You are on page 1of 3

Masa pemerintahan orde baru dimulai pada tahun 1967.

Presiden Soekarno secara resmi menyerahkan mandatnya kepada


jenderal Soeharto melalui Supersemar (Surat Perintah Sebelas Maret).

Latar belakang dikeluarkannya Supersemar adalah akibat


peristiwa Gerakan 30 September 1965 (Gestapu, Gestok, atau G30S /
PKI), yaitu aksi kudeta PKI (Partai Komunis Indonesia) yang
menculik dan membunuh beberapa perwira TNI AD dan beberapa
orang penting lainnya.

Kejadian ini memicu kekacauan negara. Pembantaian anggota PKI


terjadi di mana-mana, dan keamanan negara menjadi tidak terkendali.

Rakyat Indonesia melakukan demo besar-besaran yang menuntut


pembubaran PKI dan pengadilan bagi tokoh-tokoh PKI. Melalui
bantuan Angkatan ’66, masyarakat Indonesia mengajukan Tritura atau
Tiga Tuntutan Rakyat, yaitu:

1. Menuntut pemerintah untuk membubarkan PKI beserta


organisasi-organisasi pendukungnya, seperti Gerwani, Lekra,
BTI, Pemuda Rakyat, dan sebagainya.
2. Menuntut pemerintah untuk melakukan pembersihan kabinet
Dwikora (Dwi Komando Rakyat) dari unsur-unsur PKI, seperti
wakil Perdana Menteri I, Drs. Soebandrio.
3. Menuntut pemerintah untuk menurunkan harga bahan pokok dan
memperbaiki ekonomi. Kondisi ekonomi Indonesia tidak stabil
sejak era kemerdekaan, dan makin memburuk pada pertengahan
tahun 60-an.
Presiden Soekarno menanggapi tuntutan tersebut dengan
melakukan reshuffle pada kabinet Dwikora. Namun reshuffle tersebut
dinilai kurang memuaskan karena masih terdapat unsur PKI di
dalamnya.
Saat itu negara mengalami masa-masa genting dan kekuasaan
presiden semakin lemah. Akhirnya pada tanggal 11 Maret 1966
Soekarno mendatangani Supersemar.
Sebelum diangkat menjadi Presiden Indonesia,Soeharto terlebih
dahulu diangkat menjadi Menteri Panglima Angkatan Darat pada
tanggal 14 Oktober 1965.

Akibat peristiwa G30S PKI, Soeharto menerima Surat


Perintah Sebelas Maret (Supersemar) dari Presiden Soekarno melalui
tiga jenderal, yaitu Basuki Rachmat, Amir Machmud, dan M Yusuf.
Isi Supersemar adalah memberikan kekuasaan kepada Soeharto untuk
dan atas nama Presiden/Panglima Tertinggi/Panglima Besar Revolusi
agar mengambil tindakan yang dianggap perlu demi terjaminnya
keamanan, ketenangan, serta kestabilan jalannya pemerintahan dan
jalannya revolusi. Sehari kemudian, 12 Maret 1966, Menpangad
Letjen Soeharto membubarkan PKI dan menyatakan sebagai partai
terlarang di Indonesia.
Karena situasi politik yang memburuk setelah meletusnya G-30-
S/PKI, Sidang Istimewa MPRS pada Maret 1967, Soeharto yang telah
menerima kenaikan pangkat sebagai jenderal bintang empat pada 1
Juli 1966 ditunjuk sebagai pejabat presiden berdasarkan Tap MPRS
No XXXIII/1967 pada 22 Februari 1967.
Sejak memerintah pada tahun 1967, presiden Soeharto
membentuk kabinet pertama, yaitu Kabinet Ampera. Kemudian
setelah pemilu pertama tahun 1971, presiden membentuk kabinet baru
bernama Kabinet Pembangunan. Sepanjang 32 tahun era
kepemimpinan Soeharto, telah terjadi pergantian kabinet sebanyak 8
kali. Kabinet terakhir adalah Kabinet Pembangunan VII, yang masa
jabatannya hanya berlangsung selama 2 bulan.

You might also like