You are on page 1of 28

DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR JUDUL.................................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................... 1
BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................................... 2
BAB 2 LAPORAN KASUS.................................................................................. 4
BAB 3 PEMBAHASAN....................................................................................... 11
BAB 4 KESIMPULAN......................................................................................... 27
Daftar Pustaka .............................................................................................. 28

1
BAB 1

PENDAHULUAN
Bayi lahir dalam tahap perkembangannya akan mempelajari beberapa

kemampuan penting (misalnya berbicara, bergaul dengan lingkungannya, serta berjalan)

menurut tahap berkelanjutan yang dapat diperkirakan dengan peranan motivasi, pengajaran

dan dukungan selama pertumbuhannya. Kemampuan-kemampuan tersebut dikenal sebagai

tahapan perkembangan. Perkembangan yang terlambat (developmental delay) adalah

ketertinggalan secara signifikan pada fisik, kemampuan kognitif, perilaku, emosi, atau

perkembangan sosial seorang anak biladibandingkan dengan anak normal seusianya.

Seorang anak dengan developmental delay akan tertunda dalam mencapai satu atau lebih

perkembangan kemampuannya. Seorang anak dengan Global Developmental Delay (GDD)

adalah anak yang tertunda dalam mencapai sebagian besar hingga semua tahapan

perkembangan pada usianya. Prevalensi GDD diperkirakan 5-10 persen dari populasi anak

di dunia dan sebagian besar anak dengan GDD memiliki kelemahan padasemua tahapan

kemampuannya. Global Delay development merupakan keadaan yang terjadi pada masa

perkembangan dalam kehidupan anak (lahir hingga usia 18 bulan). Ciri khas GDD

biasanya adalah fungsi intelektual yang lebih rendah daripada anak seusianya disertai

hambatan dalam berkomunikasi yang cukup berarti, keterbatasan kepedulian terhadap diri

sendiri, keterbatasan kemampuan dalam pekerjaan,akademik, kesehatan dan keamanan

dirinya.

Mikrosefali adalah cacat pertumbuhan otak secara menyeluruh akibat

abnormalitas perkembangan dan proses destruksi otak selama masa janin dan awal masa

bayi. Ukuran kepala lebih dari 3 standart deviasi di bawah rata-rata. Atau mikrosefali

2
adalah kasus malformasi kongenital otak yang paling sering dijumpai. Ukuran otak

pada kasus ini relatif amat kecil, dan karena pertumbuhannya terhenti maka

ukuran tengkorak sebagai wadahnya pun juga kecil (sebenarnya nama yang lebih tepat

adalah mikroensefalus.. Perbandingan berat otak terhadapt badan yang normal adalah 1:30,

sedangkan pada kasus mikrosefalus perbandingannya dapat menjadi 1:100. Bila pada kasus

bisa hidup sampai usia dewasa, biasanya berat otaknya hanya kurang dari 900gram

(bahkan ada yang hanya 300 gram). Otak mikrosefalik selalu lebih ringan, dapat serendah 25

% otak normal. Jumlah dan kompleksitas girus korteks mungkin berkurang. L o b u s

f r o n t a l i s a d a l a h y a n g p a l i n g p a r a h , s e r e b e l u m s e r i n g k a l i membesar

tak seimbang. Pada mikrosefali akibat penyakit perinatal dan postnatal dapat terjadi

kehilangan neuron dan gliosis korteksserebri. Mikrosefali y a n g p a l i n g p a r a h

c e n d e r u n g t e r j a d i p a d a b e n t u k yang diwariskan resesif. Penderita anak

memperlihatkan dahi yang landai kebelekang dan telinga yang besar tak

sebanding. P e r k e m b a n g a n m o t o r i k s e r i n g k a l i b a i k , t e t a p i r e t a r d a s i

m e n t a l secara progresif makin nyata dan sering kali berat.

Dari uraian di atas, akan dibahas sebuah kasus tentang global delay development

pada An B, 12 bulan yang datang di poli anak RSML. Tujuan membahas kasus ini adalah

agar dapat mengetahui penyabab dan cara untuk mengantisipasi agar tidak terjadi

keterlambatan dalam pertumbuhan serta perkembangan si anak.

3
BAB II

LAPORAN KASUS
Anak B, perempuan berumur 12 bulan, datang ke poli anak bersama keluarganya.

Anak B ini beralamatkan di jalan Banjarmadu Karanggeneng Lamongan. Anak B ini

adalah anak pertama dari Tn Safi’I dan Ny Anik, berasal dari suku Jawa bangsa Indonesia.

Orang tua anak B sama-sama bekerja di Mojokerto sebagai penjual baju dan penjual

makanan.

