Professional Documents
Culture Documents
LISTRIK MAGNET II
Oleh:
Dr. rer. nat. Ayi Bahtiar
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG
2007
MATERI KULIAH
2. HUKUM AMPERE
♦ Hukum Ampere
♦ Potensial vektor magnet
♦ Medan magnet dari sirkuit jauh
♦ Potensial skalar magnet
♦ Fluks magnetik
3. BAHAN MAGNETIK
♦ Sifat magnet bahan dengan model arus cincin mikroskopik
♦ Medan polarisasi magnet/magnetisasi
♦ Intensitas medan magnet
♦ Suseptibilitas magnet dan permeabilitas relatif bahan magnet
♦ Diamagnetik, paramagnetik, feromagnetik dan ferit
♦ Syarat batas dua bahan magnetik yang berbeda
♦ Hukum Ampere dalam medan magnet
4. INDUKSI ELEKTROMAGNETIK
♦ Hukum diferensial Faraday
♦ Induksi elektromagnetik
♦ Induktansi diri dan induktansi bolak-balik
5. ENERGI MAGNET
♦ Energi magnet dari pasangan sirkuit
♦ Rapat energi dalam medan magnet
♦ Gaya dan torque pada sirkuit pejal
6. PERSAMAAN MAXWELL
♦ Hukum Ampere dan persamaan kontinuitas arus listrik
♦ Persamaan Maxwell
♦ Energi elektromagnetik
♦ Persamaan gelombang elektromagnetik
♦ Syarat-syarat batas medan
7. RADIASI ELEKTROMAGNETIK
♦ Medan listrik dan magnet dalam bentuk potensial vektor dan
skalar
♦ Persamaan gelombang potensial vektor dan potensial skalar
♦ Vektor Poynting dalam perhitungan daya radiasi dipol dan
antena setengah gelombang.
Pustaka
1. J. R. Reitz,” Foundations of Electromagnetic Theory”, Addison-
Wesley Publ., 1993
2. D. J. Griffith,” Introduction to Electrodynamics”, Prentice-Hall Inc.,
1989.
3. J. D. Jackson,” Classical Electrodynamics”, John Wiley & Sons
Inc., 1991.
KOMPETENSI DASAR MATA KULIAH
2. HUKUM AMPERE
Standar kompetensi :
□ Mendeskripsikan arus listrik sebagai akibat gerak muatan listrik.
□ Merumuskan hukum Ampere dan aplikasinya pada perhitungan
medan magnet oleh cincin arus, solenoida dan toroida.
3. HUKUM FARADAY DAN ARUS INDUKSI
Standar kompetensi :
□ Merumuskan hukum Faraday tentang perubahan fluks magnet
dan medan listrik induksi tak-konservatif
□ Mendeskripsikan sistem induktor dan menghitung induktansi diri
serta induktansi timbal-balik.
4. BAHAN MAGNET
Standar kompetensi :
□ Mendefinisikan medan polarisasi magnet M, intensitas medan
magnet H, serta merumuskan hukum Ampere dinyatakan
dalam medan H.
□ Mendeskripsikan hubungan antara M dan H
□ Mendeskripsikan tetapan suseptibilias magnet dan permeabilitas
relatif dari bahan magnetik.
□ Mendeskripsikan perbedaan bahan magnet diamagnetik,
paramagnetik, feromagnetik, ferit.
□ Merumuskan rapat enerlis listrik statik
□ Menurunkan syarat batas B dan H pada batas dua bahan
magnet yang berbeda
5. PERSAMAAN MAXWELL
Standar kompetensi :
□ Memahami ketidaktaatan pada asas hukum Ampere dengan
persamaan kontinuitas arus listrik atau hukum kekekalan
muatan listrik.
□ Mendefinisikan arus pergeseran Maxwell dan merumuskan
perluasan hukum Ampere.
□ Merangkumkan keempat hukum dasar listrik-magnet : Gauss
untuk D, divergensi nol untuk B, hukum Ampere yang diperluas
dan hukum Faraday (persamaan Maxwell).
□ Merumuskan energi elektromagnetik
□ Menurunkan persamaan gelombang elektromagnetik dari
persamaan Maxwell.
□ Menurunkan syarat-syarat batas medan B dan E pada
batas/interface dua media berbeda.
6. RADIASI ELEKTROMAGNETIK
Standar kompetensi :
□ Merumuskan medan listrik dan magnet dalam potensial
vektor A dan skalar φ
□ Merumuskan sifat simetri gauge untuk menerapkan syarat
(gauge) Lorentz.
□ Merumuskan persamaan gelombang potensial φ dan A
□ Mendeskripsikan medan potensial retardasi dari φ dan A
□ Mendeskripsikan kasus radiasi dipol dan vektor Poynting
serta menghitung daya radiasi untuk kasus radiasi dipol dan
radiasi antena setengah-gelombang.
BAB I
Persamaan kontinuitas:
r r ∂ρ r
∇•J + =0 dimana: J = rapat arus
∂t
ρ = rapat muatan
Disebut arus mantap, jika rapat muatan tidak berubah terhadap waktu, maka:
∂ρ r r
= 0 ⇒ ∇•J = 0
∂t
A. INDUKSI MAGNET
Pandang dua buah muatan titik q dan q1, dimana q1 terletak ti titik O
(titik asal koordinat) dan q terletak pada posisi r dari titik O.
( )
r r r r
r 1 q1 r Fm = q v x B
E=
4πε0 r 2 r
Maka gaya total pada muatan q adalah:
r r r
F = Fe + Fm
( )
r r r
= qE + q v x B
[ (
r r r
= q E+ vxB )] ⇒ gaya Lorentz
1
Definisi : ε0µ0 = 2 , maka :
c
r r r r
1 qq1 v v1 r
Fm = 2 x
4 πε0 r c c r
c = 2.9979 x 108 m / s
Medan magnet yang dihasilkan oleh partikel q1 yang bergerak secara
seragam adalah :
r vr 1 E
B= x
c c
Gaya magnet bergantung tidak hanya pada kecepatan relatif dari dua muatan,
tetapi juga pada sistem koordinat.
Pandang suatu kawat konduktor lurus yang diberi arus I. Di dalam kawat terdiri
dari muatan-muaatan q yang bergerak dengan kecepatan v.
r r
q v I dl
r
r dengan kecepatan v dalam medan
Gaya pada muatan q yang bergerak
magnet dengan induksi magnet B adalah:
( )
r r r
Fm = q v x B
Misalkan di dalam kawat terdiri dari N jumlah pembawa muatan q per-
satuan volume, A adalah luas penampang kawat dan r setiap pembawa
r kecepatan yang sama v maka muatan
muatan q bergerak dengan
dalam elemen panjang d l :
r
dq = N A d l q
r
Maka gaya pada elemen panjang d l :
( ) ( )
r r r r r r
dFm = dq v x B = N A d l q v x B
( )
r r r r r r
d l // v ⇒ dFm = N A q v d l x B
1
424 3
I = arus
( )
r r r
dFm = I d l x B
r r r
∫
F = I dl x B
C
Jika medan magnet B seragam (tidak bergantung pada posisi), maka :
r r r
∫
F = I d l × B = 0
C
C. TORQUE
( )
r r r r r r
dτ = r × dF = I r × d l × B
Untuk sirkuit/lintasan tertutup :
∫ ( )
r r r r
τ = I r × dl × B
C
[ (
r
r×
r r
dl × B )]
z = x dzBx − x dxBz − y dyBz + y dzBy
Karena B diasumsikan uniform (tidak bergantung posisi r), maka komponen B
bisa dikeluarkan dari integral.
Untuk menghitung torque, maka kita definisikan dulu integral ruang :
∫ ξ dξ dan ∫ ξ dη
Dimana ξ adalah sistem koordinat dan η juga sistem koordinat lain yang berbeda
dengan ξ.
η
ζ b ξ = ξ2 (η)
C
ξ = ξ1 (η)
a
ξ
∫ ξ dη = ∫ ξ (η)dη + ∫ ξ (η)dη
1 2
a b
∫ [ ( )]
r r
x = I (A y Bz − A z By )
r
τx = I r × d l × B
C
r
= I ∫ [r × (d l × B)]
r r r r r
τy y = I (A z Bx − A x Bz ) τ = IA × B
C
∫[ ( )]
r r
z = I (A x By − A y Bx )
r
τz = I r × d l × B
C
r 1r r
dm = r × J dv Sangat berguna untuk membahas sifat
2 magnetik dari bahan.
HUKUM BIOT-SAVART
HUKUM BIOT SAVART
Menggambarkan gaya interaksi antara dua sirkuit konduktor berarus.
r r r
d l2 x (r1 − r2 )
r r r
I1
1
d l1 x (r2 − r1 ) 2 I2
r
r r dl2
r2 − r1
r
dl1
r
r r2
r1
O
Hukum Ampere:
Gaya yang bekerja pada sirkuit-1 akibat oleh sirkuit-2:
r µ0
r r
[ r r
d l1 x d l2 x ( r1 − r2 ) ]
F1 =
4π
I1I 2 ∫∫
C
r r 3
r1 − r2
1 C2
r µ
r
[ r r r
d l2 x d l1 x ( r2 − r1 )] µ0
= 10−7 N / A 2
F2 = 0 I1I 2
4π C
∫∫ r r3
r2 − r1 4π
1 C2
r r Buktikan !!
