You are on page 1of 16

BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan bagian dari kegiatan kehidupan bermasyarakat dan berbangsa.


Oleh sebab itu kegiatan pendidikan merupakan perwujudan dari cita-cita bangsa. Dengan
demikian kegiatan pendidikan nasional perlu diorganisasikan dan dikelola sedemikian
rupa supaya pendidikan nasional sebagai suatu organisasi dapat menjadi sarana untuk
mewujudkan cita-cita nasional. Secara rinci cita-cita nasional yang terkait dengan
kegiatan pendidikan telah dituangkan dalam Undang-Undang Sisdiknas No.20 Tahun
2003, bahwa tujuan pendidikan nasional adalah untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertkwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang
demokraatis serta bertanggung jawab.

pendidikan di Indonesia dituntut untuk memiliki kepekaan menghadapi arus


perputaran globalisasi. Pola doktrinasi monokulturalisme yang dipaksakan selama orde
baru perlu dievaluasi, karena telah berimplikasi negatif bagi rekonstruksi kebudayaan
Indonesia yang multicultural. Di lain pihak masih sering kita jumpai adanya fenomena
perpecahan di tengah masyarakat, baik berupa kerusuhan/ tawuran antar pelajar, antar RT,
antar suku sampai keinginan untuk memisahkan diri dari NKRI sampai saat ini masih
sering mewarnai media nasional baik cetak maupun elektronik. Gelombang demokrasi
menuntut pengakuan perbedaan dalam tubuh bangsa Indonesia yang majemuk. Oleh
sebab itu untuk membangun rasa persatuan dan kesatuan serta rasa nasionalisme
sekaligus menjawab beberapa problematika kemajemukan seperti yang digambarkan di
atas dibutuhkan langkah sistematis yang dapat dijadikan sebagai sebuah gerakan nasional.
Dalam makalah ini kami menawarkan solusi melalui “Implementasi Pendidikan
Multikultural dalam Praksis Pendidikan di Indonesia”.

Pendidikan multicultural dapat dirumuskan sebagai wujud kesadaran tentang


keanekaragaman cultural, hak-hak asasi manusia serta pengurangan atau penghapusan
jenis prasangka atau prejudice untuk suatu kehidupan masyarakat yang adil dan maju.

1
B. Rumusan masalah
1. Apa epistimologi dari pendidikan ?
2. Apa yang dimaksud dengan pendidian multikultural ?
3. Apa fungsi ilmu pendidikan ?
4. Apa dasar tujuan penyelenggraan pendidikan ?
5. Apa prinsip penyelenggaraan pendidikan ?
6. Apa fungdi pedidikan ?
7. Bagaimana paradigma baru pendidikan dalam UU sisdiknas ?
8. Bagaimana Urgensi Pendidikan Multikultural Di Indonesia?
C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah .....
D. Manfaat
1. Mengetahui epistimologi dari pendidikan
2. Mengetahui maksud pendidian multikultural
3. Mengetahui fungsi ilmu pendidikan
4. Mengetahui dasar tujuan penyelenggraan pendidikan
5. Mengetahui paradigma baru pendidikan dalam UU sisdiknas
6. Mengetahui Urgensi Pendidikan Multikultural Di Indonesia

2
BAB II ISI

A. Epistimologi pendidikan
Dalam kajian khazananh dua istilah penting yang sering digunakan dalam
dunai pendidikan yaitu “ pedagogi “ dan pedagogik” . pedagogi adalah pendidikan
sedangkan pedagogik adalah ilmu pendidikan . pedagogik atau ilmu pendidikan
berarti ilmu yang menyelidiki dan merenungkan tetang gejala perbuatan mendidik .
secara sederhana dan umum , pendidikan bermakna sebagai usaha untuk
menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi bawaan, baik jasmanai maupu
rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat dan kebudayaan.
Ada banyaka tafsiran dari berbagai pakar mengenai definisi pendidikan diantaranya
definisi yang dikemukakan oleh prof.lavengeld pakar pendidikan dari belanda
mengemukakan bahwa pendidikan ialah suatu bimbingan yang diberikan oleh orng
dewasa kepada anak-anak yang belum dewasa untuk mencapai tujuan yaitu
kedewasaan.
Dalam dictionary of education dikemukakan bahwa definisi pendidikan adalah proses
dimana seseorang menegmbangkan kemampuan sikap dan bntuk-bentuk tingkah laku
lainnya didalam masyarakat dimana ia hidup , proses sosial dimana ia dihadapkan
pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol ( khususnya yang datang dari
sekolah ) sehingga ia mampu memperoleh atau mengalami perkembangan
kemampuan sosial dan keamampuan individu yang optimum
Dari berabagai definisi tenang pendidikan , dapat diikhtisarkan bahwa definisi
pendidikan adalah :
1. Suatu proses pertumbuhan yang menyesuaikan dengan lingkungan
2. Suatu pengarahan dan bimbingan yang diberikan yang diberikan kepada
anakanak dalam pertumbuhannya
3. Suatu usaha sadar untuk menciptakan suatu keadaan atau situasi tertentu yang
dikehendaki oleh masyarakat.
4. Suatu pembentukan karakter , kepribadian dan kemampuan anak-anak dalam
menuju kedewasaan.