Pasien datang ke Poli Anak diantarkan oleh orangtuanya, pada Hari Minggu

tanggal 02-12-2012 jam 09.39 WIB. Dengan keluhan, si anak sudah berumur 1 tahun

namun mengalami keterlambatan dalam gerakan (aktifitas). Salah satu keluarganya yang

ikut mengantarkan ke poli menjelaskan bahwa terdapat perbedaan yang jelas dalam bidang

gerakan si anak dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya. Pada umur 12 bulan ini si

anak hanya bisa tengkurap, sedangkan pada anak-anak lain, dengan usia 12 bulan rerata

sudah bisa berdiri. Menurut penjelasan dari orangtua nya bahwa anak tidak pernah

menderita batuk, panas badan, hanya pernah menderita pilek namun sembuh sendiri.

Riwayat sosial pasien adalah Pasien sejak lahir di asuh oleh neneknya karena

orang tua pasien sama-sama bekerja di luar kota, sebagai penjual baju dan penjual

makanan. Pasien tidak pernah di beri ASI oleh ibunya. Nenek pasien sering

memperlakukan pasien dengan cara di bedong ketat sampai dengan umur 6 bulan. Saat ini

biaya pengobatan ditanggung sendiri oleh keluarga, kesan sosial ekonomi kurang.

Riwayat kehamilan dan kelahiran pasien adalah, Selama hamil, ibu pasien rutin

melakukan ANC di bidan desa selama 9 kali setiap sebulan sekali. Ibu penderita tidak

4
pernah mengeluhkan sakit berat sampai lahir lah Anak pertama, secara Spt B dengan BBL

2900 gram. 40-41 minggu + KPD menangis beberapa saat, ketuban jernih.

Berikut ini adalah tabel data ANC ibu penderita selama 9 bulan di Polindes

Tanggal Keluhan Tekanan Berat Usia Tinggi Letak Terapi Nasihat


darah badan kehamilan fundus janin yang
disampaikan

06/02/’11 Mual, - 43 kg PP test + Vosea, 1 bln

pusing folat,caviple

26/04/’11 Mual, 105/56mmhg 43kg 8-10 Vosea, folat, 1 bln

pusing minggu caviplex

22/05/’11 Mual, 106/65mmhg 45kg 20 Let- Folat 1 bln

minggu su
pusing

24/06/’11 Pusing 100/65mmhg 48kg 26 Let-li Folat 1 bln

minggu

06/07/’11 - 100/70mmhg 49kg 30 Let- Folat 2 minggu

minggu kep

28/08/’11 - 110/70mmhg 49kg 35-36 29 cm Let- FE Tidak ada

minggu kep tanda-tanda

persalinan

04/09/’11 - 110/70mmhg 50kg 37 29 cm Let- - Perawatan

minggu kep payudara

18/09/’11 - 110/70mmhg 53kg 38 31 cm Let- Roboransia Persiapan

minggu kep persalinan

01/10/’11 - 110/70mmhg 54kg 39-40 32 cm Let- Roboransia Senam

minggu kep hamil

5
Riwayat Imunisasi pasien:

No Vaksin Tanggal imunisasi

1 HB-0 6-9-11

2 BCG 15-10-11

3 Polio-1 15-10-11

4 DPT/HB-1 12-2-12

5 Polio-2 12-2-12

6 DPT/HB-2 12-3-12

7 Polio-3 12-3-12

8 DPT/HB-4 12-4-12

9 Polio-4 12-4-12

10 Campak 8-8-12

Riwayat nutrisi pasien: Setelah lahir, sampai usia 4 bulan si anak diberi susu

formula (anjuran dari bidan) dan tidak pernah diberi ASI karena menurut penjelasan

keluarganya, asinya tidak bisa keluar. Umur 4 bulan sampai sekarang, si anak diberi susu

formula, bubur Sun, bubur pisang, bubur nasi dan terkadang sudah diberi nasi

Status Perkembangan pada pasien ini adalah untuk motorik kasar: pada usia 12

bulan mulai bisa mengangkat kepala namun agak lemah dan sudah bisa tengkurap,

sedangkan motorik halus: Usia 10 bulan mulai bisa memegang benda-benda kecil seperti

pensil atau bola-bolaan. Usia 11-12 bulan mulai bisa berbicara “au-au”.

