You are on page 1of 16

MOTIVASI DIRI DAN KOMPETENSI DIRI

(Self Motivation and Self Competention)

Disusun Oleh:

Kelompok 6

Laila Ulfah

Yunisa Muliawati

Kelas: A1 Public Relations/ Semester V

PRODI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SERANG RAYA

2017
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Di era sekarang ini dinamika publik atau masyarakat semakin besar dan
berkembang, tuntutan, keinginan dan harapan public atau masyarakat terhadap
pemenuhan kebutuhan informasi dam keadiran profesi semakin dibutuhkan.
Secara konsepsi PR adalah sebagai “jembatan” antara perusahaan dan
organisasi dengan publiknya, terutama tercapainya mutual understanding antara
perusahaan dengan publiknya. Fungsi hubungan masyarakat atau PR akan sangat
terasa ketika perusahaan berupaya mengembangkan usaha dan menghindari situasi
yang kurang kondusif dengan lingkungan. Oleh karena itu bidang komunikasi dan
hubungan masyarakat atau PR perlu diberikan prioritas dalam perusahaan.
Tetapi ternyata PR tidak semata-mata seperti apa yang dibayangkan publik,
PR memiliki fungsi dan tanggung jawab berat yang harus dijalankan secara
profesional. PR profesional adalah seseorang yang memiliki kemampuan
mengelola, mengendalikan atau mempengaruhi persepsi publik dengan baik.
Sedangkan untuk menjamin kualitas, keahlian dan kompetensi yang memadai
(standardized competency and skills), maka praktisi PR perlu memiliki persyaratan
minimum dan standar kualitas, baik dari sisi keahlian, kompetensi, motivasi diri
maupun pengetahuan tentang PR dan yang terkait dengannya.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Motivasi Diri?
2. Apa yang dimaksud dengan Kompetensi Diri?

1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan Motivasi Diri.
2. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan Kompetensi Diri.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Motivasi
a. Pengertian Motivasi
Motivasi berasal dari bahasa Latin, movere yang berarti bergerak atau bahasa
Inggrisnya to move. Motif diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri
organisme yang mendorong untuk berbuat (driving force). Motif tidak berdiri
sendiri, tetapi saling berkaitan dengan faktor lain, baik faktor eksternal, maupun
faktor internal. Hal-hal yang mempengaruhi motif disebut motivasi.

Jadi motivasi adalah keadaan dalam diri individu atau organisme yang mendorong
perilaku kearah tujuan. Sedang menurut Plotnik, motivasi mengacu pada berbagai
faktor fisiologi dan psikologi yang menyebabkan seseorang melakukan aktivitas
dengan cara yang spesifik pada waktu tertentu.

Motivasi adalah suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku


tertentu, dan memberi arah dan ketahanan (persistence) pada tingkah laku tersebut.

Motivasi adalah suatu proses yang menghasilkan intensitas, arah dan ketentuan
individual dalam usaha untuk mencapai suatu tujuan. Dimana intensitas adalah
seberapa kerasnya seseoang berusaha, sedangkan ketentuan adalah ukuran
seseorang senerapa lama seseorang dapat mempertahankan usahanya.
Motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan (energi) penggerak seseorang yang dapat
menimbulkan tingkat persistensi dan entusiasmenya dalam melaksanakan suatu
kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri (motivasi
intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik).