3
B. Pendidikan Multikultural
Pendidikan multikultural adalah merupakan suatu gerakan pembaharuan dan proses
untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang setara untuk seluruh siswa. Sebagai
sebuah gerakan pembaharuan, istilah pendidikan multicultural masih dipandang
asing bagi masyarakat umum, bahkan penafsiran terhadap definisi maupun pengertian
pendidikan multicultural juga masih diperdebatkan di kalangan pakar pendidikan.

Seperti pendapat Andersen dan Cusher ( 1994 ) sebagaimana dikutip Mahfud


( 2008 ), bahwa pendidikan multicultural diartikan sebagai pendidikan mengenai
keragaman kebudayaan. Sedangkan Hernandez ( 1989 ), mengartikan pendidikan
multikultural sebagai perspektif yang mengakui realitas sosial, politik, dan ekonomi
yang dialami oleh masing-masing individu dalam pertemuan manusia yang kompleks
dan beragam secara kultur, dan merefleksikan pentingnya budaya, ras, seksualitas dan
gender, etnisitas, agama, status social, ekonomi, dan pengecualian-pengecualian
dalam proses pendidikan. Ahli lain, Sleeter dan Grant ( 2007, 2009 ) dan Smith
( 1998 ) sebagaimana dikutip Zamroni ( 2011 ) mendefinisikan pendidikan
multikultural sebagai suatu pendekatan progresif untuk melakukan transformasi
pendidikan yang secara holistik memberikan kritik dan menunjukkan kelemahan-
kelemahan, kegagalan-kegagalan dan diskriminasi yang terjadi di dunia pendidikan
( Zamroni, 2011: 144 )

Sebagai suatu gerakan pembaharuan dan proses untuk menciptakan lingkungan


pendidikan yang setara untuk seluruh siswa, pendidikan multikultural memiliki
prinsip-prinsip sebagai berikut :

1. Prinsip pertama: pendidikan multikultural adalah gerakan politik yang bertujuan


menjamin keadilan sosial bagi seluruh warga masyarakat tanpa memandang latar
belakang yang ada.
2. Prinsip kedua : pendidikan multikultural mengandung dua dimensi: pembelajaran
(kelas) dan kelembagaan (sekolah) dan antara keduaanya tidak bisa dipisahkan,
tetapi justru harus ditangani lewat reformasi yang komprehensif
3. Prinsip ketiga : pendidikan multikultural menekankan reformasi pendidikan yang
komprehensif dapat dicapai hanya lewat analisis kritis atas sistem kekuasaan dan
privileges untuk dapat dilakukan reformasi komprehensif dalam pendidikan.

4
4. Prinsip keempat : berdasarkan analisis kritis ini, maka tujuan pendidikan
multikultural adalah menyediakan bagi setiap siswa jaminan memperoleh
kesempatan guna mencapai prestasi maksimal sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki
5. Prinsip kelima : pendidikan multikultural adalah pendidikan yang baik untuk
seluruh siswa, tanpa memandang latar belakangnya.