Status Antropometri

6
An. Biyati, 12
Bulan

Status Gizi pasien ini adalah ( Moderate Malnutrition) buruk, Ketika diukur di

poli anak, didapatkan TB aktual: 73 cm, BB aktual: 6,8 kg, BB ideal: 9,2 kg. % status gizi:

BB actual/ BB idel x 100% = 6,8/9,2 x 100% = 73,91%

Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 02 Desember 2012 , Keadaan Umum

Cukup, Tanda vital nadi: 115 x / menit, kuat angkat, Suhu: 36,5 ‘C, RR: 24 x / menit,

7
spontan Kulit: tidak didapatkan ikterik , turgor baik, Kepala: Bentuk mikrosefali, UUB

dbn

Mata: tidak didapatkan Konjungtiva anemis , atau sklera ikterik , refleks cahaya

dalam batas normal, diameter pupil3 mm/ 3 mm, tidak didapatkan strabismus . Telinga:

Bentuk aurikula normal, tidak ada sekret, cairan, luka maupun perdarahan.Fungsi

pendengaran masih baik, Hidung : Bentuk normal, septum nasi di tengah, tidak ada deviasi,

mukosa tidak hiperemis, tidak ada edema konka. Tidak terdapat sekret pada kedua lubang

hidung, epistaksis tidak didapatkan, Mulut: Bibir tampak normal, tidak ada sianosis dan

tidak ada deviasi. TIdak ditemukan deviasi pada lidah, Leher: Tidak tampak adanya luka

maupun benjolan. Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar getah bening. Thorax:

Inspeksi :Pada keadaan statis dada terlihat simetris kanan dan kiri, padapergerakan/dinamis

dinding dada terlihat simetris kanan dan kiri, tidak adayang tertinggal, tidak terdapat

retraksi atau penggunaan otot pernapasan tambahan. Pulsasi ichtus kordis tidak terlihat.

Palpasi: Fremitus raba sama kuat kanan dan kiri. Ichtus kordis tidak teraba. Perkusi: Pada

lapangan paru didapatkan bunyi sonor. Batas paru ± hati didapatkan pada ICS 6 sebelah

kanan.Batas Jantung:Batas atas : Incisura costalis space 2 parasternal kiriBatas bawah :

Incisura costalis space 6Batas kanan : ICS 6 linea parasternal kanan Batas kiri : ICS 6 linea

midclavikula kiri, Auskultasi: Bunyi paru vesikuler , ronki tidak didapatkan, wheezing tidak

didapatkan. Bunyi jantung S1, S2 murni. Murmur tidak didapatkan. G allop tidak

didapatkan, Abdomen: Inspeksi: Supel, turgor baik, dinding abdomen simetris, tidak terlihat

penonjolan massa ataupun adanya luka. Tidak tampak rash, Palpasi: Tidak Teraba

pembesaran hepar, Lien tidak teraba. Tidak terdapat nyeri tekan epigastrium. Tidak Nyeri

perut menjalar ke punggung , tidak didapatkan distensi abdomen. Perkusi : tidak didapatkan

8
asites Auskultasi : Bising Usus Normal, Ekstremitas atas dan bawah: Akral hangat, tidak ada edema

pada semua ekstremitas.

Resume: Pasien datang ke Poli Anak diantar keluarganya dengan keluhan sudah

umur 12 bulan pasien belum bisa beridiri sendiri. Salah satu keluarganya menjelaskan

bahwa terdapat perbedaan antara si pasien dengan teman sebayanya. Dengan usia nya yang

sekarang pasien hanya bisa mengangkat kepala, walaupun sangat lemah. Dan hanya bisa

mengucapkan kata-kata “Au-au” saja, pasien belum bisa mengucapkan kata, “ma-ma”, atau

“pa-pa”, berat badan pasien 6.8 kg, panjang badan 73 cm dengan lingkar kepala 39 cm.

menurut pengakuan orangtua pasien, sejak lahir hingga umur sekarang, di asuh oleh

neneknya, karena orangtua pasien sama-sama bekerja, ibu pasien bekerja di Mojokerto

sebagai penjual baju dan bapak pasien bekerja sebagai penjual makanan. Orang tua pasien

berkunjung ke rumah neneknya yang di lamongan untuk menjenguk pasien sekitar 1 bulan

sekali. Sehingga pasien dapat dikategorikan kurang kasih sayang.

Karena sejak lahir sudah di asuh oleh neneknya, pasien tidak mendapatkan ASI

ekslusif, sehingga hanya minum susu formula saja, hingga umur 4 bulan, kemudian

diberikan makanan pendamping seperti bubur sun, bubur pisang, ataupun bubur nasi,

sesekali diberikan nasi pula. Jika dirumah pasien dibedong oleh neneknya terus-menerus

sampai usia 6 bulan, neneknya menjelaskan karena jika tidak dibedong pasien akan

menangis.

Sejak lahir sampai sekarang, pasien tidak pernah menderita sakit berat, pasien

hanya pernah menderita sakit panas, pilek, ataupun batuk, dan biasanya berobat ke

puskesmas didekat desa. Pada pemeriksaan fisik tidak didapatkan kelainan di tubuh

pasien, hanya ukuran lingkar kepala tidak sesuai dengan umur pasien. Orang tua pasien

9
tidak begitu memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan pasien terutama lingkar

kepalanya.

