You are on page 1of 29

Assalamu’alaikum Wr.

Wb
Pertama-tama kami panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan
makalah Keperawatan Medikal Bedah mengenai “ASKEP ILEUS” dengan lancar tanpa ada aral
yang melintang.
Tugas ini disusun sebagai tugas Keperawatan Medikal Bedah dengan tujuan yang lebih
khusus dari kelompok kami untuk menambah pengetahuan tentang “ASKEP ILEUS” dan lebih
mengenal pentingnya bagi tubuh kita.
Pada kesempatan ini kami menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan tugas makalah ini.
Kami juga menyampaikan rasa terimakasih kepada dosen pembimbing yang telah
memberi tugas ini serta arahan dan bimbingan sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini
dengan baik.
Akhirnya, harapan kami semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi penyusun dan
bagi pembaca. Kami telah berusaha sebisa mungkin untuk menyelesaikan makalah ini namun
masih jauh dari sempurna dan banyak kekurangan, kami mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun guna menyempurnakan makalah ini dan tugas berikutnya.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Halaman Judul
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Pembahasan
BAB II PEMBAHASAN
1. Tinjauan Medis
a. Definisi

b. Etiologi
c. Klasifikasi

d. Patofisiologi
e. Manifestasi Klinik
f. Penatalaksanaan Medis
g. Pemeriksaan Penunjang
h. Komplikasi
2. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
b. Diagnosa Keperawatan
c. Intervensi Keperawatan
BAB II PENUTUP
1. Kesimpulan
2. Saran
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI
Ileus adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan penyumbatan sebagian atau
seluruhnya pada usus, karena isi dari usus tidak dapat melewati usus. Ada banyak hal yang dapat
menyebabkan ileus, termasuk ketidakseimbangan elektrolit, gastroenteritis (peradangan pada
lambung atau usus), appendisitis, dan pankreatitis (peradangan pada pankreas). Hal ini terjadi
ketika otot-otot usus tidak aktif, memperlambat gerak peristaltik dan karena itu, menyebabkan
sumbatan fungsional pada usus. Peristaltik adalah proses dimana terjadi kontraksi otot guna
mendorong makanan supaya dapat melalui saluran pencernaan. Ada 2 tipe ileus yang utama:
pasca operasi dan paralitik. Ileus pasca operasi adalah kelumpuhan sementara pada bagian dari
usus terutama setelah pembedahan perut. Kondisi ini biasanya sembuh setelah dua sampai tiga
hari. Ileus paralitik adalah kelumpuhan pada usus, menghambat pergerakan makanan yang
melalui usus. Tipe ini lebih berat dan berlangsung lebih dari tiga hari. Ini adalah suatu kondisi
medis yang serius yang memerlukan perawatan secepatnya

E. ETIOLOGI

1. Suatu infeksi atau bekuan darah di dalam perut


2. Atherosclerosis yang menyebabkan berkurangnya aliran darah ke usus
3. Cendera pada pembulu darah usus
4. Kelenjar tiroid yg kurang aktif
5. Obat obatan tertentu
6. Kelainan di luar usus seperti gagal ginjal atau kadar elektrolit darah yang abnormal (rendah
kalium tinggi kalsium)

D. KLASIFIKASI ILEUS
1. Ileus Obstruktif : ileus yang disebabkan adanya sumbatan saluran pencernaan.Ileus
obstruktif merupakan penyumbatan intestinal mekanik yang terjadi karena adanya daya
mekanik yang bekerja atau mempengaruhi dinding usus sehingga menyebabkan
penyempitan/penyumbatan lumen usus. Hal tersebut menyebabkan pasase lumen usus
terganggu (Ullah et al., 2009).
Obstruksi intestinal secara umum didefinisikan sebagai kegagalan isi intestinal untuk
melanjutkan perjalanannya menuju ke anus. Obstruksi Intestinalini merujuk pada adanya
sumbatan mekanik atau nonmekanik parsial atau totaldari usus besar dan usus halus (Thompson,
2005).
2. Ileus Paralitik : Ileus (Ileus Paralitik, Ileus Adinamik) adalah suatu keadaan dimana
pergerakan kontraksi normal (peristaltik) dinding usus untuk sementara waktu berhenti. Seperti
halnya penyumbatan mekanis, ileus juga menghalangi jalannya isi usus, tetapi ileus jarang
menyebabkan perforasi.