Konsep multikulturakisme menekankan pentingnya memandang dunia dari bingkai


referensi budaya yang berbeda, dan mengenali serta manghargai kekayaan ragam
budaya di dalam Negara dan di dalam komunitas global. Awal mula pendidikan

Dahulu kehidupan manusia adalah primitif, sebagian besar penghidupannya hanya


brgantung pada usaha berburu , meramu dan menangkap ikan dengan kehidupan yang
primitif ini, maka seorang anak bisa dikatakan cekatan ketika dia mampu melakukan
hal tersebut ( berburu, meramu dan menangkap ikan) . adapun cara pendidikan yang
diberikan sangat sederhana, tidak perlu memberikan penjelasan secara formal, atau
khusus cukup dengan memperhatikan dan membiasakan seorang anak untuk diajak
berburu maupun meramu maka dengan sednirinya anak akan mudah paham . cara
demikian masih dilanjukan pada zaman kehidupan bercocok tanam secara primitif
Tetapi seiring dengan perkembangan zaman, dan kemajuan tekonologi , kehidupan
manusia berubah menjadi sangat ompleks , serta makin menuju pesat. Olehkarenanya
untuk menunjang perkembangan tersebut sistem pendidikan berubah menjadi sangat
kompleks . selain dihapkan pada perkembangan dan kemajuan teknologi dan
informasi, pendidikan juga dihadpkan pada budaya yang sangat beragam
( mulltikultural ). Dewasa ini pendidikan harus dilaksanakan dengan cara teratur dan
sistematis, agar dapat memberikan hasil yang sebaik-baiknya.
C. Fungsi ilmu pendidikan
1. Objek formal , yaitu bidang yang menjadi ruang lingkup keseuruhan ruang
lingkup garapan riset pendidikan .
2. Objek material, yaitu aspek-aspek atau hal yang menjadi garapan langsung riset
pendidikan.

5
Dalam cabang bidang ilmu pengetahuan dapat terjadi adanya sekelompok cabang
ilmu yang mempunyai objek formal yang sama, misalnya manusia, tetapi setiap
cabang ilmu mempunyai objek material yang berbeda misalnya: antropologi
mempunyai objek material asal-usul perkembangan, ciri,ciri spesies, atau ras
manusiawi ( wolman:27)

Objek formal ilmu pendidikan adalah pendidikan yang dapat iartikan secara
mahaluas ,sempit dan luas terbatas. Dalam pengertian maha luas pendidikan adalah
hidup. Pendidikan adalah segala situasi dalam hidup yang memengarhi pertumbuhan
seseorang. Dalam pengertian mahaluas, tempat berlangsungnya pendidikan tidak
hanya terbatas dalam satu jnis lingkungan hidup tertentu dalam bentuk sekolah. Tetapi
berlangsung dalam segala bentuk ligkungan hidup manusia . kemahaluasan
pendidikan tersirat dalam tujuannya. Tujuan pendidikan tidak berada diluar
pengalaman belajar, tetapi terkandung dan melekat didalamnya. Misi atau tujuan
penidikan yang tersirat dalam pengalaman beljar memberi hikmah tertentu bagi
pertumbuhan seseorang. Dengan demikian , pendidikan sebagai keseluruhan
pengalaman belajar daam hidup berada dalam harmoni dengan cita-cita yang
diharapkan oleh kebudayaan hidup. Singkatnya tujuan hidup dalam pengertian luas
adalah pertumbuhan.

Sementara dalam pengertian sempit pendidikan adalah sekolah atau persekolahan


(schooling). Sekolah adalah lembaga formal sebagai salah satu hasil rekayasa
peradaban manusia, disamping keluarga, dunia kerja , negara dan lembaga keagamaan.
Intinya Pendidikan dalam arti sempit bisa diartikan sebagai pengaruh yang
diupayakan, dan direkayasa sekolah terhadap anak remaja yang diserahkan kepadanya,
agara mereka mempunyai kesadaran penuh terhadap hubungan-hubungan dan tugas
sosial mereka. Rekayasa tujuan pendidikan bersifat pengembangan pribadi, sosial dan
ekonomi.

D. Dasar dan tujuan pendidikan


Dasar pendidikan indonesia tercantm dalam UUNo. 4 tahun 1950 , BAB III
pasal 4 tentang dasar-dasar pendidikan dan pengajaran , yang berbunyi” pendidikan
dan pengajaran berdasar atas asa-asas yang termaktub dalam pencasila undang-
undang (UUD) negara kesatuan republik indonesia dan atas kebudayaan kebangsaan
indonesia.” .

