dari
5,5 jam.

d. Mekanisme Kerja
Kerja benzodiazepine terutama merupakan interaksinya dengan
reseptor penghambat neurotransmitter yang diaktifkan oleh asam gamma

TAHUN AJARAN 2017-2018


8
FARMAKOLOGI I

amino butirat (GABA). Reseptor GABA merupakan protein yang terikat


pada membrane dan dibedakan dalam 2 bagian besar sub-tipe, yaitu
reseptor GABAA dan reseptor GABAB. Reseptor GABAA berperan pada
sebagian besar neurotransmitter di SSP. Benzodiazepin bekerja pada
reseptor GABAA. Benzodiazepin tidak mengaktifkan reseptor GABAA
melainkan meningkatkan kepekaan reseptor GABAA terhadap
neurotransmitter penghambat sehingga kanal ion klorida terbuka dan
terjadi hiperpolarisasi sinaptik membrane sel dan mendorong post sinaptik
membrane sel tidak dapat diekstasi. Hal ini menghasilkan efek anxiolisis,
sedasi, amnesia retrograde, potensiasi alcohol, antikonvulsi dan relaksasi
otot skeletal.

e. Nama Obat, Cara Pemberian & Dosis Beberapa Benzodiazepin

Nama Obat
Cara Pemberian Dosis
(Nama Dagang)
Alprazolam (XANAX) Oral -
Klordiazepoksid 5 mg – 100 mg
Oral, IM, IV
(LIBRIUM, DLL) 1-3x/hari
Klonazepam (KLONOPIN) Oral -
Korazepat (TRANXENE, 3,75 mg – 20 mg 2-
Oral
dll) 4x/hari
5 mg – 10 mg
Diazepam (VALIUM, dll) Oral, IM, IV
3-4x/hari
Estazoyam (PROZOM) Oral 1mg – 2 mg
Flurazepam (DALMANE) Oral 15 mg – 30mg
Halazepam (PAXIPAM) Oral -
Lorazepam (ATIVAN) Oral, IM, IV 2 mg – 4 mg
Midazolam (VERSED) IM, IV -
15 mg – 30 mg
Oksazepam (SERAX) Oral
3- 4x/hari
Quazepam (DORAL) Oral 7,5mg – 15mg
Temazepam (RESTORIL) Oral 0,75mg – 30mg
Triazolam (HALCION) Oral 0,125mg– 0,25mg

TAHUN AJARAN 2017-2018


9
FARMAKOLOGI I

2.6 Barbiturat
a. Pengertian

Efek utama barbiturate ialah depresi SSP. Semua tingkat depresi dapat
dicapai, mulai dari sedasi, hypnosis, koma sampai dengan kematian. Efek
antisietas barbiturate berhubungan dengan tingkat sedasi yang dihasilkan.
Efek hipnotik barbiturate dapat dicapai dalam waktu 20-60 menit dengan
dosis hipnotik. Efek anastesi umumnya diperlihatkan oleh golongan
tiobarbital dan beberapa oksibarbital untuk anastesi umum.

Barbiturat tidak dapat mengurangi nyeri tanpa disertai hilangnya


kesadaran. Pemberian obat barbiturat yang hampir menyebabkan tidur,
dapat meningkatkan 20% ambang nyeri, sedangkan ambang rasa lainnya
(raba, vibrasi dan sebagainya) tidak dipengaruhi. Pada beberapa individu
dan dalam keadaan tertentu, misalnya adanya rasa nyeri, barbiturat tidak
menyebabkan sedasi melainkan malah menimbulkan eksitasi (kegelisahan
dan delirium). Hal ini mungkin disebabkan adanya depresi pusat
penghambatan.

b. Penggolongan Barbiturat
Penggolongan barbiturat disesuaikan dengan lama kerjanya, yaitu :

1. Barbiturat Kerja Panjang


Contohnya : Fenobarbital, yang digunakan dalam pengobatan kejang
2. Barbiturat Keja Singkat
Contohnya : Pentobarbital, Sekobarbital, dan Amobarbital digunakan
sebagai sedative dan hipnotik
3. Barbiturat Kerja Sangat Singkat
Contohnya : Tiopental, yang digunakan untuk induksi intravena
anesthesia

TAHUN AJARAN 2017-2018


10
FARMAKOLOGI I

c. Rumus Kimia Barbiturat

Barbiturat merupakan derivate asam barbiturate. Asam


barbiturat (2,4,4-trioksoheksahidropirimidin) merupakan hasil reaksi
kondensasi antara ureum dengan asam malonat.