2
b. Jenis Motivasi

1. Motivasi Intrinsik
Motivasi yang berasal dari dalam diri yaitu yang didorong oleh faktor kepuasan
dan ingin tahu .Jenis motivasi ini timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa
ada paksaan dorongan orang lain, tetapi atas dasar kemauan sendiri.yang
kemudian disebut juga dengan motivasi intrinsik.
Menurut Syaiful Bahri (2002:115) motivasi intrinsik yaitu motif-motif yang
menjadi aktif atau berfungsinya tidak memerlukan rangsangan dari luar, karena
dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.
Sejalan dengan pendapat diatas, dalam artikelnya Siti Sumarni (2005)
menyebutkan bahwa motivasi intrinsik adalah motivasi yang muncul dari dalam
diri seseorang. Sedangkan Sobry Sutikno (2007) mengartikan motivasi intrinsik
sebagai motivasi yang timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan
dorongan orang lain, tetapi atas dasar kemauan sendiri. Dari beberapa pendapat
tersebut, dapat disimpulkan, motivasi intrinsik adalah motivasi yang muncul
dari dalam diri seseorang tanpa memerlukan rangsangan dari luar.
Motivasi intrinsik merupakan motivasi yang berasal dari rangsangan di dalam
diri setiap individu. Ia terdiri daripada dorongan dan minat individu untuk me-
lakukan suatu aktivitas tanpa mengharap ataupun meminta ganjaran.
Sebagaimana yang sudah dibicarakan, Bruner (1966) mengaitkan motivasi
intrinsik ini dengan naluri ingin tahu dan dorongan mencapai kemudahan
belajar bagi murid yang baru masuk sekolah. Bagaimanapun, bukan semua
motivasi intrinsik diwujudkan secara nyata, akan tetapi ada juga motivasi
intrinsik yang dibentuk melalui pembelajaran dan pengalaman yang membawa
kepuasan. Contohnya, kebisaaan membaca buku cerita dan bermain alat musik
merupakan gerakan motivasi intrinsik yang dibentuk berdasarkan pembelajaran
dan pengalamannya.
Harter (1981) mengenal pasti lima dimensi kecenderungan motivasi intrinsik
dalam bidang pembelajaran. Dimensi-dimensi ini adalah insentif bekerja untuk
memuaskan minat dan sifat ingin tahu, percobaan untuk mencapai penguasaan
yang bebas, penilaian yang bebas berkenaan dengan apa yang hendak dilakukan
di dalam kelas dan semangat untuk dapat meraih keberhasilan.

3
Pelajar yang lebih cenderung ke arah motivasi intrinsik menyukai pekerjaan
yang menantang. Mereka mempunyai insentif yang lebih untuk belajar
memanfaatkan kepuasan diri sendiri daripada mengambil hati guru untuk
mendapatkan nilai yang baik. Mereka lebih suka mencoba mengatasi masalah
dengan sendirinya daripada bergantung pada bantuan ataupun bimbingan guru.
Mereka juga menerapkan suatu sistem penguasaan target dan taraf pencapaian
yang memperbolehkan mereka membuat penilaian yang bebas berkenaan
dengan keberhasilan ataupun kegagalan mereka di dalam kelas tanpa
bergantung pada guru untuk mendapatkan hasil ataupun penilaian.
Sebagai contoh konkrit, seorang siswa itu melakukan belajar, karena betul-betul
ingin mendapat pengetahuan, nilai atau keterampilan agar dapat berubah
tingkah lakunya secara konstruktif, tidak karena tujuan yang lain-lain. “intrinsik
motivations are inherent in the learning situations and meet pupil-needs and
purposes”. Itulah sebabnya motivasi intrinsik dapat juga dikatakan sebagai
bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan
berdasarkan suatu dorongan dari dalam diri dan secara mutlak berkait dengan
aktivitas belajarnya. Seperti tadi dicontohkan bahwa seorang belajar, memang
benar-benar ingin mengetahui segala sesuatunya, bukan karena ingin pujian
atau ganjaran.

2. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik diwujudkan dalam bentuk rangsangan dari luar yang
bertujuan menggerakkan individu untuk melakukan suatu aktivitas.
Motivasi yang berasal dari luar yaitu perangsang ataupun stimulus dari luar
(sebagai contohnya ialah nilai, hadiah serta bentuk-bentuk penghargaan
lainnya) adalah ‘motivasi ekstrinsik’. Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat
pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau
paksaan dari orang lain sehingga dengan keadaan demikian siswa mau
melakukan sesuatu atau belajar.
Menurut A.M. Sardiman (2005:90) motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang
aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Sedangkan
Rosjidan, et al (2001:51) menganggap motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang
tujuan-tujuannya terletak diluar pengetahuan, yakni tidak terkandung didalam

4
perbuatan itu sendiri. Sobry Sutikno berpendapat bahwa motivasi ekstrinsik
adalah motivasi yang timbul akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena
ajakan, suruhan atau paksaan dari orang lain sehingga dengan keadaan
demikian seseorang mau melakukan sesuatu. Dari beberapa pendapat di atas,
dapat disimpulkan, motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul dan
berfungsi karena adanya pengaruh dari luar.
Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena
adanya perangsang dari luar. Sebagai contoh itu seseorang itu belajar,karena
tahu besok paginya akan ujian dengan harapan akan mendapatkan nilai baik,
sehingga akan dipuji oleh pacarnya,atau temannya. Jadi yang penting bukan
karena belajar ingin mengetahui sesuatu, tetapi ingin mendapatkan nilai yang
baik,atau agar mendapat hadiah. Jadi kalau dilihat dari segi tujuan kegiatan
yang dilakukannya, tidak secara langsung bergayut dengan esensi apa yang
dilakukannyn itu. Oleh karena itu motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan
sebagai bentuk motivasi yang didalamnya aktivitas belajar dimulai dan
diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan
dengan aktivitas belajar.