F. PATOFISIOLOGI
Peristiwa patofisiologi yang terjadi setelah obstruksi usus adalah sama, tanpa memandang
apakah obstruksi usus tersebut diakibatkan oleh penyebab mekanik atau fungsional. Perbedaan
utamanya adalah obstruksi paralitik, paralitik dihambat dari permulaan, sedangkan pada
obstruksi mekanis peristaltik mula-mula diperkuat kemudian intermiten akhirnya hilang. Limen
usus yang tersumbat profesif akan terenggang oleh cairan dan gas. Akumulasi gas dan cairan
didalam lumen usus sebelah proksimal dari letak obstruksi mengakibatkan distensi dan
kehilangan H2O dan elektrolit dengan peningkatan distensi maka tekanan intralumen meningkat,
menyebabkan penurunan tekanan vena dan kapiler arteri sehingga terjadi iskemia dinding usus
dan kehilangan cairan menuju ruang peritonium akibatnya terjadi pelepasan bakteri dan toksin
dari usus, bakteri yang berlangsung cepat menimbulkan peritonitis septik ketika terjadi
kehilangan cairan yang akut maka kemungkinan terjadi syok hipovolemik. Keterlambatan dalam
melakukan pembedahan atau jika terjadi stranggulasi akan menyebabkan kematian

H. MANIFESTASI KLINIK

1.obstruksi sederhana
pada obstruksi usus halus proksimal akan timbul gejala muntah yang banyak, yang jarang
menjadi muntah fekal walaupun obstruksi berlangsung lama. Nyeri abdomen bervariasi dan
sering dirasakan sebagai perasaan tidak enak di perut bagian atas.
Obstruksi bagian tengah atau distal menyebabkan kejang di daerah periumbilikal atau nyeri yang
sulit dijelaskan lokasinya. Kejang hilang timbul dengan adanya fase bebas keluhan. Muntah akan
timbul kemudian, waktunya bervariasi tergantung letak sumbatan. Semakin distal sumbatan,
maka muntah yang dihasilkan semakain fekulen. Obstipasi selalu terjadi terutama pada obstruksi
komplit.
Pada pemeriksaan radiologist, dengan posisi tegak dan telentang dan lateral dekubitus
menunjukkan gambaran anaka tangga dari usus kecil yang mengalami dilatasi dengan air-fluis
level. Pemberian kontras akan menunjukkan adanya obstruksi mekanis dan letaknya.
2. obstruksi disertai proses strangulasi
kira-kira sepertiga obstruksi dengan strangulasi tidak diperkirakan sebelum dilakukan operasi.
Gejalanya seperti obstruksi sederhana tetapi lebih nyata dan disertai dengan nyeri hebat. Hal
yang perlu diperhatikan adalah adanya skar bekas operasi atau hernia. Bila dijumpai tanda-tanda
strangulasi maka diperlukan tindakan operasi segera untuk mencegah terjadinya nekrosis usus.

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Rontgen toraks: diafragma meninggi akibat distensi abdomen.
2. Rontgen abdomen dalam posisi telentang: mencari penyebab (batu empedu, volvulus,
hernia).
3. Pemeriksaan sinar x: Untuk menunjukan kuantitas abnormal dari gas atau cairan dalam usus.
4. Pemeriksaan laboratorium (misalnya pemeriksaan elektrolit dan jumlah darah lengkap) akan
menunjukan gambaran dehidrasi dan kehilangan volume plasma dan kemungkinan infeksi.
5. Pemeriksaan radiogram abdomen sangat penting untuk menegakkan diagnosa obstruksi usus
6. Penurunan kadar serum natrium, kalium dan klorida akibat muntah, peningkatan hitung SDP
dengan nekrosis, strangulasi atau peritonitis dan peningkatan kadar serum amilase karena iritasi
pankreas oleh lipatan usus.
7. Arteri gas darah dapat mengindikasikan asidosis atau alkalosis metabolic.

. (Doengoes, 2000)

I. PENATALAKSANAAN
1. Dekompresi dengan pipa lambung
2. Pemasangan infus untuk koreksi keseimbangan cairan dan elektrolit. Juga
keseimbangan asam-basa.
3. Koreksi bedah. Tindakan bedah yang dilakukan sesuai dengan kelainan
patologinya.
4. Antibiotika profilaksis atau terapeutik tergantung proses patologi penyebabnya.
J. KOMPLIKASI
1. Peritonitis septicemia
Inflamasi rongga peritoneal dapat berupa primer atau sekunder, akut atau kronis dan diakibatkan
oleh kontaminasi kapasitas peritoneal oleg bakteri atau kimia. Peritonitis primer tidak
berhubungan dengan gangguan usus dasar (contoh sirosis dengan asites, sistem urinarius).
Sumber inflamasi dari gangguan GI, ovarium/uterus. Cesera traumatik atau kontaminasi bedah.
Interfensi bedah kuratif pada lokasi peritonotis contoh apendicitis, plikasi ulkus, dan reseksi
usus. Bila peritonitis menyebar, perlu penatalaksanaan medik sebelum atau pada tindakan bedah.
2. Syok hipofolemia
Syok hipovolemik adalah kondisi darurat di mana perdarahan parah dan hilangnya cairan
membuat jantung tidak mampu memompa cukup darah ke tubuh. Jenis syok ini dapat
menyebabkan banyak organ berhenti bekerja.
3. Syok Sepsis
Sepsis adalah suatu sindroma klinik yang terjadi oleh karena adanya respon tubuh
yang berlebihan terhadap rangsangan produk mikroorganisme. Ditandai dengan panas,
takikardia,takipnea, hipotensi dan disfungsi organ berhubungan dengan gangguan sirkulasi darah
BAB III

A. Pengkajian

Identitas Klien

Terdiri dari nama, umur, pekerjaan, suku bangsa, agama, status perkawinan, alamat, penanggung
jawab.