F1 = − F2
PR
Bukti:
( ) ( ) ( )
r r r r r r r r r
1. A x B x C = B A • C − C A • B
r r
[ r r
] [r r r r
] [(
r r r r
)
d l2 x d l1 x ( r2 − r1 ) = d l1 ( r2 − r1 ) • d l2 − d l1 • d l2 (r2 − r1 ) ]
r r r r r
r µ0 ( r2 − r1 ) • d l2 r µ0 ( r2 − r1 ) r
(
r
)
F2 =
4π
I1I 2 ∫∫ r r
r2 − r1
3
d l1 −
4π
I1I 2 ∫∫ r r 3
d l1 • d l2
C1 C2 C1 C2 r2 − r1
Suku pertama:
r r r
(r2 − r1 ) • d l2 drl = − ∇r 1 drl drl
∫∫
C1 C2
r r3
r2 − r1
1 ∫∫
C1 C2
2 r
r2 −
r
r1
2 1
r r 1 r
∫ ∫
= − d l1 ∇2 r r d l2
r2 − r1
C 1 C 2
Dalil Stokes:
∫( )
r r r r r
∫
C
F • dl =
S
∇ x F • n da
r
(r2 − r1 ) • d l2 drl = − drl ∇r x ∇r 1 • nr da = 0
r r
∫∫ r r3
r2 − r1
1 ∫1
2∫
C2 14424
2 r r
r2 − r1
C1 C2 C1
r r
43
∇ x ∇φ=0
r r
r µ0 (r2 − r1 ) drl • drl .................. (1)
( )
F2 = −
4π
I1I 2 ∫∫ r r3
r − r1
1 2
C 1 C2 2
r µ0
r
[
r r r
d l1 x d l2 x (r1 − r2 ) ]
2. F1 =
4π
I1I 2 ∫∫
C1 C2
r r 3
r1 − r2
µ0 [
r r r r
]
d l2 d l1 • ( r1 − r2 ) µ0 ( r r
r1 − r2 ) r
(
r
)
=
4π
I1I 2 ∫∫
C1 C2
r r
r1 − r2
3
−
4π
I1I 2 ∫∫r r
C1 C2 r1 − r2
3
d l1 • d l2
144424443
=0
r r
r µ (r1 − r2 ) drl • drl ............................(2)
( )
F1 = − 0 I1I 2
4π ∫∫ r r 3
r − r2
1 2
C 1 C2 1
r r r r
Karena:
(r2 − r1 ) = −(r1 − r2 )
r r r r
r2 − r1 = r1 − r2
Maka: r µ0 (rr2 − rr1 ) (drl r
)
F1 =
4π
I1I 2 ∫ C∫ rr2 − rr1 3
C
1 • d l2
1 2
r r
r µ (r2 − r1 ) drl • drl
( )
F2 = − 0 I1I 2
4π ∫∫ r r3
r − r1
1 2
C 1 C2 2
r r r r r r
∫
F = I d l x B ⇒ F1 = I1 d l1 x B1 ∫
C C1
r r r
∫
F2 = I 2 d l2 x B2
C2
Maka diperoleh Hukum Biot-Savart:
r r r
r r µ0 d l2 x ( r1 − r2 )
( )
B r1 = I2 ∫ r r 3 Induksi magnet di sirkuit-1
4π C r1 − r2
2
r r r
r r µ0 d l1 x ( r2 − r1 )
B(r2 ) = I1 ∫ r r3
Induksi magnet di sirkuit-2
4π C r2 − r1
1
rr
Untuk arus yang merupakan distribusi kontinu digambarkan oleh rapat arus J ( r )
rr r r
r r µ J (r2 ) x (r1 − r2 )
B(r1 ) = 0 ∫ r r 3
dv 2
4π V r1 − r2
rr r r
r r µ0 J (r1 ) x (r2 − r1 )
B(r2 ) = ∫ r r 3
dv1
4π V r1 − r2
Dalam medan magnet bahwa kutub-kutub magnet selalu berpasangan
/dipol (kutub-kutub magnet tidak berdiri sendiri, tidak monopol), maka
harus berlaku:
r r
∇•B = 0
Bukti !! r r r
r r r µ0 r d l2 x (r1 − r2 )
∇1 • B(r1 ) = ∫
I 2 ∇1 • r r 3
4π C r1 − r2
2
( ) ( ) ( )
r r r r r r r r r
⇒ ∇• Fx B = G • ∇x F − F• ∇xG
r r
dim ana F = d l2
r (rr1 − rr2 ) r 1
G = r r 3 = −∇1 r r
r1 − r2 r1 − r2
r r r
r r r
∇1 • B(r1 ) =
µ0 ( r1 − r2 ) r µ0 r r 1
∫
I 2 r r 3 ∇1 x d l2 +
4 π C r1 − r2 1 424 3 4π ∫
I 2 ∇1 x ∇1 r r
r1 − r2
2 =0 C2 144 2 44 3
r r
∇ x ∇φ=0
r r r
∇1 • B(r1 ) = 0 ( terbukti)
Dengan menggunakan cara yang sama, maka dapat dibuktikan juga bahwa:
r r r
∇2 • B(r2 ) = 0
Secara umum
r r r
∇ • B(r ) = 0
APLIKASI HUKUM BIOT-SAVART
1. Kawat konduktor panjang lurus
Suatu kawat panjang lurus tak hingga sejajar dengan sumbu-x diberi arus I.
Tentukan induksi magnet di titik P sejauh a dari kawat tersebut.
Solusi: r r
d l = dx i
r r r r r r
d l x (r2 − r1 ) = dx i x (r2 − r1 )
y
P
r r r
r r r r r = dx r2 − r1 sin θ k
i × ( r2 − r1 ) r2 − r1
a r
r2
I θ
x
−∞ r dx +∞
r1
z
y
P
r r
r2 − r1
a
r
r2
I θ
−∞ x
r dx +∞
r1
a
= tan (180 − θ) = − tan θ
z x
cos θ
r r a a x = −a
r2 − r1 = = sin θ
sin (180 − θ) sin θ
− sin 2 θ − cos2 θ a
r r3 a3 dx = −a 2
dθ = 2
dθ
r2 − r1 = sin θ sin θ
sin 3 θ Maka:
Berapakah nilai: r r r a a r
r dx r2 − r1 sin θk = 2
. . sin θdθk
r r sin θ sin θ
dx r2 − r1 sin θk r
a2
= 2
dθk
sin θ
Induksi magnet di titik P adalah:
+∞ r r r
r µ dx i x ( r2 − r1 )
B(a ) = 0 I ∫
4π −∞ ( rr2 − rr1 ) 3
π 2 3
r
µ0 a sin θ dθ k
= I ∫
4π 0 sin 2 θa 3
π
µ0 r
= ∫
I sin θ dθ k
4π 0
µ0 r π
= I k (− cos θ) 0
4 πa
µ0 v
= Ik
2 πa
2. Kawat konduktor melingkar yang berpusat di titik 0 dan berjejari R, diberi arus I
z
r r r
P r1 = R cos θ i + R sin θ j
r r
r r r2 = zk
r r2 − r1 r r r r r
z r2 -x
(r2 − r1 ) = − R cos θ i − R sin θ j + zk
r r
( 2
r2 − r = R + z )
2 1/ 2
r r r
d l = − R sin θ dθ i + R cos θ dθ j
θ dθ y r r
r r r r
r1 r d lx (r2 − r1 ) = R sin θ dθ k + Rz sin θ dθ j
2 2
dl 2 2
r r
x I + R cos θ dθ k + Rz cos θ dθ i
Maka induksi magnet di titik P adalah:
2π r r r
r r µ d lx (r2 − r1 )
B(r2 ) = 0 I ∫
4π 0 rr2 − rr1 3
µ0
2π 2π 2π
R 2dθ r Rz sin θdθ r Rz cos θdθ r
= I ∫(
4π 0 R 2 + z 2 3 / 2
k
)
+ ∫(
0 R 2
+ z )
2 3/ 2
i + ∫(
0 R 2
+ z )
2 3/ 2
i
r r µ0 R 2 I r 2π µ0 RzI r 2π
B( r2 ) = kθ + i sin θ
(
4π R 2 + z 2 )3/ 2
0 (
4π R 2 + z 2 )
3/ 2
0
r 2π
µ0 RzI
− j cos θ
(
4π R + z 2
)
2 3/ 2
0
µ0I R2 r
= k Arah induksi magnet sejajar dengan sumbu-z
2 R 2 + z2 ( )3/ 2
r µ0I R2 r
x B(z ) = k
2 R 2 + z2 ( )
3/ 2
x 2b x
Jika titik P berada di
tengah-tengah
kumparan (z = b), maka
R R
karena arusnya searah,
P induksi magnet di titik P
I I sama dengan nol.
z z
y y
N-lilitan N-lilitan
Induksi magnet di titik P:
µ0 NIR 2 1 1
Bz (z ) = 2 +
2 (
R + z 2 )
3/ 2
[ 2
]
2 3/ 2
(2b − z ) + R
µ 0 NIR 2 1
1
Bz (z ) = 2 +
2 (
R + z 2 )3/ 2
[
(2b − z ) + R
2 2 3/ 2
]
Turunan pertama dari Bz terhadap z adalah:
Di z = b, maka:
d 2 Bz 3µ 0 NIR 2 2 R 2 − 8b2
=− 2
dz 2 z =b 2 (
R + z )
2 7/2
d 2 Bz 3µ 0 NIR 2 2 R 2 − 8b2
=− 2
dz 2 z =b 2 (
R + z )
2 7/2
Turunan ini menjadi nol, jika R2 - 4b2 = 0, maka jarak kedua kumparan adalah:
2b = R
Berarti bahwa jarak antara kedua kumparan harus sama dengan jari-jari
kumparan. Sehingga induksi magnet di titik P menjadi:
µ0 NI 8
Bz =
R 53 / 2
Lilitan Helmholtz
datas
Tabung gelas
lintasan elektron
Tegangan
pemercepat elektron ve
Anoda
Tegangan dbawah
filamen
Berdasarkan kesetimbangan gaya, bahwa gaya Lorentz harus sama
dengan gaya putaran (sentrifugal).
FLorentz = Fsentrifugal
me v 2
q.v.B =
r
q v
=
m e r. B
1
E k = U = me v 2
2
Dengan kombinasi kedua persamaan diatas, maka :
me U
r2 = 2 . 2
q B
Dengan menggambarkan grafik hubungan r2 dengan U/B2 , diperoleh
gradien b, sehingga muatan spesifik elektron menjadi :
2 q
=
b me
dimana:
45
B = const.I m
40
2me
b =
q 35
r [10 m ]
2
30
-4
25
2
20
15 20 25 30 35 40
2 7 2
U/B [10 V/T ]
Solenoida
Suatu silinder berjari-jari R dan panjang L, diberikan lilitan sebanyak N-lilitan dan
diberi arus listrik I. Berapakah induksi magnet di titik P di dalam selenoida ?
dz
R α1 P α
2
R z0
L L
Induksi magnet di titik P (z0) diperoleh dengan membagi panjang silinder L menjadi
elemen-elemen panjang dz, dimana setiap dz mengandung Ndz/L lilitan.
L
µ0 NI R 2 dz
Bz ( z 0 ) =
L 2 ∫ [(z − z) + R
2
]
2 3/ 2
0 0
dz
L
α µ0 NI R 2 dz
R
z
α1 α2 Bz ( z 0 ) =
L 2 ∫ [(z − z) + R
2
]
2 3/ 2
z0 P 0 0
µ NI R 2 α2
(R / sin α) dα
2
R = z 0 tan α1 Bz ( z 0 ) = − 0
L 2 ∫ (R / sin α )3
R = (L − z 0 ) tan α2 π −α1
π− α1
z − z 0 = R cot α µ0 NI
R
dz = − 2 dα
=
2L ∫ sin α dα
α2
sin α
µ0 NI
[− cos(π − α1 ) + cos α2 ]
[(z ]
3
2 3/ 2 R =
0 − z) + R
2
= 2L
sin α
µ NI cos α1 + cos α2
= 0
L 2
Jika panjang solenoid lebih besar dibandingkan dengan jari-jari dan z0 tidak
mendekati nol atau L, maka sudut α1 dan α2 kesil dan bisa didekati dengan :
R R
α1 ≅ ; α2 ≅
z0 L − z0
Sehingga :
µ0 NI R 2 R2
Bz (z 0 ) ≅ 1 − 2 −
L 4z 0 4(L − z 0 )2
µ 0 NI
Bz (z 0 ) ≅
L
BAB II
HUKUM SIRKUIT AMPERE
r r
Untuk arus mantap: ∇ • J = 0
r r
∇xB mempunyai nilai tertentu yang dapat dinyatakan sebagai:
r r r rr
∇xB( r ) = µ0 J (r )
r r
Dengan mengubah I 2d l2 = J (r2 ).dV2 maka:
rr r r
r r µ J (r2 )x (r1 − r2 )
B( r1 ) = 0
4π V ∫ r r
r1 − r2
3
dV2
2
Nilai Curl dari B, diperoleh:
r r r r
r r r µ r J ( r )x (r − r )
∇1x B(r1 ) = 0 ∇1x 2r r1 3 2 dV2
∫
4π V r1 − r
2
Ingat :
( ) ( ) ( ) ( )
r r r r r r r r r r r r r r r
∇1x ( FxG ) = G • ∇1 F + ∇1 • G F − F • ∇1 G − ∇1 • F G
r rr
F = J (r2 )
r (rr1 − rr2 ) r 1
G = r r 3 = −∇1 r r
r1 − r r1 − r2
maka :
r r r r r r r
( ) 1 r r r2 1
G • ∇1 F = − ∇1 r r • ∇1 J (r2 ) = − J (r2 ) ∇1 r r
r1 − r2
r1 − r2
( ) ( )
r r r r rr r 1 r r r2 1
∇1 • F G = − ∇1 • J (r2 ) ∇1 r r = − J (r2 ) ∇1 r r
r1 − r2 r1 − r2
sehingga :
( ) ( )
r r r r r r r r r
∇1x ( FxG ) = ∇1 • G F − F • ∇1 G..................................(# )
Dengan demikian maka:
r r r r
r r r µ r (r − r ) r µ r r r (r − r )
∇1x B(r1 ) = 0 ∇1 • r1 r 2 3 J (r2 ) dV2 − 0 J (r2 ) • ∇1 r1 r 2 3 dV2
4π V∫ r1 − r2 4π V ∫ r1 − r2
2 2
µ0 r r 1 r
= ∫∇1 • ∇1 r r J (r2 ) dV2 − 0
4π V r1 − r2
2
µ0 r 2 1 r
= ∫∇1 r r J (r2 ) dV2
4π V r1 − r2
2
µ0 r r r
= ∫ 4π δ(r1 − r2 ) J (r2 ) dV2
4π V
2
rr
= µ0 J (r1 )
r r r rr
∇1xB(r1 ) = µ0 J (r1 )
Hukum Ampere dalam bentuk lain:
∫( )
r r r r r
S
∇xB • n da = µ0 J • n da∫
S
Dalil Stokes
r r r r
∫
C
∫
B • d l = µ0 J • n da
S
Contoh:
1. Suatu kawat lurus panjang yang diberi arus listrik I, diletakkan dalam suatu
sirkuit tertutup, berapakah induksi medan magnet di dalam sirkuir tersebut ?