Daftar Masalah: Global delay development dan Mikrosefali

BAB III

PEMBAHASAN

Pada kasus ini di dapatkan hasil anamnesa bahwa anak B, perempuan 12 bulan

mengalami Global delay development dan disertai kelainan ukuran lingkar kepala kecil

atau mikrosefali. Banyak faktor yang mempengaruhi gangguan perkembangan dan

pertumbuhan pada anak, yaitu:


10
1. Faktor internal yang berpengaruh dalam proses tumbuh kembang anak:

Ras/etnik atau bangsa, keluarga, umur, jenis kelamin, genetic, kelainan

kromosom.

2. Faktor eksternal:

a. Faktor prenatal

Gizi, toksin/zat kimia, endokrin, radiasi, infeksi, kelainan imunologis, anoksia

embrio, atau psikologi ibu

b. Faktor persalinan

Trauma kepala, asfiksia

c. Faktor pasca persalinan

Gizi, penyakit kronis/kelainan congenital, lingkungan fisik dan kimia, psikologis,

endokrin, sosio-ekonomi, lingkungan pengasuh, stimulasi, obat-obatan.

Aspek-aspek perkembangan yang dipantau adalah:

1. Gerak kasar atau motorik kasar: aspek yang berhubungan dengan kemampuan

anak melakukan pergerakan dan sikap tubuh yang melibatkan otot-otot besar

seperti duduk, berdiri dsb.

11
2. Gerak halus atau motorik halus: aspek yang berhubungan dengan kemampuan

anak melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan

dilakukan oleh otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat

seperti mengamati sesuatu, menjimpit, menulis dsb.

3. Kemampuan bicara dan bahasa: aspek yang berhubungan dengan kemampuan

untuk memberikan respon terhadap suara, berbicara, berkomunikasi,

mengikuti perintah dan sebagainya.

4. Sosialisasi dan kemandirian adalah aspek yang berhubungan dengan

kemampuan mandiri anak ( makan sendiri, membereskan mainan selesei

bermain), berpisah dengan ibu atau pengasuh, bersosialisasi dengan

lingkungannya dsb.

Global delay development adalah anak yang tertunda dalam mencapai sebagian

besar hingga semua tahapan perkembangan pada usianya. Ciri-ciri dari global delay

development adalah:

 Anak tidak mampu untuk duduk di lantai tanpa dukungan 8 bulan;

 Anak tidak dapat merangkak dengan 12 bulan;

 Anak memiliki keterampilan sosial yang buruk / penghakiman;

 Anak tidak mampu untuk berguling oleh 6 bulan;

 Anak memiliki masalah komunikasi

 Anak memiliki baik / gross kesulitan motorik

 Anak menunjukkan perilaku agresif sebagai keterampilan mengatas

12
Hal ini sesuai dengan gejala pada anak B, yaitu: pada usia 12 tahun ini anak B

belum mampu untuk duduk sendiri tanpa bantuan orang lain, belum mampu merangkak,

anak B belum mampu berbicara ma-ma, pa-pa, hanya mampu mengeluarkan kata au-au.

Denver Developmental Screening Test (DDST) adalah sebuah metode pengkajian

yang digunakan secara luas untuk menilai kemajuan perkembangan anak usia 0-6 tahun.

Nama “Denver” menunjukkan bahwa uji skrining ini dibuat di University of Colorado

Medical Center di Denver.

1. DDS1 adalah metode skrining untuk masalah perkembangan anak usia 0-6 tahun;

2. Pelaksanaan DDST adalah tenaga kesehatan profesional dan petugas layanan

sosial;

3. DDST bukan ditujukan untuk mentepkan diagnosis masalah perkembangan, tetapi

untuk membandingkan perkembangan anak yang seusia;

4. DDST menilai 4 sektor perkembangan anak, yaitu : personal-sosial, motorik

halus-adaptif, bahasa, dan motorik kasar;

5. Hal-hal yang harus dilaksanakan dalam menerapkan DDST adalah:

a. Menyiapkan peralatan pokok, peralatan penunjang, dan formulir

DDST.

b. Menghitung usia anak dan menggambar garis usia.

c. Mempelajari 4 macam skor item, yaiut Lulus/Lewat (L), Gagal (G),

Menolak (M), dan Tak Ada Kesempatan (Tak).

d. Melakukan tes terhadap semua item yang dilalui garis usia dan 3 item

sebelum garus usia untuk masing-masing sektor.

13
e. Jika diperoleh skor G, M, atau Tak, melanjutkan tes pada item-item di

sebelah kiri garis usia sampai didapat skor lulus 3 kali berutur-turut.

Dalam melaksanakan tes perkembangan anak dengan menggunakan Denver II,

kita perlu melakukan langkah-langkah persiapan, diantaranya persiapan alat tes, formulir

Denver II, pedoman pelaksanaan pengujian, baru dilanjutkan dengan penghitungan usia

anak, dan terakhir pelaksanaan tes sesuai dengan usia anak.