Riwayat Kesehatan

a. Riwayat Kesehatan Dahulu (RKD)

Kaji apakah klien pernah sakit perut atau sering sakit perut dan sering muntah-muntah, apakah
ada perlengketan pada jaringan perut, apakah ada tumor yang berada dalam dinding usus meluas
ke lumen usus.

b. Riwayat Kesehatan Sekarang (RKS)

Biasanya klien mengalami sakit perut, perut terasa kembung, dinding-dinding abdomen tampak
lebih jelas, terjadinya muntah, suhu tinggi, BAB dan flatus tidak ada.

c. Riwayat Kesehatan Keluarga (RKK)

Apakah anggota keluarga klien tidak ada yang menderita penyakit herediter seperti : hipertensi,
jantung, ginjal, DM, hati dan paru.

B. Pemeriksaan Fisik

- Rambut : Pada klien ileus obstruksi tidak ada kelainan pada rambut seperti : rontok, kulit
kepala kotor.
- Telinga : Biasanya tidak ditemukan kelainan

- Mata : Biasanya tidak ditemukan kelainan

- Hidung : Biasanya tidak ditemukan kelainan

- Mulut : Biasanya klien tidak mengalami kesukaran dalam menelan

- Lidah : Biasanya tidak terjadi peradangan

- Tonsil : Biasanya tidak terjadi peradangan

- Leher : Biasanya tidak terjadi peradangan

- Thorak : Biasanya tidak terjadi pembesaran

Paru I : apakah simetris Ki-Ka

P : Apakah fremitus Ki-Ka

P : Sonor / tidak

A : Vesikuler

Jantung I : apakah Iktus teraba / tidak

P : Apakah iktus teraba / tidak

P : Batas jantung Ki-Ka

A : Apakah bunyi jantung normal / tidak

Abdomen I : apakah perut membuncit / tidak

P : Apakah terdapat distensi abdomen atau tidak

P : Tympani

A : Apakah bising usus normal / tidak

Biasanya pada klien ileus obstruksi terdapat perut membuncit, terdapat distensi abdomen dan
biasanya bising ususnya tidak normal.

1. Genitalis : Kaji kebersihan, apakah ada kelainan / tidak

2. Ektremitas atas dan bawah : kelengkapan, kekuatan / kemampuan (biasanya terdapat


kelainan).
C. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan labor, Hb, leukosit, natrium, kalium

D. Riwayat Sosial Ekonomi

Hubungan klien dengan keluarga dan orang lain / masyarakat

E. Riwayat psikologis

Apakah klien cemas akan keadaannya, biasanya pada pasien ileus obstruksi cemas akan
keadannnya.

Pengkajian Data Dasar

· Aktivitas / istirahat

Kaji apa terjadi kelemahan dan kesulitan dalam beraktivitas / melakukan pekerjaan biasanya
terjadi kelemahan.

· Sirkulasi

Kaji apa tachikardi, berkeringat, pucat, biasanya terjadinya tachikardi, keringat dan pucat

· Eliminasi

Kaji kemampuan difekasi, bising usus, biasanya terjadi ketidakmampuan dan defekasi. Terjadi
distensi abdomen dan bising usus yang normal

· Makanan / cairan

Kaji nafsu makan klien, mual / muntah biasanyta terjadi anoreksia

· Nyeri / kenyamanan

Kaji apakah ada nyeri pada abdomen, biasanya nyeri pada abdomen tiba-tiba terasa kram.

· Pernafasan

Kaji jenis pernafasan klien, biasanya kelin terjadi takipnoe


Kemungkinan Diagnosa

1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan efek dari insisi bedah

2. Resti infeksi berhubungan dengan adanya luka insisi

3. Gangguan body image berhubungan dengan kehilangan kontrol usus eliminasi

4. Gangguan pemenuhan kebutuhan tidur berhubungan dengan efek dari laparatomi

5. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisik

6. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


pengobatan

(Doegoes, Rencana Asuhan Keperawatan)

Intervensi keperawatan

Dx 1 : Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan efek indisi bedah

Tujuan : Gangguan rasa nyaman nyeri klien tertasi dalam waktu 2 x 24 jam dengan kriteria
hasil

- Klien tidak nyeri lagi

- Klien tidak meringis lagi

- Klien tidak gelisah lagi

- TTV normal

1. Kaji nyeri, catat lokasi, karakteristik nyeri

Rasional : Berguna dalam pengawasan keefektifan obat, kemajuan penyembuhan, perubahan


pada karakteristik nyeri menunjukkan terjadinya peritonitis

2. Pertahankan istirahat dengan posisi semi fowler

Rasional : Menghilangkan ketegangan abdomen yang bertambah dengan posisi telentang

3. Selidiki dan laporkan perubahan nyeri dengan tepat

Rasional : Intervensi dirni pada kontrol nyeri memudahkan pemulihan otot jaringan dengan
menurunkan ketegangan otot memperbaiki sirkulasi

4. Beri aktivitas hiburan

Rasional : Fokus perhatian dapat beralih dapat menghilangkan kemampuan kejang.