6
sedangkan tujuan pendidikan nasional menurut UU no 20 tahun 200 adalah
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada tuhan yang mha esa , berakhlak mulia sehat, berilmu,
cakap,kreatif,mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung
jawab.
Pancasla dan UUD 1945 , mengenai tujuan penyelenggaraan pendidikan dinegeri
ini secara yuridis , telah mengalami banyak perubahan . adapun perubahan –
perubahan yang dilmaksud tercantum dalam bebrapa point dibawh ini
1. Rumusan tujuan pendidikan menurut UU No 4 tahu 1950. Tercantum dalam bab II
pasal 3 “ tujuan pendidikan dan pengajaran ialah membentuk manusia susila yang
cakap dan warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab tentang
kesejahteraan masyarakat ditanah air”
2. Rumusan tujuan pendidikan menurut MPRS No II tahun 1960. “ tujuan
pendidikan ialah mendidik anak kearah terbentuknya manusia yang berjiwa
pancasila da bertanggung jawab atas terselenggaranya masyarakat sosialis
indonesia yang adil dan makmur material spiritual.
3. Rumusan tujuan pendidikan menurut sitem pendidikan nasional pancasila dengan
penetapan preside No. 19 tahun 1965 “ tujuan pendidikan nasional kita,baik yang
diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta , dari pendidikan pra-sekolah
sampai pendidikan tinggi, supaya melahirkan warganegara –warganegara sosialis
indonesia yang susila, yang bertanggung jawab atas terselenggaranya masyarakat
sosialis indonesia, adil makmur baik spiritual maupun material dan yang berjiwa
pancasila yaitu ketuhanan yang maha Esa. Perikemanusiaan yang adil dan beradab,
kebangsaan , kerakyatan, keadilan sosial , seperti yang dijelaskan dalam
masnipol/usdek”
4. Rumusan tujuan pendidikan menurut ketetapan MPRS no XXVII tahun 1966
“ tujuan pendidikan ialah membentuk manusia pancasila sejati berdasarkan
ketentuan-ketentuan yang dikehndaki oleh pembukaan undang-undnag dasar 1945
5. Tujuan pendidikan naional menurut UU no 20 tahun 200 adalah untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman da
bertakwa kepada tuhan yang maha Esa , berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.

7
Perubahan-perubahan terseut dimungkinkan akan terus terjadi akibat dari
perkemangan zaman dan seiring dengan perubahan iklim politik atau rezim
pemerintahan yang berkuasa. Tentu saja kita berharap perubahan-perubahan tersebut
meurujuk pada arah yang lebih sempurna dan berpijak pada prinsip keadilan dalam
segala aspek kehidupan .
E. Prinsip penyelenggaraan pendidikan
Prinsip penyelenggaraan pendidikan nasional secara jelas diuraikan dalam undang
undang republik indonesia no 20 tahun 2003 tenatang sistem pendidikan nasional
(sisdiknas )pasal 4 bahwa
1. Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak
diskrimintaif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia , nilai keagamaan, nilai
kultural dan kemajukan bangsa
2. Pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistematik dengan sistem
terbuka dan multimakna
3. Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan
pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat
4. Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun kemauan,
dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran.
Pendidikan diseenggarakan dengan mengembangkan budaya membaa, menulis,
dan berhitung bagi segenap warga masayarakat
5. Pendidikan diselenggarakan dengan memeberdayakan semua komponen
masyarakat melali pera serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu
layanan pendidikan
F. Fungsi penidikan
1. Secara mikro ( sempit )
Pendidikan berfungsi untuk membantu (secara sadar) perkembangan jasmani dan
rohani peserta didik
2. Secara makro (luas)
Pendidikan berfungsi sebagai pengembangan pribadi, pengembangan warga
ngara , pengembangan kebudayaan dan pengembangan bangsa .

8
Selain dua fungsi diatas pendidikan juga bisa berfungsi sebagai investasi jangka
panjang . ada dua alasan pemerintah indonesia mulai melirik pendidikan dan
memberikan anggran tetap dari APBN atau APBD untuk anggara pendidikan yang
minimalnya 20%

