Professional Documents
Culture Documents
SEDATIVE - HIPNOTIK
DISUSUN OLEH :
Kelompok 3
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA
1
FARMAKOLOGI I
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
a. Untuk memahami pengertian sedatif dan hipnotik.
b. Untuk mengetahui obat – obat yang termasuk golongan sedatif dan
hipnotik.
c. Untuk mengetahui mekanisme kerja, farmakokinetik, dan
farmakodinamik obat sedatif dan hipnotik.
d. Untuk menambah pengetahuan penulis.
e. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Farmakologi I.
1.4 Manfaat
a. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian sedatif dan hipnotik.
b. Mahasiswa dapat mengetahui obat – obat yang termasuk golongan sedatif
dan hipnotik.
c. Mahasiswa dapat mengetahui mekanisme kerja, farmakokinetik, dan
farmakodinamik obat sedatif dan hipnotik.
BAB II
PEMBAHASAN
Hipnotika dan sedativa adalah obat depresan Susunan Saraf Pusat (SSP)
yang tidak selektif, efek mulai ringan-berat (hilangnya kesadaran, anestesi,
koma, mati). Sedativa digunakan dalam pengobatan cemas. Hipnotika digunakan
untuk pengobatan insomnia. Adapun yang berfungsi sebagai antikonvulsan.
Hipnotika atau obat tidur adalah zat-zat yang dalam dosis terapeutik
diperuntukkan untuk mempermudah atau menyebabkan tidur. Hipnotika
menimbulkan rasa kantuk, mempercepat tidur, dan sepanjang malam
mempertahakan keadaan tidur yang yang menyerupai tidur alamiah. Secara ideal
obat tidur tidak memiliki aktivitas sisa pada keesokan harinya.
Kata hipnotika berasal dari bahasa Yunani (hypnos = tidur). Jadi, obat tidur
yaitu obat yang diberikan dalam dosis pengobatan dapat mempermudah tidur
atau menyebabkan tidur.
Hipnotika atau obat tidur adalah zat yang umumnya diberikan pada malam
hari dengan tujuan untuk mempertinggi keinginan faal dan normal untuk tidur,
mempermudah atau menyebabkan tidur. Jika hipnotika diberikan dalam dosis
yang lebih rendah dari dosis terapinya, maka obat tersebut berfungsi sebagai
sedativa (menenangkan) dan umumnya diberikan pada siang hari.
Sedativa adalah obat yang dalam dosis lebih rendah dari terapi yang
diberikan pada siang hari untuk tujuan menenangkan. Sedativa termasuk ke
dalam kelompok psikoleptika yang mencakup obat-obat yang menekan atau
menghambat sistem saraf pusat. Sedativa berfungsi menurunkan aktivitas,
mengurangi ketegangan, dan menenangkan penggunanya.
Sedativa adalah obat-obatan yang menciptakan ketenangan dan
pengurangan rasa sakit dan /atau kecemasan, digunakan bersama dengan anestesi
lokal untuk prosedur minor, seperti endoskopi atau perawatan gigi, atau sebelum
anestesi umum.
2.5 Benzodiazepin
a. Pengertian
Benzodiazepin adalah
sekelompok obat golongan psikotropika yang
mempunyai efek antiansietas atau dikenal sebagai minor tranquilizer, dan
psikoleptika. Benzodiazepin memiliki lima efek farmakologi sekaligus,
yaitu anxiolisis, sedasi, anti konvulsi, relaksasi otot melalui medula spinalis,
dan amnesia retrograde.
Golongan Benzodiazepin menggantikan penggunaan golongan
Barbiturat yang mulai ditinggalkan, Keunggulan benzodiazepine dari
barbiturate yaitu rendahnya tingkat toleransi obat, potensi penyalahgunaan
yang rendah, margin dosis aman yang lebar, dan tidak menginduksi enzim
mikrosom di hati. Benzodiazepin telah banyak digunakan sebagai pengganti
barbiturat sebagai premedikasi dan menimbulkan sedasi pada pasien dalam
monitorng anestesi.
c. Penggolongan Benzodiazepin
1. Long acting
Obat-obat ini dirombak dengan jalan demetilasi dan hidroksilasi
menjadi metabolit aktif (sehingga memperpanjang waktu kerja) yang
kemudian dirombak kembali menjadi oksazepam yang dikonjugasi
menjadi glukoronida tak aktif.
2. Short acting
Obat-obat ini dimetabolisme tanpa menghasilkan zat aktif. Sehingga
waktu kerjanya tidak diperpanjang. Obat-obat ini jarang menghasilkan
efek sisa karena tidak terakumulasi pada penggunaan berulang.
d. Mekanisme Kerja
Kerja benzodiazepine terutama merupakan interaksinya dengan
reseptor penghambat neurotransmitter yang diaktifkan oleh asam gamma
Nama Obat
Cara Pemberian Dosis
(Nama Dagang)
Alprazolam (XANAX) Oral -
Klordiazepoksid 5 mg – 100 mg
Oral, IM, IV
(LIBRIUM, DLL) 1-3x/hari
Klonazepam (KLONOPIN) Oral -
Korazepat (TRANXENE, 3,75 mg – 20 mg 2-
Oral
dll) 4x/hari
5 mg – 10 mg
Diazepam (VALIUM, dll) Oral, IM, IV
3-4x/hari
Estazoyam (PROZOM) Oral 1mg – 2 mg
Flurazepam (DALMANE) Oral 15 mg – 30mg
Halazepam (PAXIPAM) Oral -
Lorazepam (ATIVAN) Oral, IM, IV 2 mg – 4 mg
Midazolam (VERSED) IM, IV -
15 mg – 30 mg
Oksazepam (SERAX) Oral
3- 4x/hari
Quazepam (DORAL) Oral 7,5mg – 15mg
Temazepam (RESTORIL) Oral 0,75mg – 30mg
Triazolam (HALCION) Oral 0,125mg– 0,25mg
2.6 Barbiturat
a. Pengertian
Efek utama barbiturate ialah depresi SSP. Semua tingkat depresi dapat
dicapai, mulai dari sedasi, hypnosis, koma sampai dengan kematian. Efek
antisietas barbiturate berhubungan dengan tingkat sedasi yang dihasilkan.
