You are on page 1of 1

Abstrak

Latar Belakang : PPOK sering disertai dengan komorbid kronik yang dapat memengaruhi prognosis
penyakit. Kami meneliti mengenai hubungan antara kronik komorbid dengan eksaserbasi pada
pasien PPOK di layanan primer.

Metode : Peneltian ini menggunakan disain kohort retrospektif berdasarkan data rekam medis
elektronik tahun 2012 – 2013 yang berasal dari 179 dokter umum di Belanda. Komorbiditas yang
didiagnosis pada pasien PPOK oleh dokter dikategorikan menurut kode Internastional Classification
of Primary Care (ICPC). Uji yang digunakan adalah uji chi-square, uni dan multivariabel logistik, dan
regresi Cox dengan definisi eksasebasi sebagai penggunaaan kortikosteroid oral.

Hasil : Dari 463 pasien PPOK,(rerata umur 67 (SD 12) tahun), sebanyak 53% dapat dipelajari selama 2
tahun. Sebanyak 12.826 (88%) menderita 1 komorbid dan sebanyak 3263 (22%) menderita 5
komrobid. Prevalensi komorbid yang tersering adalah hipertensi (35%), penyakit jantung koroner
(19%), dan osteoartritis (18%). Beberapa komorbidtas menunjukkan hubungan yang bermakna
dengan eksaserbasi berulang (pada 2 kali /tahun): gagal jantung (odds ratio [OR], 95% cofidence
interval: 1,72; 1,38-2,14), kebutaan dan penglihatan lemah (OR 1,46; 1,21-,75), kanker paru (OR
1,85; 1,28-2,67), depresi (1,48; 1,14 – 1,91), penyakit prostat (OR 1,5; 1,13 – 1,98), dispespsia ( OR
1,25; 1,03 – 1,5), dan penyakit vaskular perifer ( OR 1,2; 1,00 – 1,45). Dari semua kategori komorbid,
pasien yang memiliki komorbid pada gangguan respirasi kronik, selain PPOK, menunjukkan risiko
yang tertinggi dalam memiliki terjadinya eksaserbasi berulang (Cox hazard ratio 1,26; 1,17 – 1,36).

Kesimpulan : komorbiditas kronik merupakan prevalensi yang tinggi pada pasien PPOK layanan
primer. Beberapa komorbiditas kronik memiliki hubungan dengan eksaserbasi berulang dan
peningkatan risiko terjadinya eksaserbasi.

You might also like