Peralatan yang digunakan

Alat-alat pokok yang dibutuhkan dalam penerapan Denver II antara lain:

1. Benang wol merah

2. Icik-icik dengan gagang kecil

3. Boneka kecil dengan botol susu

4. Cangkir kecil dengan pegangan

5. Kubus (dengan rusuk 2,5 cm) berjumlah 8 buah, berwarna merah, biru, kuning, dan

hijau masing-masing 2 buah.

6. Botol kecil berwarna bening dengan tutup berdiameter 2 cm

7. Manik-manik (dalam penerapannya, ada yang mengganti manik-manik dengan kismis

atas pertimbangan tertentu)

8. Lonceng kecil

9. Bola tenis

Pada DDST didapatkan 4 keterlambatan pada 3 sektor, terdiri dari 1

keterlambatan pada sector motorik kasar, 1 keterlambatan pada sector bahasa, dan 2

keterlambatan pada sector motorik halus. Sehingga dapat ditarik kesimpulan penilaian pada

14
anak B adalah abnormal, dengan kata lain, anak B ini mengalami keterlambatan

perkembangan. Oleh sebab itu diperlukan tindakan / terapi lebih lanjut.

Pada pemeriksaan tes screening deteksi dini keterlambatan tumbuh kembang anak

juga digunakan KPSP ( Kuisioner Pra Screening Perkembangan) , dimana KPSP ini

adalah Formulir alat/instrumen yang digunakan untuk mengetahui perkembangan anak normal atau ada

penyimpangan. KPSP dibagi ke dalam beberapa usia anak: 3, 6, 9, 12, 18, 21, 24, 30, 36, 42,

48, 54, 60, 66, dan 72 bulan.

15
Terdapat beberapa prosedur dalam menerapkan KPSP, yaitu:

1. Bila anak berusia diantaranya maka KPSP yang digunakan adalah yang lebih kecil dari

usia anak. Contoh: Bayi umur 7 bulan maka yang digunakan adalah KPSP 6 bulan. Bila anak ini

kemudian sudah berumur 9 bulan yang digunakan adalah KPSP 9 bulan

2. Bila umur anak lebih dari 16 hari dibulatkan menjadi 1 bulan. Contoh bayi umur 3 bulan

16 hari dibulatkan menjadi 4 bulan bila umur bayi 3 bulan 15 hari dibulatkan menjadi 3 bulan

3. Setiap pertanyaan hanya mempunya satu jawaban YA atau TIdak

4. Hitung jawaban YA (bila dijawab bisa atau sering atau kadang-kadang

5. Hitung Jawaban TIDAK (bila jawaban belum pernah atau tidak pernah)

6. Bila jawaban YA =9 -10, perkembangan anak sesuai dengan tahan perkembangan (S)

7. Bila jawaban YA = 7 atau 8, perkembangan anak meragukan (M)

8. Bila jawaban YA = 6 atau kurang, kemungkinan ada penyimpangan (P)

9. Rincilah jawaban TIDAK pada nomor berapa saja.

Hasil KPSP dari anak B, dengan menggunakan KPSP khusus untuk usia 12 bulan,

didapatkan 10 pertanyaan , 2 diantaranya dari pertanyaan tersebut tidak bisa dilakukan

karena anak tersebut menangis, yang dilakukan pada tanggal 28 Desember 2012 ketika

pasien control ke rehab medis. 10 Pertanyaannya terdiri dari:

1. Jika anda bersembunyi di belakang sesuatu/di pojok, kemudian muncul dan

menghilang secara berulang-ulang di hadapan anak, apakah ia mencari anda

atau mengharapkan anda muncul kembali?

2. Letakkan pensil di telapak tangan bayi. Coba ambil pensil tersebut dengan

perlahan-lahan. Sulitkah anda mendapatkan pensil itu kembali?

16
3. Apakah anak dapat berdiri selama 30 detik atau lebih dengan berpegangan

pada kursi/meja?

4. Apakah anak dapat mengatakan 2 suku kata yang sama, misalnya: “ma-ma”,

“da-da” atau “pa-pa”. Jawab YA bila ia mengeluarkan salah—satu suara tadi.

5. Apakah anak dapat mengangkat badannya ke posisi berdiri tanpa bantuan

anda?

6. Apakah anak dapat membedakan anda dengan orang yang belum ia kenal? la

akan menunjukkan sikap malu-malu atau ragu-ragu pada saat permulaan

bertemu dengan orang yang belum dikenalnya.

7. Apakah anak dapat mengambil Benda kecil seperti kacang atau kismis,

dengan meremas di antara ibu jari dan jarinya seperti pada gambar?

8. Apakah anak dapat duduk sendiri tanpa bantuan?

9. Sebut 2-3 kata yang dapat ditiru oleh anak (tidak perlu kata-kata yang

lengkap). Apakah ia mencoba meniru menyebutkan kata-kata tadi ?