5. Beri analgetik sesuai indikasi

Rasional : Menghilangkan nyeri

Implementasi

Adalah melaksanakan tindakan keperawatan berdasarkan rencana asuhan keperawatan


yang telah disusun dengan mendelegasikan uyntuk mengatasi masalah

Evaluasi

Merupakan tahap akhir dari proses keperawatan untuk menjadi intifikasi hasil yang
ditetapkan, menilai sejauh mana masalah klien teratasi. Hal ini dapat dilaksanakan dengan
membandingkan hasil yang didapatkan dengan kriteria yang sudah diterapkan.
A. Identitas Klien
Nama : Tn. S
Umur : 52 tahun
Suku Bangsa : Minang
Agama : Islam
Alamat : Solok
Status Perkawinan : Kawin
No MR : 54.04.72
Ruang Rawat : CP
Tanggal Masuk : 10 Juli 2007
Tanggal Pengkajian : 23 Juli 2007
Diagnosa Medik : Post Laparatomi + Colostrum (Ileus Obstruksi)
B. Alasan Masuk
Nyeri pada seluruh perut sejak + 2 hari yang lalu (sebelum masuk RS) dan klien rujukan dari
Rumah Sakit Solok
C. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Kesehatan Dahulu (RKD)

Pada tahun 2001 klien pernah dirawat di RS Solok dengan diagnosa Tupus selama + 1 bulan,
klien pulang dikarenakan kurangnya biaya pengobatan, kemudian klien melanjutkan
pengobatannya secara tradisional.
2. Riwayat Kesehatan Sekarang (RKS)

Klien rujukan RS Solok pada tanggal 10 Juni 2007 dengan keluhan BAB encer sebelum masuk
RS Solok, demam (+), BAB berlendir, pada saat BAB, klien mengatakan nyeri pada anus, pada
waktu dilakukan pengkajian tanggal 23 Juli 2007 didapatkan klien post laparatomi dan terdapat
colostomy disebelah kanan, nyeri pada luka laparatomi, klien tampak gelisah, klien tampak
cemas dengan penyakitnya, luka post laparatomi + 20 cm, luka post laparatomi kotor, terdapat
pust, klien terpasang infuse RL, klien mengatakan kalau malam sering terbangun (susah tidur),
diit klien MC 6 x 200 cc dan tidak ada makan makanan tambahan lainnya.

D. Pemeriksaan Fisik
1. Pengukuran tanda-tanda vital

Tekanan darah : 100/60 mmHg


Suhu : 36,5 0C
Nadi : 88 x/i
Pernafasan : 22x/i
Berat Badan : 50 kg
Tinggi Badan : 155 cm
2. Rambut dan hygiene kepala

Rambut : Bersih dan berubahn


Kulit kepala : Bersih tidak berketombe

3. Mata

Kelengkapan : Lengkap Ki-Ka


Simeteris : Simetris Ki-Ka
Palpebra : Tidak oedema
Sklera : Ikterik
Konjungtiva : Anemis
Pupil : Bereaksi terhadap cahaya
4. Mulut dan gigi

Rongga mulut : Kotor


Gigi : Tidak lengkap dan ada caries
Lidah : Kotor
Tonsil : Tidak ada peradangan
5. Leher

Kelenjer getah bening : Tidak ada pembesaran


Kelenjer tyroid : Tidak ada pembesaran
6. Dada / Thorak

I : Simteris Ki-Ka
P : Fremitus Ki-Ka
P : Sonor Ki-Ka
A : Vesikuler / normal
7. Kardiovaskuler

I : Iktur tidak terlihat


P : Iktus teraba 2 jari
P : Batas jantung normal BJ I : 100, BJ II : 60
A : Irama jantung teratur / normal
8. Pencernaan dan abdomen

I : Tidak membuncit, ada luka post laparatomy + 20 cm terdapat coloromy


P : Hepar tidak teraba
P : Tympani
A : Bising usus (+) / normal
9. Genito urinaria

Tidak ada kelainan, klien tidak terpasang kateter


10. Ektremitas atas dan bawah (otot sendi dan tulang)

Ektremitas atas : lengkap Ki-Ka, klien terpasang infuse sebelah kiri dan tidak ada oedema
Ektremitas bawah : Lengkap Ki-Ka, dan tidak oedema
11. Sistem persyarafan

Tidak ada gangguan, kesadaran klien compos mentis sooperatif


12. Pemeriksaan kulit

Kulit klien warna sawo matang, kulit berkerut dan kering, pada daerah kolostomo dan laparatomi
tampak memerah karena air didalam kantong colostomy sering menembus.