1. Pendidikan adalah alat untuk perkembangan ekonomi dan bukn sekedar


perumbuhan ekonomi. Pada praksis manajemen pendidikan modern, salah satu
dari lima fungsi pendidikan adalah fungsi tenis-ekonomis baik pada tataran
individu maupun global. Orang yang berpendidikan cenderung lebih produktif
dikarenakan mereka memiliki keterampilan teknis (life skill) yang diperoleh dari
pendidikan. Pendidikan life skill dan broad based education baru dikembangkan
di indonesia akhir akhir ini
2. Investasi pendidikan memberikan pendidikan nilai balik (rate of return ) yang
lebih tinggi dari pada investasi fisik dibidang lain. Nialibalik pendidikan adalah
perbandingan antara total biaya yang dikeluarkan untuk membiayai pendidikan
dengan total pendapatan yang akan diperoleh setelah seseorang lulus dan
memasuki dunia kerja
G. Paradigma baru pendidikan dalam UU sisdiknas
Dalam upaya untuk meningkatkan mutu sumberdaya manusia (SDM) bangsa
indonesia telah mengusulkan melalui DPR dan presiden pada tanggal 11 juni 2003
tlah mengesahkan UU sistem pendidikan nasional (UU sisdiknas) baru sebagai
pngganti UU sisdiknas no 20 thun 1989 . UU sisdiknas tahun 2003 terdiri dari 22 bab
77 pasal ini merupakan pengejawatan dari salah satu tuntutan reformasi yang marak
sejak tahun 1989 . perubahan mendasar yang dicanangkan tersebut antara lain
1. Demokratisasi , desentralisasi pendidikan
Tujuan reformasi yang sangat penting adalah demokratisasi, yang mengarah pada
dua hal yakni pemberdayaan masyarakat dan pemerintah daerah (pemda). Hal ini
berarti bahwa peranan pemerintah akan dikurangi dan memperbesar partisipasi
masyarakat. Demikian juga peranan pemerintah pusat yang bersifat sentralistis
akan diperkecil dengan memberikan peranan yang lebih besar kepada pemerintah
daerah yang dikenal dengan sistem desentralisasi

9
Konsep demokratis dalam pengelolaan pendidikan tercantum dalam UU
sisdiknas 2003 bab II tentang prinsip penyelenggaraan pendidikan pasal 4 ayat 1
dan 3 diatas . pemerintah pusat bersama daerah juga wajib memberikan layanan
dan kemudahan serta menjamin terselnggaranya pendidikan bermutu bagi warga
negara tanpa diskrimansi (pasal 11 ayat 1) . konsekuensinya pemerintah pusat dan
pemerintah daerah wajib wajib menjamin tersedianya dana guna terselenggaranya
pendidikan bagi setiap warga negara yang berusia 7-15 tahun (pasal 11 ayat 2)
yang menyebutkan , minimal wajib belajar pada jenjang pendidikan dasar tanpa
dipungut biaya , wajib belajar adalah tanggung jawab negara yang diselnggarakan
pemerintah, daerah pusat dan masyarakat (pasal 34 ayat 2). Dalam pasal 31 ayat
(4) UUD negara RI tahun 1945 ( negara memprioritaskan anggaran pendidikan
sekurang-kurangnya 20% dari APBN dan APBD untuk memenuhi kebutuhan
penyelenggaraan pendidikan nasional ) –(pasal 46 ayat 2). Sumber pendanaan
pendidikan ditentukan berdasarkan prinsip keadilan , kecukupan dan
berkelanjutan (pasal 47 ayat 1)
Meskipun terjadi desentralisasi namun tanggung jawab pengelolaan sistem
pendidikan nasional tetap berada ditangan menteri yang diberi tugas oleh presiden
(pasal 50 ayat 1) yaitu menteri pendidikan nasional. Dalam hal ini pemerintah
(pusat) menentukan kebijakan nasional dan standar nasional pendidikan untuk
menjamin mutu pendidikan nasional (pasal 50 ayat 2)

Pemerintah pusat dan daerah wajib menyelenggrakan sekrang-kurangnya satu


satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan untuk dikembangkan menjadi
satuan pendidikan yang bertaraf internaional (pasal 50 ayat 3 ) . untuk menjamin
terselenggranaya pendidikan yang berkualitas tersebut, maka pemeritah pusat dan
daerah wajib memfasilitasi satuan pendidikan dengan pendidikan dan tenaga
kependidikan yang diperlukan (pasal 42 ayat 2) . pemerintah pusat dan daerah
juga memiliki kewenangan mengeluarkan dan mencabut izin bagi semua satuan
pendidikan formal maupun no formal ( pasal 62 ayat 1 )
2. Peran serta masyarakat dalam pendidikan
Salah satu bentuk peran serta masyarakat adalah melakukan pemberdayaan
masyarakat denga memperluas partisipasi masyarakat dalam pendidikan yang
meliputi peran serta perorangan, kelompok, keluarga, organisasi profesi dan
organisasi kemasyarakatan dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu

10
pelayanan pendidikan (pasal 54 ayat 1) masyarakat tersebut dapat berperan
sebagai sumber ,pelaksana, dan oengguna hasil pendidikan (pasal 54 ayat 2) .
partisipasi masyarakat tersebut kemudian dilembagakan dalam bentuk dewan
pendidikn dan komite sekolah / madrasah. Komite sekolah / madrasah adalah
lembaga mandiri yang terdiri dari unsur orang tua/wali peserta didik, komunitas
sekolah, serta tokoh masyarakat yang peduli pendidikan (pasal 1 butir 24 dan 25)
H. Urgensi Pendidikan Multikultural Di Indonesia
Menurut Gibson ( 1997 ), sebagaimana dikutip Djohar ( 2003: 85 )
menyatakan bahwa masa depan bangsa memiliki kriteria khusus yang ditandai oleh
hiper kompetisi, suksesi revolusi teknologi serta dislokasi dan konflik sosial,
menghasilkan keadaan yang non-linier dan sangat tidak dapat diperkirakan dari
keadaan masa lampau dan masa kini. Masa depan hanya dapat dihadapi dengan
kreativitas, meskipun posisi keadaan sekarang memiliki peranan penting untuk
memicu kreativitas. Lebih lanjut dijelaskan bahwa perubahan keadaan yang non-linier
ini tidak akan dapat diantisipasi dengan cara berpikir linier. Pemikiran linier dan
rasional yang sekarang kita kembangkan tidak lagi fungsional untuk mengakomodasi
perubahan keadaan yang akan terjadi. Keadaan ini mestinya dapat mendorong kita
untuk memiliki disain pendidikan masa depan yang memungkinkan peserta didik dan
pelaku praksis pendidikan dapat mengaktualisasikan dirinya.

Sebagai bangsa dengan beragam kultur memiliki resistensi yang tinggi


terhadap muncunya konflik sebagai konsekuensi dinamika kohesivitas sosial
masyarakat. Akar munculnya konflik dalam masyarakat multikultur disebabkan oleh :
(1) adanya perebutan sumber daya, alat-alat produksi, dan kesempatan ekonomi
( acces to economic resources and to means of production ); (2) perluasan batas-batas
sosial budaya ( social and cultural borderline expansion ); (3) dan benturan
kepentingan politik, idiologi, dan agama ( conflict of political, ideology, and religious
interest ).

Dari paparan tersebut mengindikasikan bahwa pendidikan multikultural


menjadi sesuatu yang sangat penting dan mendesak untuk di implementasikan dalam
praksis pendidikan di Indonesia. Karena pendidikan multikultural dapat berfungsi
sebagai sarana alternatif pemecahan konflik.

11
Melalui pembelajaran yang berbasis multikultur, siswa diharapkan tidak
tercerabut dari akar budayanya, dan rupanya diakui atau tidak pendidikan
multikultural sangat relevan di praktekkan di alam demokrasi seperti saat ini.
Spektrum kultur masyarakat Indonesia yang amat beragam memang merupakan
tantangan tersendiri bagi dunia pendidikan untuk mengolah bagaimana ragam
perbedaan tersebut justru dapat dijadikan asset, bukan sumber perpecahan. Di era
globalisasi ini pendidikan multikultural memiliki tugas ganda, yaitu selain
menyatukan bangsa sendiri yang terdiri dari berbagai macam budaya tersebut, juga
harus menyiapkan bangsa Indonesia untuk siap menghadapi arus budaya luar yang
masuk ke negeri ini. Pendidikan multikultural juga dapat dimanfaatkan untuk
membina siswa agar tidak tercerabut dari akar budayanya, sebab pertemuan antar
budaya di era globalisasi ini bisa jadi dapat menjadi ancaman serius bagi anak didik
kita. Dalam kaitan ini siswa perlu diberi penyadaran akan pengetahuan yang beragam,
sehingga mereka memiliki kompetensi yang luas akan pengetahuan global, termasuk
aspek kebudayaan.