r r 2 π µ0I
Hukum Ampere:
r r r r
∫ B • dl = ∫2 πr
r dθ = µ0 I
C 0
∫C
∫
B • d l = µ0 J • n da
S
; dl = rdθ 2 πr B = µ 0 I
r r r µ0I
∫ B • dl = ∫ B r dθ B=
2 πr
C C
2. Medan magnet dari suatu kawat konduktor koaksial dengan jari-jari bagian
dalam a dan bagian luar b.
Solusi:
r r r
r r µ0 d l1 x (r2 − r1 )
B(r2 ) = I1 ∫ r r3
4π C r2 − r1
1
rr r r
µ0 J (r1 ) x (r2 − r1 ) µ0 r r r 1
= ∫ r r 3
dV1 = − ∫ J (r1 ) x ∇2 r r dV1
4π V r2 − r1
4π V r2 − r1
1 1
Ingat: r r r r r r 1 r r
∇ x αF = α∇ x F + ∇αF ;α= r r dan F = J
r2 − r1
rr
r J (r1 ) 1 r rr r 1 rr
∇2 x r r = r r ∇2 x J (r1 ) + ∇2 r r x J ( r1 )
r2 − r1 r2 − r1 r2 − r1
rr rr
r r µ0 r J (r1 ) r µ0 J (r1 )
Maka: B( r2 ) =
4π V∫ ∇2 x r r dV1 = ∇2 x
r2 − r1 ∫
r r dV1
4π V r2 − r1
1 1
Potensial vektor magnet didefinisikan sebagai:
r r r r r
B(r2 ) = ∇2 x A(r2 ) ; maka :
rr
r r µ J (r )
A(r2 ) = 0 r 1 r dV1
∫
4π V r2 − r1
1
rr
r r µ J (r )
A(r1 ) = 0 r 2r dV2
∫
4π V r1 − r2
2
MEDAN MAGNET PADA RANGKAIAN JARAK JAUH
r r
Sirkuit jauh artinya: r2 >> r1
r
r1 r
r2
I ∞
r r
1
r2 − r1
=
r r −1
r2 − r1 = (
r2
2
+ r1
2
− 2
r r
r1 • r2 )
−1 / 2
r r
r22 = r2 • r2
r r
r12 = r1 • r1
Deret Binomial:
n n −1 n( n − 1) n −2 2
(a + b ) = a + a b +
n n
a b + ... + b n
1! 2!
r r
r •r 1
Dengan harga-harga: a = 1 ; b = −2 1 2 2 ; dan n = −
r2 2
r r r r
1 1 1 2 r1 • r2 1 r1 • r2
r r = 1 + 2 = + 3
r2 − r1 r2 2 r2 r2 r2
r r r
J (r1 ) dV1 → I1 d r1
Maka potensial vektor magnet:
r r r
µ dr
A(r2 ) = 0 I1 r 1 r
∫
4π C r2 − r1
µ0 r r r 1 r r
=−
4πr2
I r xS ; S = −
3 1 2
2 ∫
d r1 x r1 = luas sirkuit
Penurunan rumus dapat dilihat di buku J.R. Reitz dkk,”Dasar Teori Listrik-Magnet.” hal. 221.
r r µ0 r r r r
A(r2 ) = − r x m ; m = I1S = momen magnet
3 2
4πr2
( ) ( ) ( ) ( )
r r r r r r r r r r r r r r r
Gunakan: ∇2 x ( FxG ) = G • ∇2 F + ∇2 • G F − F • ∇2 G − ∇2 • F G
r r
dim ana : F = m
r rr2
G= 3
r2
r r r r r
r2 r r r
( ) ( )
r r r2 r r r r r r r r
∇2 x ( m x 3 ) = 3 • ∇2 m + ∇2 • 23 m − m • ∇2 23 − ∇2 • m 23
r2 r2 r2 r2 r2
r
( r r r2
)
= 0 + 0 − m • ∇2 3 − 0
r2
r
( )
r r r
= − m • ∇2 23
r2
r r r r 1 r2 1
r2
⇒ ∇2 • 3 = −∇2 • ∇2 = −∇ 2 = 0 ; jika r2 ≠ 0
r2 r2 r2
r r r r
(
r r r2
)
⇒ m • ∇ 2 3 = −3
(m • r2 ) r m
r2 + 3
5
r2 r2 r2
Maka induksi magnet di sirkuit jauh (dipol magnet) adalah:
r r r
r r µ0 (m • r2 ) r m
B(r2 ) = 3 5
r2 − 3
4π r2 r2
r
Induksi magnet di titik r dari sebuah dipol magnet yang terletak di titik
nol (0):
r r
()
Br =
µ0
r r
m • r (
r m
r
r − 3
)
3 5
4π r r
Persamaan diatas menunjukkan bahwa curl dari induksi magnet sama dengan
nol, jika rapat arusnya nol. Sehingga induksi magnetnya dapat diungkapkan
sebagai gradien dari potensial skalar.
r r
r r * ∇x B = 0
B = −µ0∇φ r r
∇ x ∇φ = 0
Dimana φ* adalah potensial skalar magnet.
r r
Disisi lain bahwa: ∇•B = 0
( )
r r r2
∇ • − µ0∇φ * = −µ0∇ φ* = 0
r2
∇ φ* = 0
Dalam daerah yang tidak mempunyai rapat arus, potensial skalar magnet
memenuhi persamaan Laplace. Sehingga solusinya sama dengan dalam problem
listrik statik.
Namun, kita harus hati-hati dalam menerapkan syarat batas. Nilai φ* dari suatu
lintasan/sirkuit yang membawa arus bukan merupakan fungsi yang berharga
tunggal.
Ungkapan potensial skalar dari suatu dipol magnet sangat berguna.
r r r
r r µ0 (m • r2 ) r m
B(r2 ) = 3 5
r2 − 3
4π r2 r2
rm r r
r r • r2
B(r2 ) = −µ0∇
3
4πr2
r r r
B(r2 ) = −µ0∇φ *
maka :
r r
r m • r2
φ * (r2 ) = 3
untuk suatu dipol magnet m.
4πr2
POTENSIAL SKALAR DARU SUATU DIPOL MAGNET
r
r r
() µ
B r = 0 3
m
r r
(
• r r
−
)
m
r
3
r 5
r
4π r r
r r
µ0 r m • r
=− ∇ 3
C1 4π r
yang memenuhi:
C
( ) ( )
r r r r r r r r r
∇ (F • G) = G • ∇ F+Gx ∇x F
(
r r
) ( )
r r r r
I + F•∇ G + Fx ∇xG
Maka potensial skalar magnet untuk sirkuit kecil C1:
r r
d m •r
dφ*m =
4 πr 3
Dalam satu sirkuit kecil, arus saling menghilangkan sehingga setiap sirkuit dapat
dianggap sebagai sebuah dipol magnet dengan momen dipol:
r r r
dm = I n da n = vektor normal elemen sirkuit da
Karena semua garis-garis gaya magnet adalah tertutup, maka total fluks magnet
yang melalui suatu permukaan tertutup A dari suatu volume V harus nol. Hal ini
akibat dari jumlah garis-garis medan yang masuk sama dengan jumlah garis-
garis medan yang keluar dari suatu permukaan tertutup A.
r
dA
r
dA
N S
r r r r
a) dΦ = B.dA ∫
b) Φ = B.dA = 0 c) Φ=0
Untuk permukaan tertutup berlaku:
r r r r
∫ ∫
Φ = B • n da = ∇ • B da = 0
S V
Sehingga:
r r yang merupakan bentuk matematik dari
∇⋅B = 0 fenomena fisika, bahwa tidak ada magnet
satu kutub; selalu ada dua kutub yaitu kutub
Utara dan kutub Selatan.
BAB III
SIFAT MAGNET DARI BAHAN
Setiap bahan tersusun dari atom-atom.
Setiap atom terdiri dari elektron yang dapat bergerak.
Elektron-elektron ini bergerak dalam suatu atom tunggal sehingga
menghasilkan arus yang disebut arus atom (arus sirkulasi).
Elektron-elektron yang bebas atau ion-ion bermuatan bergerak
menimbulkan arus yang disebut arus transport.
r
mi = momen dipol ke − i
r lim 1 r
M=
∆V → 0 ∆ V ∑i
mi
IM
Hubungan antara magnetisasi dan rapat arus magnetisasi
1 2
Magnetisasi dalam elemen
∆z
volume 1:
r
∆x M (x ' , y' , z ' )
Magnetisasi dalam elemen
∆y
volume 2:
y r r
∂M 2
∂ M 2
(x’,y’,z’) M (x ' , y ' , z ' ) + ∆ y + 2
∆y + ...
∂y ∂y
≈
x r
∂M
M (x ' , y' , z ' ) + ∆y
∂y
Momen magnet elemen volume 1:
r
M ∆x ∆y ∆z
Momen magnet elemen volume 2:
r
r ∂M
M + ∆y ∆x ∆y ∆z
∂y
Komponen-x dari momen
magnet elemen volume 1:
Ia’ Ia”
M x ∆x ∆y ∆z = I' a∆y∆z
Komponen-x dari momen
magnet elemen volume 2: Mx ∂M x
M x + ∆y
∂M x ∂y
x
M + ∆ y ∆x ∆y ∆z = Ia" ∆y∆z
∂y
Ia’ Ia”
Mx ∂M x
M x + ∆y
∂y
∂M x
Ia '− Ia" = M x ∆x − M x + ∆y ∆x
∂y
∂M x
=− ∆x ∆y
∂y
Dengan cara yang sama, kita dapat mengambil elemen volume dalam
arah sumbu-y, sehingga arus magnetisasi keatas adalah:
∂M y
∆x ∆y
∂x
Ia”
∂M y
Ia’ M y + ∆x
∂x
My
∂M y ∂M x
I a = − ∆x ∆y
∂x ∂y
Dimana ∆x∆y adalah luas yang dilalui arus Ia.