E. Aktivitas sehari-hari
1. Eliminasi

Miksi : Sehat : 6-7 x sehari konsistensi biasa


Sakit : 3-4 x sehari konsistensi seperti air teh
Defikasi : Sehat : 2 x sehari konsistensi lembek warna kuning
Sakit : 10 x sehari konsistensi encer warna kuning, setelah dilakukan colostomy
defikasinya + 150 cc / jam dan konsistensi cair.
2. Makan dan Minum

Makan : Sehat : 3 x sehari komposisi nasi + l;auk pauk + sayiur mayur


Sakit : MC 100 cc/2 ham (MC 6 x 200 cc)
Minum : Sehat : 7-8 gelas / hari air kopi + air putih
Sakit : + 1500 cc / hari susu + air putih
3. Kebersihan diri

Mandi : Sehat : 2 x sehari pakai sabun tanpa bantuan


Sakit : 1 x sehari di bantu keluarga dan perawat
Gosok gigi : Sehat : 2 x sehari tanpa bantuan
Sakit : 1 x sehari dibantu keluarga dan perawat
Cuci rambut : Sehat : 1 x 2 hari pakai shampoo tanpa bantuan
Sakit : 1 x 3 hari di bantu keluarga dan perawat
4. Istirahat dan tidur

Malam : Sehat : 7-8 jam tanpa gangguan


Sehat : 4-5 jam sering terbangun karena maresa nyeri
Siang : Sehat : 1 – 2 jam sehari
Sakit : 2 – 3 jam sehari sering terbangun karena merasa nyeri

F. Data Psikologis
Selama dirawat klien tampak cemas dengan kondisinya, klien selalu mengatakan kapan bisa
pulang dan keluarga klien juga sering menanyakan tentang keadaan klien, klien berharap agar
klien cepat sembuh dan ingin cepat berkumpul dengan keluarga di rumah.

G. Data Sosial Ekonomi


Klien berasal dari keluarga ekonomi menengah kebawah, klien berobat menggunakan KS,
hubungan klien dengan keluarga baik. Klien bekerja sebagai petani dengan anak 4 orang, selama
dirawat klien ditemani oleh anak-anak dan istrinya secara bergantian.

H. Data Spiritual
Klien menganut agama Islam, saat sehat klien selalu melakukan ibadah shalat, tapi sejak klien
dirawat klien tidak pernah melaksanakan ibadah shalat karena kondisinya saat ini.

I. Data Penunjang
Tanggal 13 Juli 07
- Gula darah puasa : 126
- Ureum darah : 86 (20-40)
- Kreatinin : 1,4 (0,6-1,1)
- Natrium : 137 (135-149)
- Kalium : 3,4 (3,5-6)
- Clorida serum : 103 (334-395)
- Protein total : 54 (6,87)
- Albumin : 2,9 (3,8-8,7)
- Globulin : 2,5 (1,3-2,7)
Tanggal 17 Juli 07
- Hb : 10,89 % (12-14)
- Leukosit : 12,800 (5000-10000)
- Ureium darah : 54
- Kreatinin darah : 1,2
- Natrium : 128
- Kalium : 2,8
- Clorida serum : 102
- Protein total : 6,4
- Albumin : 3,87
- Globulin : 2,53

J. Program Dokter
- Redresing 2 x sehari
- MC 6 x 200 cc
- IVFD RI 10 tts / menit
- Ceftazidine 2 x 1 gr

ANALISA DATA
NO DATA MASALAH ETIOLOGI
1 DO : Aktual infeksi Proses
- Adanya luka jahitan + 20 cm inflamasi
- Terdapat kemerahan pada daerah sekitar
luka
- Leukosit : 12.800
- Adanya pust pada luka
DS :
- Klien mengatakan daerah luka terasa
gatal
- Klien mengatakan cemas dengan
keadaannya lukanya.
2 DO : Gangguan Proses
- Diit klien MC 6 x 200 cc pemenuhan pengobatan
- Klien tidak ada makan makanan nutrisi kurang
tambahan lain dari kebutuhan
- Klien tampak lesu tubuh
- Hb : 10,9 g%
- Konjungtiva anemis
- BB : 50 kg
DS :
- Keluarga klien mengatakan klien tidak
ada makan makanan ta,mbahan lain selain
dittnya
3 DO : Ansietas Kurangnya
- Klien tampak meringis tingkat sedang pengetahuan
- Keluarga klien tampak cemas tentang
- Klien tampak cemas dengan keadaan penyakitnya.
penyakitnya
- Keluarga klien sering bertanya tentang
penyakit yang diderita oleh klien
DS :
- Keluarga klien mengatakan takut dengan
keadaan penyakitnya
4 DO : Gangguan pola Kebocoran
- Klien tampak lesu tidur kantong /
- Klien sering menguap cidera stoma
- Klien tidur hanya 4-5 jam
- Sklera ikterik
- Konjungtiva anemis
DS :
- Keluarga klien mengatakan klien sering
terbangun dan tidak bisa tidur
DAFTAR DIGANOSA KEPERAWATAN
Tanggal masuk Diagnosa Keperawatan
23-7-07 Aktual infeksi berhubungan dengan proses inflamasi