Efek hipnotik barbiturate dapat dicapai dalam waktu 20-60 menit dengan
dosis hipnotik. Efek anastesi umumnya diperlihatkan oleh golongan
tiobarbital dan beberapa oksibarbital untuk anastesi umum.
b. Penggolongan Barbiturat
Penggolongan barbiturat disesuaikan dengan lama kerjanya, yaitu :
1. Golongan Benzodiazepin
Contoh Obat :
Diazepam
MEKANISME KERJA
Bekerja pada sistem GABA, yaitu dengan memperkuat fungsi hambatan
neuron GABA. Reseptor Benzodiazepin dalam seluruh sistem saraf pusat,
terdapat dengan kerapatan yang tinggi terutama dalam korteks otak frontal
dan oksipital, di hipokampus dan dalam otak kecil. Pada reseptor ini,
benzodiazepin akan bekerja sebagai agonis. Terdapat korelasi tinggi
antara aktivitas farmakologi berbagai benzodiazepin dengan afinitasnya
pada tempat ikatan. Dengan adanya interaksi benzodiazepin, afinitas
GABA terhadap reseptornya akan meningkat, dan dengan ini kerja GABA
akan meningkat. Dengan aktifnya reseptor GABA, saluran ion klorida
akan terbuka sehingga ion klorida akan lebih banyak yang mengalir masuk
ke dalam sel. Meningkatnya jumlah ion klorida menyebabkan
hiperpolarisasi sel bersangkutan dan sebagai akibatnya, kemampuan sel
untuk dirangsang berkurang.
2. Golongan Barbiturat
Contoh Obat :
Fenobarbital
MEKANISME KERJA
Propofol
MEKANISME KERJA
Propofol relatif bersifat selektif dalam mengatur reseptor Gamma Amino
Butyric Acid (GABA) dan tampaknya tidak mengatur ligandgate ion
channel lainnya. Propofol dianggap memiliki efek sedatif hipnotik melalui
interaksinya dengan reseptor GABA. GABA adalah salah satu
neurotransmiter penghambat di SSP. Ketika reseptor GABA
diaktivasi, penghantar klorida trans membrane meningkat dan
menimbulkan hiperpolarisasi di membran sel post sinaps dan
menghambat fungsi neuron post sinaps. Interaksi propofol (termasuk
BAB III
PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan
Hipnotik sedatif adalah istilah untuk obat-obatan yang mampu
mendepresi sistem saraf pusat. Sedatif adalah substansi yang memiliki
aktifitas moderate yang memberikan efek menenangkan, sementara
hipnotik adalah substansi yang dapat memberikan efek mengantuk dan
dapat memberikan onset serta mempertahankan tidur. Obat-obatan
hipnotik sedatif terbagi menjadi tiga jenis yakni golongan
Benzodiazepin, Barbiturat, dan Non barbiturat – Non benzodiazepin.
Obat golongan benzodiazepine berkerja pada reseptor
Gamma Amino Butyric Acid (GABA). Efek farmakologi
benzodiazepin merupakan akibat aksi Gamma Amino Butyric Acid
(GABA) sebagai neurotransmitter penghambat di otak.
Benzodiazepine meningkatkan kepekaan reseptor Gamma Amino
Butyric Acid (GABA) terhadap neurotransmitter penghambat sehingga
kanal klorida terbuka dan terjadi hiperpolarisasi post sinaptik membran
sel dan mendorong post sinaptik membrane sel tidak dapat dieksitasi.
Contoh preparat benzodiazepin antara lain midazolam, alpazolam,
diazepam, lorazepam, oxazepam.
Obat-obatan barbiturat bekerja pada neurotansmiter penghambat
(Gamma Amino Butyric Acid) pada sistem saraf pusat. Aktifasi
reseptor ini meningkatkan konduktase klorida trans membran,
sehingga terjadi hiperpolarisasi membran sel post sinaps.
Contoh obat-obatan golongan barbiturat antara lain tiopental dan
phenobarbital.
Beberapa obat lain yang bukan jenis barbiturat dan
banzodiazepin yang sering digunakan sebagai obat sedasi dan hipnotik
antara lain : propofol, ketamin, dextromethorphan.
3.2 Saran
Karena daya kerjanya obat-obatan tersebut sangatlah keras,
sehingga penggunaannya pun harus melalui resep dokter dan harus
dalam pengawasan dokter.
Obat-obatan yang dimaksud tersebut jika disalah gunakan akan
berpengaruh dan merusak psikis maupun fisik dari si pemakai dan
mengakibatkan ketergantungan, jadi hindari penyalahgunaan obat-
obatan jenis sedative dan hipnotik karena termasuk obat-obatan
narkotika dan psikotropika.
DAFTAR PUSTAKA
https://chamaiiaariani.wordpress.com/sedatif-hipnotik-dan-anestetika/
http://www.academia.edu/28619717/Hipnotika_Sedativa.docx
https://dokumen.tips/documents/farmakologi-hipnotik-dan-sedatif.html