c. Teori Motivasi

Ada beberapa teori motivasi yaitu sebagai berikut:

1) Teori Insentif: Yaitu teori yang mengatakan bahwa seseorang akan


bergerak atau mengambil tindakan karena ada insentif yang akan dia
dapatkan. Misalnya, Anda mau bekerja dari pada sampai sore karena
Anda tahu bahwa Anda akan mendapatkan intensif berupa gaji. Jika
Anda tahu akan mendapatkan penghargaan, maka Anda pun akan
bekerja lebih giat lagi. Yang dimaksud insentif bisa tangible atau
intangible. Seringkali sebuah pengakuan dan penghargaan, menjadi
sebuah motivasi yang besar.

2) Dorongan Bilogis: Dalam hal ini yang dimaksud bukan hanya


masalah seksual saja. Termasuk di dalamnya dorongan makan dan

5
minum. Saat ada sebuah pemicu atau rangsangan, tubuh kita akan
bereaksi. Sebagai contoh, saat kita sedang haus, kita akan lebih haus
lagi saat melihat segelas sirup dingin kesukaan Anda. Perut kita akan
menjadi lapar saat mencipum bau masakan favorit Anda. Bisa
dikatakan ini adalah dorongan fitrah atau bawaan kita sejak lahir
untuk mempertahankan hidup dan keberlangsungan hidup.

3) Teori Hirarki Kebutuhan: Teori ini dikenalkan oleh Maslow sehingga


kita mengenal hirarki kebutuhan Maslow. Teori ini menyajikan alasan
lebih lengkap dan bertingkat. Mulai dari kebutuhan fisiologis,
kebutuhan akan kemanan, kebutuhan akan pengakuan sosial,
kebutuhan penghargaan, sampai kebutuhan akan aktualisasi diri.

4) Takut Kehilangan vs Kepuasan: Teori ini mengatakan bahwa apda


dasarnya ada dua faktor yang memotivasi manusia, yaitu takut
kehilangan dan demi kempuasan (terpenuhinya kebutuhan). Takut
kehilangan adalah adalah ketakutan akan kehilangan yang sudah
dimiliki. Misalnya seseorang yang termotivasi berangkat kerja karena
takut kehilangan gaji. Ada juga orang yang giat bekerja demi
menjawab sebuah tantangan, dan ini termasuk faktor kepuasan.
Konon, faktor takut kehilangan lebih kuat dibanding meraih
kepuasan, meskipun pada sebagian orang terjadi sebaliknya.

5) Kejelasan Tujuan: Teori ini mengatakan bahwa kita akan bergerak


jika kita memiliki tujuan yang jelas dan pasti. Dari teori ini muncul
bahwa seseorang akan memiliki motivasi yang tinggi jika dia
memiliki tujuan yang jelas. Sehingga muncullah apa yang disebut
dengan Goal Setting (penetapan tujuan)

d. Motivasi Diri

6
Motivasi Diri adalah motivasi yang berasal dari dalam diri kita sendiri. Motivasi
diri merupakan sebuah kemampuan kita untuk memotivasi diri kita tanpa
memerlukan bantuan orang lain. Kita memiliki kemampuan untuk mendapatkan
alasan atau dorongan untuk bertindak. Proses mendapatkan dorongan bertindak ini
pada dasarnya sebuah proses penyadaran akan keinginan diri sendiri yang biasanya
terkubur. Setiap orang memiliki keinginan yang merupakan dorongan untuk
bertindak, namun seringkali dorongan tersebut melemah karena faktor luar.
Melemahnya dorongan ini bisa dilihat dari hilangnya harapan dan ketidak
berdayaan.