23-7-07 Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan proses pengobatan

23-7-07 Ansietas tingkat sedang berhubungan dengan kurangnya


pengetahuan tentang penyakit

23-7-07 Gangguan pola tidur berhubungan dengan kebocoran kantong


/ cidera stoma

RENCANA KEPERAWATAN
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
1 Aktual infeksi Infeksi teratasi - Pantau tanda-tanda - Untuk mengetahui
berhubungan dalam waktu 3 x vital keadaan umum klien
dengan proses 24 jam dengan dan tanda-tanda
inflamasi kriteria hasil infeksi
- Tidak ada lagi - Observasi terhadap - Untuk mengetahui
tanda-tanda tanda dan gejala sejauh mana
infeksi infeksi terjadinya infeksi
- Pertahankan - Untuk melindungi
perawatan luka luka dari
aseptic kontaminasi silang
selama penggantian
balutan
- Menambah
- Jelaskan hal-hal pengetahuan klien
yang dapat dan keluarga, karena
menyebabkan suatu yang kotor
infeksi pada luka dapat mempercepat
kepada klien dan berkembang baiknya
keluarga kuman
- Untuk mengatasi
terjadinya infeksi
- Kolaborasikan
dengan tim
kesehatan lain dalam
pemberian antibiotik
2 Gangguan Kebutuhan nutrisi - Lakukan pengkajian -Mengidentifikasi
pemenuhan dapat terpenuhi nutrisi dengan kekurangan /
nutrisi kurang kembali dalam seksama kebutuhan tubuh
dari waktu 3x24 jam untuk membantu
kebutuhan dengan kriteria memilih intervensi
tubuh - Berat badan - Auskultasi bising - Kembalinya fungsi
berhubungan meningkat usus usus menunjukkan
dengan proses - Konjungtiva kesiapan untuk
pengobatan tidak anemis memulai makan lagi
-
Menurunkan insiden
kram abdomen, mual
- Beri makan cairan - Meningkatkan feses
perlahan ileum

- Anjurkan klien - Membantu


untuk makan buah- mengkaji kebutuhan
buahan nutrisi dalam bahan
- Kolaborasikan pencernaan dan
dengan anti diit fungsi usus
dalam pemberian
makanan
3 Ansietas Rasa cemas dapat - Jelaskan pada - Menambah
berhubungan diatasi dengan keluarga klien pengetahuan pada
dengan kriteria tentang penyakit dan keluarga klien
kurangnya - Keluarga klien prosedur perawatan tentang penyakit dan
pengetahuan tidak cemas lagi klien prosedur
tentang - Keluarga klien perawatannya
penyakitnya mengerti tentang - Ciptakan - Memberikan
penyakit yang lingkungan yang ketenangan bagi
dideritanya nyaman klien dan
keluarganya keluarganya.
- Libatkan keluarga - Mengajarkan
dalam proses keluarga klien
perawatan klien tentang cara
perawatan yang
benar pada klien
- Diskusikan - Meningkatkan
pentingnya masukan penyembuhan dan
cairan adekuat normalisasi fungsi
- Evaluasi usus
kemampuan emosi - Faktor-faktor ini
dan fisik pasien mempengaruhi
kemampuan pasien
untuk menguasai
tugas-tugas dan
keinginannya.
4 Gangguan Pola tidur klien - Berikan sistem - Untuk
pola tidur dapat teratasi dan kantong adekuat, meminimalkan
berhubungan tidak terganggu kosongkan kantong kebocoran
dengan sebelum tidur - Klien akan mampu
kebocoran - Biarkan klien istirahat lebih baik
kantong / mengetahui bahwa bila merasa aman
cidera stoma stoma tidak akan tentang stoma
cidera bila tidur - Kafein dapat
- Batasi masukan memperlambat klien
makanan / minuman untuk tidur
mengandung kafein - Meningkatkan
- Beri analgetik relaksasi dan
sesuai indikasi kesiapan untuk tidur
- Nyeri
mempengaruhi
kemampuan klien
untuk tetap tidur