Asam barbiturate sendiri tidak menyebabkan depresi SSP, efek


hipnotik- sedative dan efek lainnya ditimbulkan bila posisi 5 ada gugus
alkil atau aril.

d. Mekanisme Kerja dan Tempat Pada SSP


Barbiturat bekerja pada seluruh SSP, walaupun pada setiap tempat
tidak sama kuatnya. Barbiturat menyerang tempat ikatan tertentu pada
reseptor GABAA sehingga kanal klorida terbuka lebih lama yang membuat
klorida lebih banyak masuk sehingga menyebabkan hiperpolarisasi dan
pengurangan sensitivitas sel-sel GABA. Dimana barbiturat merupakan
kelanjutan efek terapi. Disini, barbiturat adalah agonis dari GABA yang
bekerja mirip dengan GABA sehingga ketika terjadi hiperpolarisasi maka
tidak terjadi depolarisasi sehingga tidak terjadi potensial aksi dan terjadinya
anastesi.

Ketika anastesi telah berlangsung, perlu diperhatikan dalam


penggunaan barbiturat. Sebab, barbiturat merupakan obat yang distribusinya
luas. Karena seperti yang kita ketahui bahwa tahap-tahap anatesi ada empat
tingkatan dan yang paling fatal adalah pada tingkat keempat dimana dapat
terjadi koma bahkan kematian pada pasien.

TAHUN AJARAN 2017-2018


11
FARMAKOLOGI I

f. Nama Obat, Cara Pemberian & Dosis Beberapa Barbiturat

Bentuk Sediaan Dosis


Nama Obat Dewasa (mg)

Amobarbital Kapsul,tablet,injeksi,bubuk 30-50; 3x


Aprobarbital Eliksir 40; 3x
Butabarbital Kapsul,tablet,eliksir 15-30 ; 3-4x
Pentobarbital Kapsul,eliksir,injeksi,supositoria 20 ; 3-4x
Sekobarbital Kapsul,tablet,injeksi 30-50 ; 3-4x
Fenobarbital Kapsul,tablet, eliksir,injeksi 15-40 ; 3x

2.7 Contoh Obat Pada Golongan Benzodiazepin, Barbiturat dan


Nonbarbiturat- Nonbenzodiazepin

1. Golongan Benzodiazepin
Contoh Obat :
Diazepam
MEKANISME KERJA
Bekerja pada sistem GABA, yaitu dengan memperkuat fungsi hambatan
neuron GABA. Reseptor Benzodiazepin dalam seluruh sistem saraf pusat,
terdapat dengan kerapatan yang tinggi terutama dalam korteks otak frontal
dan oksipital, di hipokampus dan dalam otak kecil. Pada reseptor ini,
benzodiazepin akan bekerja sebagai agonis. Terdapat korelasi tinggi
antara aktivitas farmakologi berbagai benzodiazepin dengan afinitasnya
pada tempat ikatan. Dengan adanya interaksi benzodiazepin, afinitas
GABA terhadap reseptornya akan meningkat, dan dengan ini kerja GABA
akan meningkat. Dengan aktifnya reseptor GABA, saluran ion klorida
akan terbuka sehingga ion klorida akan lebih banyak yang mengalir masuk
ke dalam sel. Meningkatnya jumlah ion klorida menyebabkan
hiperpolarisasi sel bersangkutan dan sebagai akibatnya, kemampuan sel
untuk dirangsang berkurang.

TAHUN AJARAN 2017-2018


12
FARMAKOLOGI I

2. Golongan Barbiturat
Contoh Obat :

Fenobarbital
MEKANISME KERJA

Mekanisme kerja menghambat kejang kemungkinan melibatkan


potensiasi penghambatan sinaps melalui suatu kerja pada reseptor
GABAA, rekaman intrasel neuron korteks atau spinalis kordata mencit
menunjukkan bahwa fenobarbital meningkatkan respons terhadap GABA
yang diberikan secara iontoforetik. Efek ini telah teramati pada
konsentrasi fenobarbital yang sesuai secara terapeutik. Analisis saluran
tunggal pada out patch bagian luar yang diisolasi dari neuron spinalis
kordata mencit menunjukkan bahwa fenobarbital meningkatkan arus yang
diperantarai reseptor GABA dengan meningkatkan durasi ledakan arus
yang diperantarai reseptor GABA tanpa merubah frekuensi ledakan. Pada
kadar yang melebihi konsentrasi terapeutik, fenobarbital juga membatasi
perangsangan berulang terus menerus; ini mendasari beberapa efek kejang
fenobarbital pada konsentrasi yang lebih tinggi yang tercapai selama
terapi status epileptikus.

