Professional Documents
Culture Documents
Dalam tiga hal tersebut diatas jantung harus bekerja lebih berat. Apabila
tenaga volume cadangan jantung di lampau, maka terjadi dekompensasi kordisi;
janting tidak sanggup lagi menunaikan tugasnya.
Perubahan volume plasma darah yang terjadi pada penderita penyakit jantung
merupakan proses adaptasi sebagai upaya konpensasi untuk mengatasi kelainan
yang ada dan jangka waktu kelainan yang timbul. Penderita dengan gangguan
kardiovaskular mempunyai toleransi yang sangat buruk terhadap penurunan
volume darah dan pada saat yang sama juga tidak beradaptasi terhadap kelebihan
volume sirkulasi. Volume darah yang terdapat dalam sirkulasi penderita berada
dalam keseimbangan sesuai dengan kelainan yang ada.
B. Etiologi
Lesi kongenital bertanggung jawab pada > 50 % penyakit jantung dalam
kehamilan. Penyebab lainnya: arteri koroner, hipertensi, disfungsi laroid
C. Diagnosis
Pemeriksaan diagnostik lanjut perlu di lakukan padawanita hamil yang
mempunyai: riwayat kelainan jantung , gejal yang melebihi kehamilan
normal, bising patologi, tanda kegagalan jantung pemeriksaan fisik atau
desaturasi oksigen arteri tanpa kelainan paru. Pemeriksaan yang tepat
untuk menilai wanita hamil dengan dugaan kelainan jantung adalah’’
ekokardiografi transtorasik’’. Pemeriksaan radiografi paru hanya
bermanfaat pada dugaan kegagalan jantung. Pemeriksaan
elektrokardiografi (EKG) nampaknya tidak spesifik. Bila ada gejala
aritmia jantung yang menetap maka perlu dilakukan monitor EKG selam
24 jam. Kateterisasi jantung jarang di perlukan untuk membuat diagnosis
penyakit jantung kongenital atau kelainan katup jantung., namun
pemeriksaan ini bermanfaat bila ada gejala penyakit jantung koroner akut
selama kehamilan sebab mempunyai paparan radiasi yang kecil sehingga
diagnosis dapat di tegakkan lebih dini dan dapat di lakukan evaskularisasi
untuk mencegah infark miokard
D. Tanda dan Gejalan
1. Mudah lelah
2. Nafas terengah-engah
3. Ortopnea (pernafasan sesak, kecuali dalam posisi tegak)
4. Batuk malam hari
5. Hemoptisis
6. Sinkop
7. Nyeri dada
8. Riwayat keluarga
Kelas I
Para penderita penyakit jantung tanpa pembatasan dalam kegiatan fisik,
dan tanpa gejala –gejala penyakit jantung apabila mereka melakukan kegiatan
biasa.
Kelas II
Para penderita penyakit jantung dengan sedikit pembatasan dalam kegiatan
fisik. Mereka tidak mengeluh apa apa waktu istirahat, akan tetapi kegiatan fisik
biasa menimbulkan gejala gejala insufiensi jantung, seperti kelelahan, jantung
berdebar (palpitasi kordis), sesak nafas atau angina pektoris.
Kelas III
Para penderita penyakit jantung dengan banyak pembatasan dalam
kegiatan fisik. Mereka tidak mengekuh apa apa waktu istirahat, akan
tetapi kegiatan fisikyang kurang dari kegiatan biasa sudah menimbulkan gejala
gejal insufiensi jantung seperti di sebut dalam kelas II.
Kelas IV
Para penderita penyakit jantung yang tidak mampu melakukan kegiatan
fisik apapun tanpa menimbulkan keluhan. Waktu istirahat juga dapat timbul gejala
gejala insufiensi jantung, yang bertambah apabila mereka melakukan kegiatan
fisik walaupun yang sangat ringan.