CATATAN PERKEMBANGAN
Hari/ Dx
Implementasi Evaluasi TT
Tanggal Kep
23-07-07 I - Memantau tanda-tanda S:
vital - Klien mengatakan daerah
- Mengobservasikan luka terasa gatal
terhadap tanda dan gejala - Klien mengatakan cemas
infeksi dengan keadaan luka
- Mempertahankan O:
perawatan luka aseptic - TD : 100/60 mmHg
- Menjelaskan hal-hal - N : 88x/menit
yang dapat menyebabkan - Terdapat kemerahan pada
infeksi pada keluarga daerah luka
- Mengkolaborasikan - Klien tampak meringis
dengan tim kesehatan lain - Leukosit 12.800
dalam pemberian - Adanya pust pada luka
antibiotik warnanya kuning kehijauan
A : Masalah belum teratasi
P : intervensi di lanjutnya
II - Melakukan pengkajian S:
nutrisi dengan seksama - Keluarga klien mengatakan
- Mengauskultasi bising klien tidak ada makan
usus makanan tambahan lain
- Memberi makanan cairan selain diitnya
perlahan-lahan O:
- Menganjurkan klien - Diit klien MC 6x20 CC
untuk makan buah- - Klien tidak ada makan-
buahan makanan tambahan lain
- Kolaborasikan dengan - Klien tampak lesu
ahli dit dalam pemberian - Hb : 10,9 g%
makanan - Konjungtiva anemis
- BB 50 kg
A : Masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
III - Menjelaskan pada S:
keluarga tentang penyakit - Keluarga klien mengatakan
dan prosedur perawatan takut dengan keadaan
klien penyakit klien
- Menciptakan lingkungan O:
yang nyaman - Klien tampak meringis
- Melibatkan keluarga - Keluarga klien tampak
dalam proses perawatan cemas
klien - Keluarga klien sering
- Mendiskusikan bertanya tentang penyakit
pentingnya masukan yang diderita oleh klien
cairan adekuat A : Masalah belum teratasi
- Mengevaluasi P : Intervensi di lanjutkan
kemampuan emosi dan
fisik pasien
IV - Memberikan sistem S:
kantong adekuat, - Kurang klien mengatakan
kosongnya kantong klien sering terbangun dan
sebelum tidur tidak bisa tidur lagi
- Membiarkan klien O:
mengetahui bahwa stoma - Klien tampak lesu
tidak akan cidera bila - Klien tampak menguap
tidur - Klien tidur hanya 4-5 jam
- Membahas masukan - Konjungtiva anamis
makanan atau minuman - Sklera ikterik
mengandung kafein A : Masalah belum teratasi
- Memberi semangat pada P : Intervensi dilanjutkan
klien kelanjutan
kebiasaan ritual sebelum
tidur
- Memberikan analgetik
sesuai indikasi
24-7-07 I - Mengukur tanda-tanda S:
vital - Klien mengatakan daerah
- Mengobservasi terhadap luka masih terasa gatal
tanda dan gejala infeksi - Mereka mengatakan cemas
- Mempertahankan mulai berkurang
perawatan luka aseptic O:
- Menjelaskan hal-hal - TD : 100/70 mmHg
yang dapat menyebabkan - N : 94x/menit
infeksi pada keluarganya. - Masih terdapat kemerahan
- Mengkolaborasikan pada daerah luka
dengan tim kesehatan - Leukosit 12.800
lainnya dalam pemberian - Adanya post pada luka
antibiotik. yang bewarna kuning
kehijauan
A : Masalah belum teratasi
P : Interpensi dilanjutkan
II - Melakukan pengkajian S:
nutrisi - Keluarga klien mengatakan
- Mengauskultasi bising klien tidak akan makan-
usus makanan tambahan laian
- Memberi makanan cairan selain diitnya
perlahan-lahan O :.
- Menganjurkan klien - Diit klien MC 6x200 CC
untuk makan buah- - Klien tidak ada makan
buahan makanan tambahan lain
- Kolaborasi dengan ahli - Klien tampak lesu
diit dalam pemberian - Konjungtiva masih anemis
makanan - Hb : 10,9 g%
- BB : 50 kg
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi di lanjutkan
III - Menciptakan lingkungan S :
yang nyaman - Keluarga klien mengatakan
- Melibatkan keluarga dan sudah tidak takut lagi
perawatan klien dengan keadaan penyakit
- Mengevaluasi klien
kemampuan emosi dan O:
fisik klien - Klien masih tampak
meringis
- Keluarga klien sudah tidak
cemas lagi
- Keluarga klien sudah tidak
bertanya lagi tentang
penyakit klien
A : Masalah teratasi
sebagian
P : Intervensi dilanjutkan