Memotivasi diri adalah proses menghilangkan faktor yang melemahkan dorongan


kita. Rasa tidak tidak berdaya dihilangkan menjadi pribadi yang lebih percaya diri.
Sementara harapan dimunculkan kembali dengan membangun keyakinan bahwa
apa yang diinginkan bisa kita capai. Dengan demikian jika sebuah sumbat motivasi
(dalam hal ini ketidak berdayaan dan tanpa harapan) dihilangkan, maka aliran
energi dalam tubuh kita bisa mengalir. kembali.

Membangun impian adalah salah satu cara memotivasi diri sendiri. Namun,
membangun impian bisa tidak berguna jika hambatan-hambatan pada diri sendiri
masih ada. Inilah mengapa banyak orang yang tidak mau bermimpi, sebab ada
sebuah faktor yang masih belum diselesaikan, yaitu faktor keberdayaan. Jadi,
sebaiknya sebelum kita membangun mimpi, kita harus membangin rasa percaya
diri terlebih dahulu. Jika tidak, membangun impian bisa percuma. Buat apa mimpi
besar jika kita tidak percaya diri untuk mencapainya?

Impian yang besar tanpa kepercayaan diri seperti mimpi di siang bolong, angan-
angan, atau khayalan belaka. Mereka mengatakan ingin, tapi tidak ada tindakan
yang terjadi. Hanya ada dua penyebab, harapan meraih mimpi yang tidak ada
dan/atau mereka merasa tidak mampu meraih impian tersebut.

e. Faktor Motivasi Diri

7
Saya membaca disuatu artikel di salah satu blog yang membahas tentang apa yang
menjadi salah satu faktor terkuat dari motivasi diri. Menurut penulisnya, dalam
berbagai buku NLP disebutkan bahwa hanya ada dua faktor motivasi diri yaitu
mengejar kenikmatan dan menghindari kesengsaraan atau rasa sakit. Namun jika
dipersempit lagi, hanya ada satu faktor motivasi, yaitu cinta. Semakin besar cinta
kita, akan semakin besar motivasi yang bangkit.

Contohnya, hanya karena putus cinta, kita mampu berbuat nekat untuk bunuh diri.
Berarti itu menggmbarkan betapa kuatnya cinta sehingga bias menghilangkan akal
sehat seseorang dan menggerakkan dirinya melakukan aksi bunuh diri. Tapi, cinta
juga bisa menghasilkan perilaku ajaib yang positif, seperti ada seorang pecandu
narkoba yang sudah benar-benar tidak dapat ditolong lagi, ketika dia menemukan
seseorang yang bisa mengerti dirinya, dan dapat membimbingnya menjadi lebih
baik, si pecandu itu pun jatuh cinta kepadanya, si pecandu akan dengan tiba-tiba
dan tidak diperkirakan, segera merubah perilaku negatifnya itu menjadi manusia
yang lebih baik, hanya agar seseorang yang istimewa itu tetap berada di sisinya
untuk selamanya.

Joe Vitale menyadari kekuatan cinta sebagai motivator utama setelah dia melihat
film 50 First Dates (2004) (50 Kencan Pertama) yang menggambarkan usaha
seorang pria yang setiap hari berusaha membuat seroang wanita jatuh cinta
kepadanya. Usaha ini dilakukan setiap hari, karena sang gadis pujaan memiliki
ingatan yang mampu mengingat cuma 1 hari. Ini hanya salah satu dari sekian kisah
cinta dalam film.
Anda bisa memanfaatkan kekuatan cinta ini untuk mendapatkan motivasi diri.
Tentu saja, tidak sebatas cinta terhadap lawan jenis, tetapi cinta kepada hal lainnya
juga. Saat Anda mencintai pekerjaan Anda, Anda akan memiliki motivasi yang
cukup saat bekerja. Lihatlah pemasin sepak bola, di tengah jadwal yang ketat,
mereka tetap enjoy bermain di lapangan, karena mereka mencintai profesinya
sebagai pesebak bola.

f. Motivasi Kerja

8
Motivasi berasal dari kata latin “movere” yang berarti “dorongan atau daya
penggerak”. Motivasi ini diberikan kepada manusia, khususnya kepada para
bawahan atau pengikut. Adapun kerja adalah sejumlah aktivitas fisik dan mental
untuk mengerjakan sesuatu pekerjaan. Terkait dengan hal tersebut, maka yang
dimaksud dengan motivasi adalah mempersoalkan bagaimana caranya mendorong
gairah kerja bawahan, agar mereka mau bekerja keras dengan memberikan semua
kemampuan dan ketrampilannya untuk mewujudkan tujuan organisasi.

