Professional Documents
Culture Documents
LAPORAN PENDAHULUAN
VULNUS LACERATUM
1. Pengertian.
Vulnus laceratum adalah terjadinya gangguan kontinuitas suatu jaringan sehingga terjadi
pemisahan jaringan yang semula normal, luka robek terjadi akibat kekerasan yang hebat
sehingga memutuskan jaringan.
Secara umum luka dapar dibagi menjadi 2 yaitu:
1) Simple, bila hanya melibatkan kulit.
2) Kompukatum, bila melibatkan kulit dan jaringan dibawahnya.
Trauma arteri umumnya dapat disebabkan oleh trauma benda tajam ( 50 % ) misalnya
karena tembakan, luka-luka tusuk, trauma kecelakaan kerja atau kecelakaan lalu lintas, trauma
arteri dibedakan berdasarkan beratnya cidera :
1) Derajat I adalah robekan adviticia dan media, tanpa menembus dinding.
2) Derajat II adalah robekan varsial sehingga dinding arteri juga terluka dan biasanya
menimbulkan pendarahan yang hebat.
3) Derajat III adalah pembuluh darah putus total, gambaran klinis menunjukan pendarahan yang
tidak besar, arteri akan mengalami vasokontriksi dan retraksi sehingga masuk ke jaringan karen
elastisitasnya.
2. Etiologi.
Luka dapat disebabkan oleh berbagai hal, yaitu:
1) Trauma mekanis yang disebabkan karena tergesek, terpotong, terbentur dan terjepit.
2) Trauma elektris dan penyebab cidera karena listrik dan petir.
3) Trauma termis, disebabkan oleh panas dan dingin.
4) Truma kimia, disebabkan oleh zat kimia yang bersifat asam dan basa serta zat iritif dan
berbagai korosif lainnya.
3. Patofisiologi.
Jenis-jenis luka dapat dibedakan dua bagian, yaitu luka tertutup dan luka terbuka, luka
terbuka yaitu dimana terjadi hubungan dengan dunia luar, misalnya : luka lecet ( vulnus
excoratiol ), luka sayat ( vulnus invissum ), luka robek ( vulnus laceratum ), luka potong ( vulnus
caesum ), luka tusuk ( vulnus iktum ), luka tembak ( vulnus aclepetorum), luka gigit ( vulnus
mossum ), luka tembus ( vulnus penetrosum ), sedangkan luka tertutup yaitu luka tidak terjadi
hubungan dengan dunia luar, misalnya luka memar.
5. Pemeriksaan Diagnostik.
Pemeriksaan diagnostik yang dinilai adalah pemeriksaan Hb, Ht, dan leukosit, pada
pendarahan Hb dan Ht akan menurun disertai leukositosis, sel darah merah yang banyak dalam
sedimen urine menunjukan adanya trauma pada saluran kencing, jika kadar amilase 100 unit
dalam 100 mll, cairan intra abdomen, memungkinkan trauma pada pankreas besar sekali.
PENGKAJIAN
1. Identitas Klien.
a) Identitas.
Nama : Tn. S.
Umur : 75 Th.
Jenis Kelamin : Laki-laki.
Pekerjaan : Swasta.
Alamat : Jl. Soetoyo S Gg serumpun Rt 57 No 28.
Status : Sudah kawin.
Agama : Islam.
Suku Bangsa : Jawa / Indonesia.
No CM : 34 56 32
Tanggal MRS : 09 Mei 2004.
Tanggal Pengkajian : 10 Mei 2004
Dx Medis : Vulnus Laceratum.
b) Identitas Penanggung Jawab.
Nama : Ny. K.
Umur : 40 Th.
Jenis Kelamin : Perempuan.
Pekerjaan : Swasta.
Hubungan dengan klien : Anak.
2. Riwayat Penyakit.
a) Keluhan Utama.
Pada kaki kiri dekat ( parak mata batis ), luka robek akibat diseruduk sapi dan masih ada
nyeri pada kaki kiri tungkai bawah yang dirasakan apabila ditekan, px juga mengatakan daerah
luka bengkak dan terdapat nanah pada luka tersebut.
b) Riwayat Penyakit Sekarang.