3. Golongan obat nonbarbiturat-nonbenzodiazepin


Contoh Obat :

Propofol
MEKANISME KERJA
Propofol relatif bersifat selektif dalam mengatur reseptor Gamma Amino
Butyric Acid (GABA) dan tampaknya tidak mengatur ligandgate ion
channel lainnya. Propofol dianggap memiliki efek sedatif hipnotik melalui
interaksinya dengan reseptor GABA. GABA adalah salah satu
neurotransmiter penghambat di SSP. Ketika reseptor GABA
diaktivasi, penghantar klorida trans membrane meningkat dan
menimbulkan hiperpolarisasi di membran sel post sinaps dan
menghambat fungsi neuron post sinaps. Interaksi propofol (termasuk

TAHUN AJARAN 2017-2018


13
FARMAKOLOGI I

barbiturate dan etomidate) dengan reseptor komponen spesifik reseptor


GABA menurunkan neurotransmitter penghambat. Ikatan GABA
meningkatkan durasi pembukaan GABA yang teraktifasi melaui chloride
channel sehingga terjadi hiperpolarisasi dari membran sel.

TAHUN AJARAN 2017-2018


14
FARMAKOLOGI I

BAB III
PENUTUPAN

3.1 Kesimpulan
Hipnotik sedatif adalah istilah untuk obat-obatan yang mampu
mendepresi sistem saraf pusat. Sedatif adalah substansi yang memiliki
aktifitas moderate yang memberikan efek menenangkan, sementara
hipnotik adalah substansi yang dapat memberikan efek mengantuk dan
dapat memberikan onset serta mempertahankan tidur. Obat-obatan
hipnotik sedatif terbagi menjadi tiga jenis yakni golongan
Benzodiazepin, Barbiturat, dan Non barbiturat – Non benzodiazepin.
Obat golongan benzodiazepine berkerja pada reseptor
Gamma Amino Butyric Acid (GABA). Efek farmakologi
benzodiazepin merupakan akibat aksi Gamma Amino Butyric Acid
(GABA) sebagai neurotransmitter penghambat di otak.
Benzodiazepine meningkatkan kepekaan reseptor Gamma Amino
Butyric Acid (GABA) terhadap neurotransmitter penghambat sehingga
kanal klorida terbuka dan terjadi hiperpolarisasi post sinaptik membran
sel dan mendorong post sinaptik membrane sel tidak dapat dieksitasi.
Contoh preparat benzodiazepin antara lain midazolam, alpazolam,
diazepam, lorazepam, oxazepam.
Obat-obatan barbiturat bekerja pada neurotansmiter penghambat
(Gamma Amino Butyric Acid) pada sistem saraf pusat. Aktifasi
reseptor ini meningkatkan konduktase klorida trans membran,
sehingga terjadi hiperpolarisasi membran sel post sinaps.
Contoh obat-obatan golongan barbiturat antara lain tiopental dan
phenobarbital.
Beberapa obat lain yang bukan jenis barbiturat dan
banzodiazepin yang sering digunakan sebagai obat sedasi dan hipnotik
antara lain : propofol, ketamin, dextromethorphan.

TAHUN AJARAN 2017-2018


15
FARMAKOLOGI I

3.2 Saran
Karena daya kerjanya obat-obatan tersebut sangatlah keras,
sehingga penggunaannya pun harus melalui resep dokter dan harus
dalam pengawasan dokter.
Obat-obatan yang dimaksud tersebut jika disalah gunakan akan
berpengaruh dan merusak psikis maupun fisik dari si pemakai dan
mengakibatkan ketergantungan, jadi hindari penyalahgunaan obat-
obatan jenis sedative dan hipnotik karena termasuk obat-obatan
narkotika dan psikotropika.

TAHUN AJARAN 2017-2018


16
FARMAKOLOGI I

DAFTAR PUSTAKA

Farmakologi dan Teurapetik, Edisi 2 (cetak ulang 2009), Departemen Farmakologi


dan Teurapetik, Universitas Indonesia, Fakultas Kedokteran (2007)

Katzung, Bertram G. 2010. Farmakologi Dasar dan Klinik. Jakarta: EGC.

https://chamaiiaariani.wordpress.com/sedatif-hipnotik-dan-anestetika/

http://www.academia.edu/28619717/Hipnotika_Sedativa.docx

https://dokumen.tips/documents/farmakologi-hipnotik-dan-sedatif.html

TAHUN AJARAN 2017-2018

You might also like