Motif adalah apa yang menggerakkan seseorang untuk bertindak dengan cara
tertentu atau sekurang-kurangnya mengembangkan suatu kecenderungan perilaku
tertentu. Dorongan untuk bertindak ini dapat dipicu (touched off) oleh suatu
rangsangan luar, atau lahir dari dalam diri orang itu sendiri dalam proses fisiologis
dan pemikiran individu itu.

Definisi motivasi kerja menurut para penulis sebagai berikut:

Ellen A Benowitz, “motivasi kerja adalah kekuatan yang menyebabkan


individu bertindak dengan cara tertentu. Orang punya motivasi tinggi akan
lebih giat bekerja, sementara yang rendah sebaliknya.”
John R. Schemerhorn, “motivasi kerja yaitu mengacu pada pendorong di
dalam individu yang berpengaruh atas tingkat, arah dan gigihnya upaya
seseorang dalam pekerjaannya.”
· George R. Terry, “motivasi kerja adalah suatu keinginan dalam diri
seseorang yang mendorongnya untuk bertindak sesuatu”.
· Dr. Sondan P. Siagia, MPA, “motivasi kerja merupakan keseluruhan
proses pemberian motif bekerja para bawahan sedemikian rupa sehingga
mereka mau bekerja dengan ikhlas demi tercapainya tujuan organisasi dengan
efisien dan ekonomis”.
· Wahjosumadjo, “motivasi kerja merupakan suatu proses psikologis yang
mencerminkan interaksi antara sikap kebutuhan persepsi dan kepuasan yang
terjadi pada diri seseorang
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan, bahwa
motivasi kerja adalah dorongan yang tumbuh dalam diri seseorang, baik yang
berasal dari dalam dan luar dirinya untuk melakukan suatu pekerjaan dengan

9
semangat tinggi menggunakan semua kemampuan dan keterampilan yang
dimilikinya.

 Cara Meningkatkan Motivasi Kerja

- Memotivasi Lewat Sentuhan-Sentuhan Kecil

Beberapa bentuk sentuhan-sentuhan kecil yang membuat bawahan termotivir,


antara lain:

1.Mengucapkan salam lebih dahulu;

2.Mengembangkan jabat tangan yang hangat dengan menatap matanya;

3.Memberikan pujian yang tulus dan menghargai orang mengerjakan dengan benar;

4.Berikan senyuman pada saat bertemu dan berpisah;

5.Tanyakan kesehatan dan kondisi keluarganya dan tunjukkan rasa empati.

- Mengobarkan Semangat Bawahan dengan Cara Membuat Mereka Merasa


Penting

Beberapa cara manajer dapat membuat karyawannya merasa penting, antara lain:

1.Dengarkanlah mereka secara baik-baik dengan penuh perhatian;

2.Jangan sekali-sekali pada saat bawahan menghadap di ruang Anda, Anda


mendengarkan sambil menulis, menandatangani surat, atau mengangkat telepon;

3.Hargai pendapat, dan ide-idenya, tanggapilah dengan umpan balik yang positif;

4.Memberi kesempatan untuk mengikuti pelatihan dan training.

- Kritik yang Konstruktif untuk Bawahan

10
Beberapa cara mengkritik secara konstruktif untuk bawahan yaitu sebagai berikut.

1.Jika ada sesuatu yang tidak beres, usahakan mencara siapa yang bersalah atas hal
itu secara tepat;

2.Jelaskan kepada bawahan mengenai suatu kesalahan secara spesifik dan berilah
kesempatan pada orang yang bersalah untuk mengetahui secara jelas kesalahannya;

3.Seharusnya kita dapat mengendalikan diri pada saat mengkritik seseorang;

4.Seharusnya kita biasa memberikan kritik secara pribadi;

5.Tunjukkan bahwa kita turut bertanggung jawab atas kesalahan bawahan;

6.Dengarkan dengan sabar penjelasan dan alasan dari orang yang melakukannya.

7.Bantulah orang tersebut untuk memperoleh kembali kepercayaan dan harga


dirinya;

8.Seharusnya kita bisa memaafkan dan melupakan suatu kesalahan.