Rapat arus magnetisasi didefinisikan sebagai:
Ia ∂M z ∂M y
(J M )x = = −
∆x ∆y ∂y ∂z
∂M x ∂M z
(J M )y = −
∂ z ∂ x
∂M y ∂M x
(J M )z = −
∂x ∂y
r r r
JM = ∇ x M
B. INDUKSI MAGNET DARI BAHAN DIMAGNETISASI
Titik medan
r
r : Vektor posisi titik pengamat
r
r' : Vektor posisi titik/sumber medan
r
r µ 0 M x (rr − rr ' )
A= ∫ r r
4π V ' (r − r ')3
dV'
µ0 r r 1
= ∫
4π V '
M x ∇' r r dV'
r − r'
r r r r r r
Ingat !!! ∇ x αF = α ∇ x F − F x ∇α
r
r M 1 r r r r 1
∇' x r r = r r ∇' x M − M x ∇' r r
r − r' r − r' r − r'
r r r
Maka: r r µ 0 ∇' x M µ0 r M
A(r ) = ∫ r r dV' − ∫
∇ x r r dV'
4π V ' r − r ' 4π V ' r − r'
Kesamaan vektor :
r r r r
∫
V
∫ ∫
∇ x F dV = n x F da = − F x n da
S S
Maka :
r r r r
r r µ 0 ∇' x M µ0 Mxn
A(r ) = ∫ r r dV ' + ∫ r r da '
4π V ' r − r ' 4π S r − r'
Dengan mendefinisikan rapat arus magnetisasi permukaan (arus
magnetisasi per-satuan panjang yang mengalir melalui permukaan):
r r r
jm = M x n
r r r r r µ0 r r r 1
B(r ) = ∇ x A (r ) = − ∫ ∇ x M x ∇ r r dV'
4π V ' r − r'
r r r r r µ0 r r r 1
B(r ) = ∇ x A(r ) = − ∫ ∇ x M x ∇ r r dV'
4π V' r − r'
∫( )
µ0 r r 2 1 µ0 r r r 1
=
4π V '∫M ∇ r r dV' −
r − r' 4π V'
M • ∇ ∇ r r dV'
r − r'
14442 r
4443 144442 r
4444 3
B1 B1
r µ0 r r 2 1 µ0 r r r r
B1 = ∫ M ∇ r r dV' = M 4π δ(r − r ' ) dV' = µ0 M
∫
4π V ' r − r' 4π V '
r r
µ0 r r (r − r ') µ0 r r r 1
∫( )
r µ0 r r r 1
B2 =
4π V '
M • ∇ ∇ r r dV' =
r − r' ∫ ∇ M • r r 3 dV'−
4π V' r − r '
∫4π V'
M x ∇ x∇ r r dV'
− r'
142r 43
=0
r 1 r (rr − rr ' )
r *r
= µ 0∇ ∫ M • r r 3 dV' = µ0∇φ ( r )
14π V ' r − r'
44424443
potensial skalar magnet
Maka induksi magnet dari bahan yang dimagnetisasi
r r
[r r r *r
]
B(r ) = µ 0 M ( r ) − ∇φ (r )
r r
* r
φ (r ) =
1 r ( r − r ') 1 r r 1
∫
4π V '
M • r r 3 dV' =
r − r' 4π V ' ∫
M • ∇' r r dV'
r − r'
( )
r' r r' r r' r
Gunakan : ∇ • αF = α ∇ • F + ∇ α • F
1 r
α= r r ;F=M
r − r'
r r' r
' M
* r 1 r 1 ∇ •M
φ (r ) = ∫
∇ • r r dV'− r r dV'∫
4π V ' r − r' 4π V ' r − r '
r r r r
Teorema divergensi:
∫
V
∫
∇ • F dV = F • n da
S
* r
φ (r ) =
1 M•n
r r
1
r' r
−∇ •M ( )
∫r r da '+
4 π S' r − r ' ∫
r r dV'
4π V ' r − r '
r r
Definisikan: ρ M = −∇'• M = Rapat kutub magnet
r r
σM = M • n = Rapat permukaan kuat kutub magnet
r 1 ρM 1 σM
φ* (r ) = ∫ r r dV ' + ∫
r r da '
Analog dengan potensial
4π V ' r − r ' 4 π S' r − r ' listrik statik (elektrostatik)
Sehingga induksi magnetnya menjadi:
r r
[ r r r *r
]
B(r ) = µ 0 M (r ) − ∇φ (r )
r µ0 r r 1 r r 1
= µ0 M − ρ M (r ' )∇ r r dV'+ σ M (r ' )∇ r r da '
∫ ∫
4π V ' r − r' r − r'
S'
r r r r
r µ0 r (r − r ' ) µ r (r − r ' )
= µ0 M + ∫ρ M ( r ' ) r r 3 dV'+ 0 σ M (r ' ) r r 3 da '
∫
4π V ' r − r' 4 π S' r − r'
Contoh:
Suatu bahan berbentuk silinder yang dimagnetisasi segaram searah
panjangnya. r
n r
M r
r r n r
n M M
r r
ρ M = −∇'• M = 0
r r r r
σ M = M • n = 0 jika M⊥n
r r r r
= M • n ≠ 0 jika M tidak ⊥ n
Jadi di selubung permukaan tak ada medan magnet. Kutub magnet hanya
terletak di ujung kiri dan kanan dari bahan.
N S
C. INTENSITAS MAGNET; SUMBER MEDAN MAGNET
Medan magnet dapat bersumber dari: arus transport dan bahan yang
dimagnetisasi. Jika kedua sumber tersebut ada, maka induksi magnet dapat
dinyatakan sebagai:
rr
r r µ 0 j( r ' ) x (rr − rr ' )
B(r ) = ∫
4π V ' r r 3 144
[
r r r *r
42444 3
]
dV' + µ 0 M ( r ) − ∇φ ( r )
r − r'
14444244443 dari bahan yang dim agnetisasi
dari arus transport
rr r r
Jika arus transport j ( r ' ) dan M ( r ' ) sudah ditentukan, maka induksi magnet dapat
dihitung.
r r
Jika M ( r ' )diketahui, maka rapat kutup magnet ρM dan rapat permukaan kutub
magnet σM dapat dihitung, sehingga potensial skalar magnet dapat ditentukan.
()
r r r
M=MB
Maka induksi magnet sulit dihitung, karena magnetisasinya sendiri
merupakan fungsi dari medan luar. Karena itu dibuat definisi, bahwa:
1 r r r r r r
B(r ) − M (r ) = H (r )
µ0
r r
H (r ) adalah intensitas magnet. Dengan demikian maka:
rr r r
r r j(r ' ) x (r − r ' ) r *r
H (r ) =∫ r r 3 dV' − ∇φ (r )
V' r − r'
D. PERSAMAAN MEDAN
Persamaan medan:
r r
∇ • B = 0 berlaku umum, jadi sumbernya tidak hanya dari arus transport
r r r r
∇ x B = µ0 J ( J = arus total)
r r r
J= {j + jM
{
arus transport arus magnetisasi
( )
r r r r
∇ x B = µ0 j + jM
Sehingga:
r r r r
∇ x B = µ0 j + µ0 jM
( )
r r r r r
= µ0 j + µ0 ∇ x H ⇒ jM = ∇ x H
Maka:
r
( )
r r r
∇ x B − µ0 M = µ0 j
1424 3
µ Hr
0
r r r
∇x H = j (arus transport saja )
∫( )
r r r r r
∫
∇ x H • n da = j • n da
S S
r r
∫C
= H • dl Teorema Stokes
r
n C adalah lengkungan yang membatasi
permukaan S
C r r r r
∫
C
∫
H • d l = j • n da
S
S
da r r
∫
I = j • n da (arus transport yang melalui S)
S
dl Maka :
r r
∫
C
H • dl = I
Dalam kuliah ini kita batasi pada bahan magnet isotrop dan linier, yaitu:
r r
M = χm H
χm adalah suseptibilitas magnet bahan (besaran tidak berdimensi)
µ
Km = = 1 + χm
µ0
Magnetisasi M sebagai fungsi dari kuat medan H
M M r
B
r
M
r χm < 0
ferromagnetik Bi
r
100 0.01 B
r
M
paramagnetik
r χm > 0
Bi
H
diamagnetik
A. BAHAN DIAMAGNETIK
Bahan diamagnetik terdiri atas atom-atom atau molekul-molekul yang
tidak memiliki dipol magnet permanen.
Jika bahan tsb di dalam medan magnet, sehingga terinduksi momen
dipol sedemikian rupa sehingga meda magnet di dalam bahan Bi lebih
kecil daripada medan luar B.
r r
M = χm H
r
B
r
M
r χm < 0
Bi
Contoh beberapa bahan diamagnetik (memperlemah medan magnet)
Bahan χm
Bismut -16.4 x 10-5
Tembaga -0.98 x 10-5
Intan -2.2 x 10-5
Air raksa (Hg) -2.8 x 10-5
Perak -2.4 x 10-5
Emas -3.5 x 10-5
Hidrogen (1 atm) -0.22 x 10-8
Nitrogen (1 atm) -0.67 x 10-8
Karbondioksida (1 atm) -1.19 x 10-8
Jika diberikan medan magnet luar, sebagian dari dipol magnetnya akan
terorientasi, sehingga magnetisasinya menjadi:
r r
r r mi • B
M = N. m i ê B
3kT
ê B adalah vektor satuan dari medan magnet dan N adalah jumalah dipol per
m3. Suseptibilitas magnetnya :
r
M µ0 Nm 2
χ m = µ0 r =
B 3kT
Arah orientasi momen dipol magnet bahan (a). Tanpa medan magnet luar, (b).
Dengan magnet luar.
r r
B=0 B>0
r 1 r r r
M=
V ∑ mi = 0 r r mi • B
M = N. m i ê B
i 3kT
Contoh beberapa bahan paramagnetik
(memperkuat medan magnet)
Bahan χm
Alumunium 2.1 x 10-5
GdCl3 603 x 10-5
Magnesium 1.2 x 10-5
Natrium 0.84 x 10-5
Titan 18 x 10-5
Tungsten 7.6 x 10-5
Oksigen (1 atm) 193.5 x 10-8
r r
B =µH
r r tidak berlaku
M = χm H
( )
r
µ=µ H
⇓
( )
r r r
B=µ H H
Pandang suatu bahan ferromagnetik yang semula tidak dimagnetisasi, diletakkan
dalam medan magnet yang besarnya dapat diubah-ubah.
Jika intensitas magnet yang awalnya nol, dinaikkan secara monoton, maka
hubungan induksi magnet dan intensitas magnet ditunjukkan dalam gb. dibawah
ini:
Magnetisasi jenuh
( )
r r r
r B = µ0 H + M
B
µ
µ0 µ
µ0
r
Kurva magnetisasi bahan H
Kurva Histeresis
Bahan χm
Bismut -16.4 x 10-5
Tembaga -0.98 x 10-5
Intan -2.2 x 10-5
Air raksa (Hg) -2.8 x 10-5
Perak -2.4 x 10-5
Emas -3.5 x 10-5
Hidrogen (1 atm) -0.22 x 10-8
Nitrogen (1 atm) -0.67 x 10-8
Karbondioksida (1 atm) -1.19 x 10-8
Mayoritas bahan ferromagntik adalah elemen logam transisi, seperti besi, nikel
atau kobal.
Jika bahan ferromagnetik dipanaskan diatas temperatur tertentu (Temperatur
Curie, TC), maka sifat magnetinya akan hilang.
magnet
T < TC
T > TC
N
Suseptibilitas magnet bahan ferromagnetik hanya dapat diamati pada temperatur
diatas temperatur Curie.