Px mengatakan luka robek pada kaki kiri akibat diseruduk sapi, pada saat ia mau
mengeluarkan sapi dari kandangnya pada waktu pagi hari sekitar pukul 08.00, dan tiba-tiba sapi
yang dipeliharanya langsung menyeruduk kaki kirinya hingga px ( Tepelanting ), px jatuh
bangun dengan kaki yang berlumuran darah dan langsung dibawa ke RSUD Ulin Banjarmasin
pada pukul 09.10 wita.
3. Pemeriksaan Fisik.
a) Keadaan Umum. ( 10 Mei 2004. Pukul 11.30 )
Kesadaran px Compos Mentis dengan nilai GCS 15.
TTV : TD : 120/80 mmHg.
N : 82 x/m.
R : 24 x/m.
S : 36,8 ‘C.
b) Kulit.
Kebersihan cukup bersih, warna kulit coklat, tidak ada lesi, tekstur kulit kering, dan kulit
sedikit kendur dan berkeriput.
c) Kepala dan Leher.
Struktur dan bentuk simetris, tidak ada nyeri, tidak ada trauma kepala dan keterbatasan
gerak, tidak ada kesulitan menelan dan pembesaran kelenjar tyroid
d) Penglihatan dan Mata.
Struktur dan bentuk simetris, kebersihan cukup baik, kornea jernih, konjunctiva anemis,
pergerakan mata baik, tidak ada kelainan dan alat bantu penglihatan.
e) Penciuman dan Hidung.
Struktur dan bentuk simetris, kebersihan baik, tidak ada pendarahan dan peradangan,
tidak ada pergerakan cuping hidung.
f) Pendengaran dan Telinga.
Struktur simetris, kebersihan baik tidak ada pengerasan serumen, tidak ada nyeri, tidak
ada peradangan dan pendarahan, menggunakan alat bantu pendengaran
g) Gigi dan Mulut.
Kebersihan baik, mukosa bibir berwarna kemerahan, tidak ada stomatitis, tidak ada
peradangan dan pendarahan, dan fungsi mengunyah cukup baik.
5 5
5 3
Di Rumah Sakit :
Px hanya diseka oleh keluarganya, gosok gigi tidak dilakukan tapi px sering berkumur-kumur,
potong kuku tidak dilakukan, keramas tidak dilakukan, ganti baju + 2 hari sekali.
c) Nutrisi.
Di Rumah :
Makan 3x sehari, dengan makanan : nasi + lauk pauk + sayur, minum 4 – 5 gelas sehari, tidak
ada makanan pantangan dan gangguan.
Di Rumah Sakit :
Makan 3x sehari, dengan diit NB TKTP,minum 4 – 5 gelas sehari.
d) Eliminasi.
Di Rumah :
BAB tidak menentu 1 – 2 x sehari dengan warna kuning kecoklatan, konsistensi padat dan
tidak ada nyeri, BAK 2 – 3 x sehari dengan warna kuning seperti air teh, bau pesing, dan tidak
ada nyeri.
Di Rumah Sakit :
BAB 1x sehari biasanya pada pagi hari, warna kuning kecoklatan, konsistensi padat dan tidak
ada nyeri. BAK 3 – 4 x sehari dengan warna kuning, bau pesing dan tidak ada nyeri.
e) Sexual.
Px sudah kawin dan memiliki 7 orang anak yang terdiri dari: 3 orang laki-laki dan 4
orang perempuan.
f) Psikososial.
Hubungan px dengan keluarga, perawat, tim medis lain maupun dengan keluarga cukup
baik.
g) Spiritual.
Selama di rumah sakit tidak melaksanakan shalat, px percaya bahwa ini merupakan
kehendak tuhan yang ada maksudnya. Px juga selalu berdoa untuk kesembuhannya.
b) Pengobatan.