- Taktik Mengatasi Bawahan yang Tidak Loyal

Beberapa taktik mengatasi bawahan yang tidak loyal antara lain:

1.Beri keteladanan pada mereka, sikap dan perilaku kita harus pantas menjadi
contoh, jangan pernah melakukan sesuatu yang tidak pantas di hadapan mereka;

2.Bertindaklah adil jika kita terpaksa memperlakukan istimewa terhadap satu atau
beberapa orang, berikan penjelasan mengapa ia berbuat begitu agar ia memahami;

3.Menjaga perkataan kita terutama pada saat marah, kata-kata yang menusuk hati
tidak akan membuat orang sadar tapi sebaliknya justru akan antipati pada kita.

2.2 Kompetensi Diri


Secara harfiah kata kompetensi berasal dari kata Competence yang artinya
kecakapan, kemampuan, dan wewenang. Adapun secara etimologi (asal-usul kata),
kompetensi diartikan sebagai dimensi perilaku keahlian atau keunggulan seorang

11
pemimpin atau staf yang mempunyai keterampilan, pengetahuan, dan perilaku yang
baik. Kompeten adalah keterampilan yang diperlukan seseorang yang ditunjukkan
oleh kemampuannya dengan konsisten untuk memberikan tingkat kinerja yang
memadai atau tinggi dalam suatu fungsi pekerjaan spesifik. Kompeten harus
dibedakan dengan kompetensi, walaupun dalam pemakaian umum istilah ini
digunakan dapat dipertukarkan.
Pendapat yang hampir sama dengan konsep Inggris dikemukakan oleh Kravetz
(2004), bahwa kompetensi adalah sesuatu yang seseorang tunjukkan dalam kerja
setiap hari. Fokusnya adalah pada perilaku di tempat kerja, bukan sifat-sifat
kepribadian atau keterampilan dasar yang ada di luar tempat kerja ataupun di dalam
tempat kerja. Kompetensi mencakup melakukan sesuatu, tidak hanya pengetahuan
yang pasif. Seorang karyawan mungkin pandai, tetapi jika mereka tidak
menterjemahkan kepandaiannya ke dalam perilaku ditempat kerja yang efektif,
kepandaian tidak berguna. Jadi kompetensi tidak hanya mengetahui apa yang harus
dilakukan.
Kompetensi dapat digambarkan sebagai kemampuan untuk melaksanakan satu
tugas, peran, kemampuan mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan-
keterampilan, sikap-sikap dan nilai-nilai pribadi, dan kemampuan untuk
membangun pengetahuan dan keterampilan yang didasarkan pada pengalaman dan
pembelajaran yang dilakukan. Pengertian ini sebagai kecakapan atau kemampuan
yang dikemukakan oleh Robert A. Roe (2001:73).
Kompetensi merupakan karakteristik yang mendasari seseorang dan berkaitan
dengan efektivitas kinerja individu dalam pekerjaannya. Secara general,
kompetensi sendiri dapat dipahami sebagai sebuah kombinasi antara keterampilan
(skill), atribut personal, dan pengetahuan (knowledge) yang tercermin melalui
perilaku kinerja (job behavior) yang dapat diamati, diukur dan dievaluasi. Dalam
sejumlah literatur, kompetensi sering dibedakan menjadi dua tipe, yakni soft
competency atau jenis kompetensi yang berkaitan erat dengan kemampuan untuk
mengelola proses pekerjaan, hubungan antar manusia serta membangun interaksi
dengan orang lain. Contoh soft competency adalah : leadership, communication,
interpersonal relation, dan lain-lain. Tipe kompetensi yang kedua sering disebut
hard competency atau jenis kompetensi yang berkaitan dengan kemampuan
fungsional atau teknis suatu pekerjaan. Dengan kata lain, kompetensi ini berkaitan