C
χ m (T ) =
T − θC
T > θC > TC
Dimana C konstanta bahan (Konstanta Curie)
A A
A
A A
B
B B
B
A A
A
A A
E. FERRIMAGNETIK DAN FERRIT
¾ Dalam bahan ferrimagnetik, momen magnet masing-masing atom tidak sama,
sehingga memiliki magnetisasi spontan M, walaupun tanpa adanya medan
magnet luar.
¾ Contoh bahan ferrimgnetik adalah Fe3O4.
¾ Jika atom Fe diganti dengan atom lain, seperti Mg atau Al, maka menjadi
bahan Ferrit.
A A
A χm C
χm =
A A T+θ
B
B B
B
χ⊥
A A
A χ
χm
A A
-θ 0 TN T
Jika dipanaskan diatas temperatur kritis (Temperatur Néel, TN), bahan
antiferromagnetik dan bahan ferrimagnetik akan berubah menjadi bahan
paramagnetik.
Suseptibilitasnya digambarkan dengan:
C
χm =
T + θN
θN : temperatur Néel paramagnetik.
C : konstanta Curie
NiO 520 -
Jika dibandingkan dengan ahan ferromagnetik, maka jelas bahwa TN < TC.
Kurva magnetisasi bahan antiferromagnetik
χm
χ⊥
χm χ r
-θ TN T
B
0
2 µ2
1 µ1
Pada umumnya jika mediumnya berlainan, maka medan magnetnya juga
berbeda.
r
Syarat batas dari medan B
r r
∇•B = 0
r r
∫
V
∇ • B dV = 0
r r
∫ B • n da = 0
S
Perubahan medan B pada permukaan medium-1 dan medium-2
r r
n2 B2
2 µ2 ∆S
1 µ1 ∆S
r r
B1 n1
r r r r r r
∫
S
B • n da = 0 B2 • n 2 ∆S + B2 • n 2 ∆S = 0
r r
Kita ambil permukaan tertutup itu karena n1 = − n 2 maka :
pada permukaan batas, dimana
S = permukaan selubung silinder
( )
dan tinggi silinder → 0.
r r r
B2 − B1 • n 2 = 0
r r
B2 n − B1n = 0
r r
B2 n − B1n = 0
r r
B2 n = B1n Komponen normal dari B kontinu pada bidang
r r batas, sedangkan komponen tangensial tidak.
B2 t ≠ B2 t
r
Syarat batas dari medan H
r r r r
Persegi panjang, dimana AD → 0 ∫ ∫
H • d l = I = j • n da
dan BC → 0 C A
r
r H2 Integral garis melalui
A ∆l lengkungan tertutup
2 µ2 B
r r r r r r r r
1 µ1 r C
∫ H • d l = H 2 • ∆ l − H 1 • ∆ l = j • n∆ l
C
D − ∆l
r
H1
r r r r r r r r
∫ H • d l = H 2 • ∆ l − H 1 • ∆ l = j • n∆ l
C
Dimana:
r r
j • n' : arus yang melalui bidang persegi-panjang per-satuan jarak.
r
j : arus permukaan (transport) persatuan panjang.
r
n2 : normal pada bidang persegi panjang
r
n' : normal yang masuk ke dalam bidang
r r
l0 : vektor satuan sepanjang ∆ l
r
n2
r
( )
∆l, l0 r r r r r r r
H 2 • l 0 ∆l − H 1 • l 0 ∆l = j • n 2 x l 0 ∆l
( )
r r
( )
r r r r
H 2 − H1 • l0 = j x n 2 • l0
r r
r r
( )
∆ l = ∆l l0 r r
H 2 − H1 t = j x n 2
r r r
n ' = n 2 x l0
Salah satu sifat penting dari induksi magnet B adalah bahwa fluks magnet bersifat
kontinu disemua posisi.
Pandang suatu tabung dari induksi magnet yang dibatasi permukaan S1 dan S2.
r
B2
r
n2
Teorema divergensi :
S2
r r
∫ ∇ • B dV = 0
V
S1 r r r r
r'
n1
= ∫ ∫
B • n da − B • n' da
r S2 S1
n1 = Φ (S2 ) − Φ (S1 )
Jika tidak ada arus transport pada bidang batas (j = 0), maka medan H juga:
r r
H 2 t = H 1t
Artinya bahwa komponen tangensial dari medan H kontinu pada bidang batas.
PERSOALAN NILAI BATAS YANG MELIBATKAN MATERIAL MAGNET
Medan H dapat dihitung sebagai minus gradien dari potensial magnet dan medan
B diperoleh dari :
r r
B =µH
atau
( )
r r r
B = µ0 H + M
Contoh pemakaian syarat batas
1. Sebuah bahan magnet linier berbentuk bola berjejari a dan mempunyai
permeabilitas
r µ, diletakkan di dalam medan magnet yang semula
seragam B0 . Hitung induksi magnet di dalam dan di luar bola.
Solusi :
Persoalan ini sama dengan persoalan yang telah dibahas dalam kasus bola
dielektrik yang diletakkan dalam medan listrik seragam.
Solusinya adalah dengan persamaan Laplace dalam koordinat bola :
(a). Untuk daerah diluar bola
[ ]
r r
B(r , θ) r →∞ = B0 k
[φ (r, θ)]
*
1 ∫
r
r →∞ = − H dz = −
B0
µ0
z + konst
B0
= − r cos θ + konst
µ0
B0
Maka : A1 = −
µ0
Medan magnet dan potensial skalar magnet tidak berharga tak-hingga pada
setiap titik, maka C2 = 0.
Pada permukaan bola, medan-medannya bersifat kontinu di permukaan (r = a):
r r
B2 n = B1n H1θ r =a = H 2 θ r =a
r r
H 2 t = H 1t B1r r =a = B2 r r =a
H1θ r =a = H 2 θ r =a
∂φ1* ∂φ*2
− =−
∂θ r =a
∂θ r =a
B0 C1
− a sin θ + 2 sin θ = A 2a sin θ
µ0 a
B0 C
− sin θ + 31 sin θ = A 2 sin θ ...................... (1)
µ0 a
B1r = B2 r
∂φ1* ∂φ*2
− µ0 = −µ
∂r r =a
∂r r =a
C1
B0 cos θ + 2µ0 3
cos θ = −µA 2 cos θ ..................( 2)
a
Kombinasi persamaan (1) dan (2) menghasilkan : (PR!!!)
3B0
A2 = −
(µ + 2µ0 )
µ B0a 3
C1 = − 1
µ0 (µ + 2µ0 )
Induksi medan magnet di dalam bola:
r
r 3B0 k
B2 =
µ
1+ 2 0
µ
Induksi medan magnet di luar bola:
µ
− 1 3
r r µ a r r
B0 (3 cos θ a r + sin θ a θ )
0
B1 = B0 k +
µ r
µ + 2
0
1. Sebuah bahan magnet linier berbentuk bola berjejari a dimagnetinasi
secara seragan M. Jika tidak ada medan magnet yang lain, tentukan
medan magnet akibat magnetisasi tersebut.
H tl = N I
r NI
Ht =
l
I Ht = komponen tangensial
( )
r r r
B = µ0 H + M
µ0 NI d
B= + µ0 M 1 −
l l
Dimana :
M = χ m (H )H
Untuk “besi lunak”, χm adalah konstanta.
BAB IV
INDUKSI ELEKTROMAGNETIK
INDUKSI ELEKTROMAGNETIK
Persamaan medan listrik statik:
r r r r
∫
∇ x E = E • dl = 0
Gaya gerak listrik (ggl) dari suatu rangkaian tertutup didefinisikan sebagai:
r r dΦ
∫
ξ = E • dl = −
dt
F adalah fluks yang melewati suatu lintasan tertutup C. Untuk medan statik
E dan B, maka gaya gerak listrik ini nol.
Sedangkan fluks magnet dalam suatu rangkaian adalah:
r r
∫
Φ = B • n da
S
r r d r r
∫
C
E • dl = − ∫
dt S
B • n da
⇓ teorema Stokes
r
∫( )
r r ∂B r
S
∇ x E • n da = − ∫
S
∂t
• n da
r
r ∂B
∇x E = −
∂t Bentuk diferensial dari Hukum Faraday
Tanda negatif mengindikasikan arah dari ggl untuk melawan perubahan yang
menghasilkan ggl tsb.
Pandang suatu kawat konduktor lurus dengan panjang l berberak dalam arah
tegak lurus terhadap panjang kawat tsb dengan kecepatan v. Kemudian berikan
medan magnet B tegak lurus terhadap bidang dimana kawat bergerak (lihat
gambar).
Utara, N
r
+b B c
r
v V
a
− d
Selatan, S
V = Blv
Jika B tak-bergantung waktu, maka :
r r
∇×E = 0
r r
∫E • dl = 0
r r
Integral ∫ E • d l tak-bergantung lintasan, khususnya jika kita bayangkan lintasan
abcda diperluas sapai diluar medan magnet, sehingga V juga merupakan beda
potensial sepanjang lintasan bcda. Kenyataannya jika b dan c juga d dan a
dihubungkan oleh kawat konduktor secara sempurna, maka V adalah beda
potensial antara terminal c dan d diluar medan magnet.
dΦ dA dx
=B = Bl = − Blv
dt dt dt
Maka :
V = − dΦ Bentuk lain hukum Faraday
dt
Jika v terorientasi sembarang terhadap panjang kawat l , maka hanya komponen
v yang tegak lurus terhadap l saja yang berkontribusi terhadap V. Karena itu :
r r
V ∝ l×v
r r
Untuk B sembarang, hanya komponen yang tegak lurus terhadap bidang l dan v
yang berkontribusi pada V.
r r r r
Karena l × v ⊥ bidang l − v , maka :
(
r r r
V = B• l × v ) motional emf
INDUKTANSI DIRI
Dalam suatu sirkuit yang terisolasi, ada hubungan antara fluks yang melalui sirkuit
dengan arus dalam sirkuit tersebut. Jika dalam sirkuit tsb terdapat bahan-bahan
yang linier (µ = konstan), maka nilai fluks berbanding lurus dengan arus listrik:
Φ∝I
Misalkan sirkuit tersebut stasioner dan pejal, maka perubahan fluks hanya
ditimbulkan oleh perubahan arus saja, melalui:
dΦ dΦ dI
=
dt dI dt
Untuk bahan linier:
dΦ Φ dΦ
= ⇒ L= Induktansi diri sirkuit
dI I dI
Sehingga gaya gerak listrik (ggl):
dI
ξ = −L
dt
Contoh: Induktansi diri dari suatu kumparan toroida (dalamnya udara)
Fluks total: µ0 N 2 IA
Dari hukum sirkuit Ampere, Φ=
magnet induksi didalam lilitan l
toroida :
Induktansi diri:
µ0NI Φ µ0 N 2 A
B= L= =
l I l
l = 2πR
INDUKTANSI BOLAK-BALIK
dΦ i N
dΦ ij
dt
= ∑ dt
j=1
Perubahan fluks yang disebabkan oleh perubahan arus adalah:
dΦ ij dΦ ij dI j
=
dt dI i dt
dΦ i N
dΦ ij dI j
dt
= ∑ dI j dt
j=1
Maka induktansi bolak balik antara sirkuit ke-I dan ke-j adalah:
dΦ ij
M ij =
dI j
N
dΦ i dI j
dt
= ∑M ij
dt
j=1
Jika semua sirkuit terletak di dalam medium linier, maka Mij tidak bergantung
pada arus-arus, namun tergantung pada geometri sirkuit saja).