I. Praktek Pendidikan Multicultural Di Indonesia

praktek pendidikan multikultural di Indonesia dapat dilaksanakan secara


fleksibel dengan mengutamakan prinsip-prinsip dasar multikultural. Apapun dan
bagaimanapun bentuk dan model pendidikan multikultural, mestinya tidak dapat lepas
dari tujuan umum pendidikan multikultural, yaitu : (1) Mengembangkan pemahaman
yang mendasar tentang proses menciptakan sistem dan menyediakan pelayan
pendidikan yang setara. (2) Menghubungkan kurikulum dengan karakter
guru, pedagogi, iklim kelas, budaya sekolah dan konteks lingkungan sekolah guna
membangun suatu visi “lingkungan sekolah yang setara”

Prinsip fleksibilitas pendidikan multikultural juga disarankan oleh Gay


( 2002 ) sebagaimana dikutip Zamroni ( 2011 : 150 ), dikatakan bahwa amat keliru
kalau melaksanakan pendidikan multikultural harus dalam bentuk mata pelajaran
yang terpisah atau monolitik. Sebaliknya, dia mengusulkan agar pendidikan
multikultural diperlakukan sebagai pendekatan untuk memajukan pendidikan secara
utuh dan menyeluruh. Pendidikan multikultural juga dapat diberlakukan sebagai alat
bantu untuk menjadikan warga masyarakat lebih memiliki toleran, bersifat inklusif,
dan memiliki jiwa kesetaraan dalam hidup bermasyarakat, serta senantiasa
12
berpendirian suatu masyarakat secara keseluruhan akan lebih baik, manakala siapa
saja warga masyarakat memberikan kontribusi sesuai dengan kemampuan dan
kesempatan yang dimiliki bagi masyarakat sebagai keutuhan.

Bahkan Gay merekomendasikan agar pembelajaran perlu memberi kesempatan


bagi siswa untuk mempelajari bagaiman suatu kultur masyarakat bisa berperan dalam
upaya peningkatan kemakmuran dan kesejahteraan bagi warganya. Dalam pandangan
Zamroni ( 2011 ), pendidikan multikultural diusulkan untuk dapat dijadikan
instrument rekayasa sosial lewat pendidikan formal, artinya institusi sekolah harus
berperan dalam menanamkan kesadaran hidup dalam masyarakat multikultural dan
mengembangkan sikap tenggang rasa dan toleransi untuk mewujudkan kebutuhan
serta kemampuan bekerjasama dengan segala perbedaan yang ada.

Sekolah harus dipandang sebagai suatu masyarakat, masyarakat kecil; artinya, apa
yang ada di masyarakat harus ada pula di sekolah. Perspektif sekolah sebagai suatu
masyarakat kecil ini memiliki implikasi bahwa siswa dipandang sebagai suatu
individu yang memiliki karakteristik yang terwujud dalam bakat dan minat serta
aspirasi yang menjadi hak siswa. Pada level sekolah, dengan adanya berbagai
perbedaan yang dimiliki masing-masing individu, maka sekolah harus
memperhatikan : a) setiap siswa memiliki kebutuhan perkembangan yang berbeda-
beda, termasuk kebutuhan personal dan sosial, b) kebutuhan vokasi dan karier, c)
kebutuhan psikologi dan perkembangan moral spiritual.

Pada level masyarakat, yang perlu dipenuhi kebutuhannya adalah mencakup :


a) kebutuhan akademik, b) kebutuhan psikologis, c) kebutuhan kebersamaan, dan d)
kebutuhan rasa aman. Pendidikan harus dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Sekolah
harus dapat dijadikan tempat yang aman, memiliki suasana kekerabatan dan juga
terdapat semangat saling dukung mendukung. Berkaitan dengan itu, maka prosses
pembelajaran diarahkan pada pengembangan individu secara utuh yang mencakup
intelektual, sosial, dan moral spiritual. Tekanan dan dorongan siswa untuk bekerja
keras tidak hanya bersifat ekstrinsik, bahkan lebih dari itu harus ditekankan pada
penggunaan instrinsik motivation.