10. Tanpa bantuan, apakah anak dapat mempertemukan dua kubus kecil yang ia

pegang? Kerincingan bertangkai dan tutup panel tidak ikut dinilai.

Pada pasien ini setelah di coba untuk mempraktekan 10 pertanyaan didapatkan

17
Pada pertanyaan nomer 1 ( pasien tidak dapat mengharapkan saya, kesan cuek), Pada

pertanyaan nomer 2 ( saya dapat mengambil pensil dari tangan pasien dengan mudah),

pada pertanyaan nomer 3 ( pasien tidak dapat berdiri), pada pertanyaan nomer 4 ( pasien

tidak dapat mengucapkan kata ma-ma atau da-da), pada pertanyaan nomer 5 ( pasien tidak

dapat melakukan yang diperintahkan), pada pertanyaan nomer 6 ( Tidak dapat dikoreksi),

pada pertanyaan nomer 7( pasien mampu melakuan perintah), pada pertanyaan nomer 8

( pasien tidak dapat duduk sendiri tanpa bantuan orang lain), pada pertanyaan nomer 9

( pasien tidak dapat menirukan perintah), pada pertanyyaan nomer 10 ( tidak dapat

dikoreksi), jadi total pertanyaan yang dapat terjawab atau dapat dilaksanakan oleh pasien

berjumlah 1 pertanyaan, sedangkan 7 pertanyaan tidak dapat dilakukan oleh pasien, dan 2

pertanyaan sisanya tidak dapat dievaluasi karena pasien menangis. Sehingga kita dapat

menarik kesimpulan bahwa pasien mengalami penyimpangan.

Sedangkan mikrosefali adalah cacat pertumbuhan otak secara menyeluruh akibat

abnormalitas perkembangan dan proses dekstruksi otak selama masa janin atau awal masa

bayi. Ukuran kepala lebih kecil dari 3 standar deviasi dibawah rata-rata.

Hal ini sesuai dengan tanda klinis dari anak B, bahwa didapatkan anak B ukuran kepala

tidak sesuai dengan usianya.

18
Pada anak B, 12 bulan, ukuran kepala: 39 cm, seharusnya dengan usia 12 bulan

ukuran kepala B sebesar 43,5-49 cm.

Etiologi dari mikrosefali adalah cacat perkembangan otak, infeksi intra uteri,

anoxia intrauterine atau neonatal, malnutrisi berat pada awal bayi, infeksi virus herpes

neonatal. Hal ini sesuai dengan kondisi anak B yang mengalami malnutrisi berat pada awal

bayi, bahwa ditinjau dari segi social didapatkan setelah lahir, sampai usia 4 bulan si anak

diberi susu formula (anjuran dari bidan) dan tidak pernah diberi ASI karena menurut

penjelasan keluarganya, asinya tidak bisa keluar, padahal ASI pertama dari ibu yang

mengandung kolostrum sangat bermanfaat bagi bayi. Berikut kandungan kolostrum yang

sangat bermanfaat bagi bayi:

1. Imunitas. Bahan imunitas dalam kolostrum mampu memberikan proteksi pada bayi agar

terhindar dari virus, bakteri, dan alergen.

19
2. Antibodi dan imunoglobin. Zat ini sangat bermanfaat untuk menghambat

mikroorganisme yang masuk dalam usus agar tidak sampai masuk ke jaringan tubuh.

3. Laktoferin. Zat ini bermanfaat untuk mengangkut zat besi untuk sel darah merah, serta

menjaga agar bakteri atau virus tidak menjadi ganas.

4. Proline rich polipeptide. Zat ini berfungsi untuk mengatur dan menunjang sistem kerja

kelenjar timus, untuk kekebalan tubuh.

5. Lactalbumin. Bermanfaat untuk melawan sel-sel kanker.

6. Glikoprotein. Bermanfaat untuk melindungi faktor imun dan pertumbuhan ketika

melewati saluran pencernaan yang asam.

Beberapa nutri makanan diyakini meningkatkan perkembangan sistem saraf pusat

di otak dan sirkulasi oksigen dan replikasi DNA seperti DHA dan AA , zat besi, taurin,

kolin dan zinc. Sumber nutrisi yang utama berbagai kandungan tersebut banyak didapatkan

di dalam ASI. Sehingga pemberian ASI tidak bisa disangkal lagi tidak bisa dikalahkan oleh

pemberian susu formula yang manapun

Kemudian, Umur 4 bulan sampai sekarang, si anak diberi susu formula, bubur

Sun, bubur pisang, bubur nasi dan terkadang sudah diberi nasi.