IV - Memberikan sistem S:
tentang adekuat, - Keluarga klien mengatakan
kosongkan kantong klien masih sering
sebelum tidur terbangun dan tidak bisa
- Membiarkan klien tidur
mengetahui bahwa sama O:
tidak akan cidera bila - Klien masih tampak lesu
tidur - Klien sering menguap
- Membatasi masukan - Klien tidur 4-5 jam/hari
makanan / minuman - Sklera klien masih ikterik
mengandung kafein - Kunjungtiva masih anemis
- Memberikan semangat A : Masalah belum teratasi
pada klien kelanjutan P : intervensi dilanjutkan.
kebiasaan ritual sebelum
tidur
- Memberikan analgetik
sesuai indikasi
25-7-07 I - Mengukur tanda-tanda S:
vital - Klien mengatakan daerah
- Mengobservasi terhadap luka sudah tidak gatrilagi
tanda dan gejala infeksi O:
- Mempertahankan - TD : 100/60 mmHg
perawatan luka aseptic - N : 90x/i
- Mengkolaborasi dengan - Kemerahan sudah
tim kesehatan lainnya berkurang
dalam pemberian - Klien tidak meringis lagi
antibiotik - Pus sudah berkurang
A : Masalah sebagian
teratasi
P : intervensi dilanjutkan

II - Melakukan pengkajian S:
nutrisi dengan seksama - Keluarga klien mengatakan
- Mengauskultasi bising tidak ada makan-makanan
usus tambahan lain selain diitnya
- Memberi makanan cairan O:
perlahan-perlahan - Diit klien MC 6x20 cc
- Menganjurkan klien - Diit habis dimakan
untuk makan buah- - Klien tidak ada makan
buahan makanan tambahan lain
- Kolaborasi dengan ahli - Klien tampak lesu
diit dalam pemberian - Konjungtiva anemis
makanan - BB 50 kg belum bertambah
A : Masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
III - Menciptakan lingkungan S :
yang nyaman - Keluarga klien mengatakan
- Melibatkan keluarga sudah tidak takut lagi
dalam perawatan biasa dengan keadaan perawatan
- Mengurangi kemampuan klien
emosi dan fisik klien O:
- Klien masih tampak
meringis
- Keluarga klien sudah tidak
cemas lagi
- Keluarga klien sudah tidak
bertanya lagi tentang
penyakit klien

A : Masalah sebagian
teratasi
P : intervensi dilanjutkan
IV - Memberikan sistem S:
kantong adekuat, - Keluarga klien
kosongkan kantong mengatakan klien sering
sebelum tidur terbangun dan tidak bisa
- Membiarkan pasien tidur
mengetahui bahwa O:
stoma tidak akan cidera - Klien tampak lesu
bila tidur - Klien masih sering
- Membatasi masukan menguap
makanan / minuman - Klien tidur hanya 6-7
mengandung kafein jam/hari
- Memberi semangat - Sklera tidak ikterik lagi
pada klien, lanjutkan - Kunjungtiva tidak anemis
kebiasaan ritual lagi
sebelum tidur A : Masalah sebagian
- Memberi analgetik teratasi
sesuai indikasi P : Intervensi dilanjutkan.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Obstruksi usus (mekanik) adalah keadaan dimana isi lumen saluran cerna tidak bisa
disalurkan ke distal atau anus karena ada sumbatan/hambatan yang disebabkan kelainan dalam
lumen usus, dinding usus atau luar usus yang menekan atau kelainan vaskularisasi pada suatu
segmen usus yang menyebabkan nekrose segmen usus tersebut.
Obstruksi usus halus dapat disebabkan oleh adhesi, hernia inkarserata, neoplasma,
intususepsi, volvulus, benda asing, kumpulan cacing askaris, sedangkan obstruksi usus besar
penyebabnya adalah karsinoma, volvulus, divertikulum Meckel, penyakit Hirschsprung,
inflamasi, tumor jinak, impaksi fekal. Gejala penyumbatan usus meliputi nyeri kram pada perut,
disertai kembung. Bising usus yang meningkat dan “metallic sound” dapat didengar sesuai
dengan timbulnya nyeri pada obstruksi di daerah distal.
Gejala umum berupa syok, oliguri dan gangguan elektrolit. Kolik dapat terlihat pada
inspeksi perut sebagai gerakan usus atau kejang usus dan pada auskultasi sewaktu serangan
kolik, hiperperistaltis kedengaran jelas sebagai bunyi nada tinggi. Tujuan utama penatalaksanaan
adalah dekompresi bagian yang mengalami obstruksi untuk mencegah perforasi. Tindakan
operasi biasanya selalu diperlukan.

B. Saran

Setelah membaca makalah ini di harapkan kepada pembaca dapat mengetahui tinjauan
medis ileus paralitik/obstruksi dan asuhan keperawatan dan memberikan pendapat/saran dari
materi yang disajikan oleh penulis.
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I
ASKEP ILEUS

Disusun Oleh : Kelompok 1


1. Paski Asma Sari
2. Rahmat Walupan
3. Repal Mahendra
4. Tasya Ema Furi
5. Vioni Febrianti

Dosen Pembimbing: Ns Septiyanti S.Kep,.M.kep

POLTEKKES KEMENKES BENGKULU


PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2017/2018

You might also like