M ji = M ij
M ii = Li
Contoh perhitungan indukstansi bolak-balik dalam kumparan toroida. Sebuah
toroida mempunyai 2-lapisan lilitan (lilitan dalam dan lilitan luar).
Jika N1 = jumlah lilitan dalam dan I1 adalah arus lilitan dalam, sedangkan N2:
jumlah lilitan luar dengan arus I2, maka induktansi bolak-balik adalah:
Φ 21
M 21 =
I1
Induksi magnet yang ditimbulkan oleh lilitan dalam:
µ0 N1I1
B= l = keliling rata − rata toroida
l
µ0 N1N 2 I1A
Φ 21 = B A N 2 =
l
µ 0 N1 N 2 A
M 21 =
l
simetris
µ 0 N1 N 2 A
M12 =
l
Induktansi diri masing-masing lilitan adalah:
µ0 N12 A µ0 N 22 A
L1 = ; L2 =
l l
M12 = M 21 = L1L2 ⇒ dalam toroida
M12 = k L1L2 ; k ≤ 1
Untuk dua sirkuit dalam medium linier, induktansi bolak-balik dinyatakan dengan:
Φ 21
M 21 =
I1
Induksi magnet di sirkuit-2:
r r r
r r µ0 I1 d l1 x (r2 − r1 )
B(r2 ) = ∫r r3
4π C r2 − r
1
r r
Φ 21 = ∫ B • n da 2
S2
r
µ0 I1 d l x (rr − rr ) r
=
4π ∫ ∫ 1r 2r 3 1 • n da 2
2 r2 − r
C1
r r r
µI d l1 x (r2 − r1 ) r
Φ 21 = 0 1
4π ∫ ∫ r r 3 • n da 2
r2 − r
2 C1
r r r
d l1 x (r2 − r1 ) r r 1
⇒ r r3 = − d l1 x ∇ 2 r r
r2 − r r2 − r
r
r d l1 1 r r r r 1
dari ∇2 x r r = r r ∇2 x d l1 − d l1 x ∇2 r r
r2 − r r2 − r 1
424
3 r2 − r
=0
r
µ0 I1 r d l1 r
Φ 21 =
4π ∫ ∫ ∇2 x r r • n da 2
r2 − r
S2 C1
r
µ0 I1 r d l1 r
=
4π ∫
∫
∇2 x r r • n da 2
r2 − r
S2 C1
r
µ0I1 r d l1 r
Φ 21 =
4π
∫
∫
∇2 x r r • n da 2
r2 − r
S2 C1
∫( )
r r r r r
Teorema Stokes:
S
∇ x E • n da = E • d l ∫
C
⇓
r r r r r
∇ x d l1 • n da = d l1 • d l2
∫ 2
S2
∫
r r
r − r1 2 ∫∫ r r
r2 − r1
C1 2 C C
2 1
Maka induktansi bolak-balik menjadi:
r r
µ0 d l1 • d l2
M 21 =
4π C ∫∫ r r
r2 − r1
Rumus Neumann
2C1
r r'
µ0 d l2 • d l2
L2 =
4π C ∫∫ r r'
r2 − r2
1 C2
INDUKTANSI RANGKAIAN SERI
M
I, dI
dt
R1 L1 L2 R2
V + ξ1 + ξ2 = I(R1 + R 2 )
dI dI
V = I (R1 + R 2 ) + (L1 + M ) + (L2 + M )
dt dt
dI
V = I (R1 + R 2 ) + (L1 + L2 + 2 M )
dt
Sehingga rangkaian menggambarkan suatu resistor dengan
resistansi/tahanan R1 + R2 seri dengan suatu induktansi L1 + L2 + 2M.
Besarnya induktansi :
M = k L1L2 ; − 1≤ k ≤ 1
Leff = L1 + 2 k L1L2 + L2
INDUKTANSI RANGKAIAN PARALEL
R1 L1
I1
M
I2
R2 L2
V
dI1 dI 2
V = L1 +M
dt dt
dI dI
V = L2 2 + M 1
dt dt
Dengan mengeliminasi dI1/dt kemudian dI2/dt, diperoleh :
(
V( L2 − M ) = L1L2 − M 2 ) dIdt
1
L1L2 − M 2 dI
V =
( dI
)
V( L1 − M ) = L1L2 − M 2 2
dt
L1 + L2 − 2 M dt
L1L2 − M 2
Leff =
L1 + L2 − 2 M
Dimana tanda dari M bergantung pada cara dari kedua konduktor dihubungkan.
BAB V
ENERGI MAGNET
Jika suatu sumber tegangan V diberikan pada suatu sirkuit, secara umum arus
yang melalui sirkuit adalah :
V + ξ = IR
Dimana ξ adalah induksi emf (ggl) dan R adalah resistansi.
Kerja yang dilakukan V dalam pertambahan muatan dq = I dt melalui sirkuit :
V dq = V Idt = -ξ I dt + I2R dt
= I dΦ + I2R dt
Suku I2R dt menggambarkan konversi irreversible dari energi listrik menjadi
panas oleh sirkuit, suku ini juga menyerap seluruh kerja jika tak ada perubahan
fluks (dΦ = 0).
Suku I dΦ adalah kerja untuk melawan ggl dalam sirkuit, yang merupakan
bagian kerja yang dilakukan V dalam pergantian struktur sifat magnet.
dWb = I dΦ
Dimana indeks b menunjukkan kerja dilakukan oleh sumber energi listrik luar
(misalnya batere). Kerja ini berharga positif, jika perubahan fluks yang melalui
sirkuit dΦ searah dengan fluks yang dihasilkan oleh arus I.
Untuk sirkuit stasioner (tak ada kebocoran energi selain panas), maka suku dWb
sama dengan perubahan energi magnet dalam sirkuit.
Jika ada n buah sirkuit dimana arusnya saling berinteraksi, maka kerja listrik
yang dilakukan untuk melawan ggl (induksi emf) adalah :
n
dWb = ∑
i 1
I i dΦ i
=
Jika dΦi dihasilkan oleh perubahan arus dalam n sirkuit itu sendiri, maka
perubahan fluks menjadi :
n
dΦ ij n
dΦ i = ∑ dI
j=1 j
dI j = ∑M
j=1
ij dI j
Untuk sirkuit stasioner, maka tidak ada kerja mekanis yang berkaitan dengan
perubahan fluks dΦi sehingga dWb sama dengan perubahan dalam energi
magnet dU dari sistem.
Jika nilai arus akhir dari sirkuit-sirkuit ini adalah I1, I2, …, In maka :
I 'i = αI i
dΦ i = Φ idα
Dimana a adalah fraksi dari arus dan fluks total, maka :
1 n n 1
∫ dWb = dα ∫ ∑
0 i =1
I 'i Φ i = ∑ I Φ ∫ α dα
i =1
i i
0
n
1
=
2 ∑I Φ
i =1
i i
n n
1
U=
2 ∑I Φ = ∑M
i =1
i i
j=1
ij dI j
Untuk rangkaian/sirkuit pejal dan medium magnetnya linier, maka :
n n
1
U=
2 ∑∑ M I I
i =1 j=1
ij i j
1 1 1
= L1I1 + L1I1 + ... + L n I 2n
2 2
2 2 2
+ M12 I1I 2 + M13I1I 3 + ... + M1n I1I n
+ M 23I 2 I 3 + ... + M n −1,n I n −1I n
U=
1 2
2
( )
I 2 L1x 2 + 2 Mx + L2 ≥ 0
dU
=0
dx
L1x + M = 0
M
x=−
L1
Energi magnet U ≥ 0 untuk sembarang nilai x, khususnya nilai minimum U
adalah lebih besar atau sama dengan nol.
M 2 2M 2
− + L2 ≥ 0
L1 L1
L1L2 ≥ M 2
Untuk rangkaian/sirkuit tunggal :
Φ = LI
1 1 2 1 Φ2
U = IΦ = LI =
2 2 2 L
B. RAPAT ENERGI DALAM MEDAN MAGNET
1 r
U=
2 ∑∫i Ci
I i A • dI i
Untuk sejumlah sirkuit Ci, maka :
r r
I id Ii → J dv
1 r r
∑∫ ∫ → U=
2V ∫
J • A dv
i Ci V
r r r
∇×H = J
( ) ( ) ( )
r r r r r r r r r
∇• A×H = H• ∇×A − A• ∇×H
maka :
U=
1 r r r
2V ∫ (
H • ∇ × A dv −
2S
)
1 r r r
A × H • n da ∫( )
Dimana S adalah permukaan yang dilingkupi oleh volume V.
Kontribusi integral permukaan menjadi hilang, jika S menjadi tak-hingga, sehingga :
1 r r
U=
2V ∫
H • B dv
( )
r r r
B = ∇×A
Rapat energi di dalam medan magnet :
1r r
u = H•B
2
Untuk kasus bahan magnet isotropik dan linier (B = µH), maka :
2
1 1 B
u = µH 2 =
2 2 µ
1
dU =
2 ∑ I i dΦ i
i
dWb = 2dU
dWb = ∑ I idΦ i
i
r r
dU = F • d r
r r
F = ∇U
dU Gaya pada sirkuit adalah gradien dari energi
Fx =
dx I magnet, jika I dijaga konstan.
Jika gerak sirkuit dibuat sedemikian rupa sehingga ia berotasi disekitar
sumbunya, maka :
r r
dW = τ • dθ = τ1dθ1 + τ2dθ2 + τ3dθ3
Dimana τ adalah torque magnet pada sirkuit dan dθ adalah pergeseran sudut.
Dalam kondisi ini :
∂U ∂U ∂U
τ1 = ; τ2 = ; τ3 =
∂θ1 I ∂θ2 I ∂θ3 I
Kedua persamaan diatas untuk arus konstan adalah analog dengan kasus listrik
statik untuk potensial konstan, dimana kerja batere diperlukan untuk menjada
agar potensial konstan.
Fluks yang melewati sirkuit dapat dijaga konstan, maka dWb = 0 dan sistem
dikatakan terisolasi, akibatnya :
r r
F • d r = dW = −dU
∂U ∂U
Fx = − ; τ1 = −
∂x Φ ∂θ1 Φ
BAB VI
PERSAMAAN MAXWELL
A. GENERALISASI HUKUM AMPERE
Namun hukum Ampere terkadang tidak dapat digunakan, karena itu perlu
generalisasi yang selalu berlaku.
Pandang suatu sirkuit yang terdiri dari suatu kapasitor pelat sejajar yang kecil
diberi arus konstan I.
S2
Kontur C
S1
kapasitor
I(t )
Jika hukum Ampere diterapkan pada kontur C dan permukaan S1 :
r r r r
∫
C
∫
H • d l = J • n da = I ........(1)
S1
Kedua persamaan diatas kontradiktif, karena itu keduanya salah. Persamaan (1)
dianggap benar, karena ia tidak bergantung pada kapasitor, sedangkan
persamaan (2) perlu dimodifikasi karena kehadiran pelat kapasitor.
Jika permukaan S2 dan S1 membentuk suatu permukaan tertutup S, maka n di
setiap titik dibuat keluar dari permukaan S, sehingga :
r r
∫ J • n da = − I
S
Dimana tanda minus datang dari perubahan arah normal. Disisi lain, integral
permukaan dari persamaan (1) dan (2) sama dengan integral garis H disekitar
kurva C yang sama.