Infus RL 20 tts/m. ( sebagai elektrolit )
Standacilin 3x500 mg. ( sebagai anti bioti )
ANALISA DATA
No Data Masalah Etiologi
PROSES KEPERAWATAN
Diagnosa Perencanaan
No Keperawatan
Tujuan Intervensi Rasional
1. Ganggua rasa Rasa nyaman px
1) Ukur TTV. 1) Untuk
nyaman: nyeri B. D terpenuhi setelah 2)
4 Kaji status mengetahui
adanya luka. hari perawatan. nyeri. perkemba ngan
DO : KE : 3) Atur posisi. px.
Ada nyeri tekan 1) TTV normal : 4) Ajarkan 2) Mengetahui
pada daerah luka. TD: 120/80 mmHg tehnik tingkat nyeri yang
Daerah luka N : 60 – 84 x/m. relaksasi. dirasakan px
tampak bengkak. R : 16 – 24 x/m. sehingga mudah
TTV: S : 36 – 37 ‘C. menentukan
TD: 120/80 mmHg 2) Px tidak mengeluh intervensi.
N : 82 x/m. nyeri tekan. 3) Posisi yang
R : 24 x/m. 3) Luka tidak bengkak nyaman dapat
S : 36,8 ‘C. lagi. mengurangi rasa
DS : nyeri.
Px mengatakan ada 4) Agar px merasa
rasa nyeri pada daerah tenang dan
luka jika didresing. mengurangi rasa
nyeri.
2. Gangguan pola Aktifitas px kembali 1) Kaji 1) Untuk
aktifitas B. D adanya normal dalam 4 hari penyebab memudahkan
luka. perawatan. kelemahan intervensi yang
DO : KE : aktifitas. tepat.
Px tampak tenang,1) Px dapat melakukan 2) Kaji tingkat2) Mengetahui
aktifitas px hanya di aktifitas sendiri tidak mobilisasi px. tingkat
tempat tidur. hanya pergerakan px.
Diagnosa Perencanaan
No Keperawatan
Tujuan Intervensi Rasional
Skala otot. ditempat tidur. 3) Bantu3) Mempercepat
5 5 2) Skala otot: px dalam proses
5 5 beraktifi tas. penyembuhan
5 3
DS :
Px mengatakan
tidak 5 dapat 5
melakukan aktifitas3) Rasa nyeri hilang.
yang terlalu berat
karena adanya rasa
nyeri pada daerah
luka.
3. Terjadinya Infeksi tidak terjadi1) Bersihkan 1) Mencegah
infeksi B. D adanya dalam 4 hari luka setiap penyebaran
luka. perawatan. hari. infeksi.
DO : KE : 2) Beri 2) Untuk
Luka tampak1) Luka tidak kompres mengurangi
bengkak, basah. bengkak, tidak hangat. bengkak dan
Terdapat pus pada terdapat pus, tidak 3) Atur posisi. mengatasi nyeri.
luka. ada kemerahan. Kolaborasi : 3) Posisi yang
Ada nyeri tekan 2) Tidak mengeluh 1) Beri anti nyaman dapat
nyeri saat didresing. biotik. mengurangi
pada daerah luka. nyeri.
Daerah luka Kolaborasi :
tampak berwarna 1) Membunuh
kemerahan. kuman penyebab
DS : infeksi.
Px mengeluh
nyeri saat didresing.
No Implementasi Evaluasi
1. Tanggal 10 Mei 2004. Tanggal 10 Mei 2004.
1) Mengukur TTV. S :
2) Mengkaji status nyeri. ( nyeri Px mengatakan lukanya masih nyeri,
sedang ) pada saat didresing atau ditekan.
3) Mengatur posisi. O :
4) Mengajarkan tehnik relaksasi. Px tampak meringis menahan nyeri
dengan skala 2 ( sedang )
A :
Masalah belum teratasi.
P :
Intervensi dilanjutkan.
S :
Px mengatakan dapat melakukan
aktifitasnya sendiri.
O :
Px tampak tenang.
A :
Masalah teratasi.
P :
Intervensi dihentikan.
S :
Px mengeluh lukanya sakit saat
didresing.
O :
Luka tampak masih basah, bengkak,
terdapat pus, berwarna kemerahan, dan ada
nyeri tekan.
A :
Masalah belum teratasi.
P :
Intervensi dilanjutkan.