E. Komplikasi penyakit jantung dalam kehamilan
Prognosis penyakit jantung dalam kehamilan bagi ibu dan janin , yakni
bergantung pada beratnya penyakit, umur dan penyulit penyulit lain. Begitu ibu
pengawasan pengobatan , pimpinan persalinan , dan kerja sama dengan penderita
serta kepatuhan dalam mentaati larangan, ikut menentukan prognosis. Angka
kematian meternal secara keseluruhan 1 – 5 %, angka kematian maternal bagi
penderita berat : 15%, bagi janin bila penyakit jantung tidak terlalu berat tidak
begitu mempengaruhi kematian perinatal. Namunpada penyakit yang berat,
prognosis akan buruk karena akan tejadi gawat janin.
F. Komplikasi penyakit jantung dalam kehamilan
Prognosis penyakit jantung dalam kehamilan bagi ibu dan janin , yakni
bergantung pada beratnya penyakit, umur dan penyulit penyulit lain. Begitu ibu
pengawasan pengobatan , pimpinan persalinan , dan kerja sama dengan penderita
serta kepatuhan dalam mentaati larangan, ikut menentukan prognosis. Angka
kematian meternal secara keseluruhan 1 – 5 %, angka kematian maternal bagi
penderita berat : 15%, bagi janin bila penyakit jantung tidak terlalu berat tidak
begitu mempengaruhi kematian perinatal. Namunpada penyakit yang berat,
prognosis akan buruk karena akan tejadi gawat janin.
G. Penatalaksanaan pada Kehamilan
1. Memberikan pengertian kepada ibu hamil untuk melaksanakan pengawasan
antenatal yang teratur.
2. Kerjasama dengan ahli penyakit dalam atau kardiolog.
3. Pencegahan terhadap kenaikan berat badan dan retensi air yang berlebihan. Jika
terdapat anemia, harus diobati.
4. Timbulnya hipertensi atau hipotensi akan memberatkan kerja jantung, hal ini
harus diobati.
5. Bila terjadi keluhan yang agak berat, seperti sesak napas, infeksi saluran
pernapasan, dan sianosis, penderita harus dirawat di rumah sakit.
6. Skema kunjungan antenatal yaitu setiap 2 minggu menjelang kehamilan 28
minggu dan 1 kali seminggu setelahnya.
7. Harus cukup istirahat, cukup tidur, diet rendah garam, dan pembatasan jumlah
cairan.
8. Pengobatan khusus bergantung pada kelas penyakit :
a. Kelas I
Tidak memerlukan pengobatan tambahan.
b. Kelas II
Biasanya tidak memerlukan terapi tambahan. Mengurangi kerja fisik terutama
antara kehamilan 28-36 minggu.
c. Kelas III
Memerlukan digitalisasi atau obat lainnya. Sebaiknya dirawat di rumah sakit sejak
kehamilan 28-30 minggu.
d. Kelas IV
Harus dirawat di rumah sakit dan diberikan pengobatan, bekerjasama dengan
kardiolog. Penatalaksanaan Pada Persalinan
Penderita kelas I dan kelas II biasanya dapat meneruskan kehamilan dan bersalin
per vaginam, namun dengan pengawasan yang baik serta kerjasama dengan ahli
penyakit dalam. Penderita kelas III dan IV tidak boleh hamil karena kehamilan
sangat membahayakan jiwanya. Bila hamil, segera konsultasikan ke dokter ahli
atau sedini mungkin abortus buatan medikalis. Pada kasus tertentu tubektomi. Bila
tidak mau sterilisasi, dianjurkan memakai kontrasepsi yang baik adalah IUD
(AKDR). Penatalaksanaan kelas III dan IV, pada penyakit yang tidak terlalu
parah, dianjurkan analgesia epidural. Kelahiran pervaginam dianjurkan pada
sebagian besar kasus yang ada indikasi obstetrinya. Keputusan untuk melakukan
SC juga harus mempertimbangkan penyakit jantung spesifiknya, kondisi ibu
keseluruhan, ketersediaan dan pengalaman ahli anestesi, serta fasilitas yang ada.