Dengan pendekatan ini, maka :
r r r r r r
∫ ∫ ∫
J • n da = H • d l − H • d l = 0
S C C
Tanda minus timbul dari perubahan C dalam kasus permukaan S1. Sekarang
kontradiksi timbul dari bentuk arus I yang diasumsikan mengalir kedalam volume
yang dilingkupi permukaan S menjadi nol. Inilah ketidakkonsistenan dengan
hukum Ampere. Arus yang mengalir kedalam volume kenyataannya tidak sama
dengan nol, namun sama dengan laju perubahan muatan pada keping kapasitor
(hukum kekekalan muatan).
Ketidakkonsistenan ini dapat diselesaikan dalam formulasi hukum Ampere yang
lain : r r r
∇×H = J
Namun divergensi dari curl sembarang vektor itu nol, sehingga :
( )
r r r
∇• ∇×H = 0
Disisi lain dari hukum kekekalan muatan (kontinuitas arus listrik ) :
r r ∂ρ
∇•J + =0
∂t
Sehingga ada ketidakkonsistenan antara hukum Ampere dengan persamaan
kontinuitas arus listrik, karena :
( )
r r r r r
∇• ∇×H = ∇•J = 0 Hukum Ampere
r r ∂ρ
∇•J = − Kontinuitas arus listrik
∂t
Sangatlah sulit untuk memodifikasi agar kedua persamaan diatas konsisten.
Cara untuk memodifikasi adalah dengan mengubah suku sebelah kanan dari
hukum Ampere dengan suatu vektor yang divergensinya nol.
Dengan menggunakan hukum Gauss :
r r
∇•D = ρ
Sehingga persamaan kontinuitas arus listrik menjadi :
( )
r r ∂ r r
∇•J = − ∇•D = 0 Disini diasumsikan bahwa D adalah
∂t fungsi kontinu dari ruang dan waktu
r dimana turunannya dapat ditukar.
r r ∂D
∇ • J + = 0
∂t
Sehingga hukum Ampere dapat ditulis :
r
r r r ∂D
∇×H = J +
∂t
r
D = pergeseran arus
B. PERSAMAAN MAXWELL
Energi potensial listrik statik dari sistem muatan yang menghasilkan medan listrik :
1 r r
UE =
2V ∫
E • D dv
Dari hukum Ampere yang diperluas dan bentuk diferensial hukum Faraday :
r r
(
r r r r r r
) ( )
r ∂B r ∂D r r
H • ∇ × E − E • ∇ × H = −H •
∂t
− E•
∂t
− E•J
( ) ( ) ( )
r r r r r r r r r
∇• F×G = G• ∇×F − F• ∇×G
Menghasilkan : r r
( )
r r r r ∂B r ∂D r r
∇ • E × H = −H • −E• − E•J
∂t ∂t
Jika persamaan diatas diterapkan dalam medium, dimana D(t) sebanding dengan
E(t) dan B(t) sebanding dengan H(t) [konstanta-konstanta pembandingnya tak
bergantung waktu], maka :
r
r ∂D r ∂ r 1 ∂ r 2 ∂ 1 r r
E• = E • εE = ε E = E•D
∂t ∂t 2 ∂t ∂t 2
r
r ∂B r ∂ r 1 ∂ r 2 ∂ 1 r r
H• = H • µH = µ H = H•B
∂t ∂t 2 ∂t ∂t 2
Sehingga persamaan sebelumnya menjadi :
( ) ( )
r r r ∂ 1 r r r r r r
∇• E×H = − E • D + B• H − J • E
∂t 2
Turunan waktu dari jumlah
rapat energi listrik dan magnet
( ) ∫ ( )
r r r d 1 r r r r r r
∫
V
∇ • E × H dv = −
dt V 2
E • D + B • H dv − J • E dv
V
∫
Dengan menerapkan terome divergensi pada suku sebelah kiri, maka :
∫( ) ∫ ( )
r r r d 1 r r r r r r
E × H • n da = −
dt V 2 ∫
E • D + B • H dv − J • E dv
S V
∫ ( ) ∫( )
r r d 1 r r r r r r r
− ∫ J • E dv =
dt V 2
E • D + B • H dv + E × H • n da
V S
( )
r r r r r r r r
Fm • n = −q E + v × B • v = −q E • v
∫ ( ) ∫ ( )
r r ∂ 1 r r r r r r r
− ∫
V
J • E dv =
∂t V 2
E • D + B • H dv + ∇ • E × H dv
V
(
1 r r r r
)
u = E • D + B • H = rapat energi listrik dan magnetik
2
Maka :
r r ∂u r r jelas J • E = kerja yang dilakukan
∇•S + = −J • E oleh medan lokal pada partikel-
∂t partikel bermuatan persatuan volume.
Maka : r
r r r r r r ∂E
∇ × ∇ × H = g∇ × E + ε∇ ×
∂t
Dengan bantuan persamaan Maxwell dan B = µ H, maka :
r r
r r ∂B ∂H
∇×E = − = −µ
∂t ∂t
r 2
r
r r r ∂H ∂ H
∇ × ∇ × H = −gµ − εµ 2
∂t ∂t
r 2
r
r r r r2r ∂H ∂ H
∇ ∇
123 • H − ∇ H = − g µ − εµ 2
=0 ∂ t ∂t
r2
r
r2r ∂ H ∂H
∇ H − εµ 2 − gµ = 0 .....................(1)
∂t ∂t
Untuk medan E, juga berlaku :
r r
r r r r ∂B r r r ∂D
∇ × ∇ × E = −∇ × = −∇ × J − ∇ ×
∂t ∂t
r r
∂E ∂2E
= − gµ − εµ 2
∂t ∂t
2
r r
r2r ∂ E ∂E
∇ E − εµ 2 − gµ = 0 .....................( 2)
∂t ∂t
Kedua persamaan gelombang (1) dan (2) merupakan persamaan gelombang yang
dibangun medan elektromagnetik dalam medium linier dan homogen dimana rapat
muatannya nol tanpa memperdulikan apakah mediumnya konduktor atau bukan
konduktor. Persamaan (1) dan (2) merupakan konsekuensi penting dari
persamaan Maxwell (persamaan Maxwell dipenuhi).
Untuk menyelesaikan persamaan gelombang tsb, perlu diperlukan perhatian
khusus dalam menyelesaikan persamaan Maxwell.
E. GELOMBANG MONOKROMATIK
Dalam vakum, g = 0, ε = ε0, dan µ = µ0. Jika medan E(r) berubah hanya dalam
1-dimensi (misalnya arah-z), maka persamaan gelombang menjadi :
r
d E(z ) ω r
2 2
2
+ E =0
dz c
ε0µ0 = 1 2
c
Persamaan gelombang diatas disebut persamaan Helmholtz secara matematis
sama dengan persamaan osilator harmonik dengan solusinya :
r r
E(z ) = E0 exp(± iκz )
r
E 0 = vektor kons tan
κ=ω c
Secara lengkap : r r r
E(r , t ) = E 0 exp{− i(ωt m κz )}
r r r
E(r , t ) = E 0 cos(ωt m κz ) ⇒ bagian real
r r r
E(r , t ) = E 0 cos ω(t m z / c )
Menggambarkan perambatan gelombang sinusoidal ke arah kanan atau kiri
dalam arah-z (bergantung tanda minus dan plus yang digunakan). Kecepatan
propagasi gelombang adalah c. Jika cahaya adalah suatu bentuk radiasi
elektromagnetik, maka persamaan Maxwell memperkirakan bahwa kecepatan
cahaya dalam vakum:
1
c= = 2,9979 x 108 m / s
ε0µ0
Frekuensi gelombang dan panjang gelombang didefinisikan :
ω 2π
f= ; λ=
2π κ
κ = Kω / c
Dengan mendefinisikan n = K , persamaan gelombang E sama dengan
vakum kecuali kecepatan propagasi gelombang menjadi c/n. Besaran n
disebut indeks bias dari medium dielektrik (untuk vakum n = 1).
F. SYARAT-SYARAT BATAS
Syarat-syarat batas yang harus dipenuhi oleh medan-medan listrik dan magnet
pada interface antara dua media diturunkan dari persamaan Maxwell.
r r
∇•B = 0
Pada sembarang interface antara dua media dapat digambarkan oleh suatu
permukaan silinder (lihat gambar).
r
S1 n1
S3 r 1
h n3
A
2
S2
r
n2
Teorema divergensi :
r r r r
∫
V
∫
∇ • B dv = B • n da = 0
S
r r r r r r r r
∫ ∫ ∫ ∫
B • n da = B • n1 da + B • n 2 da + B • n 3 da = 0
S S1 S2 S3
Jika h → 0, maka suku ketiga menjadi nol, dan secara geometris S1~ S2.
Karena normal n1 berlawanan arah dengan normal n2, maka berlaku :
Komponen tangensial dari medan listrik dapat diperlakukan dengan cara yang
sama. Hal ini sekali lagi berdasarkan persamaan Maxwell :
r
r r ∂B
∇×E + =0 l
∂t
r h1 1
∫( )
r r r ∂B r
∇ × E • n da = − ∫
∂t
• n da h2 2
S S
Jika loop dibuat tipis (h1 → 0 dan h2 → 0), maka keempat suku terakhir dalam
ruas kiri dan ruas kanan adalah nol, sehingga :
lE1t − lE 2 t = 0
Syarat batas pada komponen normal pergeseran listrik lebih kompleks, namun
juga dapat diturunkan dari salah satu persamaan Maxwell :
r r
∇•D = ρ
Dengan cara yang sama seperti dalam penurunan syarat batas medan B dapat
diturunkan dengan silinder tipis pada permukaan batas dua media yang berbeda
r r
∫ ∇ • D dv = ∫ ρ dv
V V
Dengan menerapkan teorema divergensi, dan h → 0, maka :
(D1n − D2 n ) = σ
Dimana σ adalah rapat muatan permukaan pada interface. Umumnya σ ≠ 0,
sehingga syarat batas menjadi kompleks, namun muatan listrik harus kekal :
r r ∂ρ
∇•J = −
∂t
Sehingga dapat dibuat penyederhanaan.
Dengan mengintegralkan persamaan kekekalan muatan listrik dan silinder dibuat
tipis h → 0, maka :
∂σ
(J1n − J 2 n ) = −
∂t
Jika hanya radiasi monokromatik yang ditinjau, rapat muatan permukaan harus
berubah dengan e-iωt sehingga ruas kanan persamaan diatas menjadi iωσ.
Dengan substitusi D = εE dan J = gE, maka diperoleh :
ε1E1n − ε2 E 2 n = σ
g1E1n − g 2 E 2 n = iωσ
Beberapa kasus khusus :
(a). Jika σ = 0, maka :
ε1 ε2
=
g1 g 2
benar jika dipilih material yang sesuai atau jika g1 = g2 = 0 atau ∞. Kondisi g1
= g2 = 0 dapat direalisasi pada interface antara dua dielektrik yang baik.
(b). Jika σ ≠ 0 (kasus umum), maka :
g1 g2
ε1 + i E1n − ε2 + i E 2 n = 0
ω ω
(c). Jika salah satu konduktivitasnya tak-hingga, g2 = ∞, maka :
E2n = 0
σ
E1n =
ε1
H1t − H 2 t = j⊥
Dimana j⊥ adalah komponen rapat arus permukaan yang tegak lurus terhadap
arah komponen-H yang sesuai. Ide rapat arus permukaan adalah analog
dengan rapat muatan permukaan yang menggambarkan suatu arus berhingga
dalam suatu lapisan tak-hingga. Rapat arus permukaan menjadi nol, kecuali
jika konduktivitasnya tak-hingga, karenanya untuk konduktivitas berhingga
berlaku :
H1 t = H 2 t
Artinya komponen tangensial H bersifat kontinu, jika salah satu medium
memiliki konduktivitas tak-hingga.