Sampai usia 12 bulan ini anak B mengalami gizi buruk, hal ini ditinjau dari data

yang didapatkan tinggi badan: 73 cm, dan berat badan: 6,8 cm, kemudian diolah dengan

menggunakan tabel CDC

20
Tanda-tanda mikrosefali

Mikrosefali

-
-Small head -High-pitched Developmental -Increased
circumference, cry, delays movement of
the arms and
-Large face -Poor feeding -Mental legs (spasticity)
retardation

21
Diagnosis mikrosefali

Untuk mendiagnosis kelainan ukuran kepala, dapat dilakukan dengan gejala atau

manifestasi klinis dan pemeriksaan penunjang seperti radiologis. Sedangkan untuk

mendiagnosis keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan dapat dilakukan dengan

cara mengukur Berat badan , Tinggi badan , dan lingkar kepala dengan rutin.

Berat badan dipengaruhi oleh:

1. Genetik (keturunan)

2. Asupan nutrisi (makan, minum, camilan)

3. Penyerapan usus dan pengeluaran

4. Aktivitas fisik

5. Metabolisme tubuh, hormone

6. Penyakit kronik (jantung, ISK,TBC)

7. Kadar air dan lemak tubuh,

Sedangkan lingkar kepala diukur karena berhubungan dengan perkembangan

volume otak. Lingkar kepala yang lebih kecil dari normal (mikrosefali) biasanya

menunjukkan retardasi mental. Lingkar kepala yang lebih besar (makrosefali) sebagian

besar (88%) menunjukkan IQ yang normal, 5%retardasi mental ringan, dan 7% retardasi

mental berat.

22
Berikut Patofisiologi dari mikrosefali dan development delay

Morbili

Penyinaran

Sifilis
Geneti
Antenat
k Toksoplasm
al
osis
Etiolog
Intranat
i Kelainan sirkulasi
al darah janin

Didapa Pascanat Tidak diketahui


t al penyebabnya

Perdarahan

Anoksia

Ensefalitis

Trauma
kepala

Malnutrisi

Penyusutan volume MIKROSEFA


Anoksia Asfiksia
otak LI

Global Delay
development

Malnutrisi

23
Perlakuan dibedong
ketat selama 6 bulan

Asfiksia
Neonatorum

Gangguan SSP

Ensefalopat
i

Hipoksia Iskemik

Perfusi darah

Glukosa Glukosa

Glikogenolisis Glukogenolisis

Glikolisis
Glikolisis
Glikolisis

Asam laktat Asam laktat

ATP ATP

Akumulasi asam dan no reflux


Fosforilasi Oksidatif
phenomen

Kerusakan Sel otak

Kelainan Neurologis

Nekrosis Kortikal

Nekrosis Multifokal

Nekrosis fokal

Nekrosis ganglia basalis

24
MIKROSEFALI

Untuk mendiagnosis keterlambatan perkembangan, biasanya dapat menggunakan

DDST , KMS, KPSP.

Terapi yang diberikan pada pasien ini adalah pemberian syrup Ferrokid dan syrup

Neurotam serta mengkonsultasikan ke bagian rehab medis, dimana fungsi dari

berkonsultasi ke rehab medis adalah untuk dapat melatih anak yang mengalami

keterlambatan tumbuh, kembang dan fungsional yang seharusnya sesuai dengan usia anak

tersebut. Stimulasi tetap diberikan pada bayi risiko tinggi mungkin baik oleh orangtua

maupun tenaga profesional yang terlatih. Kebutuhan dasar atau stimulasi dasar yang

dibutuhkan: ASUH – kebutuhan ASI, nutrisi, imunisasi, sandang-pangan, kesehatan ,

hygiene dan sanitasi, ASIH – kebutuhan hubungan ibu-anak, emosi, psikososial dan kasih

sayang, ASAH – agama, moral-etika, kreativitas dan keterampilan

Stimulasi yang diberikan tenaga profesional meliputi fisioterapi, terapi okupasi, terapi

wicara, terapi bermain, terapi pijat, terapi suara, latihan persepsi motorik,psikoterapi dan

edukasi. Stimulasi yang diberikan orangtua dan tenaga profesional berupa stimulasi sensori

yang terintegrasi meliputi : penglihatan, pendengaran, proprioseptif raba dan sentuhan

serta keseimbangan (vestibuler)

Prognosis yang mungkin timbul pada anak dengan keterlambatan tumbuh

kembang adalah anak dengan keterlambatan tumbuh kembang akan berprognosis buruk

jika tidak di berikan terapi baik berupa stimulan, latihan sedini mungkin serta pemberian

25
support dari orangtua, jika dibiarkan maka tidak menutup kemungkinan anak mengalami

gagal tumbuh.

BAB IV

KESIMPULAN

Anak B, 12 bulan, dengan Berat badan 6,8 kg, tinggi badan 73 cm, merupakan

anak dengan gizi buruk, dimana didapatkan pula masalah seperti pada usianya ini, pasien

belum bisa berdiri sendiri, dan hanya bisa mengucapkan kata-kata “ Au-Au” hal ini jelas

terlihat sebagai bentuk keterlambatan dalam tumbuh kembang, atau global development

delay. Sedangkan keterlambatan ini juga dipengaruhi oleh ukuran kepala dari pasien ini,

dimana pasien juga mengalami mikrosefali, sehingga volume otak mengecil pula.