13
Dari perspektif hasil pembelajaran, pendidikan multikultural memiliki tiga sasaran yang
dikembangkan pada diri setiap siswa;

1. pengembangan identitas kultural yakni merupakan kompetensi yang dimiliki siswa


untuk mengidentifikasi dirinya dengan suatu etnis tertentu. Kompetensi ini mencakup
pengetahuan, pemahaman dan kesadaran akan kelompok etnis dan menimbulkan
kebanggaan serta percaya diri sebagai warga kelompok etnis tertentu.
2. hubungan interpersonal. Yakni, kompetensi untuk melakukan hubungan dengan
kelompok etnis lain, dengan senatiasa mendasarkan pada persamaan dan kesetaraan,
serta menjauhi sifat syakwasangka dan stereotip.
3. memberdayakan diri sendiri. Yakni suatu kemampuan untuk mengembangkan secara
terus menerus apa yang dimiliki berkaitan dengan kehidupan multikultural.

Secara detail, kompetensi kultural mencakup berbagai hal sebagi berikut :

1. Kompetensi invidu untuk menerima, menghormati dan membangun kerjasama dengan


siapapun juga yang memiliki perbedaan-perbedaan dari dirinya.
2. Kompetensi kultural merupakan hasil dari kesadaran atas pengetahuan dan “bias
kultural” yang dimilikinya atau sebagai faktor yang mempengaruhi perbedaan kultur
3. Proses pengembangan komptensi kultural memerlukan pengembangan pengetahuan,
ketrampilan, sikap dan perilaku yang memungkinkan seseorang memahami dan
berinteraksi secara efisien dengan orang yang memiliki perbedaan kultur.

Berkaitan dengan kompetensi kultural dan bagaimana kompetensi tersebut dibentuk,


Papadopoulos & Lee ( 2003) mengajukan model pengembangan kompetensi kultural
sebagai berikut : Kompetensi kultural dibentuk oleh berbagai faktor: penguasaan
pengetahuan, critical thingking, daya kritis, kemampuan mengembangkan sesuatu, dan
kemampuan praktis. Keempat faktor tersebut tidak statis melainkan dinamis terus
bergerak, membentuk kompetensi kultural.

Pendidikan multikultural juga sangat relevan dengan pendidikan demokrasi di masyarakat


plural seperti Indonesia, yang menekankan pada pemahaman akan multi etnis, multi ras,
dan multikultur yang memerlukan konstruksi baru atas keadilan, kesetaraan dan
masyarakat yang demoktratis.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pendidikan merupakan investasi jangka panjang yang sedang marak-maraknya
diberdayakan oleh pemerintah indonesia
2. Pendidikan multikultural di Indonesia masih menjadi wacana baru yang perlu
direspon untuk menjaga keutuhan bangsa yang kaya akan multi kultur.
3. Pendidikan multikultural merupakan wujud kesadaran tentang keanekaragaman
kultural, hak-hak asasi manusia serta pengurangan atau penghapusan jenis
prasangka atau prejudice untuk suatu kehidupan masyarakat yang adil dan maju.
Pendidikan multikultural juga dapat dijadikan instrumen strategis untuk
mengembangkan kesadaran atas kebanggaan seseorang terhadap bangsanya.
4. Dalam menghadapi pluralisme budaya, diperlukan paradigma baru yang lebih
toleran dan elegan untuk mencegah dan memecahkan masalah benturan-benturan
budaya tersebut, yaitu perlunya dilaksanakan pendidikan multicultural.
5. Oleh karenanya praktek pendidikan multikultural di Indonesia dapat dilaksanakan
secara fleksibel dengan mengutamakan prinsip-prinsip dasar multikultural.
6. Pendidikan multikultural juga sangat relevan dengan pendidikan demokrasi di
masyarakat plural seperti Indonesia, yang menekankan pada pemahaman akan
multi etnis, multi ras, dan multikultur yang memerlukan konstruksi baru atas
keadilan, kesetaraan dan masyarakat yang demoktratis
B. Saran
Sehubungan dengan masih banyaka nya kesalahan dan kekurangan baik dalm
penulian maupun informasi yang terkandung didalamnya kami penulis terbuka untuk
menrima saran pembangun untuk tlisan kami selnajutnya

15
DAFTAR PUSTAKA

Banks, James A. (ed.). 1989. Multicultural Education: Issues and Perspectives.


Boston-London: Allyn and Bacon Press.

Banks, James A. 1993. Teaching strategies for ethnic studies. Boston: Allyn and
Bacon Inc.

Banks, James A. 2002. An introduction to Multicultural Education, Boston-London:


Allyn and Bacon Press.

Banks, James A. 2007. Educating citizens in multicultural society. Second edition.


New York: Teachers College Columbia University.

16

You might also like