Jika g2 = ∞, maka E2n = 0.
Bentuk umum untuk medium-2 berdasarkan persamaan Maxwell :
r
r r ∂D2 r
∇ × H2 − = J2
∂t
Dengan menggunakan hubungan D2 = εE2 dan J2 = gE2, dan diasumsikan E2
berubah terhadap waktu sesuai e-iωt menghasilkan :
( )
r 1 r r
E2 = ∇ × H2
g 2 − iωε2
H1t = j⊥
Tabel. Syarat-syarat medan medan listrik, pergeseran listrik, medan magnet
induksi dan intensitas medan magnet untuk kasus g = 0, g = ∞ dan g
sembarang.
g Et Dn Ht Bn
g1 = g2 = 0 E1t = E2t D1n = D2n H1t = H2t B1n = B2n
g2 = ∞ E2t = 0 D2n = 0 H2t = 0 B2n = 0
E1t = 0 D1n = σ H1t = j⊥ B1n = 0
( )
r r r r r
∇•B = ∇• ∇×A = 0
r r r
B = ∇×A .......................(1)
Dengan menerapkan salah satu persamaan Maxwell :
r
r r ∂B
∇×E = −
∂t
( )
r r ∂ r r
∇×E + ∇×A = 0
∂t
Dengan mengasumsikan bahwa turunan medan dalam ruang dan waktu dapat
ditukar, maka :
r
r r ∂A
∇ × E + = 0
∂t
Maka medan E dapat diungkapkan dalam gradien suatu skalar :
r
r r ∂A
E = −∇ φ − ..........................( 2)
∂t
Persamaan (1) dan (2) merupakan bentuk medan magnet dan medan listrik
dalam potensial vektor dan skalar. Dengan substitusi pers. (1) dan (2) kedalam
persamaan Maxwell, dengan bantuan D = εE dan B = µH :
r
r r r ∂D
∇×H = J +
∂t
r
1r r r ∂ r ∂A r
∇ × ∇ × A + ε ∇φ + = J
µ ∂t ∂t
Dengan menggunakan hubungan :
r
r r r ∂ r ∂A r
∇ × ∇ × A + εµ ∇φ + = µJ
∂t ∂t
r
( )
r r r r2r 2 r ∂φ r
∂ A
∇ ∇ • A − ∇ A + εµ 2 + εµ∇ = µJ
∂t ∂t
Defisinikan kondisi Lorentz (gauge Lorentz) :
r r ∂φ
∇ • A + εµ = 0
∂t
Maka :
r 2
r2r ∂ A r Persamaan gelombang tak-
∇ A − εµ 2 = −µJ homogen dari potensial vektor.
∂t
Dengan bantuan persamaan (2) dan persamaan Maxwell, diperoleh :
r
r r r ∂A
− ε ∇ • ∇φ + ∇ • = ρ
∂t
Pertukaran urutan divergensi dan turunan waktu pada A dan dengan
menggunakan kondisi (gauge) Lorentz, menghasilkan :
2
∂ φ ρ Persamaan gelombang tak-
∇2φ − εµ 2 = − homogen dari potensial skalar.
∂t ε
2 1 ∂ 2φ 1
∫
∆V
c ∂t
dv ∇ φ − 2 2 = − q( t )
ε
q(t) hanya menggambarkan besaran muatan q di titik pusat pada waktu t (bukan
kebergantungan gerakan muatan q terhadap waktu).
Dari sifat simetri distribusi muatan, maka potensial φ hanya bergantung pada r
saja (tidak bergantung pada sudut azimut), sehingga :
1 ∂ 2 ∂φ 1 ∂ 2φ
2
r − 2 2 =0
r ∂r ∂r c ∂t
Dengan mendefinisikan :
χ(r , t )
φ(r , t ) =
r
∂ 2χ 1 ∂ 2χ
2
− 2 2 =0
∂r c ∂t
∂f df ∂u df ∂ 2f d 2f ∂u d 2f
= = ; 2
= 2 = 2
∂r du ∂r du ∂r du ∂r du
∂f df ∂u df ∂ 2f 2 d 2
f
= = −c ; = c
∂t du ∂t du ∂t 2 du 2
∂ 2χ 1 ∂ 2χ
2
− 2 2 =0
∂r c ∂t
Diperoleh :
d 2f 1 2 d 2f
2
− 2 c 2
=0 ( terbukti)
du c du
f (r − ct )
φ=
r
yang mengandung suatu fungsi sembarang sehingga persamaan :
2 1 ∂ 2φ 1
∆V
∫
c ∂t
dv ∇ φ − 2 2 = − q( t )
ε
juga dipenuhi.
q
Potensial muatan statik : φ=
4πε0 r
Kedua bentuk fungsi potensial muatan statik dan simetrik bola dapat dikonversi :
q (t − r / c )
f (r − ct ) =
4 πε0
Sehingga solusi persamaan gelombangnya menjadi :
q (t − r / c )
f (r − ct ) =
4πε0 r
Dengan demikian, persamaan gelombang tak-homogen potensial skalar dalam
kondisi Lorentz dipenuhi oleh :
r
r 1 ρ( r ' , t ' )
φ(r , t ) = ∫r r dv '
4πε0 V r − r '
r2 ∂ 2Ax
∇ A x − εµ 2 = −µJ x
∂t
Dimana solusinya memiliki bentuk :
r
r µ J x (r ' , t ' )
A x (r , t ) = 0 ∫r r dv '
4π V r − r '
l/2
I = + q&
y Dimana arus I > 0 dalam arah positif z.
Kondisi dimana kapasitansi arus diabaikan
l/2 dan arusnya seragam jika panjang l kecil
-q dibandingkan dengan panjang gelombang
x radiasi.
Potensial vektor yang diakibatkan distribusi arus diatas didalam vakum :
r
A z (r , t ) =
µ0
l/2
( r r
)
I z' , t − r − z' k / c
∫
4 π −l / 2
r r
r − z' k
dz '
( )
r r 2
r r 2 1/ 2
r − z ' k = r − 2z ' k • r + z '
Jika l < r artinya hanya medan pada jarak yang jauh dari dipol yang dihitung,
maka :
r r
r − z ' k = r − z ' cos θ
Dimana θ adalah sudut antara r dan sumbu-z. Suku z’ cos θ dapat diabaikan jika
r cukup besar. Namun dalam bentuk retardasi z’ cos θ dapat diabaikan jika z’
cos θ /c diabaikan dibandingkan dengan waktu dimana perubahan arus
signifikan. Sebagai contoh dengan perioda untuk arus yang berubah secara
harmonik.
Karena z’ cos θ ≤ l / 2 , artinya bahwa z’ cos θ /c dapat diabaikan dalam bentuk
waktu retardasi hanya jika :
l
<< cT = λ
2
Jika dipol kecil dibandingkan dengan satu panjang gelombang dan titik
pengamatan jauh dibandingkan dengan l , maka :
r µ l r
A z (r , t ) = 0 I t − ................(a )
4π r c
Potensial skalar φ dapat ditentukan dengan menerapkan kondisi (gauge) Lorentz
atau dengan menggunakan ungkapan potensial retardasi yang sesuai. Kedua
metoda memberikan hasil yang sama. Namun karena potensial listrik akibat
suatu dipol adalah perbedaan antara dua bagian besar, pendekatan potensial
retardasi harus hati-hati. Karena kesulitan ini dikaitkan dalam perhitungan gauge
Lorentz, potensial skalar diperoleh dengan menyelesaikan :
r r 1 ∂φ
∇•A + =0
c ∂t
Dimana A didefinisikan dalam persamaan (a).
∂φ l ∂ 1 r
=− I t −
∂t 4πε0 ∂z r c
l z r z r
= 3 I t − + 2 I' t −
4πε0 r c r c c
r l z q (t − r / c ) I(t − r / c )
φ(r , t ) = 2
+
4πε0 r r c
r r
q t − = q 0 cos ω t −
c c
r r
I = + q& = I 0 sin ω t − = − ωq 0 sin ω t −
c c
Dengan menyelesaikan potensial vektor A kedalam harmonik bola, diperoleh :
µ 0 I 0l r
Ar = cos θ sin ω t −
4π r c
µ 0 I 0l r
Aθ = − sin θ sin ω t −
4π r c
Aϕ = 0
1∂ 1 ∂A r
Bϕ = (rA θ ) −
r ∂r r ∂θ
µ 0 I 0l ω r 1 r
= sin cos ω t − + sin ω t −
4π r c c r c
Perhitungan medan listrik lebih kompleks karena tidak hanya melibatkan A
namun juga φ. Komponen-komponen medan listrik : (PR !!)
r
r r ∂A
E = −∇ φ −
∂t
∂φ ∂A r 2 I 0l cos θ sin ω(t − r / c ) cos ω(t − r / c )
Er = − − = 2
− 3
∂r ∂ t 4 πε0 r c ωr
1 ∂φ ∂A θ I l sin θ 1 ω r 1 r
Eθ = − − =− 0 3 − 2
cos ω t − −
2 sin ω t −
r ∂θ ∂t 4 πε0 ωr rc c r c c
1 ∂φ ∂A ϕ
Eϕ = − − =0
r sin θ ∂ϕ ∂t
π
r r 1 2
∫ S • n da =
µ0 ∫
R E θ Bϕ 2π sin θ dθ
0
Dengan hanya memilih bagian yang tidak nol jika R → ∞ melalui pemilihan
bagian yang sebanding dengan 1/r dalam Eθ dan Bϕ diperoleh :
r r (I 0l )2 ω2 2 r
∫ S • n da =
6πε0 c 3
cos ω t −
c
r r l2ω2 I 02 2 r 1
P= ∫ S • n da = 3
6πε0c 2
; cos ω t − =
c 2
2
2π µ0 l I 02
P= ...........................( b)
3 ε0 λ 2
Disipasi energi dari suatu resistansi R yang membawa arus I0 cos ωt dengan
laju rata-rata : P = RI 02 / 2. Jika dibandingkan dengan persamaan (b), diperoleh
resistansi radiasi suatu dipol :
2 2
2π µ0 l l
Rr = = 789 ohms (dalam vakum)
3 ε0 λ λ
Dalam medium material µ0 dan εo diganti dengan µ dan ε, serta λ = 2 π ω εµ
2 πz '
I(z ' , t ) = I 0 sin ωt cos
λ
Ketidakseragaman arus memerlukan suatu variasi rapat arus, dimana terbesar
pada ujung-ujung kawat. Suatu elemen dz’ pada z’ dalam vakum berkontribusi
terhadap Eθ:
sin θ R 2 πz '
dE θ = I 0 2
ω cos ω t − cos dz '
4 πε0 Rc c λ
Dimana R adalah jarak dari dz’ terhadap titik observasi dan 1/R2 dapat diabaikan.
Dengan cara yang sama :
µ 0 I 0ω R 2 πz '
dBϕ = sin θ cos ω t − cos dz '
4π 0 Rc c λ
Problem dalam perhitungan Eθ dan Bϕ dapat dikurangi dengan menghitung :
π/2
1 R
K= ∫
−π / 2
R
cos ω t − cos u du
c
Sehingga medan-medannya :
I0 r cos[(π 2 ) cos θ]
Eθ = cos ω t −
2πε0 rc c sin θ
µ0I0 r cos[(π 2 ) cos θ]
Bϕ = cos ω t −
2 πr c sin θ
Daya rata-rata yang dipancarkan (integral vektor Poynting rata-rata) dari antena :
I 02
P = 73,1 ohms (dalam vakum)
2