Oleh sebeb itu untuk mencegah agar tidak terjadi hal tersebut maka Pencegahan

sejak dini untuk menghindari terjadinya kelainan-kelainan gangguan lingkar kepala dan

otak. Melakukan konseling sebelum menikah sejak merencanakan untuk punya anak

sangat penting. Kontrol secara teratur ke dokter kandungan untuk mendeteksi adanya

kelainan kehamilan sejak dini khususnya infeksi TORCH, memperbaiki nutrisi baik bagi

ibu maupun bayinya, serta selalu rutin mengkontrolkan anaknya untuk diukur mulai dari

berat badan,tinggi badan serta lingkar kepala ke dalam KMS.

Bayi risiko tinggi mempunyai risiko lebih besar untuk terjadinya gangguan

tumbuh kembang anak di kemudian hari. Deteksi dini baik yang dilakukan oleh orangtua

ataupun tenaga profesional memungkinkan pemberian stimulasi sedini mungkin.

Stimulasi dini diberikan pada bayi dalam bentuk Stimulasi Integrasi Sensori. Deteksi dan

26
stimulasi dini pada bayi risiko tinggi akan memberikan hasil terbaik guna tercapainya

tumbuh kembang anak yang seoptimal mungkin

DAFTAR PUSTAKA

1. Nelson W.E. Kesehatan Anak. In: Behrman R.E, Kliegman R,Arvin A.M, editors Ilmu
Kesehatan Anak. 15 th.ed. Vol 1. Jakarta: ECG; 2000. p. 203
2. Soetjiningsih. Perlakuan salah pada anak. In: Ranuh IGNG, Editor. Tumbuh
KembangAnak. Jakarta: EGC;1995. p.166,245,191-7
3. Camp Bonnie W, Headley Roxan: Developmental Delay Under 6 years of age, in
Pediatric Decision making, editing by Berman, 2nd edition, B.C. Decker Inc, Philadelphia,
1991,pp. 360-362.
4. Departemen Kesehatan R.I.: Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan intervensi Dini
Tumbuh kembang Anak Ditingkat Pelayanan Kesehatan Dasar, 2005
5. Lissauer Tom, Clayden Graham: Emotions and behavior, in Pediatric, Ilustrated
Textbook, 2 nd edition, mosby, B. Saunders, 2001,pp.313.
6. Aminullah A. Konsekuensi kelainan sistemik berbagai organ tubuh akibat hipoksia dan
iskemia neonatus. Dalam: Suradi R, Monintja HE, Amalia P, Kusumowardhani D,
penyunting. Penanganan mutakhir bayi prematur: memenuhi kebutuhan bayi prematur
untuk menunjang peningkatan kualitas sumber daya manusia. Naskah Lengkap
Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan Ilmu Kesehatan Anak FKUI XXXVIII. FKUI;
1997 7-8 April;
7. Wayenberg JL, Dramaix N, Vermeylen D, Bormans J, Pardou A. Neonatal out come after
birth asphyxia: early indicators of prognosis. Prenat Neonat Med 1998; 3:482-

8. Kliegman RM, Behrman RE. Hypoxia-ischemia. Dalam: Behrman RE, Kliegman RM,
Nelson WE, Vaughan III VC, penyunting. Nelson textbook of pediatrics. Edisi ke-14.
Philadelphia: Saunders; 1992. h. 458-9. Portman RJ, Carter BS, Gaylord MS, Murphy
MG,

27
9. Thieme RE, Merenstein. Predicting neonatal morbidity after perinatal asphyxia: A
scoring System. Am J Obstet Gynecol 1990; 162:174-82.

10. Glucman PD, Tan W, Mallard C, Williamms CE. Pathophysiology of perinatal asphyxia.
Dalam: Shankaran S, penyunting. Clinics in perinatology perinatal asphyxia.
Philadelphia: Saunders; 1993. h. 305-26. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 1997. h. 165-84.

11. Departemen Kesehatan RI, 2006, Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi, dan
Intervensi Diri Tumbuh Kembang Anak di Tingkat Pelayyanan Kesehatan Dasar
12. http://www.tumbuh-kembang.com/pages/index/id/6/articleId/546
13. http://yumizone.wordpress.com/2008/11/20/deteksi-dini-gangguan-tumbuh-kembang-
bayi-risiko-tinggi/
14. http://www.scribd.com/doc/49075622/TUMBUH-KEMBANG-ANAK
15. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23475/3/Chapter%20II.pdf
16. http://www.idai.or.id/saripediatri/pdfile/5-2-6.pdf

28

You might also like