12
dengan selukbeluk teknis yang berkaitan dengan pekerjaan yang ditekuni. Contoh
hard competency adalah: electrical engineering, marketing research, financial
analysis, manpower planning.
Orang yang kompeten adalah orang yang memiliki kinerja yang bagus dengan
karakteristik yang bisa diidentifikasi. Untuk mengembangkan kompetensi diri
sehingga benar-benar menjadi orang yang kompeten di bidang pekerjaan atau
keahlian tertentu, maka harus memperhatikan 3 aspek berikut:
a) Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan yang baik yang dimiliki seseorang akan membuat
orang itu melakukan sesuatu yang baik, membuatnya dianggap lebih/ahli
oleh orang lain serta mendapat kredensi sosial. Itulah mengapa pengetahuan
adalah salah satu faktor yang harus dimiliki oleh seseorang agar dapat
memiliki Kompetensi.
b) Kemampuan (Skill)
Dalam hal ini terdapat istilah Hard skill dan soft skill. Hard Skill
adalah istilah yang dipakai untuk menjelaskan kompetensi-kompetensi yang
terkait langsung dengan pekerjaan kita. Misalnya keahlian seorang
programmer komputer dalam membuat program baru. Soft skill adalah
keahlian yang menunjang hard skill . Soft skill merupakan kompetensi yang
membungkus kompetensi inti yang dimiliki. Misalnya interpersonal skill,
presentation skill, negotiation skill , dll.
c) Tingkah laku (Attitude)
Hal ini tidak kalah pentingnya dengan yang dua di atas. Karena
orang pintar dan terampil bisa dicari dan tergantikan, jika tidak memiliki
sikap yang baik. Sikap kita dalam bekerja dan bergaul akan sangat
mempengaruhi atmosfir lingkungan kerja kita. Juga berpengaruh besar
terhadap terbentuk team work dengan rekan kerja yang lain. Pembentukan
sikap ini bisa dilatih melalui interaksi kita di himpunan, di pondokan, dll.

13
BAB III

PENUTUP

3.1. Simpulan

Motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan (energi) penggerak seseorang yang


dapat menimbulkan tingkat persistensi dan entusiasmenya dalam melaksanakan
suatu kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri (motivasi
intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik). Ada tiga teori motivasi yang
biasa dijelaskan, yaitu (1) teori dorongan (drive theory), (2) teori insentif (insentive
theory), (3) teori proses terbalik, (4) teori level optimal. Motivasi diri merupakan
sebuah kemampuan kita untuk memotivasi diri kita tanpa memerlukan bantuan orang
lain. Kita memiliki kemampuan untuk mendapatkan alasan atau dorongan untuk
bertindak. Ada sebuah artikel di salah satu blog yang membahas tentang apa yang
menjadi salah satu faktor terkuat dari motivasi diri. Menurut penulisnya, disebutkan
bahwa hanya ada dua faktor motivasi diri yaitu mengejar kenikmatan dan menghindari
kesengsaraan atau rasa sakit. Namun jika dipersempit lagi, hanya ada satu faktor
motivasi, yaitu cinta. Semakin besar cinta kita, akan semakin besar motivasi yang
bangkit.
Kompetensi dapat digambarkan sebagai kemampuan untuk melaksanakan satu
tugas, peran atau tugas, kemampuan mengintegrasikan pengetahuan, ketrampilan-
ketrampilan, sikap-sikap dan nilai-nilai pribadi, dan kemampuan untuk membangun
pengetahuan dan keterampilan yang didasarkan pada pengalaman dan pembelajaran
yang dilakukan (Robert A. Roe, 2001:73). Untuk mengembangkan kompetensi diri
sehingga benar-benar menjadi orang yang kompeten di bidang pekerjaan atau keahlian
tertentu, maka harus memperhatikan 3 aspek berikut: Pengetahuan (Knowledge),
kemampuan (skill), dan tingkah laku (attitude).

3.2. Saran

Demi kesempurnaan makalah ini kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
kami harapkan, agar makalah ini dapat menjadikan suatu pedoman untuk umum
khusunya bagi mahasiwa/i,
14
DAFTAR PUSTAKA

http://gudangpengertian.blogspot.co.id/2014/10/pengertian-motivasi-secara-umum-
dan.html?m=1 (di unduh pada tanggal 24 September 2017 pukul 19.02 WIB).

Www.academia.edu/25443471/MAKALAH_KOMPETENSI (di unduh pada tanggal 24


September 2017 pukul 20.08 WIB).

Inueds.blogspot.co.id/2012/09/kompetensi-diri.html (di unduh pada tanggal 24 September


2017 pukul 21.25 WIB).

http://mycyberpr.blogspot.co.id/2015/11/kompetensi-diri.html#.WclGyNIgXIU (di unduh


pada tanggal 24 September 2017 pukul 21.46 WIB).

http://www.kirmansyam.com/3-pilar-kompetensi (di unduh pada tanggal 24 September


2017 pukul 22.51 WIB).

You might also like